PERDAMAIAN DUNIA
A. HAKIKAT ORGANISASI INTERNASIONAL
Organisasi internasional adalah organisasi yang dibentuk oleh masyarakat
internasional atas dasar persamaan tujuan, diantaranya ekonomi, politik,
kebudayaan, dan sosial. Indonesia berperan aktif dalam berbagai organisasi
internasional, terutama organisasi yang bertujuan menjaga perdamaian dunia.
Terdapat delapan butir kesepakatan yang dituangkan dalam atlantic charter, yaitu
sebagai berikut:
1. Setiap negara tidak diperbolehkan lagi menambah wilayah teritorialnya.
2. Perubahan status wilayah harus sesuai keinginan rakyat.
3. Menghormati hak seluruh bangsa untuk memilih bentuk negara dan
pemerintahnya.
4. Menghormati dan melindungi hak setiap warga negara untuk memperoleh
kemakmuran.
5. Membangun kerja sama dibidang perekonomian diantara bangsa-bangsa.
6. Memberi kejaminan keamanan kepada seluruh bangsa, terutama negara-negara
lemah dari ancaman negara kuat.
7. Menciptakan perdamaian yang memungkinkan semua orang dapat mengarungi
lautan tanpa rasa takut.
8. Menghindari cara-cara kekasaran dalam menyelesaikan persengketaan.
Tiga tugas pokok PBB menurut piagam perdamaian adalah sebagai berikut:
Memelihara perdamaian dunia
Menjamin keamanan dunia
Meningkatkan martabat manusia dengan jalan mengembangkan
kehidupan ekonomi,sosial,pendidikan,dan kesehatan.
Peran PBB untuk Indonesia adalah sebagai berikut:
Mewadahi dibentuknya komisi tiga negara yang mengantarkan
Indonesia dan Belanda ke meja perundingan dai atas kapal USS
Renville.
Membentuk UNCI dan membawa kembali Indonesia dan Belanda ke
meja perundingan Roem-Royen.
Membentuk UNTEA pada 1 maret 1963 sebelum menyerahkan Irian
Barat kepada pemerintah Republik Indonesia.
Pada saat pelaksanaan plebisit (penentuan pendapat rakyat) atas
masyarakat Irian Barat, PBB diwakili oleh Ortis Sanz yang
menyaksikan secara langsung kegiatan tersebut, kemudian membawa
hasilnya ke PBB
Peran Indonesia dalam PBB adalah sebagai berikut:
Gerakan Non Blok bertujuan meredakan ketegangan dunia sebagai akibat pertentangan
antara Blok Barat dan Blok Timur.
Gerakan Non Blok mempunyai pengaruh yang besar di antaranya sebagai berikut.
Pernyataan dari kedua negara adikuasa (Amerika Serikat dan Uni Asoviet) untuk
mengurangi senjata-senjata nuklirnya.
ASEAN didirikan pada tanggal 6 agustus 1967 di Bangkok dan ditandatangani oleh 5
Menteri Luar Negeri dari 5 negara yaitu :
1. Adam Malik : Indonesia
2. Tun Abdul Razak : Malaysia
3. Rajaratnam : Singapura
4. Thanat Khoman : Thailand
5. Narcisco Ramos : Filipina
Berikut adalah beberapa prinsip utama dari ASEAN yang tak lepas dari latar belakang
berdirinya ASEAN:
1. Menghormati kedaulatan, kemerdekaan, integritas wilayah nasional, kesamaan dan
identitas nasional tiap negara
2. Hak tiap negara dalam memimpin kehadiran nasional adalah bebas dari campur
tangan, koersi maupun subversif pihak luar
3. Tidak ikut campur dalam urusan dalam negeri anggota-anggotanya
4. Penyelesaian masalah seputar perdebatan atau perbedaan akan dilaksanakan
secara damai
5. Menolak penggunaan kekuatan yang bersifat mematikan
6. Kerjasama yang efektif antara anggota
Tujuan organisasi ASEAN tidak lepas dari latar belakang berdirinya ASEAN yaitu
Deklarasi Bangkok, di mana tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mempercepat proses pertumbuhan kebudayaan serta kemajuan sosial di Asia
Tenggara
2. Memelihara stabilitas dan perdamaian melalui hukum yang dijunjung tinggi serta
hubungan negara-negara Asia Tenggara
3. Meningkatkan kerjasama secara aktif dan saling menolong dalam berbagai bidang
seperti sosial, ekonomi, teknologi, budaya serta administrasi
4. Saling menolong dan membagi bantuan berupa fasilitas latihan serta penelitian
pada bidang teknik, pendidikan, administrasi dan kejuruan
5. Bekerja sama dengan efektif guna menggapai daya guna yang lebih besar pada
bidang pertanian, industri serte perkembangan perdagangan. Termasuk di
antaranya adalah pendalaman perdagangan komoditi internasional, perbaikan
fasilitas dan pengangkutan komunikasi serta meningkatkan taraf hidup rakyat
6. Meningkatkan pendalaman terkait masalah-masalah di kawasan Asia Tenggara
7. Memelihara kerjasama yang bermanfaat serta erat dengan beragam organisasi
regional maupun internasional dengan tujuan sama serta mencari kesempatan
dalam menjalin kerjasama dengan aneka organisasi tersebut.
Prinsip-Prinsip ASEAN
Sebagai negara anggota OKI, Indonesia memiliki peran yang pasang surut dalam OKI.
Delapan peran Indonesia dalam OKI diantaranya adalah:
APEC adalah Asia-Pacific Economic Coorperation atau Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik.
APEC didirikan pada tahun 1989. APEC bertujuan mengukuhkan pertumbuhan ekonomi
dan mempererat komunitas negara-negara di Asia Pasifik[1]. Koferensi negara-negara
kawasan Asia Pasifik yang dilaksanakan atas prakarsa Australia pada bulan November
1989 di Canberra merupakan forum antar pemerintah yang kemudian dikenal dengan
nama “Asia Pacific Economic Cooperation” atau disingkat APEC. Latar belakang
berdirinya APEC ditandai dengan kebutuhan pembangunan ekonomi regional akibat
globalisasi sistem perdagangan, dan adanya perubahan berbagai situasi politik dan
ekonomi dunia sejak pertengahan tahun 1980-an.
Sebagai salah satu forum kerja sama ekonomi utama di kawasan, APEC bertujuan untuk
mencapai Bogor Goals, yaitu terciptanya liberalisasi perdagangan dan investasi di kawasan
Asia Pasifik sebelum tahun 2010 untuk anggota Ekonomi Maju dan sebelum tahun 2020
untuk anggota Ekonomi Berkembang. Dalam mencapai Bogor Goals, APEC melandaskan
kerjasama yang dibangun pada tiga pilar, yaitu :
Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) atau Kerja Sama Ekonomi Negara-negara
Asia Pasifik terbentuk pada tahun 1989 dalam suatu pertemuan tingkat menteri di
Canberra, Australia. Gagasan APEC muncul atas prakarsa Robert Hawke, PM Australia
saatitu.Pembentukan kerjasama regional di kawasan Asia Pasifik dilatar belakangi oleh
beberapa faktor, yaitu sebagai berikut.
Adanya dinamika proses globalisasi. Dinamika ini berdampak sangat luas dan
terjadi secara global di seluruh belahan bumi, termasuk kawasan Asia Pasifik. Oleh
karena itulah, negara-negara di kawasan ini dituntut untuk melakukan berbagai
penyesuaian lewat perubahan struktur ekonomi agar tidak merugikan mereka.
Perubahan ini kemudian mendorong perekonomian negar-negara di kawasan Asia
Pasifik menjadi saling tergantung (interdependensi).
Perubahan dalam konstelasi politik dunia seperti munculnya berbagai kelompok
perdagangan regional yang bersifat tertutup dan cenderung membedakan
kedudukan negara-negara Asia Pasifik dalam bidang perdagangan dan investasi.
Contoh dari kerjasama regional ituantara lain NAFTA (North American Free
Trade Area) atau kerjasama ekonomi negara-negara Amerika Utara.
Adanya kekhawatiran akan gagalnya perundingan Putaran Uruguay.
Kekhawatiran tersebutsempat menimbulkan ketidak pastianatas masa depan
perekonomian dunia.
Adanya perubahan besar di bidangpolitik dan ekonomi yang terjadi dan
berlangsung di Uni Soviet danEropaTimur.
6. Deklarasi Djuanda
Deklarasi Djuanda adalah deklarasi yang menyatakan pada dunia jika laut Indonesia
termasuk laut di sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu
kesatuan wilayah NKRI (Negara Kedaulatan Republik Indonesia).
Isi dari Deklarasi Juanda yang ditulis pada 13 Desember 1957 ini, berisi :
– Untuk mewujudkan bentuk wilayah Kesatuan Republik Indonesia yang utuh dan bulat
– Untuk menentukan batas-batas wilayah NKRI, sesuai dengan azas negara Kepulauan
– Untuk mengatur lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keamanan dan
keselamatan NKRI
Deklarasi Djuanda ini memiliki pengaruh yang sangat besar pada wilayah Negara
kesatuan Republik Indonesia, karena berkat adanya deklarasi ini laut yang menjadi
penghubung pulau di Indonesia sekarang dianggap sebagai wilayah resmi dari Indonesia,
karena sebelumnya laut antar pulau dianggap sebagai kawasan yang bebas sehingga bisa
dilewati oleh siapa saja karena bukan bagian dari Negara Indonesia, karena yang diakui
sebagai wilayah Indonesia hanyalah wilayah perairan sejauh 3 mil dari garis pantainya.
Hasil dari Deklarasi Djuanda juga memberikan ketegasa antara darat, laut, dasar laut,
udara dan juga seluruh kekayaan, semua di dalam satu kesatuan wilayah Indonesia. Pada
masa kolonialisme Belanda, wilayah Indonesia tak hanya terbatas pada wilayah darat saja,
Djuanda Kartawidjaja sebagai Perdana Menteri Indonesia kala itu mempunyai inisiatif
untuk mengubah aturan ini sehingga beliau menjadi tokoh yang memprakarsai Deklarasi
Djuanda ini.
Di dalam deklarasi ini sendiri terkadung sebuah konsep Negara maritim nusantara yang
melahirkan konsekuensi bagi pemerintah dan juga bangsa Indonesia hingga saat ini
karena telah memperjuangkan dan juga mempertahannya sehingga bisa mendapatkan
pengakuan secara internasional. Karena Deklarasi Djuanda ini sendiri baru diakui dunia
setelah puluhan tahun sejak awal Deklarasi Djuanda didirikan.
Maka dari itu sejak 1999 pada tanggal 13 Desember menjadi tanggal resmi Deklarasi
Djuanda yang juga diperingati sebagai Hari Nusantara Nasional.
Demikian pembahasan kali ini mengenai Deklarasi Djuanda mulai dari isi, tokoh yang
memprakarsai hingga dampak dari Deklarasi Djuanda ini bagi Indonesia.
7. Jakarta Informal Meeting (JIM)
JIM telah dilaksanakan sebanyak tiga kali di antara tahun 1988-1990. Pada JIM I,
Pemerintahan Koalisi Demokratik Kamboja mengusulkan tiga tahap rencana penyelesaian
Perang Indocina 3. Tiga usul tersebut adalah melakukan gencatan senjata antara kedua
belah pihak, diturunkannya pasukan penjaga perdamaian PBB untuk mengawasi
penarikan pasukan Vietnam dari Kamboja, dan penggabungan semua kelompok
bersenjata Kamboja ke dalam satu kesatuan. Usulan tersebut disetujui dan akan kembali
dibahas dalam Jakarta Informal Meeting kedua.
Pada JIM II, Australia juga turut serta. Melalui perdana menterinya, Gareth Evans,
Australia mengusulkan rancangan Cambodia Peace Plan yang berisi:
Pertemuan terakhir JIM (JIM III) membahas tentang pengaturan pembagian kekuasaan
di antara pihak Pemerintahan Koalisi Demokratik Kamboja dengan Republik Rakyat
Kamboja dengan membentuk pemerintah persatuan yang dikenal dengan nama Supreme
National Council (SNC).
Kontingen Garuda disingkat KONGA atau Pasukan Garuda adalah pasukan Tentara
Nasional Indonesia yang ditugaskan sebagai pasukan perdamaian di negara lain. Indonesia
mulai turut serta mengirim pasukannya sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian
PBB sejak 1957.
Kontingen Garuda I dikirim pada 8 Januari 1957 ke Mesir. Kontingen Garuda Indonesia I
terdiri dari gabungan personel dari Resimen Infanteri-15 Tentara Territorium (TT)
IV/Diponegoro, serta 1 kompi dari Resimen Infanteri-18 TT V/Brawijaya di Malang.
Kontingen ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Infanteri Hartoyo yang kemudian digantikan
oleh Letnan Kolonel Infanteri Suadi Suromihardjo, sedangkan wakilnya Mayor Infanteri
Soediono Suryantoro. Kontingen Indonesia berangkat tanggal 8 Januari 1957 dengan
pesawat C-124 Globe Master dari Angkatan Udara Amerika Serikat menuju Beirut, ibu
kota Libanon. Dari Beirut pasukan dibagi dua, sebagian menuju ke Abu Suweir dan
sebagian ke Al Sandhira. Selanjutnya pasukan di El Sandhira dipindahkan ke Gaza,
daerah perbatasan Mesir dan Israel, sedangkan kelompok Komando berada di Rafah.
Kontingen ini mengakhiri masa tugasnya pada tanggal 29 September 1957. Kontingen
Garuda I berkekuatan 559 pasukan.
Kontingen Garuda II
Konga II dikirim ke Kongo pada 1960 dan dipimpin oleh Letkol Inf Solichin GP. Konga II
berada di bawah misi UNOC.KONGA II berjumlah 1.074 orang dipimpin Kol. Prijatna
(kemudian digantikan oleh Letkol Solichin G.P) bertugas di Kongo September 1960 hingga
Mei 1961.
Konga III dikirim ke Kongo pada 1962. Konga III berada di bawah misi UNOC dan
dipimpin oleh Brigjen TNI Kemal Idris dan Kol Inf Sobirin Mochtar.KONGA III terdiri
atas 3.457orang dipimpin oleh Brigjen TNI Kemal Idris, kemudian Kol. Sabirin Mochtar.
KONGA III terdiri atas Batalyon 531/Raiders, satuan-satuan Kodam II/Bukit Barisan,
Batalyon Kavaleri 7, dan unsur bantuan tempur. Seorang Wartawan dari Medan, H.A.
Manan Karim (pernah menjadi Wkl. Pemred Hr Analisis) turut dalam kontingen Garuda
yang bertugas hingga akhir 1963. Menteri/Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad
Yani pernah berkunjung ke Markas Pasukan PBB di Kongo (ketika itu bernama Zaire)
pada tanggal 19 Mei 1963. Komandan Yon Kavaleri 7 Letkol GA. Manullang gugur di
Kongo.
Kontingen Garuda IV
Konga IV dikirim ke Vietnam pada 1973. Konga IV berada di bawah misi ICCS dan
dipimpin oleh Brigjen TNI Wiyogo Atmodarminto.Pada tanggal 23 Januari 1973 pasukan
Garuda IV diberangkatkan ke Vietnam yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal TNI Wiyogo
Atmodarminto, yang merangkap Deputi Militer Misriga dengan kekuatan 294 orang yang
terdiri dari anggota ABRI dan PNS Departemen Luar Negeri. Kontingen Garuda IV ini
merupakan Kontingen ICCS (International Commission of Cantre and Supervision)
pertama yang tiba di Vietnam. Tugas kontingen Garuda IV adalah mencegah
pelanggaran-pelanggaran, menjaga status quo, mengawasi evakuasi pasukan dan alat-alat
perang serta mengawali pertukaran tawanan perang.
Kontingen Garuda V
Konga V dikirim ke Vietnam pada 1973. Konga V berada di bawah misi ICCS dan
dipimpin oleh Brigjen TNI Harsoyo. Kepala Staf Konga Kolonel Art. E Bintoro Hardjono,
Kra IV kursus reguler Seskoad dan Lemhanas.
Kontingen Garuda VI
Konga VI dikirim ke Timur Tengah pada 1973. Konga VI berada di bawah misi UNEF
dan dipimpin oleh Kol Inf Rudini. Kontingen Garuda Indonesia VI di resmikan oleh
Menhankam/Pangab Jenderal TNI M. Pangabean. Tugas pokok Kontingen Garuda
Indonesia sebagai peace keeping force atau “Pasukan Pemelihara Perdamaian”. Komposisi
Kontingen tersebut berintikan Yonif 512/Brigif Kodam VIII/Brawijaya dengan kekuatan
466 orang, dibawah pimpinan Kolonel Inf. Rudini. Sebagai Komandan Komando Taktis,
ditunjuk Mayor Basofi Sudirman. Selain pengiriman Kontingen, atas permintaan PBB
diberangkatkan pula Brigadir Jenderal Himawan Sutanto sebagai Komandan Brigade
Selatan Pasukan PBB di Timur Tengah, pada tanggal 13 Desember 1973. Kontingen
Garuda Indonesia VI tiba kembali di Indonesia setelah menyelesaikan tugasnya di Timur
Tengah selama sembilan bulan. Pada tanggal 31 September 1974, Kasum Hankam
Marsdya TNI Sudharmono atas nama Menhankam/Pangab membubarkan Kontingen
Garuda Indonesia VI dan selanjutnya diserahkan kepada kesatuan masing-masing.
Konga VII dikirim ke Vietnam pada 1974. Konga VII berada di bawah misi ICCS dan
dipimpin oleh Brigjen TNI S. Sumantri Digantikan oleh kharis suhud. Untuk kedua
kalinya, E Bintoro Hardjono ditugaskan ke Vietnam sebagai penasihat militer di Konga
VII
Kontingen Garuda VIII dikirim dalam rangka misi perdamaian PBB di Timur Tengah
paska Perang Yom Kippur antara Mesir dan Israel yang berlangsung dari tanggal 6
sampai dengan 26 Oktober 1973, dengan tercapainya gencatan senjata di kilometer 101
dan disusul dengan keluarnya resolusi PBB 340 Kontingen Garuda VIII bertugas di daerah
penyangga PBB di Semenanjung Sinai tersebut dikirim dalam 9 gelombang rotasi, dan
setiap rotasi bertugas selama 6 bulan. Negara yang berkontribusi dalam pasukan
perdamaian dalam wadah UNEF II tersebut yaitu dari Australia, Austria (penerbangan),
Kanada (logistik), Finlandia (pasukan), Ghana (pasukan), Indonesia (pasukan), Irlandia,
Nepal, Panama, Peru, Polandia (logistik), Senegal dan Swedia (pasukan)
Konga VIII/1 dikirim ke Timur Tengah pada 1974. Konga VIII/1 berada di bawah misi
UNEF II dan dipimpin oleh Kol Art Sudiman Saleh.
Konga VIII/2 dikirim ke Timur Tengah pada 1975. Konga VIII/2 berada di bawah misi
UNEF II dan dipimpin oleh Kol Inf Gunawan Wibisono. Berintikan anggota TNI dari
kesatuan KOSTRAD, yaitu dari YONIF LINUD 305/Tengkorak-BRIGIF LINUD
17/KOSTRAD.
Konga VIII/3 dikirim ke Timur Tengah pada 1976. Konga VIII/3 berada di bawah misi
UNEF II dan dipimpin oleh Kol Inf Untung Sridadi.
Konga VIII/4 dikirim ke Timur Tengah pada 1976. Konga VIII/4 berada di bawah misi
UNEF II dan dipimpin oleh Kol Inf Suhirno.
Konga VIII/5 dikirim ke Timur Tengah pada 1977. Konga VIII/5 berada di bawah misi
UNEF II dan dipimpin oleh Kol Kav Susanto Wismoyo.