Anda di halaman 1dari 21

KONTRIBUSI BANGSA INDONESIA UNTUK

PERDAMAIAN DUNIA
A. HAKIKAT ORGANISASI INTERNASIONAL
Organisasi internasional adalah organisasi yang dibentuk oleh masyarakat
internasional atas dasar persamaan tujuan, diantaranya ekonomi, politik,
kebudayaan, dan sosial. Indonesia berperan aktif dalam berbagai organisasi
internasional, terutama organisasi yang bertujuan menjaga perdamaian dunia.

Terdapat delapan butir kesepakatan yang dituangkan dalam atlantic charter, yaitu
sebagai berikut:
1. Setiap negara tidak diperbolehkan lagi menambah wilayah teritorialnya.
2. Perubahan status wilayah harus sesuai keinginan rakyat.
3. Menghormati hak seluruh bangsa untuk memilih bentuk negara dan
pemerintahnya.
4. Menghormati dan melindungi hak setiap warga negara untuk memperoleh
kemakmuran.
5. Membangun kerja sama dibidang perekonomian diantara bangsa-bangsa.
6. Memberi kejaminan keamanan kepada seluruh bangsa, terutama negara-negara
lemah dari ancaman negara kuat.
7. Menciptakan perdamaian yang memungkinkan semua orang dapat mengarungi
lautan tanpa rasa takut.
8. Menghindari cara-cara kekasaran dalam menyelesaikan persengketaan.

Perserikatan Bangsa-Bangsa, APEC,OKI,GNB, dan ASEAN merupakan beberapa


organisasi internasional yang berperan aktif dalam menjaga perdamaian dunia
(Organization Of Universal Character).
B. KONTRIBUSI BANGSA INDONESIA UNTUK PERDAMAIAN DUNIA

MELALUI BERBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL


1. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

PBB merupakan organisasi pengganti Liga Bangsa-Bangsa yang bertugas menjaga


perdamaian dunia. Piagam Atlantik menjadi dasar organisasi PBB yang disepakati
negara-negara anggotanya.

Tiga tugas pokok PBB menurut piagam perdamaian adalah sebagai berikut:
 Memelihara perdamaian dunia
 Menjamin keamanan dunia
 Meningkatkan martabat manusia dengan jalan mengembangkan
kehidupan ekonomi,sosial,pendidikan,dan kesehatan.
Peran PBB untuk Indonesia adalah sebagai berikut:
 Mewadahi dibentuknya komisi tiga negara yang mengantarkan
Indonesia dan Belanda ke meja perundingan dai atas kapal USS
Renville.
 Membentuk UNCI dan membawa kembali Indonesia dan Belanda ke
meja perundingan Roem-Royen.
 Membentuk UNTEA pada 1 maret 1963 sebelum menyerahkan Irian
Barat kepada pemerintah Republik Indonesia.
 Pada saat pelaksanaan plebisit (penentuan pendapat rakyat) atas
masyarakat Irian Barat, PBB diwakili oleh Ortis Sanz yang
menyaksikan secara langsung kegiatan tersebut, kemudian membawa
hasilnya ke PBB
Peran Indonesia dalam PBB adalah sebagai berikut:

 Mengirim pasukan Kontingen Garuda untuk menjaga perdamaian ke


wilayah konflik, seperti Mesir (1957), Kongo (1960-1963), Vietnam
(1973-1974), Iran dan Irak (1988), Bosnia dan Kroasia (1994), dan
Lebanon (2006)
 Membantu PBB mengirimkan bantuan pangan ke Ethiopia ketika
negara ini mengalami bencana kelaparan yang hebat pada 1985.

2. Gerakan Nonblok (GNB)

1. Latar Belakang Berdirinya Gerakan Non-Blok

Gerakan Non Blok (non-aligned) merupakan organisasi negara-negara yang tidak


meminak Blok Barat maupun Blok Timur. Berdirinya Gerakan Non Blok di latar
belakangi oleh hal-hal sebagai berikut.
(1)     Diilhami Konferensi Asia-Afrika di Bandung (1955) di mana negara-negara yang
pernah dijajah perlu menggalang solidaritas untuk melenyapkan segala bentuk
kolonialisme
(2)     Adanya krisis Kuba pada tahun 1961 di mana Uni Soviet membangun pangkalan
peluru kendali secara besar-besaran di Kuba hal ini mengakibatkan Amerika Serikat
merasa terancam sehingga suasana menjadi tegang. Ketegangan antara Blok Barat dn
Blok Timur ini mendorong terbentuknya GNB.
Adapun berdirinya Gerakan Non Blok diprakarsai oleh:
(a)     Presiden Soekarno dari Indonesia,
(b)     Presiden Gamal Abdul Nasser dari Republik Persatuan Arab-Mesir,
(c)     Perdana Menteri Pandith Jawaharlal Nehru dari India,
(d)     Presiden Josep Broz Tito dari Yugoslavia, dan
(e)     Presiden Kwame Nkrumah dari Ghana

2. Tujuan Gerakan Non Blok

Gerakan Non Blok bertujuan meredakan ketegangan dunia sebagai akibat pertentangan
antara Blok Barat dan Blok Timur.

3. Pengaruh dari Gerakan Non Blok 

Gerakan Non Blok mempunyai pengaruh yang besar di antaranya sebagai berikut.

 Pernyataan dari kedua negara adikuasa (Amerika Serikat dan Uni Asoviet) untuk
mengurangi senjata-senjata nuklirnya.

 Gencatan senjata antara Irak dan Iran.

 Usaha penyelesaian sengketa di Kamboja secara damai.

 Penarikan pasukan Uni Soviet dari Afganistan.

 Meningkatkan hubungan kerja sama di bidang ekonomi antar anggota Gerakan


Non Blok dan dengan negara- negara maju di luar Gerakan Non Blok.

4. Peranan Indonesia dalam Gerakan Non Blok 


Indonesia ikut memegang peranan penting dalam Gerakan Non Blok, yakni sebagai
berikut.

 Ikut memprakarsai berdirinya Gerakan Non Blok dengan menandatangani


Deklarasi Beograd sebagai hasil Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non Blok I
pada tanggal 1-6 September 1961.
 Indonesia sebagai tempat penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan
Non Blok X yang berlangsung pada tanggal 1-6 September 1992 di Jakarta.

3. Association Of Southeast Asian Nations (ASEAN)

ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi perhimpunan bangsa-


bangsa di Asia Tenggara yang bersifat nonmiliter dan nonpolitik. Oleh karena itu, ASEAN
termasuk organisasi regional. Organisasi regional adalah suatu kerja sama yang anggota-
anggotanya terletak dalam satu kawasan. Organisasi regional didirikan karena
mempunyai persamaan nasib, kebudayaan, letak geografis, serta sejarah.

ASEAN didirikan pada tanggal 6 agustus 1967 di Bangkok dan ditandatangani oleh 5
Menteri Luar Negeri dari 5 negara yaitu : 
1. Adam Malik : Indonesia
2. Tun Abdul Razak : Malaysia
3. Rajaratnam : Singapura
4. Thanat Khoman : Thailand
5. Narcisco Ramos : Filipina  

Berikut adalah beberapa prinsip utama dari ASEAN yang tak lepas dari latar belakang
berdirinya ASEAN:
1. Menghormati kedaulatan, kemerdekaan, integritas wilayah nasional, kesamaan dan
identitas nasional tiap negara
2. Hak tiap negara dalam memimpin kehadiran nasional adalah bebas dari campur
tangan, koersi maupun subversif pihak luar
3. Tidak ikut campur dalam urusan dalam negeri anggota-anggotanya
4. Penyelesaian masalah seputar perdebatan atau perbedaan akan dilaksanakan
secara damai
5. Menolak penggunaan kekuatan yang bersifat mematikan
6. Kerjasama yang efektif antara anggota

Tujuan organisasi ASEAN tidak lepas dari latar belakang berdirinya ASEAN yaitu
Deklarasi Bangkok, di mana tujuan-tujuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mempercepat proses pertumbuhan kebudayaan serta kemajuan sosial di Asia
Tenggara
2. Memelihara stabilitas dan perdamaian melalui hukum yang dijunjung tinggi serta
hubungan negara-negara Asia Tenggara
3. Meningkatkan kerjasama secara aktif dan saling menolong dalam berbagai bidang
seperti sosial, ekonomi, teknologi, budaya serta administrasi
4. Saling menolong dan membagi bantuan berupa fasilitas latihan serta penelitian
pada bidang teknik, pendidikan, administrasi dan kejuruan
5. Bekerja sama dengan efektif guna menggapai daya guna yang lebih besar pada
bidang pertanian, industri serte perkembangan perdagangan. Termasuk di
antaranya adalah pendalaman perdagangan komoditi internasional, perbaikan
fasilitas dan pengangkutan komunikasi serta meningkatkan taraf hidup rakyat
6. Meningkatkan pendalaman terkait masalah-masalah di kawasan Asia Tenggara
7. Memelihara kerjasama yang bermanfaat serta erat dengan beragam organisasi
regional maupun internasional dengan tujuan sama serta mencari kesempatan
dalam menjalin kerjasama dengan aneka organisasi tersebut.
Prinsip-Prinsip ASEAN

1. Menghormati kemerdekaan, kedaulatan, kesetaraan, integritas wilayah, dan


identitas nasional negara-negara anggota.
2. Berkomitmen dan bertanggung jawab secara kolektif dalam meningkatkan
perdamaian, keamanan, dan kemakmuran di kawasan.
3. menolak agresi, ancaman, penggunaan kekuatan, atau tindakan lainnya dalam
bentuk apa pun yang bertentangan dengan hukum internasional.
4. Menyelesaikan sengketa secara damai.

4. Organisasi Kerja Sama (Konferensi) Islam (OKI)

OKI (Organisasi Konferensi Islam) adalah sebuah organisasi internasional dengan 57


negara anggota yang memiliki seorang perwakilan tetap di Perserikatan Bangsa-Bangsa.
OKI didirikan di Rabat, Maroko pada 12 Rajab 1389 H (25 September 1969) dalam
Pertemuan Pertama para Pemimpin Dunia Islam yang diselenggarakan sebagai reaksi
terhadap terjadinya peristiwa pembakaran Masjid Al Aqsa pada 21 Agustus 1969 oleh
pengikut fanatik Kristen dan Yahudi di Yerusalem. OKI mengubah namanya dari
sebelumnya Organisasi Konferensi Islam pada 28 Juni 2011.

LATAR BELAKANG BERDIRINYA OKI


Beberapa hal berikut inilah yang melatar belakangi berdirinya OKI (Organisasi
Konferensi Islam):
1. Terjadinya pembakaran masjidil Aqsha oleh Israel.
2. Israel menduduki negara-negara jazirah Arab yang menyebabkan perang Arab-Israel
pada tahun 1967.
3. Isreal menduduki Yarussalem.

TUJUAN BERDIRINYA OKI


Selain itu tujuan utama dibentuknya OKI (Organisasi Konferensi Islam) adalah sebagai
berikut:
1. Melenyapkan perbedaarn diskriminasi, kolonialisme dan rasial.
2. Memperteguh dan menjunjung tinggi perjuangan umat islam.
3. Membantu dan mendukung Palestina untuk memperjuangkan kemerdekaan.
4. Meningkatkan solidaritas antar negara-negara islam.
5. Melindungi tempat-tempat suci dan ibadah agama.

Peran Indonesia dalam OKI

Sebagai negara anggota OKI, Indonesia memiliki peran yang pasang surut dalam OKI.
Delapan peran Indonesia dalam OKI diantaranya adalah:

1.Hadir dalam KTT I di Rabat


Indonesia menjadi salah satu dari 24 negara yang menghadiri KTT I di Rabat, Maroko
yang menjadi awal berdirinya OKI. Pada tahun-tahun awal peran Indonesia di OKI masih
terbatas. Keanggotaan Indonesia di OKI sempat menjadi perdebatan, baik di kalangan
OKI maupun di dalam negeri. Saat piagam pertama OKI dicetuskan pada tahun 1972,
Indonesia menolak menandatangani dan menahan diri untuk menjadi anggota resmi OKI.
Hal ini karena berdasarkan UUD 1945, yakni Indonesia bukanlah negara Islam.

2.Gagasan “Tata Informasi Baru Dunia Islam”


Indonesia mempelopori gagasan perlunya “Tata Informasi Baru Dunia Islam”. Hal ini
dikemukakan dalam konferensi Menteri-Menteri Penerangan OKI tahun 1988.

3.Ketua Committee of Six


Peran aktif Indonesia di OKI yang menonjol adalah saat tahun 1993. Indonesia menerima
mandat sebagai ketua Committee of Six. Indonesia bertugas memfasilitasi perundingan
damai antara Moro National Liberation Front (MNLF) dengan Pemerintahan Filipina.

4.Tuan Rumah Konferensi Tingkat Menteri (KTM-OKI) ke-24


Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTM-OKI) ke-24 di Jakarta
pada tahun 1996. KTM ini dilaksanakan tanggal 9 -13 Desember 1996. Pada KTM tersebut
fokus pembicaraan menyangkut citra Islam dunia internasional. Pada KTM OKI tersebut
diputuskan beberapa masalah regional dan internasional, yakni sebagai berikut:

 Masalah Palestina ialah persoalan utama bagi dunia Islam

 Mengecam keras kebijakan Israel yang menghambat proses perdamaian

 Mengakui integritas & kedaulatan Bosnia Herzegovina sesuai batas-batas


wilayahnya secara internasional

 Menghimbau diadakannya perundingan damai di wilayah Jammu dan Kashmir,


menegaskan perlunya dihormati hak rakyat Kashmir untuk menentukan nasib sendiri,
dan mengecam tegas pelanggaran hak-hak asasi manusia di kawasan itu

 Menghimbau supaya pihak-pihak yang berseteru di Afghanistan segera


mengadakan gencatan senjata

 Menyerukan kepada Irak untuk sungguh-sungguh bekerja sama dengan Komite


Palang Merah Internasional dalam upaya mengiplementasikan resolusi PBB (terutama
yang menyangkut pembebasan para tawanan perang Kuwait)

 Mengecam tindakan agresi Amerika Serikat terhadap Libya

 Mendukung dengan tegas posisi Indonesia di Timor Timur

5.Mendukung pelaksanaan OIC’s Ten-Year Plan of Action


Indonesia mendukung pelaksanaan dari OIC’s Ten-Year Plan of Action pada KTT OKI
ke-14 di Dakar, Senegal. Indonesia mempunyai ruang untuk lebih berperan dalam
memastikan implementasi reformasi OKI tersebut dengan diadopsinya piagam ini.
Indonesia berkomitmen untuk menjamin kebebasan, toleransi, harmonisasi dan
memberikan bukti nyata akan keselarasan antara Islam, modernitas, dan demokrasi. Baca
juga peran Indonesia dalam perdamaian dunia, peran Indonesia dalam globalisasi, dan
peran Indonesia dalam Misi Garuda.
6.Tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi OKI 2014
Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi OKI 2014, yakni di Jakarta.

7.Tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa OKI


Indonesia menjadi tuan rumah dari Konferensi Tingkat Tinggi Luar Biasa OKI, tepatnya
di Jakarta. Konferensi ini diadakan tanggal 6 – 7 Maret 2016. Menurut Menteri Luar
Negeri Indonesia, Retno Lestari Priansari Marsudi, KTT Luar Biasa OKI ini diadakan
sebagai bentuk nyata upaya negara-negara OKI untuk mendorong penyelesaian konflik di
Palestina. Situasi di Palestina semakin hari semakin memburuk. Hal ini utamanya terkait
status kota Al Quds (Yerusalem) yang diokupasi oleh Israel. Palestina telah diakui oleh 137
negara dan berhasil menjadi negara peninjau PBB. Keberhasilan ini merupakan
keberhasilan dari proses komunitas internasional, termasuk Indonesia.

8.Mendamaikan negara-negara Islam yang bersengketa


Indonesia banyak menjadi penengah dari pertentangan antara kelompok progresif
revolusioner dengan kelompok konservatif. Hal tersebut dikarenakan Indonesia menganut
politik luar negeri bebas aktif, sehingga tidak memihak kepada siapapun termasuk Bangsa
Arab. Indonesia berperan dalam mendamaikan sengketa antara Pakistan dan Bangladesh.
Hal tersebut diakui oleh negara Islam. Indonesia juga memperjuangkan masalah minoritas
Muslim Moro di Filipina Selatan dalam forum OKI

5. Asia Pasific Economic Cooperation (APEC)

APEC adalah Asia-Pacific Economic Coorperation atau Kerjasama Ekonomi Asia Pasifik.
APEC didirikan pada tahun 1989. APEC bertujuan mengukuhkan pertumbuhan ekonomi
dan mempererat komunitas negara-negara di Asia Pasifik[1]. Koferensi negara-negara
kawasan Asia Pasifik yang dilaksanakan atas prakarsa Australia pada bulan November
1989 di Canberra merupakan forum antar pemerintah yang kemudian dikenal dengan
nama “Asia Pacific Economic Cooperation” atau disingkat APEC. Latar belakang
berdirinya APEC ditandai dengan kebutuhan pembangunan ekonomi regional akibat
globalisasi sistem perdagangan, dan adanya perubahan berbagai situasi politik dan
ekonomi dunia sejak pertengahan tahun 1980-an.

Sebagai salah satu forum kerja sama ekonomi utama di kawasan, APEC bertujuan untuk
mencapai Bogor Goals, yaitu terciptanya liberalisasi perdagangan dan investasi di kawasan
Asia Pasifik sebelum tahun 2010 untuk anggota Ekonomi Maju dan sebelum tahun 2020
untuk anggota Ekonomi Berkembang. Dalam mencapai Bogor Goals, APEC melandaskan
kerjasama yang dibangun pada tiga pilar, yaitu :

1. liberalisasi perdagangan dan investasi,


2. fasilitasi bisnis, dan kerjasama ekonomi, dan
3. teknik (ECOTECH).

Latar Belakang APEC

Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) atau Kerja Sama Ekonomi Negara-negara
Asia Pasifik terbentuk pada tahun 1989 dalam suatu pertemuan tingkat menteri di
Canberra, Australia. Gagasan APEC muncul atas prakarsa Robert Hawke, PM Australia
saatitu.Pembentukan kerjasama regional di kawasan Asia Pasifik dilatar belakangi oleh
beberapa faktor, yaitu sebagai berikut.

 Adanya dinamika proses globalisasi. Dinamika ini berdampak sangat luas dan
terjadi secara global di seluruh belahan bumi, termasuk kawasan Asia Pasifik. Oleh
karena itulah, negara-negara di kawasan ini dituntut untuk melakukan berbagai
penyesuaian lewat perubahan struktur ekonomi agar tidak merugikan mereka.
Perubahan ini kemudian mendorong perekonomian negar-negara di kawasan Asia
Pasifik menjadi saling tergantung (interdependensi).
 Perubahan dalam konstelasi politik dunia seperti munculnya berbagai kelompok
perdagangan regional yang bersifat tertutup dan cenderung membedakan
kedudukan negara-negara Asia Pasifik dalam bidang perdagangan dan investasi.
Contoh dari kerjasama regional ituantara lain NAFTA (North American Free
Trade Area) atau kerjasama ekonomi negara-negara Amerika Utara.
 Adanya kekhawatiran akan gagalnya perundingan Putaran Uruguay.
Kekhawatiran tersebutsempat menimbulkan ketidak pastianatas masa depan
perekonomian dunia.
 Adanya perubahan besar di bidangpolitik dan ekonomi yang terjadi dan
berlangsung di Uni Soviet danEropaTimur.

6. Deklarasi Djuanda

Deklarasi Djuanda adalah deklarasi yang menyatakan pada dunia jika laut Indonesia
termasuk laut di sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu
kesatuan wilayah NKRI (Negara Kedaulatan Republik Indonesia).

Isi Deklarasi Djuanda

Isi dari Deklarasi Juanda yang ditulis pada 13 Desember 1957 ini, berisi :

1. Bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara kepulauan yang mempunyai corak


tersendiri
2. Bahwa sejak dahulu kala kepulauan nusantara ini sudah merupakan satu kesatuan
3. Ketentuan ordonansi 1939 tentang Ordonansi, dapat memecah belah keutuhan
wilayah Indonesia dari deklarasi tersebut mengandung suatu tujuan :

– Untuk mewujudkan bentuk wilayah Kesatuan Republik Indonesia yang utuh dan bulat
– Untuk menentukan batas-batas wilayah NKRI, sesuai dengan azas negara Kepulauan

– Untuk mengatur lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keamanan dan
keselamatan NKRI

Pengaruh Deklarasi Djuanda Terhadap Wilayah Indonesia

Deklarasi Djuanda ini memiliki pengaruh yang sangat besar pada wilayah Negara
kesatuan Republik Indonesia, karena berkat adanya deklarasi ini laut yang menjadi
penghubung pulau di Indonesia sekarang dianggap sebagai wilayah resmi dari Indonesia,
karena sebelumnya laut antar pulau dianggap sebagai kawasan yang bebas sehingga bisa
dilewati oleh siapa saja karena bukan bagian dari Negara Indonesia, karena yang diakui
sebagai wilayah Indonesia hanyalah wilayah perairan sejauh 3 mil dari garis pantainya.

Hasil dari Deklarasi Djuanda juga memberikan ketegasa antara darat, laut, dasar laut,
udara dan juga seluruh kekayaan, semua di dalam satu kesatuan wilayah Indonesia. Pada
masa kolonialisme Belanda, wilayah Indonesia tak hanya terbatas pada wilayah darat saja,
Djuanda Kartawidjaja sebagai Perdana Menteri Indonesia kala itu mempunyai inisiatif
untuk mengubah aturan ini sehingga beliau menjadi tokoh yang memprakarsai Deklarasi
Djuanda ini.

Di dalam deklarasi ini sendiri terkadung sebuah konsep Negara maritim nusantara yang
melahirkan konsekuensi bagi pemerintah dan juga bangsa Indonesia hingga saat ini
karena telah memperjuangkan dan juga mempertahannya sehingga bisa mendapatkan
pengakuan secara internasional. Karena Deklarasi Djuanda ini sendiri baru diakui dunia
setelah puluhan tahun sejak awal Deklarasi Djuanda didirikan.

Maka dari itu sejak 1999 pada tanggal 13 Desember menjadi tanggal resmi Deklarasi
Djuanda yang juga diperingati sebagai Hari Nusantara Nasional.

Demikian pembahasan kali ini mengenai Deklarasi Djuanda mulai dari isi, tokoh yang
memprakarsai hingga dampak dari Deklarasi Djuanda ini bagi Indonesia.
7. Jakarta Informal Meeting (JIM)

JIM telah dilaksanakan sebanyak tiga kali di antara tahun 1988-1990. Pada JIM I,
Pemerintahan Koalisi Demokratik Kamboja mengusulkan tiga tahap rencana penyelesaian
Perang Indocina 3. Tiga usul tersebut adalah melakukan gencatan senjata antara kedua
belah pihak, diturunkannya pasukan penjaga perdamaian PBB untuk mengawasi
penarikan pasukan Vietnam dari Kamboja, dan penggabungan semua kelompok
bersenjata Kamboja ke dalam satu kesatuan. Usulan tersebut disetujui dan akan kembali
dibahas dalam Jakarta Informal Meeting kedua.

Pada JIM II, Australia juga turut serta. Melalui perdana menterinya, Gareth Evans,
Australia mengusulkan rancangan Cambodia Peace Plan yang berisi:

1. mendorong upaya gencatan senjata;


2. menurunkan pasukan penjaga perdamaian PBB di wilayah yang konflik;
3. mendorong pembentukan pemerintah persatuan nasional untuk menjaga
kedaulatan Kamboja sampai pemilihan umum diadakan.

Pertemuan terakhir JIM (JIM III) membahas tentang pengaturan pembagian kekuasaan
di antara pihak Pemerintahan Koalisi Demokratik Kamboja dengan Republik Rakyat
Kamboja dengan membentuk pemerintah persatuan yang dikenal dengan nama Supreme
National Council (SNC).

Peran Indonesia setelah JIM

Keberhasilan Indonesia menyelenggarakan Jakarta Informal Meeting ternyata mendapat


apresiasi dari Dewan Keamanan PBB. Seluruh anggota Dewan keamanan PBB menyetujui
upaya pembentukan pemerintahan transisi di Kamboja dengan membentuk United Nation
Transitional Authority in Cambodia (UNTAC) tanggal 28 Februari 1992 berdasarkan
Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 745.

Pasca pembentukan UNTAC, Indonesia mengambil peran dengan mengirimkan pasukan


Kontingen Garuda XII A – XII D untuk menjaga transisi pemerintahan di Kamboja.
Bahkan jumlah pasukan Kontingen Garuda Indonesia di UNTAC sebanyak 2.000 personil
militer ataupun polisi. Jumlah ini terbanyak lho dibandingkan pasukan negara lainnya.
C. KONTRIBUSI BANGSA INDONESIA UNTUK PERDAMAIAN DUNIA

MELALUI KONTINGEN GARUDA (KONGA)

Kontingen Garuda disingkat KONGA atau Pasukan Garuda adalah pasukan Tentara
Nasional Indonesia yang ditugaskan sebagai pasukan perdamaian di negara lain. Indonesia
mulai turut serta mengirim pasukannya sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian
PBB sejak 1957.

Kontingen I-VIII (1957-1979)


Kontingen Garuda I

Kontingen Garuda I dikirim pada 8 Januari 1957 ke Mesir. Kontingen Garuda Indonesia I
terdiri dari gabungan personel dari Resimen Infanteri-15 Tentara Territorium (TT)
IV/Diponegoro, serta 1 kompi dari Resimen Infanteri-18 TT V/Brawijaya di Malang.
Kontingen ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Infanteri Hartoyo yang kemudian digantikan
oleh Letnan Kolonel Infanteri Suadi Suromihardjo, sedangkan wakilnya Mayor Infanteri
Soediono Suryantoro. Kontingen Indonesia berangkat tanggal 8 Januari 1957 dengan
pesawat C-124 Globe Master dari Angkatan Udara Amerika Serikat menuju Beirut, ibu
kota Libanon. Dari Beirut pasukan dibagi dua, sebagian menuju ke Abu Suweir dan
sebagian ke Al Sandhira. Selanjutnya pasukan di El Sandhira dipindahkan ke Gaza,
daerah perbatasan Mesir dan Israel, sedangkan kelompok Komando berada di Rafah.
Kontingen ini mengakhiri masa tugasnya pada tanggal 29 September 1957. Kontingen
Garuda I berkekuatan 559 pasukan.
Kontingen Garuda II

Konga II dikirim ke Kongo pada 1960 dan dipimpin oleh Letkol Inf Solichin GP. Konga II
berada di bawah misi UNOC.KONGA II berjumlah 1.074 orang dipimpin Kol. Prijatna
(kemudian digantikan oleh Letkol Solichin G.P) bertugas di Kongo September 1960 hingga
Mei 1961.

Kontingen Garuda III

Konga III dikirim ke Kongo pada 1962. Konga III berada di bawah misi UNOC dan
dipimpin oleh Brigjen TNI Kemal Idris dan Kol Inf Sobirin Mochtar.KONGA III terdiri
atas 3.457orang dipimpin oleh Brigjen TNI Kemal Idris, kemudian Kol. Sabirin Mochtar.
KONGA III terdiri atas Batalyon 531/Raiders, satuan-satuan Kodam II/Bukit Barisan,
Batalyon Kavaleri 7, dan unsur bantuan tempur. Seorang Wartawan dari Medan, H.A.
Manan Karim (pernah menjadi Wkl. Pemred Hr Analisis) turut dalam kontingen Garuda
yang bertugas hingga akhir 1963. Menteri/Panglima Angkatan Darat Letjen TNI Ahmad
Yani pernah berkunjung ke Markas Pasukan PBB di Kongo (ketika itu bernama Zaire)
pada tanggal 19 Mei 1963. Komandan Yon Kavaleri 7 Letkol GA. Manullang gugur di
Kongo.

Kontingen Garuda IV

Konga IV dikirim ke Vietnam pada 1973. Konga IV berada di bawah misi ICCS dan
dipimpin oleh Brigjen TNI Wiyogo Atmodarminto.Pada tanggal 23 Januari 1973 pasukan
Garuda IV diberangkatkan ke Vietnam yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal TNI Wiyogo
Atmodarminto, yang merangkap Deputi Militer Misriga dengan kekuatan 294 orang yang
terdiri dari anggota ABRI dan PNS Departemen Luar Negeri. Kontingen Garuda IV ini
merupakan Kontingen ICCS (International Commission of Cantre and Supervision)
pertama yang tiba di Vietnam. Tugas kontingen Garuda IV adalah mencegah
pelanggaran-pelanggaran, menjaga status quo, mengawasi evakuasi pasukan dan alat-alat
perang serta mengawali pertukaran tawanan perang.
Kontingen Garuda V

Konga V dikirim ke Vietnam pada 1973. Konga V berada di bawah misi ICCS dan
dipimpin oleh Brigjen TNI Harsoyo. Kepala Staf Konga Kolonel Art. E Bintoro Hardjono,
Kra IV kursus reguler Seskoad dan Lemhanas.

Kontingen Garuda VI

Konga VI dikirim ke Timur Tengah pada 1973. Konga VI berada di bawah misi UNEF
dan dipimpin oleh Kol Inf Rudini. Kontingen Garuda Indonesia VI di resmikan oleh
Menhankam/Pangab Jenderal TNI M. Pangabean. Tugas pokok Kontingen Garuda
Indonesia sebagai peace keeping force atau “Pasukan Pemelihara Perdamaian”. Komposisi
Kontingen tersebut berintikan Yonif 512/Brigif Kodam VIII/Brawijaya dengan kekuatan
466 orang, dibawah pimpinan Kolonel Inf. Rudini. Sebagai Komandan Komando Taktis,
ditunjuk Mayor Basofi Sudirman. Selain pengiriman Kontingen, atas permintaan PBB
diberangkatkan pula Brigadir Jenderal Himawan Sutanto sebagai Komandan Brigade
Selatan Pasukan PBB di Timur Tengah, pada tanggal 13 Desember 1973. Kontingen
Garuda Indonesia VI tiba kembali di Indonesia setelah menyelesaikan tugasnya di Timur
Tengah selama sembilan bulan. Pada tanggal 31 September 1974, Kasum Hankam
Marsdya TNI Sudharmono atas nama Menhankam/Pangab membubarkan Kontingen
Garuda Indonesia VI dan selanjutnya diserahkan kepada kesatuan masing-masing.

Kontingen Garuda VII

Konga VII dikirim ke Vietnam pada 1974. Konga VII berada di bawah misi ICCS dan
dipimpin oleh Brigjen TNI S. Sumantri Digantikan oleh kharis suhud. Untuk kedua
kalinya, E Bintoro Hardjono ditugaskan ke Vietnam sebagai penasihat militer di Konga
VII

Kontingen Garuda VIII

Kontingen Garuda VIII dikirim dalam rangka misi perdamaian PBB di Timur Tengah
paska Perang Yom Kippur antara Mesir dan Israel yang berlangsung dari tanggal 6
sampai dengan 26 Oktober 1973, dengan tercapainya gencatan senjata di kilometer 101
dan disusul dengan keluarnya resolusi PBB 340 Kontingen Garuda VIII bertugas di daerah
penyangga PBB di Semenanjung Sinai tersebut dikirim dalam 9 gelombang rotasi, dan
setiap rotasi bertugas selama 6 bulan. Negara yang berkontribusi dalam pasukan
perdamaian dalam wadah UNEF II tersebut yaitu dari Australia, Austria (penerbangan),
Kanada (logistik), Finlandia (pasukan), Ghana (pasukan), Indonesia (pasukan), Irlandia,
Nepal, Panama, Peru, Polandia (logistik), Senegal dan Swedia (pasukan)

Kontingen Garuda VIII/1

Konga VIII/1 dikirim ke Timur Tengah pada 1974. Konga VIII/1 berada di bawah misi
UNEF II dan dipimpin oleh Kol Art Sudiman Saleh.

Kontingen Garuda VIII/2

Konga VIII/2 dikirim ke Timur Tengah pada 1975. Konga VIII/2 berada di bawah misi
UNEF II dan dipimpin oleh Kol Inf Gunawan Wibisono. Berintikan anggota TNI dari
kesatuan KOSTRAD, yaitu dari YONIF LINUD 305/Tengkorak-BRIGIF LINUD
17/KOSTRAD.

Kontingen Garuda VIII/3

Konga VIII/3 dikirim ke Timur Tengah pada 1976. Konga VIII/3 berada di bawah misi
UNEF II dan dipimpin oleh Kol Inf Untung Sridadi.

Kontingen Garuda VIII/4

Konga VIII/4 dikirim ke Timur Tengah pada 1976. Konga VIII/4 berada di bawah misi
UNEF II dan dipimpin oleh Kol Inf Suhirno.

Kontingen Garuda VIII/5

Konga VIII/5 dikirim ke Timur Tengah pada 1977. Konga VIII/5 berada di bawah misi
UNEF II dan dipimpin oleh Kol Kav Susanto Wismoyo.

Kontingen Garuda VIII/6


Konga VIII/6 dikirim ke Timur Tengah pada 1977. Konga VIII/6 berada di bawah misi
UNEF dan dipimpin oleh Kol Inf Karma Suparman.
Kontingen Garuda VIII/7
Konga VIII/7 dikirim ke Timur Tengah pada 1978. Konga VIII/7 berada di bawah misi
UNEF dan dipimpin oleh Kol Inf Sugiarto.
Kontingen Garuda VIII/8
Konga VIII/8 dikirim ke Timur Tengah pada 1978. Konga VIII/8 berada di bawah misi
UNEF dan dipimpin oleh Kol Inf R. Atmanto.
Kontingen Garuda VIII/9
Konga VIII/9 dikirim ke Timur Tengah pada 1979. Konga VIII/9 berada di bawah misi
UNEF dan dipimpin oleh Kol Inf RK Sembiring Meliala.
Kontingen Garuda IX/1
Konga IX/1 dikirim ke Iran-Irak pada 1988. Konga IX/1 berada di bawah misi UNIIMOG
dan dipimpin oleh Letkol Inf Endriartono Sutarto.
Kontingen Garuda IX/2
Konga IX/2 dikirim ke Iran-Irak pada 1989. Konga IX/2 berada di bawah misi UNIIMOG
dan dipimpin oleh Letkol Inf Fachrul Razi.
Kontingen Garuda IX/3
Konga IX/3 dikirim ke Iran-Irak pada 1990. Konga IX/3 berada di bawah misi UNIIMOG
dan dipimpin oleh Letkol Inf Jhony Lumintang.
Kontingen Garuda X
Konga X dikirim ke Namibia pada 1989. Konga X berada di bawah misi UNTAG dan
dipimpin oleh Kol Mar Amin S.
Kontingen Garuda XI/1
Konga XI/1 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1992. Konga XI/1 berada di bawah misi
UNIKOM dan dipimpin oleh Letkol Inf Albert Inkiriwang.
Kontingen Garuda XI/2
Konga XI/2 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1992. Konga XI/2 berada di bawah misi
UNIKOM dan dipimpin oleh May CZI TP Djatmiko.Setelah Kontingen Garuda XI-1
mengakhiri masa tugasnya pada tanggal 23 April 1992 kemudian tugas selanjutnya
diserahkan kepada Kontingen Garuda XI-2 untuk melaksanakan tugas sebagai pasukan
pemelihara perdamaian PBB di wilayah Irak-Kuwait sebagaimana Kontingen Garuda XI-
1. Kontingen gelombang kedua ini berangkat pada tanggal 23 April 1992.Penugasan
Kontingen Garuda XI-2 berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 687 tanggal 3
April 1992 pada paragraf 5 tentang pembentukan dan tugas-tugas yang dilaksanakan
Unikom dan Surat Perintah Panglima ABRI Nomor Sprin 1024/IV/1992.Sebagai
Komandan Kontingen Garuda XI-2 adalah Mayor Czi Toto Punto Jatmiko. Personel
anggota Kontingen Garuda XI-2 terdiri dari 6 perwira. Sebagai duta bangsa prestasi yang
berhasil dicapai Kontingen Garuda XI-2 adalah berperan mengembalikan personel
Amerika Serikat yang ditangkap oleh Polisi Irak di wilayah Kuwait. Di samping itu
Kontingen Garuda XI-2 berhasil membujuk suku Bieloven untuk tidak melaksanakan
kegiatan pasar gelap. Pada tanggal 23 April 1991 Kontingen Garuda XI-2 telah selesai
melaksanakan tugas dan kembali ke tanah air dan mereka kemudian mendapatkan
bintang Satyalencana Santi Dharma dari pemerintah.
Kontingen Garuda XI/3
Konga XI/3 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1993. Konga XI/3 berada di bawah misi
UNIKOM dan dipimpin oleh May Kav Bambang Sriyono.Garuda XI-2 mengakhiri masa
tugasnya pada tanggal 23 April 1992, maka Kontingen Garuda XI-3 menggantikan
Kontingen Garuda XI-2 untuk melaksanakan tugas sebagai pasukan pemelihara
perdamaian PBB di wilayah Irak-Kuwait. Kontingen ini beranggotakan enam orang
perwira ABRI di bawah pimpinan Mayor Kav. Bambang Sriyono. Mereka berangkat ke
wilayah Irak-Kuwait pada tanggal 19 April 1993 dan kembali ke tanah air pada tanggal 25
April 1994.Atas permintaan Dewan Keamanan PBB pada tanggal 10 Oktober 1993
Pemerintah Indonesia mengirimkan Letkol Inf. Hasanudin sebagai anggota Staf
UNIKOM. Ia termasuk Kontingen Garuda XI/UNIKOM dan berhasil melaksanakan tugas
dengan baik. Pada tanggal 17 Oktober 1994 kontingen ini kembali ke tanah air.
Kontingen Garuda XI/4
Konga XI/4 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1994. Konga XI/4 berada di bawah misi
UNIKOM dan dipimpin oleh May Inf Muh. Mubin.
Kontingen Garuda XI/5
Konga XI/5 dikirim ke Irak-Kuwait pada 1995. Konga XI/5 berada di bawah misi
UNIKOM dan dipimpin oleh May CPL Mulyono Esa.

Anda mungkin juga menyukai