Anda di halaman 1dari 6

Jurnal PPKM III (2015) 241-246 ISSN: 2354-869X

CONSERVATION, AN EFFORT TO PROTECT THE IDENTITY


OF THE HISTORICAL ENVIRONMENT
(CASE STUDY HISTORICAL ENVIRONMENT SEMARANG CHINATOWN)
Ratih Widiastuti a
a
Alumni S2 Arsitektur Universitas Diponegoro Semarang
a
E-mail: ratih.ias.shine@gmail.com

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Riwayat Artikel : Kawasan bersejarah Pecinan di Kota Semarang yang saat ini
Diterima : 14 Juli 2015 sedang menghadapi permasalahan-permasalahan karena adanya
Disetujui : 10 Agustus 2015 pengaruh modernisasi. Masyarakat di Pecinan Semarang
Kata Kunci : Bangunan cenderung lebih banyak melakukan perubahan pada material
tradisional, Kawasan bahan bangunan dan menambahkan bagian-bagian baru yang
bersejarah, Konservasi, Pecinan lebih modern. Menambahkan bagian-bagian baru serta
Semarang. menempatkan bangunan-bangunan baru diantara bangunan-
bangunan lama mengubah skyline di Pecinan Semarang. Tanpa
pengawasan dan perawatan yang baik pada bangunan-bangunan
tradisional yang ada, Pecinan Semarang akan kehilangan wajah
historisnya. Itulah mengapa konservasi penting untuk dilakukan
di Pecinan Semarang sebagai sebuah usaha untuk melindungi
identitas dari Pecinan Semarang.

ARTICLE INFO ABSTRACT


Riwayat Artikel : Historical environment in Semarang Chinatown in Semarang,
Diterima : July 14, 2015 currently face intensified urban problems as a result of
Disetujui : August 10, 2015 modernization. Society in Semarang Chinatown do much renewal
Key words: Conservation, toward building materials and give additional modern structure
Historical environment, rather than minimal repairs to extend the traditional buildings.
Semarang Chinatown, Turning traditional buildings into new by demolishing the old
Traditional building buildings and replacing them with new buildings, and sometimes
adding new buildings between traditional buildings altering the
existing skyline in this area. Withouth proper supervision and
maintenance of traditional buildings, Semarang Chinatown will
eventually lost its historical townscape. That why, it is important
to do conservation in the Semarang Chinatown as an effort to
protect the identity of Semarang Chinatown.

1. PENDAHULUAN lebih bersifat ekonomis dan komersial.


Modernisasi menjadikan kota-kota di Menurut Budihardjo (1997), gejala penurunan
Indonesia banyak mengalami perkembangan fisik pada bangunan-bangunan di kawasan
dan perubahan. Ada yang memberikan konservasi cenderung terjadi pada kota-kota
kontribusi positif, seperti pembangunan yang sedang mengalami pembangunan.
infrastruktur, namun tidak sedikit yang Proses pembangunan yang mengedepankan
memberikan dampak negatif, salah satunya sisi fisik dan ekonomi, menjadikan kawasan-
bagi kawasan bersejarah. Bangunan-bangunan kawasan kota yang menyimpan nilai sejarah
kuno di kawasan bersejarah rawan hilang dan kemudian mengalami degradasi penurunan
hancur, yang kemudian akan digantikan kualitas kotanya (Pugalis, 2009).
dengan bangunan maupun objek lainnya yang

241
Jurnal PPKM III (2015) 241-246 ISSN: 2354-869X
Hal ini kemudian menjadi sebuah khususnya di negara berkembang sangatlah
pertentangan antara membangun kawasan sulit untuk melakukannya (Fitch 1982 dalam
bersejarah sebagai kawasan modern atau Kong dan Yeoh, 1994). Di Semarang, konflik
mempertahankan nilai-nilai sejarahnya. konservasi-pembangunan menjadi sebuah
Karena perancangan kota saat ini lebih sering dilema yang lebih jauh menjadi sesuatu yang
melihat kota sebagai physical artifact complicated. Perlu kita ketahui bahwa
daripada sebagai cultural arifact (Aulia, kegiatan konservasi menurut Said et al.
2007). (2013), merupakan sebuah proses yang
Menurut Supono (2007), konservasi mencakup repair, preservation, restoration,
bukan hanya sekedar upaya untuk maintenance, adaptive reuse dan
mengawetkan kawasan kota yang bersejarah, reconstruction.
namun lebih ditujukan untuk menjadi alat Sebagian besar kawasan-kawasan
dalam mengolah transformasi melalui bersejarah akan ditinggalkan dan bangunan-
pemahaman tentang sejarah perkotaan dan bangunannya menjadi terbengkalai atau
sejarah objek-objek arsitektur yang mengalami penggusuran karena akan
merupakan bagian dari sejarah perkembangan dibangun sebuah bangunan baru. Karena
kota tersebut. dibandingkan dengan mempertahankan
Kota adalah wadah dan wajah masyarakat bangunan-bangunan lama yang ada,
yang akan terus bertahan atau dipertahankan, masyarakat justru cenderung mengganti
yang artinya setiap kota pasti memiliki material-material bangunan dengan yang lebih
sejarahnya (Wijanarka, 2001). Perkembangan baru atau menambahkannya dengan massa
kota dan modernisasi telah mengantarkan bangunan yang lebih modern.
keseragaman wajah kota dan lenyapnya Menurut Shamsuddin dan Sulaiman
kearifan lokal. Seperti halnya yang terjadi di (2002), terdapat lima ancaman yang dapat
Kawasan Pecinan Semarang. menghancurkan kelangsungan suatu kawasan
Sejak tahun 2005, berdasarkan SK bersejarah yaitu :
Walikota Semarang No. 650/157 tahun 2005 a. Gangguan pada pola tata ruangnya.
Pecinan Semarang telah ditetapkan sebagai b. Hilangnya wajah kota.
kawasan konservasi. c. Berubahnya pola dari aktivitas-
Bangunan-bangunan tradisional di aktivitas yang ada.
Pecinan Semarang baik secara keseluruhan d. Tampilan visual yang monoton.
maupun detail-detailnya tidak hanya sebagai e. Modernisasi kawasan.
hiasan, namun lebih dari itu merupakan jejak Ancaman-ancaman tersebut semakin
sejarah yang mampu menggambarkan dengan meningkat ketika secara perlahan pola dari
jelas pengaruh kebudayaan Tionghoa pada inti kawasan bersejarah tersebut dipenuhi oleh
saat itu. bangunan-bangunan bernuansa modern
Pembangunan yang tidak terkontrol, telah sehingga mengubah skyline kawasan.
menghasilkan wajah dan bangunan baru yang Lebih lanjut Shamsuddin dan Sulaiman
mengisi diantara bangunan-bangunan lama di (2002), mengatakan bahwa jika bangunan-
Kawasan Pecinan Semarang sehingga bangunan modern ini tidak di desain sejalan
dikhawatirkan dapat menghilangkan sense of dengan bangunan-bangunan tua yang ada,
identity dari kawasan ini. maka dimungkinkan dapat merusak seluruh
Oleh karena itu konservasi menjadi struktur yang ada di suatu kawasan
sesuatu yang penting dilakukan di Pecinan bersejarah.
Semarang. Maka sesuai dengan judul Dengan konservasi pengelolaan kawasan
penelitian, tujuan yang hendak dicapai bersejarah dapat dilakukan dengan lebih baik
didalam penelitan ini adalah study terhadap agar makna kultural yang terkandung di
kontribusi konservasi di Pecinan Semarang. alamnya dapat terpelihara sesuai dengan
situas dan kondisi yang ada tanpa merusak
2. KAJIAN PUSTAKA aktivitas penghuni yang sudah berjalan
Secara umum, menjaga keseimbangan selama berpuluh-puluh tahun.
antara konservasi dan pembangunan

242
Jurnal PPKM III (2015) 241-246 ISSN: 2354-869X

3. METODE PENELITIAN
Terdapat 3 langkah utama yang dilakukan Sejarah Pecinan Semarang diawali di
di dalam penelitian ini, yaitu : tahun 1740 (Widodo, 1996). Semarang yang
 Studi literatur. Terutama terkait dengan merupakan kota pelabuhan, sejak dahulu
sejarah dan kegiatan konservasi di banyak dikunjungi oleh berbagai macam
Kawasan Pecinan Semarang. etnis, kelompok dan suku bangsa. Dalam hal
 Observasi langsung di Kawasan Pecinan ini, masyarakat Tionghoa merupakan satu dari
Semarang dengan melihat arsitektur- sekian banyak pendatang yang kemudian
arsitektur bangunan di Kawasan Pecinan bertempat tinggal di Kota Semarang.
Semarang. Disebabkan karena adanya pemberontakan
 Wawancara dengan para tokoh dan masyarakat Tionghoa di Batavia (Jakarta),
masyarakat di Kawasan Pecinan maka pada tahun 1740, oleh Pemerintah
Semarang. Kolonial Belanda masyarakat Tionghoa di
Kota Semarang di konsentrasikan di satu
Pecinan Semarang kawasan khusus yang sekarang dikenal
Secara administratif, Pecinan Semarang sebagai Pecinan Semarang. Tujuannya adalah
merupakan bagian dari wilayah Kecamatan agar Pemerintah Hindia Belanda lebih mudah
Semarang Tengah yang temasuk di dalam di dalam melakukan pengawasan.
Kelurahan Kranggan. Sedangkan batas-batas Bentukan fisik dari Pecinan Semarang
wilayah Pecinan Semarang yaitu : merupakan lorong-lorong sempit dimana
 Utara : Kelurahan Kauman disisi kiri dan kanannya terdapat bangunan-
 Barat : Kelurahan Bangunharjo bangunan hunian. Sebagian besar bangunan-
 Selatan : Kelurahan Gabahan bangunan ini merupakan rumah toko. Dimana
lantai satu digunakan sebagai tempat usaha
 Timur : Kelurahan Jagalan
dan lantai atas digunakan sebagai tempat
tinggal. Perdagangan menjadi salah satu ciri
dari Pecinan Semarang. Pola huniannya
merupakan rumah-rumah deret tanpa ada
celah antar bangunannya.

Gambar 2. Rumah Deret Di Pecinan


Semarang
Gambar 1. Lokasi Pecinan Semarang Sumber : http://www.skyscrapercity.com,
Sumber : DTK Semarang, 2015 2015

243
Jurnal PPKM III (2015) 241-246 ISSN: 2354-869X
Selain bentuk hunian yang memiliki ciri
arsitektur yang berbeda dari bangunan
lainnya, ciri lain dari Kawasan Pecinan
Semarang adalah banyaknya klenteng-
klenteng yang tersebar di beberapa gang di
kawasan ini.
Gambar 3. Rumah Toko Di Pecinan
Semarang
Sumber : http://www.skyscrapercity.com,
2015

Arsitektur bangunan tradisional di


Pecinan Semarang sangat kental dengan gaya Gambar 6. Desain Bukaan Dinding Pada
arsitektur Tionghoa. Pada umumnya Arsitektur Bangunan Kuno Di Pecinan
bangunan-bangunan ini beratap pelana dengan Semarang
bubungan atap berbentuk seperti konde. Sumber : http://www.skyscrapercity.com,
Fasade bangunan dihiasi dengan bukaan 2015
dinding yang umumnya menggunakan jendela
krepyak dan pintu yang yang berukuran besar. Klenteng sebagai fasilitas ibadah dapat
Jendela atas atau bouvenlight ditutup dengan dianggap sebagai penanda kawasan.
teralis bermotif, biasanya dengan desain motif Penempatan klenteng terbagi menjadi dua
bunga. Kemudian juga terdapat konsol yaitu di posisi tusuk sate dan di tepi sungai.
dengan desain khas arsitektur Tionghoa. Terdapat makna kultural di dalam
perletakannya yaitu untuk melindungi
wilayah Pecinan dari hawa jahat atau
pengaruh buruk.
Bentuk arsitektur klenteng yang berbeda
dari bangunan disekitarnya seperti warna
bangunan dan ornamen-ornamennya yang
sangat mencolok memberikan vista tersendiri
bagi area disekitarnya.

Gambar 4. Atap Konde Pada Arsitektur


Bangunan Kuno Di Pecinan Semarang
Sumber : Dokumen Penulis, 2015

Gambar 7. Peta Persebaran Klenteng Di


Gambar 5. Desain Konsol Pada Arsitektur Pecinan Semarang
Bangunan Kuno Di Pecinan Semarang Sumber : Peta. Dinas Tata Kota Kota
Sumber : Dokumen Penulis, 2015 Semarang, 2015; Analisa Penulis, 2015

244
Jurnal PPKM III (2015) 241-246 ISSN: 2354-869X

Konservasi Di Kawasan Pecinan Semarang sebagai gudang penyimpanan barang.


Dibandingkan dengan meminimalkan Perubahan pada fisik bangunan, alih fungsi
renovasi untuk mempertahankan keaslian ruang, maupun pergeseran pada nilai-nilai
bangunan, masyarakat di Kawasan Pecinan budaya merupakan sesuatu yang tidak dapat
Semarang cenderung menggantikan dihindari.
bangunan-bangunan tradisional yang ada Seperti yang terlihat di Gang Pinggir,
dengan material-material bangunan yang baru Gang Besen, Gang Warung dan Gang
maupun dengan menambahkan bagian-bagian Tengah, akibat berubahnya fungsi bangunan
baru yang lebih modern. dari tempat tinggal menjadi bangunan
Pecinan Semarang merupakan kawasan perkantoran dan jasa menjadikan bangunan-
yang unik, baik dari segi latar belakang, bangunan di area ini mengalami perubahan
wujud fisik (artefak), maupun aktifitas- yang cukup derastis dengan adanya
aktifitas yang berlangsung di dalamnya. bangunan-bangunan baru yang cenderung
Sebagai kawasan konservasi bersejarah, keluar dari ciri lingkungan Pecinan.
hingga saat ini kondisi kawasan Pecinan
Semarang relatif masih utuh dengan
komunitas masyarakat Tionghoanya dan
aktifias ekonominya.

Gambar 10. Area Dengan Dominasi


Arsitektur Baru Di Pecinan Semarang
Sumber : http://www.skyscrapercity.com,
2015

Bentuk-bentuk bangunan baru dengan


bentukan arsitektur modern cenderung lebih
terlihat monoton dan homogen bila
dibandingkan dengan bangunan-bangunan
tradisional di Pecinan Semarang.
Gambar 9. Bangunan Kuno Dengan Fasade Berkurangnya karakter-karakter
Gaya Arsitektur Baru Di Pecinan Semarang bangunan tradisional di Pecinan Semarang
Sumber : http://www.skyscrapercity.com, menjadikan aset-aset budaya di kawasan ini
2015 menjadi tersembunyi sehingga
menghilangkan sense of identity dari kawasan
Namun sejalan dengan semakin pesatnya ini.
pertumbuhan ekonomi di kawasan Pecinan Oleh karena diperlukan upaya-upaya
Semarang, menyebabkan terjadinya yang dapat menjaga keaslian arsitektur dan
perubahan baik pada aspek fisik maupun kehidupan sosial budaya agar identitas dari
dalam kehidupan sosial budaya nya. kawasan Pecinan Semarang dapat terjaga.
Arsitektur-arsitektur baru menggantikan
arsitektur lama. Pesatnya kegiatan 4. KESIMPULAN
perdagangan telah mendesak bangunan- Pengaruh modernisasi dengan
bangunan permukiman, sehingga menjadikan mengenalkan konsep-konsep arsitektur baru
hampir seluruh ruang-ruang hunian digunakan di kawasan Pecinan Semarang, telah
245
Jurnal PPKM III (2015) 241-246 ISSN: 2354-869X
memberikan tekanan dari sisi komersial, Aulia, M. 2007. Perancangan Ruang Terbuka
desain yang buruk dan keseragaman aspek dalam Konteks Revitalisasi Kawasan
budaya sehingga menghilangkan Bersejarah Kota. Jurnal Lembaga
citra/identitas Pecinan Semarang yang Penelitian, Universitas Udayana.
merupakan bagian dari sejarah perkembangan Denpasar.
Kota Semarang. Supono, A. 2007. Upaya Penanganan
Sehingga dapat disimpulkan bahwa Masalah Urban Heritage Sebagai
penting untuk melakukan konservasi di Potensi Memperkuat Citra Kota. Jurnal
Kawasan Pecinan Semarang. Disamping Lembaga Penelitian Universitas Katolik
fungsinya sebagai landmark Kota Semarang, Widya Mandiri. Kupang.
keberadaan bangunan-bangunan tradisional di Wijanarka. 2001. Teori Desain Kawasan
Pecinan Semarang merupakan penanda fisik Bersejarah, Suatu Dasar Mewujudkan
kawasan ini. Desain Pelestarian dan Pengembangan
Tanpa pengawasan dan maintenance yang Kawasan Bersejarah dengan Semarang
baik, Pecinan Semarang akan kehilangan Sebagai Objek Kajian. Program Studi
keunikan dari wajah kota nya. Sangatlah Teknik Arsitektur Univeritas
penting untuk dimengerti, khususnya oleh Palangkaraya. Palangkaraya.
masyrakat Pecinan Semarang sendiri kaitan Kong, L. Yeoh, B. 1994. Urban Conservation
antara keberlanjutan dari bangunan-bangunan in Singapure: A Survey of State Policies
tradisional dan harmonisasinya dengan and Popular Attitudes. Urban Studies, I
kawasan ini. (2).
Karena tanpa pemahaman ini, maka akan Said, S.Y. Aksah, H. Ismail, E.D. 2013.
ada semakin banyak proyek-proyek yang Heritage Conservation and Regeneration
tidak mempertimbangkan aspek konservasi of Historic Areas in Malaysia. Elsevier,
sehingga menyebabkan penghancuran pada Procedia-Social and Behavioral Science,
bangunan-bangunan tradisional yang ada dan 105 (2013) 418-428.
menggantikannya dengan wajah baru dimana Shamsuddin, S. Sulaiman , A.B. 2002. The
wajah baru ini dapat menciptakan identitas Importance of Conserving the Old Town
baru bagi Pecinan Semarang dan sayangnya Centre in Achieving a Sustainable Built
menghilangkan esensi pada nilai-nilai sosial Environment of the Future. National
budaya yang telah ada. Seminar on Built Environment:
Sustainability Through Management and
5. REKOMENDASI Technology.
Untuk penelitian selanjutnya, Widodo, Johannes. 1996. The Urban History
direkomendasikan untuk melakukan study of The Southeast Asia Coastal City. Ph.D
terhadap persepsi masyarakat terhadap upaya Dissertation, Department of Art,
konservasi di Kawasan Pecinan Semarang. Graduate School of Engineering,
University of Tokyo. Jepang.
6. UCAPAN TERIMAKASIH http://www.skyscrapercity.com/. Diakses
Penulis mengucapkan terima kasih pada 17 Juni, 2015.
kepada masyarakat Tionghoa di Kawasan
Pecinan Semarang yang telah menjadi
narasumber penelitian ini.

7. DAFTAR PUSTAKA
Budihardjo, E. 1997. Tata Ruang Perkotaan.
Bandung. Penerbit Alumni.
Pugalis, L. 2009. The Culture and Economics
of Urban Public Space Design: Public
and Professional Perceptions. Urban
Design International Journal, Vol. 14,
215-230.

246

Anda mungkin juga menyukai