Oleh :
Syifa Hidayatun Nida (2119231)
Syafa Ni’matin Rizki (2119232)
Irva Ramadilla (2119233)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
2019
Abstrak
Shalat merupakan ibadah yang pertama kali di akhirat kelak. Sholat juga dapat
dijadikan barometer amal-amal lain seperti diungkapkan dalamsebuah hadist : ”Hal
yang pertama kali di hisab pada hari kiamat antara sholat” Begitu pentingnya
sholat, karena sholat merupakan penentu amal yang lain. Jika sholatnya baik, maka
baik pula amalnya yang lain. Ada juga para ulama yang mengibaratkan bahwa sholat
itu di ibaratkan sebagai angka 1 (Satu) Sedangkan amal selain sholat itu diibaratkan
angka 0, sehingga jika sholatnya rusak atau bahkan tidak melakukan sholat maka nilai
sama dengan nol walaupun amalnya banyak. Akan tetapi jika sholatnya baik dan
selalu dikerjakan maka semua amalnya itu bernilai. Oleh karena itu, maka sholat
tidak boleh ditinggalkan walau bagaimanapun keadaanya kecuali orang yang haid
atau nifas atau keadaan bahaya. Namun ada beberapa keringanan (Rukhsah) bagi
orang yang ada dalam perjalanan (Musafir) dalam tata cara pelaksanaan sholat yaitu
dengan cara sholat jamak dan sholat qashar. Namun hal itu juga bukan berarti boleh
meninggalkan sholat begitu saja, hanya berpindah pelaksanaan pada waktu tertentu
(yang telah diisyaratkan) dan syarat-syarat tertentu pula. Menjama’ dan mengqashar
sholat termasuk Rukhsah (Kelonggaran atau keringanan) yang diberikan Allah swt
kepada hambanya karena adanya kondisi yang menyulitkan bila sholat dilakukan
dalam keadaan biasa. Rukhsah ini merupakan shodaqoh dari Allah swt yang di
anjurkan untuk diterima dengan penuh ketawadhuan. Namun jika ada musafir yang
tidak mengqashar sholatnya maka sholatnya tetap sah, hanya saja kurang sesuai
dengan sunnah karena nabi saw senantiasa menjamak dan mengqashar.
Kata Kunci : Shalat jamak, Shalat Qashar
Jadi sholat yang boleh di jama’ adalah semua sholat fardhu kecuali sholat
shubuh. Sholat shubuh harus dilakukan pada waktunya, sholat shubuh tidak boleh di
jama’ dengan sholat isya atau sholat dhuhur. Dan untuk menjama’ sholat harus sesuai
dengan urutan waktu sholat yang telah ditentukan oleh Allah SWT dan tidak boleh
menjama’ sholat dengan membalikkan waktu sholat yang telah ditentukan oleh Allah
SWT, dan pada saat menjama’ sholat, dua shalat, maka cukup dengan
mengumandangkan iqamat diantara duashalat yang dijama’.
2. Sholat Qashar
Shalat Qashar adalah meringkas sholat yang 4 rakaat menjadi 2 rakaat. Seperti
sholat dhuhur, ashar dan isya. Sedangkan sholat maghrib dan sholat shubuh tidak bisa
di qashar.
“Dan apabila kamu bepergian dimuka bumi, maka tidaklah mengapa kamu
mengqashar sembahyang (mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir.
Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (Q.S An
Nisa : 101)
Bagi orang yang sedang atau akan bepergian, baik masih dirumah (Tempat
tinggal) atau dalam perjalanan, dan atau sudah sampai ditujuan dibolehkan menjama’
sholat, baik dilakukan secara jama’ Takdim maupun jama’ Takhir sama saja, dan
selama berada di tempat yang dituju tetap boleh menjama’ sholat dengan cara tidak
berniat untuk menetap ditempat itu. Seperti yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.2
2. Hujan
Jika seseorang berada di suatu masjid atau musholla, tiba-tiba turun hujan
sangat lebat, maka dibolehkan menjama’ sholat maghrib dengan isya, dhuhur dan
ashar.
3. Sakit
Sakit merupakan cobaan dan ujian bagi manusia, dan apabila seseorang sabar
dalam menghadapi cobaan dan ujian sakit ini, dan tetap menjalankan perintah Allah
dan Rasulnya, khususnya perintah sholat, maka akan mengurangi dosa dosanya,
sekalipun sholat itu dikerjakan dengan cara dijama’3
4. Takut
Takut dalam masalah ini bukan takut seperti yang biasa dialami oleh setiap
orang, akan tetapi yang dimaksud takut disini yaitu takut secara batin.
2
Muhammad Baghir al-Habsy, Fiqih Praktis, Menurut Al Qur’an, As sunnah dan pendapat para
ulama, (Bandung : Mizan Media Utama. 2002), Hlm. 208.
3
Ibid, hlm, 209
tidak dalam safar, jika ada kepentingan yang mendesak, asal hal itu tidak dijadikan
kebiasaan dalam hidupnya.
1. Jama’ Takdim
a. sholat diwaktu yang pertama (dhuhur sebelum ashar atau magrib sebelum
isya)
Contoh :
4
Rasjid Sulaiman, Fiqh Islam, (Jakarta : Attahiriyyah.1983), Hlm. 45.
5
Ibid, Hlm, 46.
1. Berniat Sholat dhuhur dengan jama’ Takdim. Bila dilafalkan yaitu : “Saya
niat sholat dhuhur 4 rakaat digabungkan dengan sholat ashar dengan
jama’ takdim karena Allah ta’ala”
2. Takbiratul ihram
4. Salam
5. Berdiri lagi dan berniat sholat yang kedua (Ashar), jika dilafalkan seperti
berikut :
6. Takbiratul ihram
8. Salam.
2. Jama’ Takhir
Adapun tatacara sholat qashar itu tidak ada bedanya dengan sholat dua rakaat
yang lainnya, karena qashar hanya meringkas sholat yang empat rokaat menjadi dua
rokaat.
Para prinsipnya, pelaksanaan sholat qoshor sama dengan sholat biasa hanya
saja berbeda pada niat rokaatnya dijadikan dua rokaat dan tidak ada tasyahud awal,
Jadi setelah dua rokaat kemudian melakukan tasyahud akhir dan salam.7
Imam Malik, As-Syafi’i dan Ahmad berpendapat bahwa maksimal 3 hari bagi
muhajirin yang akan mukim (tinggal) di tempat tersebut. Sementara ada yang juga
berpendapat maksimal 4 hari, 10 hari (Muttafaq ‘alayh, dari Anas bin Maliik), 12 hari
6
Ibid, hlm, 47.
7
Ibid, hlm, 58.
8
Ibid, hlm, 50.
(HR. Ahmad,dari ‘imran), 15 hari (Pendapat Abu Hanifah), 17 hari, dan 19 hari
(muttafaq ‘alayh, dari Ibn ‘Abbas).
Jika diperlihatkan secara seksama pada hadis-hadis dari para sahabat di atas,
umumnya mereka menceritakan sholat safar sesuai dengan keadaan dan perspektif
mereka masing-masing. Inilah yang kemudian dipahami oleh para Imam Madzhab
sehingga mereka berbeda pendapat dalam batasan jarak dan waktu kebolehan shalat
jama’ dan qashar. Dari pendapat yang ada, yang lebih kuat adalah pendapat yang
menyatakan bahwa selama berstatus sebagai musafir biasa (bukan musafir perang)
dan tidak tinggal lebih dari 19 hari disatu tempat tersebut, maka masih diberikan
keringanan untuk menjama’ qashar sholatnya. Tetapi kalau musafir perang, maka
boleh menjama’ qashar shalatnya masih dalam suasana perang. Sedangkan bagi
musafir dengan tujuan maksiat, maka sebagian besar ulama berpendapat tidak ada
keringanan qashar kepadanya.9
Mengqashar shalat fardhu ini tentu juga tidak sembarang orang dibolehkan. Ada
syarat-syarat sah yang menjadikan sholatnya disebut dengan sholat qashar, yaitu :
2. Shalat yang diqashar adalah sholat yang jumlah rakaatnya ada 4 rakaat. Sholat
dhuhur, ashar dan isya
3. Memenuhi jarak perjalanan yang menjadi syarat sholat qashar, lebih dari 77
km
4. Perjalanan yang dilakukan mempunyai tujuan yang baik dan benar. Seperti
untuk bersilaturahmi, mencari ilmu, berdagang dan lain-lain.
Untuk cara pelaksanaan sholat qashar ini adalah seperti sholat shubuh,yakni 2
rakaat.
9
Ibid, Hlm, 55.
G. Manfaat Dari Shalat Jamak Qashar
Setelah kita pelajari mengenai materi yang dijelaskan di atas, tentulah ada sedikit
manfaat yang bisa kita ambil dan bisa kita telah mengenai betapa Maha Murahnya
Allah swt, yang telah memberikan berbagai keringanan dalam beribadah.
Khususnya tentang shalat yang merupakan tiang agama bagi kita semuanya.
Adapun manfaat dari sholat jamak qashar ini antara lain adalah :
2. Menjadikan hati tenang, aman dan tidak galau, karena sudah melaksanakan
ibadah sholat yang menjadi kewajiban bagi semua umat islam.
3. Tidak minder dan tidak takut ketika sedang dalam kondisi yang genting
sekalipun, karena ibadah sholatnya senantiasa dijaga
Kesimpulan
Dari Paparan di atas kami dari kelompok 4 mengambil kesimpulan :
a. Shalat jama’ dan qashar adalah keringanan (rukhsah) yang diberikan Allah
kepada hambanya, yang harus diterima oleh umat muslim sebagai shodaqoh
dari Allah SWT. Shalat yang dapat dijamak semua sholat fardhu kecuali
sholat subuh. Dan sholat yang dapat diqashar adalah semua sholat fardhu yang
empat rakaat yaitu sholat isya’ dhuhur dan ashar.
10
Ibid, hlm, 59.
b. Hal-hal yang membolehkan jamak dan qashar ada beberapa hal,yaitu: safar
( bepergian), hujan, sakit, takut, keperluan mendesak.
c. Dalam persoalan jarak safar, para ulama berbeda pendapat ada ulama yang
berpendapat jarak minimal 1 farsakh atau 3mil ada yang minimal 3farsakh,
ada yangbberpendapat safar minimal harus sehari semalam bahkan ada yang
berpendapat tidak ada jarak dan waktu yang pasti karena sangat tergantung
padakomdidi fisik, pesikis serta keadaan sosiologis dan lingkungan
masyarakat.
d. Lama safar yang dibolehkan jamak dan qashar para ulama berbeda pendapat
tetapi dalil yang paling kuat adalah 19 hari ( bukan dalam keadaan perang)
berdasarkan hadis muttafaq’alayh, dari ibnu Abbas.
Daftar Pustaka
Azzam Muhammad Aziz Abdul. 2009. Fiqih Ibadah. Jakarta : amzah.
al-Habsy MuhammadBaghir. 2002. Fiqih Praktis : Menurut Al Qur’an, As sunnah
dan pendapat para ulama. Bandung : Mizan Media Utama.