Anda di halaman 1dari 17

BAB II

LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Budaya Massa
a. Pengertian Budaya
Secara etimologis, budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan
akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang
berasal dari kata latin colere, yaitu mengolah atau mengerjakan (Anwar,
2013:182).
Menurut Widagdho (20012:18) budaya adalah sebagai suatu
perkembangan dari kata majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi,
karena itu mereka membedakan anatara budaya dengan kebudayaan.
Budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, karsa, dan rasa.
Sedangkan, kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa tersebut.
Budaya adalah sistem pengetahuan yang digunakan oleh sekelompok
besar orang (Hamad, 2013 : 94). Menurut Mulyana (2006:14) budaya dan
komunikasi berinteraksi secara erat dan dinamis. Inti budaya adalah
komunikasi, karena budaya muncul melalui komunikasi. Akan tetapi budaya
yang muncul mempengaruhi cara berkomunikasi anggota budaya
bersangkutan Tylor (Hartomo,1990:18) menjelaskan bahwa kebudayaan
merupakan keseluruhan yang komplek, yang didalamnya terkandung
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang di dapat seseorang sebagai anggota
masyarakat.
Jadi, budaya adalah hasil dari cipta, karsa, dan karya manusia
berinteraksi dengan lingkungan yang ada disekitarnya melalui komunikasi.
Budaya tidak akan ada apabila tidak ada komunikasi dan budaya berperan
sangat besar dalam kehidupan manusia. Karena budaya merupakan suatu

6
7

sistem pengetahuan dan kemapuan-kemampuan yang digunakan oleh


sekelompok orang.
Budaya merupakan proses pemahaman bukan hanya untuk
memahami alam eksternal atau realitas, melainkan juga sistem sosial di
mana proses itu mangambil bagian, identitas social dan aktivitas sehari-hari
manusia di dalam sistem sosial (Fiske, 2012: 198). Cara pemahaman
terhadap diri sendiri, relasi social, dan terhadap realitas yang merupakan
hasil dari proses kultural yang sama.
1) Wujud, Unsur, dan Fungsi Kebudayaan
Menurut Elly M.Setiadi (Anwar, 2013: 186-187) bahwa wujud
kebudayaan yaitu, sebagai berikut :
a) Wujud ide
Wujud ini menunjukkan ide atau gagasan dari
kebudayaan yang bersifat abstrak, tidak dapat diraba, dipegang
atau difoto, dan berada dalam pemikiran masyarakat di mana
kebudayaan itu tercipta dan berkembang.
b) Wujud perilaku
Wujud tersebut dinamakan sistem sosial, karena
menyangkut tindakan dan kelakuan berpola dari diri manusia itu
sendiri. Wujud ini bisa diobservasi, difoto, dan
didokumentasikan karena dalam sistem sosial terdapat aktivitas-
aktivitas manusia yang berinteraksi dan berhubungan dengan
manusia lainnya.
c) Wujud artefak
Wujud ini disebut juga kebudayaan fisik. Sifatnya paling
konkret dan bisa diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Seperti :
candi, bangunan, baju, dan lain-lain.
8

Mengenai unsur kebudayaan, menurut Soekanto (2014:152) terdapat


tujuh unsur kebudayaan, yaitu :
a) Peralatan dan perlengkapan hidup manusia (pakaian, perumahan,
alat-alat rumah tangga, senjata, alat-alat produksi, dan
sebagainya);
b) Mata pencaharian hidup dan sistem-sistem ekonomi (pertanian,
peternakan, sistem produksi, sistem distribusi, dan sebagainya);
c) Sistem kemasyarakatan (sistem kekerabatan, organisasi politik,
sistem hukum, sistem perkawinan, dan sebagainya);
d) Bahasa (lisan ataupun tulisan);
e) Kesenian (seni rupa, seni suara, seni tari, dan sebagainya);
f) Sistem pengetahuan; dan
g) Religi (sistem kepercayaan).
Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar dalam kehidupan
manusia. Manusia selalu menghadapi kekuatan baik kekuatan alam maupun
kekuatan lainnya yang akan mempengaruhi kehidupannya. Selain itu,
manusia memerlukan kepuasan dalam bidang spiritual maupun material.
Kebutuhan-kebutuhan tersebut sebagian dipenuhi oleh kebudayaan yang
bersumber dan berkembang dalam kehidupan manusia.
2) Ciri dan Sifat Hakikat Kebudayaan
Menurut Mulyana (2006:23) budaya memilki ciri-ciri, sebagai
berikut :
a) Budaya bukan bawaan, tetapi dipelajari.
b) Budaya dapat disampaikan dari orang ke orang, dari kelompok
ke kelompok, dan dari generasi ke generasi.
c) Budaya berdasarkan simbol.
d) Budaya bersifat dinamis, suatu sistem yang terus berubah
sepanjang waktu.
e) Budaya bersifat selektif, mempresentasikan pola-pola perilaku
pengalaman manusia yang jumlahnya terbatas.
f) Berbagai unsur budaya saling berkaitan.
9

g) Etnosentrik (menganggap budaya sendiri yang terbaik atau


standar untuk menilai budaya lain).
Setiap manusia memilki budaya atau kebudayaan yang berbeda-
beda, tetapi memilki sifat hakikat yang berlaku untuk umum atau untuk
semua kebudayaan yang ada di mana pun saja. Menurut Soekanto
(2014:157) sifat hakikat kebudayaan yaitu, sebagai berikut :
a) Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku manusia.
b) Kebudayaan telah ada sebelum lahirnya generasi tertentu dan
tidak akan mati dengan habisnya usia generasi tersebut.
c) Kebudayaan diperlukan manusia dan diwujudkan tingkah
lakunya.
d) Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-
kewajiban, tindakan yang diterima atau ditolak, dan tindakan
yang dilarang maupun yang diizinkan.
b. Pengertian Massa
Secara umum, massa diartikan sebagai orang yang tidak saling
mengenal, berjumlah banyak, anggotanya heterogen, berkumpul disuatu
temaopat dan tidak individualis. Massa memiliki kesadaran diri yang
rendah, tidak dapat bergerak dengan terorganisir, tidak bertindak untuk
dirinya sendiri melainkan terdapat “dalang” di belakangnya yang berfungsi
memanipulasi mereka. (Suprapti, 2015)
Menurut McQuail (1994:31), kata massa berdasarkan sejarah
mempunyai dua makna yaitu positif dan negatif. Makna negatifnya adalah
berkaitan dengan kerumunan (mob), atau orang banyak tidak teratur, bedal,
tidak mempunyai budaya, kecakapan dan rasionalitas. Mekna positifnya
yaitu massa memiliki arti kekuatan dan solidaritas di kalangan kelas pekerja
biasa saat mencapai tujuan kolektif. Sedangkan, menurut Bungin (2006:97)
massa merupakan kumpulan orang banyak yang mengabaikan keberadaan
individualitas/kesadaran diri, tidak terorganisir, komposisi dan batasan
wilayah senantiasa berubah, heterogen, serta dapat dikooptasi untuk
melakukan tindakan.
10

Menurut Blumer dalam McQuail (2002: 41) terdapat empat


komponen sosilogis yang mengandung arti massa, yaitu :
1) Anggota massa adalah orang-orang yang berasal dari kelas sosial,
pekerjaan dan latar belakang yang berbeba-beda.
2) Massa terdiri dari individu-individu yang anonim.
3) Secara fisik anggota massa tidak bersama dan hanya terdapat sedikit
interaksi serta bertukar pengalaman antar anggota massa.
4) Organisasi dari suatu massa sangat berjarak dan tidak mampu
menindaki sesuatu secara bersama.
Massa merupakan masyarakat secara keseluruhan, karena massa
sering digunakan untuk menyebutkan konsumen pasar massal, sejumlah
orang yang berorasi, dan sebagainya. Menurut Bungin (2006: 98) bahwa
secara umum massa ditandai dengan :
1) Kurang memilki kesadaran diri.
2) Kurang memilki identitas diri.
3) Tidak mampu bergerak secara serentak dan terorganisir untuk
mencapai suatu tujuan tertentu.
4) Komposisi massa selalu berubah dalam batasan waktu dan wilayah.
5) Massa tidak bertindak dengan sendirinya, tetapi digerakkan oleh
seseorang atau di kooptasi untuk melakukan suatu tindakan.
6) Walaupun anggotanya heterogen dan berasal dari semua lapisan
masyarakat, massa selalu bersikap sama dan berbuat sesuai dengan
persepsi orang yang menggerakkan mereka.
Massa yaitu sekumpulan orang yang melakukan suatu tindakan atau
perbuatannya selalu digerakkan oleh seseorang. Massa tidak mampu
melakukan suatu perbuatan sendiri harus selalu bekerja sama dengan orang
lain. Massa berasal dari berbagai lapisan masyarakat yang berlatar belakang
keluarga yang berbeda, pekerjaan yang bermacam-macam, dan sebagainya.
Tetapi, setiap massa yang satu dengan yang lainnya kurang dalam
berinteraksi dan kurang bertukar pengalaman.
11

c. Pengertian Budaya Massa


Istilah budaya massa memiliki konotasi buruk dan baik. Konotasi
buruknya yaitu karena ada kaitannya dengan aspek budaya yang disenangi
oleh para orang “tidak terdidik” atau orang “yang tidak tahu membedakan”.
Sedangkan, konotasi baiknya yaitu karena massa sebagai sumber atau agen
perubahan sosial yang progresif (Mc Quail, 1994:37).
Budaya massa diproduksi secara terus menerus melalui campur
tangan industri untuk menghasilkan produksi massal agar mendapatkan
keuntungan dari konsumen yang menikmati hasil dari budaya massa
tersebut. Budaya massa memiliki rumusan yaitu berulang-ulang, inovasi,
ketepatan waktu, mengutamakan keinginan dan kepuasan penikmatnya atau
masyarakat, serta intelektual.
Budaya massa dibentuk karena disebabkan oleh : (Bungin,
2006:100)
1) Tuntutan industri kepada pencipta untuk menghasilkan karya yang
banyak dalam tempo yang singkat. Maka si pencipta untuk
menghasilkan karya yang banyak dalam tempo singkat, tak sempat
lagi berpikir, dan dengan secepatnya menghasilkan karyanya.
Mereka memilki target produksi yang harus dicapai dalam waktu
tertentu.
2) Karena massa budaya cenderung ‘latah’ menyulap atau meniru
segala sesuatu yang sedang naik daun atau laris, sehingga media
berlomba untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya.
Menurut Bauman (Mc Quail, 1994:38) dalam pengertian evaluatif
atau estetika tidak menggambarkan budaya massa, tetapi sebagai akibat
yang tidak dapat ditolak, yang lahir dari suatu proses masyarakat modern
yang terjadi pada hampir semua tempat, munculnya pasar, keunggulan
organisasi besar, dan tersedianya teknologi baru dalam bidang produksi
budaya. Dengan semakin meningkatnya standar budaya massa dalam
meningkatkan kesejahteran masyarakat, maka dalam hal ini peran media
12

massa sangat dibutuhkan untuk melahirkan, menyalurkan, dan menyebarkan


budaya yang dihasilkan.
Ciri-ciri budaya massa, yaitu : (Bungin, 2006:77-78)
1) Nontradisional, yaitu umumnya komunikasi massa berkaitan erat
dengan budaya populer, acara-acara infotainment, seperti Indonesian
Idol, penghuni terakhir, dan sebagainya adalah salah satu contoh
karakter budaya massa ini.
2) Budaya massa bersifat merakyat, tersebar di basis massa sehingga
tidak mengrucut di tingak elite, namun apabila ada elit yang terlibat
dalam proses ini maka itu bagian dari basis massa itu sendiri.
3) Budaya massa juga memproduksi budaya massa seperti infotainment
adalah produk pemberian yang diperuntukan kepada massa secara
meluas. Semua orang dapat memanfaatkannya sebagai hiburan
umum.
4) Budaya massa sangat berhubungan dengan budaya populer sebagai
sumber budaya massa. Bahkan secara tegas dikatakan bahwa bukan
populer kalau budaya massa artinya budaya tradisional dapat
menjadi budaya populer apabila menjadi budaya massa.
5) Budaya massa, terutama yang diproduksi oleh media massa
diproduksi dengan menggunakan biaya yang cukup besar, karena itu
dana yang besar harus menghasilakn keuntungan untuk kontinuitas
budaya massa itu sendiri, karena itu budaya massa diproduksi secara
komersial agar tidak saja menjadi jaminan keberlangsungan sebuah
kegiatan budaya massa namun juga menghasilkan keuntungan bagi
capital yang diinvestasikan pada kegiatan tersebut.
6) Budaya massa juga diproduksi secara ekslusif menggunakan simbol-
simbol kelas sehingga terkesan diperuntukan kepada masyarakat
modern yang homogen, terbatas dan tertutup. Syarat utama dari
ekslusifitas budaya massa ini adalah keterbukaan dan ketersediaan
terlibat dalam perubahan budaya secara massal.
13

Dalam masyarakat industry, media massa sering dipertimbangkan


untuk berfungsi ekuivalen dengan mitos di era tibal, masyarakat yang
menggunakan komunikasi lisan (Fiske, 2012: 205). Hal ini dapat terlihat
dalam sinetron atau serial televisi yang didalamnya terdapat episode-episode
yang memiliki kesamaan dilihat dari berbagai parole dari struktur
didalamnya atau bahasa. Sehingga struktur dalam serial televisi dapat
melahirkan episode-episode yang panjang dan dapat ditayangkan berbula-
bulan bahkan bertahun-tahun. Cover tabloid atau majalah juga memiliki
struktur dalam yang melahirkan headline dan gambar yang tak terhingga
jumlahnya.
Untuk mengetahui unsur-unsur budaya massa dapat diketahui
dengan cara membandingkan beberapa aspek penting dengan budaya tinggi
(high culture) dan budaya rakyat (folk cultur). Perbandingannya yaitu,
sebagai berikut : (McQuail, 1994: 39)

Tabel 2.1
Perbandingan budaya tinggi, budaya massa, dan budaya rakyat

Aspek yang di
Budaya Tinggi Budaya Massa Budaya Rakyat
bandingkan
Kadar dan tipe Diakui, Tergantung Pada awalnya
institusionalisa dilindungi dan pada media diabaikan,
si dikembangkan atau pasar. sekarang sering
oleh organisasi kali dilindungi
sosial formal. secara resmi.
Nilai sosial
tinggi.

Tipe organisasi Tidak Diproduksi Diproduksi


dan produksi teroganisasi, massal untuk berdasarkan
unik, dan pasar massal; standar dan
untuk pasar memanfaatkan rancangan corak
khusus. teknologi tradisional yang
secara dibuat dengan
terencana dan tangan. Pasar
terorganisasi. tidak penting.
14

Isi dan makna Bermakna Dangkal, tidakTercipta dari


ganda bermakna kesadaran akan
(ambigu) ganda, makna dan tujuan
mengganggu menyenangkan (mungkin jelas,
dan tidak , universal,
mungkin juga
terikat pada tetapi bisa
kabur).
waktu punah. Dekoratif atau
ritualistis. Tidak
universal, tetapi
menembus kurun
waktu
Khalayak Jumlahnya Pada Semua anggota
relatif sedikit; prinsipnya kelompok budaya
bagi seni mencakup yang sama. Jadi,
terlatih dan setiap orang; keanggotaannya
berpendidikan. heterogen, terbatas.
berorientasi
konsumtif.
Tujuan Memperluas/ Kesenangan Kesinambungan,
pemakaian / memperdalam seketika; adat kebiasaan;
efek pengalaman. pengalihan solidaritas/
Keputusan perhatian. integrasi.
intelektual.
Prestise.

Dari pengertian dan ciri-ciri budaya massa yang telah disampaikan


oleh beberapa ahli di atas, dapat disimpulakn bahwa budaya massa dapat
berkonotasi buruk apabila seseorang menggunakan budaya massa untuk
melakukan hal-hal yang berlebihan, mencontoh kekerasan, berpakaian yang
tidak sesuai, dan sebagainya. Budaya massa juga dapat berkonotasi baik
apabila seseorang yang memenfaatkannya sesuai dengan kebutuhan,
menjadikan seseorang lebih hati-hati, menjadikan budaya massa untuk
berwirausaha, dan sebagainya. Dengan ciri-ciri nontradisional, bersifat
merakyat, memproduksi budaya massa, berhubungan dengan budaya
populer, menggunakan biaya yang cukup besar, dan diproduksi secara
ekslusif. Budaya massa juga memiliki struktur dalam yang panjang dan tak
terhingga jumlahnya seperti dalam serial televisi yang didalamnya terdapat
episode-episode yang panjang serta cover tabloid yang memiliki headline
dan gambar yang tak terhingga jumlahnya.
15

2. Perilaku Remaja
a. Pengertian Perilaku
Perilaku berasal dari kata “peri” dan “laku”. Peri merupakan cara
berbuat kelakuan perbuatan, dan laku berarti perbuatan, kelakuan, cara
menjalankan. Menurut Makmun (2012: 24) dalam pengertian perilaku
terdapat beberapa pandangan (paham) yaitu paham holisme dan
behaviorisme. Paham Holistik, bahwa perilaku bertujuan purpusive, yang
berarti aspek intrinsik (niat, tekad, azam) dari dalam diri individu
merupakan faktor penting untuk melahirkan perilaku tertentu meskipun
tanpa adanya perangsang dari lingkungan. Sedangkan, paham Behavioristik,
bahwa perilaku dapat dibentuk melalui proses pembiasaan dan pengukuhan
dangan memberikan stimulus dalam lingkungan.
Menurut Wikipedia (Jacky, 2015: 17) perilaku (behavior) adalah
berbagai tingkah laku yang dibuat oleh organisme, makhluk hidup dalam
hubungannya dengan lingkungan (environment), yang meliputi sistem lain
atau organisme sekitar serta lingkungan fisik.
Pendapat lain, menurut Purwanto, perilaku adalah pandangan-
pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak
sesuai sikap objek tadi. Sedangkan, menurut Lois Thurstone Rensis Likert
dan Charles Osgood, perilaku adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi
perasaan. Sikap seseorang terhadap objek adalah perasaan mendukung atau
memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak
memihak (unfavorable) pada objek tersebut. (Friendkerz, 2013)
Perilaku adalah tindakan atau perbuatan yang dilakukan secara
spontan atau refleks oleh makhluk hidup untuk merespon hal-hal yang ada
disekitar lingkungannya. Respon tersebut dapat berupan respon positif
ataupun negatif. Perilaku merupakan perbuatan sederhana yang dimilki dan
sering digunakan oleh makhluk hidup. Contoh perilaku manusia seperti :
makan, minum, membaca, bernyanyi, menari, berlari, berjalan, menulis, dan
sebagainya.
16

1) Klasifikasi Perilaku
Klasifikasi perilaku berbeda-beda yang disusun secara berjenjang
dari yang sederhana sampai yang kompleks. Perilaku yang sekarang
dibentuk sesuai dengan perilaku yang sebelumnya. Menurut Bloom
(Hamalik, 2012: 78-79) terdapat beberapa klasifikasi perilaku yaitu sebagai
berikut :
a) Pengetahuan, selalu mengingat hal-hal yang telah didapatnya
pada waktu tertentu.
b) Pemahaman (comprehension), seseorang dapat mengetahui dari
apa yang dikomunikasikan.
c) Aplikasi (penerapan), dari apa yang dilihat dan dipahami
seseorang dapat mengaplikasikannya atau menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
d) Analisis, dalam hal ini seseorang harus membuat gagasan-
gagasan dari apa yang didapatkannya.
e) Sintesis, perilaku ini menuntut seseorang bisa menyusun dan
mengombinasikan hal-hal atau bagian-bagian sehingga tersusun
menjadi pola atau struktur yang jelas.
f) Evaluasi, perilaku ini akan menilai dari apa yang seseorang
dapatkan dan hasilkan.
2) Konsep Diri dalam Perilaku
Konsep diri memilki peranan penting dalam membentuk tingkah
laku seseorang. Seseorang akan melihat dirinya dari perilakunya. Apabila
seseorang memandang dirinya bisa dan mampu melakukan tugas yang
diberikan oleh orang lain, maka perilakunya akan percaya diri. Menurut
Felker (Desmita, 2012: 169-170) terdapat tiga peranan penting konsep diri
dalam menentukan perilaku seseorang, yaitu :
a) Self-concept as maintainer of inner consistency. Konsep diri
memainkan peranan dalam mempertahankan keselarasan batin
seseorang. Semua orang akan selalu mempertahankan
keselarasan batinnya.
17

b) Self-concept as an interpretation of experience. Konsep diri


menentukan bagaimana individu memberikan penafsiran atas
pengalamannya. Seluruh sikap dan pandangan individu terhadap
dirinya akan mempengaruhi dirinya dalam menafsirkan
pengalaman.
c) Self-concept as set of expectations. Konsep diri berperan sebagai
penentuan pengharapan individu. Dalam perilaku individu akan
terselip harapan-harapan dari diri individu tersebut. Biasanya
setiap individu mengharapkan hal-hal positif.
b. Pengertian Remaja
Remaja berasal dari bahasa latin “adolescence” yang berarti tumbuh
kearah kematangan. Kematangan yang dimaksud adalah bukan hanya
kematangan fisik saja, tetapi juga kematangan sosial dan psikologis
(Trendilmu, 2015). Menurut psikologi, remaja adalah suatu periode transisi
dari masa awal anak-anak hingga masa awal dewasa, yang dimasuki pada
usia kira-kira 10 tahun hingga 12 tahun dan berakhir pada usia 18 tahun
hingga 22 tahun (Wikipedia, 2015).
Masa remaja merupakan masa anatara permulaan pubertas dan
kedewasaan yang ditandai oleh tekanan atau ketegangan, sifat yang lebih
sensitif, pertentangan nilai-nilai dan harapan-harapan, dan tugas-tugas
perkembangan yang khusus (Hamalik, 2012 : 127). Menurut Desmita (2012:
107) karakteristik pemikiran remaja pada tahap operasional formal yaitu
diperoleh kemapuan untuk berpikir secara abstrak, malar secara logis, dan
menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.
Peralihan dari kanak-kanak ke remaja dapat dilihat dari pemikiran
yang lebih abstrak dan idealis. Pada tahun 1904, G. Stanley Hall (Santrock,
2011: 297) mengajukan pandangan “badai dan stres” bahwa masa remaja
adalah masa yang membingungkan yang ditandai dengan konflik dan
perubahan mood. Para remaja akan merasa bahagia ketika mereka
menikmati hidup serta dapat menempatkan dirinya sebagai individu yang
dapat melakukan pengendalian diri. Tetapi remaja saat ini dihadapkan pada
18

gaya hidup yang kompleks melalui teknologi dan menghadapi pengaruh


penggunaan narkoba serta aktivitas seksual yang marak dilakukan oleh usia
yang masih muda yang tidak pantas dilakukan.
Jadi, remaja adalah seseorang yang sedang menuju kearah
kematangan baik itu kematangan perilaku ataupun pribadi. Dalam masa ini
biasanya mereka akan melakukan hal-hal atau perbuatan sesuai dengan apa
yang diinginkan, dengan kata lain mereka akan mencari jati dirinya masing-
masing yang akan terpengaruh oleh kondisi lingkungan yang ada
disekitarnya. Remaja merupakan masa yang membingungkan karena
mereka akan dihadapkan dengan koflik danmereka juga harus mencarialan
keluar dari konflik tersebut. Sehigga remaja dapat mengembangkan
kekuatan pemikiran yang akan memebuka wawasan dan hubungan social
yang baru.
1) Makna Masa Remaja
Fenomena perubahan-perubahan psikofisik yang menonjol terjadi
dalam masa remaja, baik dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya
maupun sesudahnya. Hal ini berlaku pada fenomena masa remaja yaitu,
sebagai berikut : (Maknum, 2012 : 131-132)
a) Freud, menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa mencari
hidup seksual yang mempunyai bentuk yang definitif karena
perpaduan (unifikasi) hidup seksual yang banyak bentuknya
(polymorph) dan infantile (sifat kekanak-kanakan).
b) Charlotte Buhler, menafsirkan masa remaja sebagai masa
kebutuhan isi-mengisi/ individu menjadi gelisah dalam
kesunyiannya, lekas marah dan bernafsu dan dengan ini tercipta
syarat-syarat untuk kontak dengan individu lain.
c) Spranger, menafsirkan masa remaja sebagai suatu masa
pertumbuhan dengan perubahan struktur kejiwaan yang
fundamental ialah kesadaran akan aku, berasngsur-angsur
menjadi jelasnya tujuan hidup, pertumbuhan ke arah dan ke
dalam berbagai lapangan hidup.
19

d) Hoffman, menafsirkan bahwa masa remaja merupakan suatu


masa pembentukan sikap-sikap terhadap segala sesuatu yang
dialami individu. Perkembangan fungsi-fungsi psikofisiknya
pada masa remaja itu berlangsunga amat pesat sehingga dituntut
kepadanya untuk melakukan tindakan-tindakan integratif demi
terciptanya harmoni di antara fungsi-fungsi tersebut di dalam
dirinya.
e) Conger, menafsirkan masa remja itu sebagai suatu masa yang
amat kritis yang mungkin dapat merupakan the best of time and
the worst of time. Kalau individu mampu mengatasi berbagai
tuntutan yang dihadapinya secara integratif, ia akan menemukan
identitasnya yang akan dibawanya menjelang masa dewasanya.
Sebaliknya, kalau gagal, ia akan berada pada krisis identitas
(identity crisis) yang berkepanjangan.
2) Kebutuhan Dasar Remaja
a) Kebutuhan umum manusia
Semua orang pasti memiliki pemikiran untuk memenuhi
kebutuhan baik kebutuhan jasmaniah maupun rohaniah, ingin
memiliki pengalaman-pengalaman baru, ingin memeperoleh
pengakuan, ingin menjadi diri sendiri, serta ingin mencintai dan
dicintai. Remaja selalu ingin mendapatkan pengalaman dari apa
yang ia lakukan.
b) Kebutuhan akan identitas
Identitas merupakan kebutuhan yang sangat besar pada
diri remaja. Mereka ingin selalu ingin berbeda, memilki
seseuatu, ingin diakui, dan ingin dihargai dengan
keberadaannya.
c) Kebutuhan akan bantuan orang dewasa
Setiap yang diperbuat oleh remaja pasti memerlukan
campur tangan orang dewasa yang berperan sebagai pengawai
atau pemberi masukan atau nasihat. Orang dewasa dapat
20

membantu para remaja dengan cara memahami penyebab


kekacauan atau permasalahan pada remaja.
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Sebelum penulis melaukan penlitian mengenai judul ini, sudah ada
penulis-penulis lain yang mlakukan penelitian yang masih berhubungan
dengan penelitian ini, diantaranya sebagai berikut :
1. Judul “Pengaruh Sinetron Putih Abu-Abu terhadap Perilaku dan Gaya
Bahasa Remaja”, oleh Yulia Evani Soldina, Jurusan Komunikasi
Penyiaran Islam, Fakultas Dakwah, IAIN Imam Bonjol Padang, tahun
2012.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa persamaan dan perbedaan
antara penelitian yang dilakukan oleh Yulia dengan penlitian yang
dilakukan oleh peneliti. Persamaannya terdapat pada jenis penelitian yang
dilakukan sama-sama menggunakan jenis penelitaian kuantitatif, objek
yang ditelitinya sama-sama remaja, dan sma-sama mencari pengaruhnya
terhadap perilaku remaja. Perbedaannya terletak pada penelitian Yulia
hanya pada pengaruh siaran sinetron saja, sedangkan peneliti melihat tidak
hanya pengaruh tayangan televisi saja tetapi juga pengaruh teknologi
lainnya seperti handphone yang sekarang ini sudah tidak asing lagi
dikalangan remaja.
2. Judul “Pengaruh Budaya K-Pop terhadap Sikap Remaja Surabaya”, oleh
Vani Ayu Soraya, Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik, UPN “Veteran” Jawa Timur, tahun 2013.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Vani dengan peneliti terdapat
beberapa persamaan dan perbedaan. Persamaannya yaitu terletak pada
jenis penelitian dan objek penelitiannya yang sama-sama menggunakan
jenis penelitian kuantitatif dan obejeknya adalah remaja. Perbedaannya
yaitu Vani melakukan penelitan mencari pengaruh Budaya K-Pop terhadap
Sikap remaja, sedangkan peneliti mencari adanya pengaruh keseluruhan
budaya asing maupun lokal yang berkembang dikalangan remaja dan
berpengaruh terhadap perilaku remaja itu sendiri.
21

C. Kerangka Pikir
Seperti yang telah diketahui budaya massa dikalangan remaja
khususnya remaja di Desa Ciwiru Kecamatan Pasawahan Kabupaten
Kuningan sudah menyebar luas tanpa batasan ruang dan waktu. Hal ini
didasarkan atas kerangka berpikir sebagai berikut :

Budaya Massa Perilaku Remaja

1. Internet 1. Perilaku terhadap orang


2. Sinetron, film, & drama tua
3. Acara religi (agama) 2. Perilaku terhadap guru
4. Acara food (makanan) 3. Perilaku terhadap teman
5. Berita lmiah,social, 4. Perilaku terhadap
pendidikan, dll masyarakat

Dampak

Positif Negatif

1. Berwirausaha 1. Melakukan hal-


2. Lebih berhat-hati hal berlebihan
3. Menambah 2. Meniru kekerasan
banyak teman 3. Cuek
4. Lebih sopan 4. Berpakaian tidak
sesuai
22

D. Hipotesis
Istilah hipotesis berasal dari gabungan kata hipo yang berarti di
bawah dan tesis yang artinya kebenaran. Jadi, hipotesis berarti di bawah
kebenaran. Artinya, kebenaran yang masih berada di bawah (belum tentu
benar) dan baru diangkat menjadi suatu kebenaran jika memang telah
disertai dengan bukti-bukti (Zuriah, 2007 : 162). Menurut Subana (2000 :
113) hipotesis yang baik memiliki rumusan yang mudah dipahami serta
memuat, paling tidak variabel-variabel permasalahan.
Dari judul yang diangkat oleh peneliti dapat diketahui hipotesisnya
sebgai berikut :
Ha : Terdapat pengaruh antara budaya massa terhadap perilaku remaja di
Desa Ciwiru Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan.
Ho : Tidak terdapat pengaruh antara budaya massa terhadap perilaku
remaja di Desa Ciwiru Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan.

Anda mungkin juga menyukai