Anda di halaman 1dari 8

I. Pendahuluan.

Di tengah-tengah semaraknya aliran kepercayaan di dunia ini, bisa membuat


orang kebingungan dan tidak dapat mengambil sikap yang jelas tentang hal-hal yang
terjadi. Dengan itulah maka gereja, secara khusus gereja HKBP menentukan
ajarannya melalui pengakuan iman/ konfessi yang dapat menjawab tantangan jaman.
Dalam bandingan ini akan dipaparkan tentang asal usul dan tujuan dari konfessi
HKBP. Gereja HKBP termasuk gereja yang berbau ke-sukuan yang membuat gereja
itu sepertinya tertutup untuk non Batak. Hal itu Nampak juga dalam agenda HKBP.
II. Isi
II.1. Pengertian Konfessi( pengakuan Iman)
Menurut B. Lohse, bahwa Pengakuan Iman berfungsi sebagai ikhtisar formal dari
iman Kristen, suatu criteria iman yang diatasnya pengajaran katekisasi dilandaskan. 1
Sementara Harus Hadiwijono mengatakan pengakuan Iman dalam kehidupan
bergereja, merupakan ringkasan isi iman kepercayaan Kristen. 2
Istilah confession/Pengakuan Iman adalah tentang pengakuan atau ikrar dan pujian
bagi kemuliaan Allah, yang merupakan pernyataan iman seseorang mengenai Allah
serta pengakuan dosa dari orang tersebut. makna dari Pengakuan Iman bagi gereja
Luteran adalah: penyangkalan diri untuk mengakui dan tunduk pada kebenaran Allah,
oleh karena itu pengakuan dosa harus dilakukakn seradikal mungkin; Pengakuan
merupakan janji-janji kepada Allah, yang diarahkan juga bagi kepentingan sesame,
sebagaimana Kristus telah melakukannya.3
II.2. Konfessi HKBP dan teologi HKBP
Berkembangannya teologi HKBP melalui Badan Pendidikan Teologi yang
memberangkatkan para Misionar keTanah Batak. Pada abad ke-17 timbul gerakan
Pietisme di tengah-tengah ke-kristenan Eropa, termasuk di kalangan gereja Lutheran
dan Calvinis. Kemudian pada abad ke-18 Pietisme itu telah menjadi tenaga pendorong
bagi berbagai usaha dari pekabaran Injil. 4 Hal inilah yang juga dilakukan oleh para
1
Benhard Lohse, Pengantar Sejarah Dogma Kristen ( Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1989),hlm.43
2
Harus Hadiwijono, Inilah sahadatku (Jakarta:BPK Gunung Mulia, 1985), hlm.12.
3
A.A Yewangoe (penyunting), Kontekstualisasi pemikiran Dogmatika di Indonesia (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2004), hlm. 337.
4
Th.van den End dan J. Weitjens, Ragi Carita 2 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), hlm.38

1
misionar dari badan zending RMG yang datang ke tanah Batak pada abad ke-18, di
mana yang mendukung penginjilan RMG adalah dari berbagai gereja dan aliran-aliran
atau yang disebut “Uniert”. Uniert dimaksud adalah gabungan teologi Lutheran dan
Calvinis yang telah dipengaruhi teologi Pietisme. Pada saat itu mereka (para misionar
dari badan zending RMG itu membawa gerakan Pietisme dari Eropa ke Tanah Batak
dan RMG inilah sebagai badan misi yang mendirikan gereja HKBP.
Pengaruh dari “teologi Uniert” dan Pietisme itu ke HKBP masuk secara
konfesional. Artinya melalui dokumen penting di Gereja HKBP, seperti konfesi, Siasat
Gereja, dll. Jadi HKBP sebenarnya menganut unsur-unsur teologi Lutheran, Calvinis
dan Pietisme. HKBP tidak seratus persen Calvinis, Lutheran dan Pietisme, tetapi lebih
dekat dan dominan ke Lutheran. Sebab isi Konfesi HKBP lebih dominan mengadopsi isi
Konfesi Augsburg yang merupakan bagian dari warna pengajaran Lutheran. Identitas
konfesional HKBP yang berisi teologi gabungan unsur tradisi gereja-gereja Protestan di
Eropa sebagai gereja asal pekabar injil RMG (Lutheran, Calvanis, Reform), di mana
RMG tidak mau mengikat diri pada tradisi (pengakuan iman, tata gereja) Reform
ataupun Lutheran. Para utusan RMG bebas memilih pola yang hendak dimasukannya
dalam wilayah kerjanya. Akibat yang timbul dari cara yang seperti ini adalah gereja-
gereja yang berdiri di wilayah kerja RMG menganut teologi “oikumenis” dan lebih dekat
pada Lutheran.5
Pada saat ini teologi gereja HKBP lebih inklusif atau terbuka, dan dapat disebut
lebih oikumenis. Sebab gereja HKBP juga turut sebagai pendiri dan anggota dari DGI
yang sekarang disebut PGI . Meskipun HKBP menampung banyak teologi dari berbagai
aliran. Artinya HKBP bersifat oikumenis dan bersifat kritis. Salah satu buktinya adalah
dengan adanya konfessi HKBP yang merumuskan pengakuan iman HKBP sebagai
dasar bagi HKBP untuk menolak dan melawan ajaran yang sesat dan keliru, yaitu yang
tidak sesuai dengan Firman Tuhan. Pengakuan iman ini merupakan produk teologis
yang pertama dari pendeta-pendeta gereja Batak yang oikumenis. Dengan demikian,

5
.Ibid, hlm. 41

2
tahun 1952 permohonan HKBP diterima menjadi anggota badan gereja-gereja Lutheran
sedunia (Lutheran World Federation).6
Berhubung dengan cita-cita HKBP supaya di terima di LWF sebagai anggotanya
yang tetap, maka synode godang HKBP tahun 1951 menetapkan pengakuan imannya.
Konfessi itu disusun berdasarkan unsur-unsur konfessi Augsburg yaitu pengakuan iman
yang ditetapkan di Augsburg tahun 1530 yang menjadi dasar pengakuan gereja-gereja
Luteran, dan unsur-unsur Calvinis misalnya dalam ajaran mengenai gereja. Konfessi itu
juga disusun untuk menghadapi masalah- masalah yang menentang gereja, misalnya
mengenai bidat dan sebagainya. 7 Sebelum konfessi di susun oleh HKBP tahun 1530,
maka yang dipakai adalah Katekismus kecil Lutheran sebagai buku ajaran Kristen

II.3. Tujuan Konfessi


HKBP berdiri pada tanggal 7 Oktober 1861. setelah melewati perjuangan dan
perjalanan yang cukup panjang, kemudian pada tanggal 11 Juni 1931 HKBP diakui oleh
Pemerintah sebagai organisasi gereja dan telah berbadan hukum. Pada tahun ini pula
secara sah HKBP mandiri dan tidak lagi di bawah naungan RMG 8. HKBP adalah gereja
yang bersaksi. Yang disaksikan adalah imannya yang didasarkan pada Kitab Suci,
untuk dihayati segenap warganya, untuk diwartakan kepada dunia ini, dan yang
menjadi pegangan menghadapi ajaran yang tidak benar yang lahir di dalam gereja itu
sendiri serta ajaran yang ada di dalamnya. HKBP sebagai gereja adalah Tubuh Kristus
yang merangkumkan segala waktu yang bergumul tetapi tetap bersinar menyaksikan
kebenaran yang dari Allah9. Organisasi HKBP adalah bagian dari Tubuh Kristus yang
berada di seluruh dunia ini yang mencakup semua orang percaya. HKBP bertujuan
mempersatukan orang Batak di dalam iman yang satu sambil memberitakan Injil
kepada bangsa sekitar yang belum mengenal kasih Kristus 10.
HKBP sebagai organisasi gereja harus mempunyai Tata Gereja yang
berdasarkan Firman Allah, karena Tata Gereja itu adalah suatu alat untuk mengatur,
6
Andar M. Lumbantobing, Makna Wibawa Jabatan dalam Gereja Batak, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996).
hlm. 82 - 83
7
Muller Kruger, Sedjarah Geredja Di Indonesia,BPK Gunung Mulia,Jakarta 1959:hlm.19.
8
B. A. Simanjuntak, Perkembangan Agama di Tanah Batak, Ketika Aku di Penjara, Grafina, ttp, hlm. 50.
9
Konfessi HKBP, Pearaja Tarutung, Kantor Pusat HKBP, 2002.
10
J. R. Hutauruk, Menata Rumah Allah, Pematangsiantar, STT HKBP, 1994, hlm. 42

3
memberikan ketenangan dan memelihara gereja. Dengan Tata Gereja itulah gereja
dibantu agar tetap berdiri di atas dasar yang satu yaitu Yesus Kristus 11.
Konfesi HKBP atau buku pengakuan iman HKBP sangat berguna sebagai
pedoman untuk mengetahui mana ajaran yang benar dan mana ajaran yang tidak
benar.12 Konfesi juga merupakan suatu refleksi atau respon terhadap Firman Allah dan
terhadap manusia dengan segala kompleksitas permasalahan yang dihadapi Gereja
HKBP pada setiap jamannya. Dengan demikian HKBP telah mempunyai rumusan
pengakuan iman sendiri, sehingga konfesi HKBP dapat menjadi sumber ajaran resmi
HKBP sejak dirumuskannya konfesi HKBP tahun 1951. Selain konfessi 1951, HKBP
juga memiliki konfesi terbaru yang dirumuskan tahun 1996. Kedua konfesi ini masih
tetap dipakai oleh HKBP hingga sekarang.
III. Refleksi
Gereja HKBP adalah salah satu gereja di Indonesia yang menampilkan dirinya
sebagai gereja etnis. Gereja HKBP disebut sebagai gereja etnis karena di dalam gereja
ini sangat kental ditemukan budaya dari satu suku bangsa tertentu yaitu suku Batak.
HKBP berdiri di bumi Indonesia sejak 7 Oktober 1861. Lahirnya HKBP tidak dapat
dilepaskan dari PI yang dilakukan oleh missionaris RMG ”Rheinische
Missionsgesselschaft” (kini V.E.M : Vereinighte Evangelische Mission) di antaranya
adalah Gustav van Asselt yang berkarya sejak tahun 1857, Betz sejak 1859, Klammer
dan Heine sejak tahun 1862.13 Selain itu kelahiran HKBP tidak dapat terlepas dari sosok
dan karya dari Dr. I.L. Nommensen (1834-1918) yang kemudian disebut sebagai Rasul
orang Batak atau Apostel ni halak Batak. Tanah Batak pun menjadi pilihan PI para
missionaris RMG setelah hilangnya lapangan kerja RMG di Kalimantan akibat perang
Hidayat.
Berbeda dengan metode PI di daerah Indonesia lainnya seperti di Ambon,
Minahasa dan Toraja, yang dilakukan dengan penyatuan PI dengan usaha dagang dan
politik orang Portugis, PI di tanah Batak berasal dari pewartaan Injil oleh para
misssionaris Jerman sejak tahun 1861.14 Hal ini di kemudian berdampak positif
11
Konfessi HKBP, Pearaja Tarutung, Kantor Pusat HKBP, 2000.
12
HKBP, Panindangion Haporseaon, (Tarutung: Kantor Pusat HKBP, 2000), hlm 5.
13
STT HKBP, Benih yang Berbuah, (Pematang Siantar : STT HKBP, 1984), hal. 37
14
J.R. Hutauruk, Tuhan Menyertai UmatNya-Jubileum 125 Tahun HKBP, (Pearaja Tarutung : 1986), hal. 18-19

4
terhadap perkembangan PI di tanah Batak di mana sekitar 20 tahun setelah kehadiran
mereka, daerah Silindung pun akhirnya menjadi daerah Kristen. Sehingga ketika
Belanda mulai memasuki daerah Silindung di tahun 1876, penduduk yang telah menjadi
Kristen tidak melihat kehadiran Belanda sebagai penyebar agama melainkan hanya
sebagai penguasa duniawi. Inilah sebabnya agama Kristen di tanah Batak tidak
dianggap sebagai ”agama Belanda” atau ”agama-agama penjajah” sebagaimana yang
terjadi di daerah Indonesia lainnya. Anggapan inilah yang kemudian mendukung
perkembangan kekristenan di tanah Batak. Faktor lain yang mendukung suburnya PI di
tanah Batak adalah karena tanah Batak belum dipengaruhi oleh Islam.
Kekristenan di tanah Batak pun dikembangkan melalui metode pendidikan
agama Kristen yang dibutuhkan oleh masyarakat Batak khususnya melalui
penerjemahan Alkitab PL dan PB ke dalam bahasa Batak. 15 PI di tanah Batak pun pun
semakin berkembang setelah diadakan Konferensi para Pekabar Injil hingga kemudian
PI di tanah Batak semakin terorganisasi dalam bentuk ressort atau pun distrik. Setelah
semakin menyadari sentralnya marga bagi orang Batak, para missionaris pun
mengembangkan PI dengan mengikuti pola kemargaan, di mana dalam pelayanan
warga Kristen tidak lagi hanya melibatkan para penatua akan tetapi juga melibatkan
para sesepuh marga (para raja).16
Dalam perkembangannya kekristenan di tanah Batak yang telah terbentuk dalam
gereja HKBP menghadapi berbagai tantangan baik dari tantangan dari dalam dirinya
sendiri dan dari luar. Tantangan dari luar terjadi ketika adanya desakan Perang Dunia
II, di mana negeri Belanda berhasil ditaklukkan oleh tentara Jerman pimpinan Hitler.
Keadaan itu pun menyebabkan ditawannya seluruh warga Jerman yang berada dalam
wilayah jajahan Belanda termasuk para missionaris RMG. Kristen Batak pun
diharuskan untuk mandiri dan akhirnya pada 11-12 Juli 1940, diadakanlah ”Sinode

15
Usaha yang dilakukan para missionaris di tanah Batak : penerjemahan Katekhismus Marthin Luther oleh I.L.
Nommensen (1874); penerjemahan Alkitab dalam bahasa dan aksara Batak Toba oleh I.L. Nommensen (1876);
penerjemahan PB dalam bahasa Batak Angkola Mandailing oleh Chr. Lipoldt (1879); Nyanyian Rohani yang edisi
pertama berjumlah 121 nyanyian (1881) Nyanyain Roahni dan Katekhismus dalam bahasa Batak Angkola
Mandailing oleh Chr. Schuetz (1886); buku santapan rohani karangan H.V. Bogatzky (1889), Majalah Immanuel
(1890), yang pertama kali terbit pada 1 Januari oleh J.H. Meerwaldt; penerjemahan Alkitab PL oleh P.H.
Johannsen (1894); diterbitkannya Almanak buat Kristen Batak (1898); diterbitkannya kumpulan cerita-cerita
Alkitab PB oleh I.L. Nommensen; diterbitkannya buku kumpulan cerita-cerita Alkitab PL dalam bahasa Batak
Toba oleh P.H. Johansen, dan dalam bahasa Batak Angkola Mandailing oleh Chr. Schuetz (Ibid, hal. 24-25)
16
Van den End, Ragi Carita 2, (Jakarta : BPK-Gunung Mulia, 2003), hal. 188

5
Kemerdekaan” yang akhirnya memilih K. Sirait sebagai orang Batak pertama yang
menjadi Ephorus.17
Tantangan dari dalam diri Kristen Batak mulai terjadi tahun 1919. Awalnya
tantangan itu berasal dari gerakan yang menentang kebijakan RMG. Gerakan itu
dipimpin oleh H.M. Manullang yang kemudian mendirikan Hatopan Christen Batak
(Himpunan Kristen Batak). Bersama dengan oposisi lain, himpunan ini menyerang RMG
dan mendirikan Huria Christen Batak (HchB). Selain itu antara tahun 1927-1964, juga
terjadi pembentukan beberapa gereja yang memisahkan diri dari HKBP. Kekristenan di
tanah Batak juga menghadapi perlawanan berupa tuntutan agar dihidupkannya kembali
agama suku atau pun unsur-unsur tertentu dalam agama suku itu. Kelompok yang
memperjuangkan agama-agama suku berasal dari kelompok Parmalim dan Siraja-
Batak yang dipimpin oleh Nahum Tampubolon (yang di kemudian hari disebut Raja
Patik Tampubolon).
Perlawanan dan pertentangan itu pun ditanggapi di dalam Pengakuan Iman
HKBP tahun 1951.18 Melalui pengakuan iman tersebut, selain memperlihatkan imannya,
gereja HKBP secara tegas membentengi dirinya dari berbagai agama atau ajaran yang
ada dan hidup di sekitar gereja HKBP. Di satu sisi, di dalam Pengakuan Iman tersebut
terkandung makna bahwa gereja HKBP mengakui ada keberagaman agama atau
kepercayaan yang lain dan hidup di sekitar HKBP. Akan tetapi di sisi lain, Pengakuan
Iman itu memperlihatkan ketertutupan gereja HKBP dalam mengenal agama atau
kepercayaan yang lain. Hal tersebut terlihat bagaimana gereja HKBP masih enggan
memberikan penjelasan yang lebih mendalam mengenai keberadaan ”yang lain”.
Ketertutupan HKBP terhadap ”yang lain” menyebabkan negatifnya penilaian atau
pun anggapan yang diberikan gereja HKBP terhadap agama atau kepercayaan yang
lain. Gereja HKBP menjadi eksklusif dan memandang agama atau pun kepercayaan
lain sebagai agama atau kepercayaan yang inferior. Gereja HKBP menjadi gereja
eksklusif yang bertipe eklesiosentris. Eksklusivitas model eklesiosentris HKBP yang

17
Ibid, hal. 192
18
Ada berbagai agama dan pengajaran yang disebutkan, di antaranya : Animisme, Islam, Katolik Roma, Adventist,
Pinkster, Agama Kemasukan Roh, Si Raja Batak, Kumpulan “Bibelkring”, kekristenan Nasionalisme, Sinkretisme,
Ajaran-ajaran yang berasal dari Theosophie, Komunis dan Kapitalis, Mission Batak, Huria Kristen Batak, dan HKI.
(Kantor Pusat HKBP, Panindangion Haporseaon-Pengakuan Iman HKBP, 1951 & 1996, Pearaja Tarutung :
2006), hal. 30

6
paling jelas dapat ditemukan dalam Liturgi HKBP yaitu Agenda HKBP dalam doa
syafaat setelah khotbah pada pesta zending :
”........Tunjukkanlah pengasihanMu kepada orang kafir dan kepada mereka yang belum
percaya, yang masih berada di lembah kegelapan. Ajak dan panggillah mereka masuk
ke dalam GerejaMu. ....” 19
Eksklusivitas HKBP tidak lagi hanya sekedar eksklusivitas yang bertipe
eklesiosentris tetapi juga eksklusivitas etnis, di mana gereja HKBP yang adalah juga
gereja etnis Batak tampak menonjolkan keberadaan etnis Batak.
Ketertupan dan eksklusivitas HKBP itu tidak lagi dapat dipertahankan dan
dilanjutkan. Gereja HKBP yang dominan dengan etnis Batak seharusnya tidak lagi
hanya mononjolkan dirinya dan memposisikan agama atau pun etnis lain lebih rendah.
Alkitab sendiri telah memberikan kesaksian yang menentang dan tidak pernah setuju
dengan pandangan yang mengunggulkan suatu ras manusia. Alkitab dengan sangat
jelas memberikan kesaksian bagaimana Allah tidak pernah menciptakan manusia itu
secara hierarkis. Allah menciptakan manusia itu menurut gambar dan rupa Allah (Kej.
1:26). Selain itu, Alkitab juga memberikan kesaksian bagaimana keberadaan manusia
sebagai “gambar” dan “rupa Allah” disokong dalam tiga relasi yang saling terikat dan
saling tergantung satu dengan yang lain yaitu relasi antara manusia dengan Allah,
relasi antara manusia dengan sesamanya dan relasi antara manusia dengan alam
semesta. Ketiga relasi itu memperlihatkan bagaimana Allah menciptakan segala
mahkluk termasuk manusia dalam relasi yang saling terikat. Relasi yang telah
dibangun Allah itu akan rusak dan tidak sempurna apabila tercipta hubungan yang
kurang harmonis. Salah satunya adalah relasi antar manusia, relasi ini akan tidak
seimbang apabila ada anggapan akan adanya satu ras, suku bangsa atau pun agama
yang lebih baik dari pada yang lainnya.
Kesaksian Alkitab yang menolak pengunggulan ras atau pun golongan manusia
dipertegas oleh Rasul Paulus kepada orang-orang Galatia. kepada orang Galatia,
Paulus menyatakan : “Karena kamu semua, yang dibaptis di dalam Kristus, telah
mengenakan Kristus. Dalam hal ini tidak ada lagi orang Yahudi atau orang Yunani, tidak

19
Agenda HKBP, hal. 119

7
ada hamba atau merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua
adalah satu di dalam Kristus Yesus” (Gal. 3:26-27).
Dengan memahami dan tunduk dalam kesaksian Alkitab, diharapkan dalam masa
perjalanan yang sedang dan akan dilalui gereja HKBP ke depan, gereja HKBP dapat
semakin terbuka, terhadap keberadaan manusia-manusia dari kalangan ”yang lain.

IV. Kesimpulan
1. HKBP menganut unsur-unsur teologi Lutheran, Calvinis dan Pietisme. HKBP tidak
seratus persen Calvinis, Lutheran dan Pietisme, tetapi lebih dekat dan condong ke
Lutheran. Sebab isi Konfesi HKBP lebih dominan mengadopsi isi Konfesi
Augsburg yang merupakan bagian dari warna pengajaran Lutheran

2. HKBP merumuskan pengakuan iman HKBP sebagai dasar bagi HKBP untuk
menolak dan melawan ajaran yang sesat dan keliru, yaitu yang tidak sesuai
dengan Firman Tuhan. Konfesi juga merupakan suatu refleksi atau respon
terhadap Firman Allah dan terhadap manusia dengan segala kompleksitas
permasalahan yang dihadapi Gereja

Anda mungkin juga menyukai