Anda di halaman 1dari 4

Nama : Fahira Anggraini

NIM : 190503174

Jurusan : S1-Akuntansi

Nordiawan (2006) menjelaskan organisasi publik menjadi berbeda dan unik karena
memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Dijalankan tidak untuk tujuan mencari laba (nirlaba)


b. Dimiliki secara kolektif oleh pihak publik
c. Kepemilikan atas sumber daya tidak digambarkan dalam bentuk saham yang
diperjualbelikan
d. Keputusan-kepuusan yang terkait kebijakan operasi didasarkan pada consensus.

Organisasi sektor publik memiliki karakteristik sebagai berikut :


a. Tujuan
Untuk mensejahterakan masyarakat secara bertahap, baik dalam kebutuhan dasar dan
kebutuhan lainnya baik jasmani maupun rohanib. Aktivitas
Pelayanan publik ( publik services ) seperti dalam bidang pendidikan, kesehatan,
keamanan, penegakan hukum, transportasi publik dan penyediaan pangan.
b. Aktivitas
Pelayanan publik ( publik services ) seperti dalam bidang pendidikan, kesehatan,
keamanan, penegakan hukum, transportasi publik dan penyediaan pangan.
c. Sumber Pembiayaan
Berasal dari dana masyarakat yang berwujud pajak dan retribusi, laba perusahaan
negara, peinjaman pemerintah, serta pendapatan lain – lain yang sah dan tidak
bertentangan sengan perundangan yang berlaku.
d. Pola Pertanggungjawaban
Bertanggung jawab kepada masyarakat melalui lembaga perwakilan masyarakat
seperti Dewan Perwakilan Rakyat ( DPR ), Dewan Perwakilan Daerah ( DPD ), dan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah ( DPRD )
e. Kultur Organisasi
Bersifat birokratis, formal dan berjenjang
f. Penyusunan Anggaran
Dilakukan bersama masyarakat dalam perencanaan program. Penurunan program
publik dalam anggaran dipublikasikan untuk dikritisi dan didiskusikan oleh
masyarakat dan akhirnya disahkan oleh wakil dari masyarakat di DPR, DPD. Dan
DPRD.
g. Stakeholder
Dapat dirinci sebagai masyarakat Indonesia, para pegawai organisasi, para kreditor,
para investor, lembaga – lembaga internasional termasuk lembaga donor internasional
seperti Bank Dunia, IMF ( International Monetary Fund ), ADP ( Asian Development
Bank ), PBB ( Perserikatan Bangsa – Bangsa ), UNDP (United Nation Depelopment
Program, USAID, dan Pemerintah luar negeri.

Hubungan Keuangan Negara dengan Keuangan Daerah. Hubungan antara pemerintah


pusat dan pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan dapat ditinjau dari tiga aspek:
1. Tinjauan Yuridis. Pengelolaan Keuangan Negara di Indonesia didasarkan pada UU
No. 17 Tahun 2003 dan dalam undang-undang ini secara tegas telah disebutkan
bahwa salah satu ruang lingkup keuangan negara adalah keuangan daerah. Sebagai
pelaksanaan dari hal ini maka ditetapkan PP No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah. Secara yuridis dapat dikatakan bahwa hubungan pusat dan daerah
dalam pengelolaan keuangan adalah pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah
didasarkan pada PP No. 58 Tahun 2005 sebagai pelaksanaan dari UU No. 17 Tahun
2003.
2. Tinjauan Sistem Pemerintahan. Presiden merupakan kepala pemerintahan sekaligus
merupakan pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara. Dengan
diterbitkannya UU No. 23 Tahun 2014 maka presiden mendelegasikan kekuasaannya
kepada kepala daerah selaku kepala pemerintahan daerah dan salah satu kewenangan
yang didelegasikan adalah kewenangan pengelolaan keuangan di daerahnya.
3. Tinjauan Bentuk Negara. Indonesia adalah negara kesatuan. Ini adalah ketegasan
konstitusi yang tidak bisa ditawar. Dalam konsepsi negara kesatuan, tidak ada
pemisahan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Pendelegasian
kewenangan kepada pemerintah daerah tidak berarti pemerintah pusat tidak
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pemerintahan daerah. Salah satu
pengawasan yang dilakukan adalah dalam pengelolaan keuangan daerah. Otonomi
daerah yang dilaksanakan seluas-luasnya tetap dalam kerangka negara kesatuan
sehingga dalam hubungan pusat dan daerah dalam konsepsi ini adalah suatu hubungan
pengawasan.

Pengeleloaan Keuangan Daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun


2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban,
dan pengawasan Keuangan Daerah. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan
kegiatan yang meliputi perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggung jawaban, dan pengawasan Keuangan Daerah. Gambaran pengelolaan keuangan
daerah memberikan gambaran mengenai kemampuan anggaran daerah untuk membiayai
belanja daerah. Kemampuan belanja daerah, baik belanja langsung maupun belanja tidak
langsung akan menjadi acuan dalam pengalokasian anggaran pada masing-masing program
yang akan dilaksanakan pada 5 tahun mendatang. Di dalam batang tubuh Undang-Undang
Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 pada Bab VI Pasal 18 ayat 2 menyatakan bahwa
daerah mengurus dan mengatur sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi.
Kemudian hal ini di follow up dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah yang ditujukan untuk menyelenggarakan fungsi pemerintahan yang
lebih luas kepada daerah dalam wujud desentralisasi untuk mengurus daerahnya. Melalui
kebijakan otonomi daerah dapat berdampak positif terhadap :

1. Perkembangan pembangunan ekonomi daerah yang efektif, efisien dan tangguh


dengan memberdayakan stakeholder dan potensi ekonomi daerah;
2. Kemajuan pembangunan pedesaan melalui pemberdayaan masyarakat;
3. Meningkatkan kualitas hidup melalui sumber daya manusia di daerah yang handal
yang mampu mengelola potensi dan kepentingan daerah. Hal ini dapat
mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata.

Pengelolaan keuangan daerah mencakup gambaran kinerja dan pengelolaan keuangan


daerah tahuntahun sebelumnya (2011-2015), serta kerangka pendanaan. Gambaran
pengelolaan keuangan daerah memberikan gambaran mengenai kemampuan anggaran daerah
untuk membiayai belanja daerah. Kemampuan belanja daerah, baik belanja langsung maupun
belanja tidak langsung akan menjadi acuan dalam pengalokasian anggaran pada masing-
masing program yang akan dilaksanakan pada 5 tahun mendatang.
Di dalam batang tubuh Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 pada
Bab VI Pasal 18 ayat 2 menyatakan bahwa daerah mengurus dan mengatur sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi. Kemudian hal ini di follow up dengan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang ditujukan untuk
menyelenggarakan fungsi pemerintahan yang lebih luas kepada daerah dalam wujud
desentralisasi untuk mengurus daerahnya. Melalui kebijakan otonomi daerah dapat
berdampak positif terhadap : (1) Perkembangan pembangunan ekonomi daerah yang efektif,
efisien dan tangguh dengan memberdayakan stakeholder dan potensi ekonomi daerah; (2)
Kemajuan pembangunan pedesaan melalui pemberdayaan masyarakat; dan (3) Meningkatkan
kualitas hidup melalui sumber daya manusia di daerah yang handal yang mampu mengelola
potensi dan kepentingan daerah. Hal ini dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang
adil dan merata.
Untuk merealisasikannya diperlukan dukungan resources financing (sumber daya
pendanaan) dalam membangun daerah sejalan dengan implementasi desentralisasi. Oleh
sebab itu harus disertai juga dengan pengelolaan keuangan daerah yang baik oleh pemerintah
daerah (good governance). Di dalam pengelolaan keuangan daerah harus berorientasi pada
prinsip-prinsip:
1. Transparance (Transparansi), yaitu adanya keterbukaan dari pemerintah daerah dalam
proses pembuatan kebijakan mengenai keuangan daerah, dan memberikan kebebasan
memperoleh informasi kepada masyarakat berkaitan dengan penggunaan keuangan
dalam pembangunan daerah.
2. Efficient (Efisien), yaitu setiap pengeluaran anggaran daerah berdasarkan proporsi
kebutuhan program dan kegiatan daerah guna menghasilkan output atau income tanpa
mengurangi pelayanan yang optimal kepada publik.
3. Effective (Efektif), yaitu dalam implementasi kebijakan keuangan harus tepat guna
dan tepat sasaran sesuai kebutuhan masyarakat, serta realisasi anggaran sesuai dengan
rencana pembangunan dan habis terpakai.
4. Accountability (Akuntabilitas), yaitu kepercayaan dalam pengelolaan keuangan
daerah wajib dipertanggungjawabkan kepada semua elemen masyarakat. Secara
institusional pertanggungjawaban dilakukan kepada Legislatif (DPRD) sebagai
representatif dari masyarakat yang dapat menilai kinerja Eksekutif (PEMDA) dengan
menggunakan kriteria dan tolok ukur yang bersifat komprehensif yang mencakup
aspek kebijakan dan penggunaan anggaran.
5. Participative (Partisipatif), yaitu adanya peran serta langsung atau tidak langsung dari
publik dalam memberikan kajian, koreksi/kritikan, dan masukan yang konstruktif
terhadap system pengelolaan keuangan daerah yang profesional dan akuntabel. Di
samping itu, kebijakan pembangunan dalam anggaran daerah mengakomodasi aspirasi
masyarakat serta memberi peran yang besar kepada masyarakat dalam wujud
pemberdayaan masyarakat dalam membangun daerah melalui proyek pembangunan.

Dalam kebijakan daerah yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan daerah di masa
otonomi daerah membawa konsekuensi berbagai fluktuasi dalam keuangan daerah yang
didalamnya struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). adapun struktur
APBD berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah yang meliputi : (a) Pendapatan daerah; (b) Belanja Daerah; dan (c)
Pembiayaan.

Hubungan Akuntansi Keuangan Daerah dengan Pengelolaan Keuangan Daerah. Hasil


penelitian menunjukkan bahwa sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh terhadap
kinerja pemerintah daerah. Semakin baik sistem akuntansi keuangan daerah maka akan baik
juga kinerja pemerintah daerah. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan
Mardiasmo dalam Almanda (2013) yang mana kinerja pemerintah daerah akan tercapai
dengan dilaksanakannya sistem akuntansi keuangan daerah, dan sistem akuntansi keuangan
daerah dapat menimbulkan dukungan yang kuat terhadap kinerja pemerintah yang dicapai.
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah mempunyai arti yang sangat penting dalam rangka
pelaksanaan pemerintahan, oleh karena itu sistem akuntansi keuangan daerah diupayakan
untuk terus berjalan untuk meningkatkan kinerja pemerintah daerah. Pemerintah daerah
sebagai pihak yang diserahi tugas menjalankan roda pemerintahan, pembangunan, dan
layanan sosial masyarakat bertanggungjawab memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh data dari distribusi frekuensi dari variabel sistem
akuntansi keuangan daerah yang mana total TCR 79,53%. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa sistem akuntansi keuangan daerah berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja
pemerintah daerah. Dimana semakin baik sistem akuntansi keuangan daerah, semakin baik
pula kinerja pemerintah daerah. Kinerja pemerintah daerah yang baik dalam organisasi
merupakan tuntutan dari otonomi daerah yang mana masyarakat di era reformasi saat
sekarang ini meminta pelayanan yang transparan dan responsif.

Anda mungkin juga menyukai