Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No.

2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

PENELITIAN
ANALISIS FAKTOR RISIKO GAGAL JANTUNG DI RSUD dr.
H. ABDUL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG
Purbianto*, Dwi Agustanti*
*Dosen Jurusan Keperawatan Poltekkes Tanjungkarang

Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskular masih menduduki peringkat yang tinggi,
menurut data WHO di laporkan bahwa sekitar 3000 penduduk Amerika menderita CHF. Di Indonesia
pada Profil Kesehatan Indonesia 2011, penyakit gangguan sirkulasi berada di urutan ke-tujuh pada 10
penyakit penyebab kematian terbanyak di rumah sakit di Indonesia dengan persentase yang mengalami
kematian sebanyak 4,81%. Di Bandar Lampung pada triwulan ketiga tahun 2011 jumlah penderita gagal
jantung sebanyak 155 orang dengan kasus meninggal sebanyak 14 orang. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetetahui faktor-faktor risiko pada penyakit gagal jantung di RSUD Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi
Lampung. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriftif korelasi dan metode
pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang di rawat di ruang
rawat jalan dan rawat inap penyakit jantung, ruang rawat jalan dan rawat inap penyakit dalam RSUD
Dr.H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung. Teknik sampling Accidental Sampling, besar sampel dihitung
dengan rumus estimasi satu proporsi dan didapatkan besar sampel sebanyak 97. Berdasarkan penelitian
didapatkan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian gagal jantung antara lain usia, jenis kelamin,
riwayat keluarga penyakit jantung, kebiasaan merokok dengan diagnosis gagal jantung, riwayat tekanan
darah tinggi, kadar gula dalam darah dan faktor risiko yang tidak berhubungan adalah kadar kolesterol
dalam darah.

Kata Kunci: Analisis faktor, Gagal Jantung

LATAR BELAKANG meningkat insiden (frekuensi penderita


baru) dan prevalensinya (frekuensi
Gagal jantung adalah suatu kondisi penderita lama dan baru). Resiko kematian
dimana jantung mengalami kegagalan akibat gagal jantung berkisar antara 5-10%
dalam memompa darah guna mencukupi pertahun pada gagal jantung ringan yang
kebutuhan sel – sel tubuh akan nutrien dan akan meningkat menjadi 30-40% pada
oksigen secara adekuat. Hal ini gagal jantung berat. Selain itu, CHF
mengakibatkan peregangan ruang jantung merupakan penyakit yang paling sering
(dilatasi) guna menampung darah lebih memerlukan perawatan ulang di rumah
banyak untuk dipompakan ke seluruh sakit meskipun pengobatan rawat jalan
tubuh atau mengakibatkan otot jantung telah di berikan secara optimal (Miftah,
kaku dan menebal. Dinding otot jantung 2008).
yang melemah tidak mampu memompa Menurut data WHO dilaporkan
dengan kuat (Wajan, 2010). bahwa sekitar 3000 penduduk Amerika
Kajian epidemiologi menunjukkan menderita CHF. Prevalensi gagal jantung
bahwa ada berbagai kondisi yang di negara berkembang cukup tinggi dan
mendahului dan menyertai gagal jantung makin meningkat, oleh karena itu gagal
yang disebut faktor risiko. Faktor resiko jantung merupakan masalah kesehatan
yang ada dapat di modifikasi artinya dapat yang utama. Setengah dari pasien yang
dikontrol dan faktor resiko yang non terdiagnosis gagal jantung masih punya
modifiable yang tidak dapat di kontrol. harapan hidup lima tahun (Andri, 2011).
Contohnya: usia, ras, jenis kelamin, dan Di Indonesia belum ada data
riwayat keluarga. Saat ini Congestif Heart epidemiologi untuk gagal jantung, namun
Failure (CHF) atau yang biasa di sebut pada Profil Kesehatan Indonesia 2011
gagal jantung kongestif merupakan satu- disebutkan bahwa penyakit gangguan
satunya penyakit kardiovaskular yang terus sirkulasi berada di urutan ke-tujuh pada 10

[194]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

penyakit penyebab kematian terbanyak di Setengah dari pasien yang terdiagnosis


rumah sakit di Indonesia dengan persentase gagal jantung masih punya harapan hidup
yang mengalami kematian sebanyak lima tahun (Miftah, 2008).
4,81%. Penyakit jantung koroner diketahui Di Bandar Lampung pada triwulan
sebagai penyebab kematian nomor satu di ketiga di tahun 2011 jumlah penderita
Indonesia. Peningkatan insiden penyakit gagal jantung sebanyak 155 orang dengan
jantung koroner berkaitan dengan kasus meninggal sebanyak 14 orang.
perubahan gaya hidup masyarakat yang Penderita laki-laki sebanyak 79 orang dan
turut berperan dalam meningkatkan faktor perempuan 76 orang. (Dinas Kesehatan
risiko penyakit ini seperti kadar kolesterol Bandar Lampung, 2011) Di RSUD Abdul
lebih dari 200 mg%, perokok aktif dan Moeloek Provinsi Lampung pada tahun
hipertensi. Penyakit jantung koroner juga 2008 telah tercatat 420 kasus terjadinya
merupakan penyebab tersering terjadinya gagal jantung, yang dapat diperkirakan
gagal jantung di Negara Barat yaitu sekitar meningkat 50 kasus pertahunnya.
70% kasus. Mayoritas pasien yang dirawat Berdasarkan data yang diperoleh dari
dengan gagal jantung akut memiliki Ruang Jantung RSUD Abdul Moleoek
penyakit jantung koroner, yang secara Provinsi Lampung, pada tahun 2012,
independen memiliki prognosis buruk. penderita gagal jantung dari bulan Januari
Meskipun terapi gagal jantung mengalami sampai Maret terdapat sebanyak 201
perkembangan yang pesat, angka kematian penderita gagal jantung.
dalam 5-10 tahun tetap tinggi Sampai dengan saat ini, belum ada
(Zuhdidarma, 2011). riset yang berhubungan dengan masalah
Saat ini Congestif Heart Failure tersebut, sehingga penatalaksanaan dan
(CHF) atau yang biasa di sebut gagal upaya pencegahan kejadian gagal jantung
jantung kongestif merupakan satu-satunya belum secara terarah dilakukan oleh tenaga
penyakit kardiovaskular yang terus kesehatan. Berdasarkan uraian diatas maka
meningkat insiden dan prevalensinya tiap penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tahun. Di Indonesia, terjadi perkembangan faktor-faktor risiko pada penyakit gagal
ekonomi secara cepat, kemajuan industri, jantung di RSUD Dr.H. Abdul Moeloek
urbanisasi dan perubahan gaya hidup, Provinsi Lampung.
peningkatan konsumsi kalori, lemak dan Penelitian ini diharapkan dapat
garam, peningkatan konsumsi rokok, dan dimanfaatkan oleh institusi pelayanan
penurunan aktivitas. Akibatnya terjadi kesehatan sebagai bahan masukan dalam
peningkatan insiden obesitas, hipertensi, melakukan promosi kesehatan tentang
dan penyakit vaskular yang berujung pada faktor- faktor risiko dari penyakit gagal
peningkatan insiden gagal jantung. jantung, dan sedini mungkin untuk
(Ervina, 2011). melakukan pencegahan atau memodifikasi
Angka kematian yang disebabkan faktor risiko yang dimiliki oleh seseorang
gagal jantung ini adalah sekitar 73,07% agar tidak mengalami gagal jantung.
yaitu 38 orang dari 52 orang klien yang
meninggal diakibatkan gangguan sistem METODE
kardiovaskular secara keseluruhan, pada
umumnya CHF di derita oleh lansia. Penelitian ini merupakan penelitian
Walaupun angka-angka yang pasti belum kuantitatif dengan desain deskriftif korelasi
ada untuk seluruh Indonesia, dapat dan metode pendekatan yang digunakan
diperkirakan jumlah penderita gagal adalah cross sectional Penelitian ini
jantung akan bertambah setiap tahunnya. dilakukan di Ruang Rawat Jalan dan
Prevalensi gagal jantung di negara Rawat Inap Penyakit Jantung dan Penyakit
berkembang cukup tinggi dan makin Dalam RSUD Dr. Abdul Moeloek Provinsi
meningkat. Oleh karena itu gagal jantung Lampung pada tanggal 10 – 29 September
merupakan masalah kesehatan yang utama. 2012.

[195]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

Populasi dalam penelitian ini adalah Berdasarkan tabel 1 di atas, dapat


semua pasien yang di rawat di ruang rawat diketahui bahwa sebagian besar responden
jalan dan rawat inap penyakit jantung, berusia diatas 40 tahun dengan jumlah
ruang rawat jalan dan rawat inap penyakit sebanyak 83 (85,6%) responden.
dalam RSUD Dr.H. Abdul Moeloek
Provinsi Lampung. Tabel 2: Distribusi Responden Berdasar-
Teknik sampling yang digunakan kan Jenis Kelamin
dalam penelitian ini adalah Accidental
Sampling. Besar sampel dihitung Kategori f %
berdasarkan rumus estimasi satu proporsi. Laki – laki 57 58.8
Berdasarkan rumus tersebut didapatkan Perempuan 40 41.2
besar sampel sebanyak 97 responden. Jumlah 97 100.0
Teknik pengumpulan data dalam Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat
penelitian ini dengan teknik pengumpulan diketahui bahwa sebagian besar responden
data yang diambil langsung dari responden berjenis kelamin laki – laki dengan jumlah
(data primer) dan data skunder dari status sebanyak 57 (58,8%) responden.
pasien. Dalam proses pengambilan data,
peneliti juga dapat dibantu oleh tim Tabel 3: Distribusi Responden Berdasar-
pengumpul data yang sebelumnya telah kan Kebiasan Merokok
diberi penjelasan tentang cara pengambilan
data. Proses pengumpulan data dihentikan Kategori f %
apabila telah memenuhi jumlah sampel Merokok 65 67.0
yang ditargetkan. Tidak merokok 32 33.0
Alat pengumpulan data pada Jumlah 97 100.0
penelitian ini digunakan kuesioner dan
lembar observasi atau lembar isian untuk Berdasarkan tabel 3 di atas, dapat
mengisi data skunder yang dikembangkan diketahui bahwa sebagian besar responden
sendiri oleh penelitia tanpa dilakukan memiliki kebiasaan merokok dengan
proses uji coba. jumlah sebanyak 65 (67%) responden
Analisis data penelitian ini dilakukan
dengan Analisis univariat dan bivariat. Tabel 4: Distribusi Responden Berdasar-
Analisis univariat akan disesuaikan dengan kan Riwayat Keluarga
jenis datanya. Pada jenis data katagorik
akan digunakan tabulasi data distribusi Kategori f %
frekuensi, sedangkan pada jenis data Memiliki riwayat 42 43.3
numerik akan digunakan nilai mean, Tidak memiliki riwayat 55 56.7
median dan modus, standar deviasi, nilai Jumlah 97 100.0
minimum dan maksimum, analisis bivariat Berdasarkan tabel 4 di atas, diketahui
yang digunakan adalah uji kai kuadrat (chi bahwa sebagian besar responden tidak
square) memiliki riwayat keluarga penyakit
jantung dengan jumlah sebanyak 55
HASIL (56,7%) responden.
Analisis Univariat
Tabel 5: Distribusi Responden Berdasar-
Tabel 1: Distribusi Responden Berdasar- kan Tekanan Darah
kan Usia Responden
Kategori f %
Kategori f % Hipertensi 76 78.4
Usia > 40 tahun 83 85,6 Tidak hipertensi 21 21.6
Usia < 40 tahun 14 14,4 Jumlah 97 100.0
Jumlah 97 100
[196]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

Berdasarkan tabel 5 di atas, diketahui gagal jantung. Berikut ini disajikan hasil
bahwa sebagian besar responden memiliki analisis bivariat:
Hipertensi atau tekanan darah tinggi
dengan jumlah sebanyak 76 (78,4%) Tabel 9: Distribusi Responden Berdasar-
responden. kan Usia Terdiagnosis Gagal
Jantung dan Diagnosis Gagal
Tabel 6: Distribusi Responden Berdasar- Jantung
kan Kadar Kolesterol Darah
Usia Gagal Jantung
Jumlah
Terdiagnosis Ya Tidak
Kategori f % gagal jantung f % f % f %
Hyperkolesterol 64 66.0 >=40 tahun 52 60,5 34 39,5 86 100
Normokolesterol 33 34.0 < 40 tahun 1 9,1 10 90,9 11 100
Jumlah 97 100.0 Total 53 54,6 44 45,4 97 100
P Value 0,004
Berdasarkan tabel 6 di atas, diketahui OR 15,29
bahwa sebagian besar responden
mengalami hyperkolesterolemia dengan Berdasarkan tabel 9 di atas dapat
jumlah sebanyak 64 (66 %) responden. dijelaskan bahwa ada 49 (59,0%) klien
yang berusia ≥ 40 tahun yang terdiagnosis
Tabel 7: Distribusi Responden Berdasar- gagal jantung, dan ada 4 (28,6%) klien
kan Kadar Gula Darah yang berusia < 40 tahun terdiagnosis gagal
jantung.
Kategori f % Hasil uji statistik diperoleh p value =
Hyperglikemia 42 43.3 0,004 lebih kecil dari nilai α=0,05 (p value
Normoglikemia 55 56.7 < α), yang artinya ada perbedaan proporsi
Jumlah 97 100.0 kejadian gagal jantung antara klien berusia
> 40 tahun dengan klien yang berusia ≤ 40
Berdasarkan tabel 7 di atas, diketahui tahun (ada hubungan yang signifikan
bahwa sebagian besar responden tidak antara usia saat terdiagnosis gagal jantung
mengalami hyperglikemian dengan jumlah dengan kejadian gagal jantung). Dari hasil
sebanyak 55 (56,7%) responden. analisis juga diperoleh nilai OR 15,29,
artinya klien yang berusia > 40 tahun
Tabel 8: Distribusi Responden Berdasar- memiliki risiko 15,29 kali untuk menderita
kan Diagnosis Gagal Jantung gagal jantung dari pada klien yang berusia
≤ 40.
Kategori f %
Gagal Jantung 53 54.6 Tabel 10: Distribusi Responden Berdasar-
Tidak Gagal kan Jenis Kelamin dan Diagno-
44 45.4
Jantung sis Gagal Jantung
Jumlah 97 100.0
Gagal Jantung
Jumlah
Berdasarkan tabel 8 di atas, diketahui Jenis Kelamin Ya Tidak
bahwa sebagian besar responden f % f % f %
terdiagnosis gagal jantung dengan jumlah Laki-laki 39 68,4 18 31,6 57 100
Perempuan 14 35,0 26 65,0 40 100
sebanyak 53 (54,6 %) responden.
Total 53 54,6 44 45,5 97 100
P Value 0,002
Analisis Bivariat OR 4,02

Analisis bivariat yang digunakan Berdasarkan tabel 10 di atas dapat


dalam penelitian ini adalah analisis chi dijelaskan bahwa ada 39 (68,4%) klien
square, untuk mengetahui hubungan laki-laki yang terdiagnosis gagal jantung,
variable faktor risiko dengan kejadian

[197]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

dan ada 14 (35,0%) klien perempuan yang Tabel 12: Distribusi Responden Berdasar-
terdiagnosis gagal jantung. kan Kebiasan Merokok dan
Hasil uji statistik diperoleh p value = Diagnosis Gagal Jantung
0,002 lebih kecil dari nilai α=0,05 (p value
< α), yang artinya ada perbedaan proporsi Kebiasaan
Gagal Jantung
Jumlah
kejadian gagal jantung antara klien laki- Ya Tidak
Merokok
n % n % n %
laki dengan klien perempuan (ada
Ada 42 64,6 23 35,4 65 100
hubungan yang signifikan antara jenis Tidak Ada 11 34,4 21 65,6 32 100
kelamin dengan kejadian gagal jantung). Total 53 54,6 44 45,4 97 100
Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR P Value 0,009
4,02 artinya klien yang berjenis kelamin OR 3,49
laki-laki memiliki risiko 4,02 kali untuk
menderita gagal jantung dari pada klien Berdasarkan tabel 12 di atas dapat
yang berjenis kelamin perempuan. dijelaskan bahwa ada 42 (64,6%) klien
yang memiliki kebiasaan merokok yang
Tabel 11: Distribusi Responden Berdasar- terdiagnosis gagal jantung, dan ada 11
kan Riwayat Keluarga dan (34,4%) klien yang tidak memiliki
Diagnosis Gagal Jantung kebiasaan merokok yang terdiagnosis
gagal jantung.
Gagal Jantung
Riwayat Jumlah Hasil uji statistik diperoleh p value =
Ya Tidak
Keluarga 0,009 lebih kecil dari nilai α=0,05 (p value
f % f % f %
Ada 31 73,8 11 26,2 42 100 < α), yang artinya ada perbedaan proporsi
Tidak Ada 22 40 33 60 55 100 kejadian gagal jantung antara klien yang
Total 53 54,6 44 45,4 97 100 memiliki kebiasaan merokok dengan klien
P Value 0,002 yang tidak memiliki kebiasaan merokok
OR 4,227 dengan penyakit jantung (ada hubungan
yang signifikan antara klien yang memiliki
Berdasarkan tabel 11 di atas dapat kebiasaan merokok dengan klien yang
dijelaskan bahwa ada 31 (73,8%) klien tidak memiliki kebiasaan merokok dengan
yang memiliki riwayat keluarga dengan kejadian gagal jantung). Dari hasil analisis
penyakit jantung yang terdiagnosis gagal juga diperoleh nilai OR 3,49 artinya klien
jantung, dan ada 22 (40%) klien yang tidak yang memiliki kebiasaan merokok
memiliki riwayat keluarga dengan penyakit memiliki risiko 3,49 kali untuk menderita
jantung yang terdiagnosis gagal jantung. gagal jantung dari pada klien yang tidak
Hasil uji statistik diperoleh p value = memiliki kebiasaan merokok.
0,002 lebih kecil dari nilai α=0,05 (p value
< α), yang artinya ada perbedaan proporsi Tabel 13: Distribusi Responden Berdasar-
kejadian gagal jantung antara klien yang kan Tekanan Darah (TD) dan
memiliki riwayat keluarga penyakit Diagnosis Gagal Jantung
jantung dengan klien yang tidak memiliki
riwayat keluarga dengan penyakit jantung Gagal Jantung
(ada hubungan yang signifikan antara klien Jumlah
Tekanan Darah Ya Tidak
yang memiliki riwayat keluarga penyakit f % f % f %
jantung dengan klien yang tidak memiliki Hipertensi 50 65,8 26 34,2 76 100
riwayat keluarga penyakit jantung dengan Normotensi 3 14,3 18 85,7 21 100
Total 53 54,6 44 45,4 97 100
kejadian gagal jantung). Dari hasil analisis
P Value 0,000
juga diperoleh nilai OR 4,23 artinya klien OR 11,54
yang memiliki riwayat keluarga penyakit
jantung memiliki risiko 4,23 kali untuk Berdasarkan tabel 13 di atas dapat
menderita gagal jantung dari pada klien dijelaskan bahwa ada 50 (65,8%) klien
yang tidak memiliki riwayat keluarga yang memiliki tekanan darah tinggi
penyakit jantung.
[198]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

(Hipertensi) yang terdiagnosis gagal kadar kolesterol tinggi dengan klien yang
jantung, dan ada 3 (14,3) klien yang tidak kadar kolesteronya normal dengan
memiliki tekanan darah tinggi kejadian gagal jantung).
(Normotensi) yang terdiagnosis gagal
jantung. Tabel 15: Distribusi Responden Berdasar-
Hasil uji statistik diperoleh p value = kan Kadar Gula Darah dan
0,000 lebih kecil dari nilai α=0,05 (p value Diagnosis Gagal Jantung yang
< α), yang artinya ada perbedaan proporsi
Gagal Jantung
kejadian gagal jantung antara klien yang Jumlah
Kadar Gula Darah Ya Tidak
memiliki tekanan darah tinggi dengan klien f % f % f %
yang tidak memiliki tekanan darah tinggi Hyperglikemia 24 57,1 18 42,9 42 100
dengan penyakit jantung (ada hubungan Normoglikemia 29 52,7 26 47,3 55 100
yang signifikan antara klien yang memiliki Total 53 54,6 44 45,4 97 100
tekanan darah tinggi dengan klien yang P Value 0,820
tidak memiliki tekanan darah tinggi dengan OR -
kejadian gagal jantung). Dari hasil analisis
juga diperoleh nilai OR 11,54 artinya klien Berdasarkan tabel 15 di atas dapat
yang memiliki tekanan darah tinggi dijelaskan bahwa ada 24 (57,1%) klien
memiliki risiko 11,54 kali untuk menderita yang memiliki kadar gula darah tinggi
gagal jantung dari pada klien yang tidak (Hyperglikemia) yang terdiagnosis gagal
memiliki tekanan darah tinggi. jantung, dan ada 29 (52,7%) klien yang
tidak memiliki kadar gula darah tinggi
Tabel 14: Distribusi Responden Berdasar- (Normoglikemia) yang terdiagnosis gagal
kan Kadar Kolesterol Darah dan jantung.
Diagnosis Gagal Jantung. Hasil uji statistik diperoleh p value =
0,820 lebih besar dari nilai α=0,05 (p value
Kadar Kolesterol
Gagal Jantung
Jumlah > α), yang artinya tidak ada perbedaan
Ya Tidak proporsi kejadian gagal jantung antara
Darah
f % f % f % klien yang memiliki kadar gula darah
Hyperkolesterol 36 56,2 28 43,8 64 100
Normokolesterol 17 51,5 16 48,5 33 100
tinggi (Hyperglikemia) dengan klien yang
Total 53 54,6 44 45,4 97 100 tidak memiliki kadar gula darah tinggi
P Value 0,819 (Normoglikemia) (Tidak ada hubungan
OR - yang signifikan antara klien yang memiliki
kadar gula darah tinggi dengan klien yang
Berdasarkan tabel 14 di atas dapat tidak memiliki kadar gula darah tinggi
dijelaskan bahwa ada 36 (56,2%) klien dengan kejadian gagal jantung).
yang memiliki kadar kolesterol tinggi
(Hyperkolesterolemia) yang terdiagnosis PEMBAHASAN
gagal jantung, dan ada 17 (51,5%) klien
yang tidak memiliki kadar kolesterol darah Hubungan Usia dengan Gagal Jantung
tinggi (Normokolesterlemia) yang
terdiagnosis gagal jantung. Berdasarkan hasil penelitian
Hasil uji statistik diperoleh p value = didapatkan bahwa responden terbanyak
0,819 lebih besar dari nilai α=0,05 (p value adalah yang berusia diatas 40 tahun dengan
> α), yang artinya tidak ada perbedaan jumlah sebanyak 83 (85,6%) responden.
proporsi kejadian gagal jantung antara Hal ini sesuai dengan pernyataan Sylvia &
klien yang memiliki kadar kolesterol tinggi Lorraine (2001) yang menyatakan bahwa
(Hyperkolesterolemia) dengan klien yang penyakit ini jarang terjadi pada usia
tidak memiliki kadar kolesterol darah sebelum 40 tahun. Pernyataan selanjutnya
tinggi (Normokolesterolemia) dengan juga menyatakan hubungan antara usia dan
penyakit jantung (Tidak ada hubungan timbulnya penyakit mungkin hanya
yang signifikan antara klien yang memiliki
[199]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

mencerminkan lama paparan yang lebih dapat memberikan efek proteksi terhadap
panjang terhadap faktor – faktor resiko. mekanisme aliran darah dari dan ke dalam
Menurut Betharossi (2011) jika usia jantung. Hormon estrogen dapat
sudah diatas 40 tahun semua faktor resiko mengurangi kolesterol dalam darah yang
akan meningkat. Menurut Stanley & Beare dapat menimbulkan proses pengapuran di
(2006), dengan meningkatnya usia, jantung pembuluh darah yang kemudian akan
dan pembuluh darah mengalami perubahan menyumbat aliran darah. Berdasarkan
baik struktural maupun fungsional. Dengan uraian diatas maka peneliti menyimpulkan
bertambahnya usia, sistem aorta dan arteri bahwa jenis kelamin laki – laki relatif tidak
menjadi kaku dan tidak lurus. Perubahan lebih kebal terhadap gagal jantung
ini akibat hilangnya serat elastis dalam dibandingkan dengan perempuan sehingga
lapisan medial arteri. Proses perubahan kemungkinan laki – laki lebih beresiko
yang berhubungan dengan penuaan ini terkena penyakit gagal jantung.
meningkatkan kekakuan dan ketebalan
yang disebut arterosklerosis yaitu Hubungan Riwayat keluarga Penyakit
merupakan salah satu penyebab gagal Gagal Jantung dengan Kejadian Gagal
jantung. Penelitian Hariyana (2003) Jantung
menyebutkan bahwa dari 6 responden yang
diteliti, 100 % penderita Miokardiak Infark Berdasarkan hasil penelitian,
(MCI) berusia diatas 40 tahun. MCI itu diketahui bahwa responden terbanyak
sendiri merupakan salah satu penyebab adalah yang tidak memiliki riwayat
dari penyakit gagal jantung. Berdasarkan keluarga dengan penyakit jantung dengan
uraian diatas peneliti menyimpulkan jumlah sebanyak 42 (43,3%) responden.
bahwa meningkatnya usia maka meningkat Menurut Sylvia & Lorraine (2001)
pula resiko terjadi penyakit gagal jantung, menyatakan bahwa riwayat keluarga yang
sehingga kemungkinan usia diatas 40 tahun positif terhadap penyakit jantung
semakin beresiko terkena gagal jantung. meningkatkan kemungkinan timbulnya
arterosklerosis. Riwayat keluarga dapat
Hubungan Jenis kelamin dengan Gagal pula mencerminkan komponen lingkungan
Jantung yang kuat, seperti misalnya gaya hidup dan
pola makan. Menurut Ridwan (2010),
Berdasarkan hasil penelitian menyatakan bahwa salah seorang anggota
didapatkan bahwa responden terbanyak keluarga yang terkena penyakit jantung
adalah yang berjenis kelamin laki – laki diduga akibat ketidaknormalan profil
dengan jumlah sebanyak 57 (58,8%) kolesterol. Hal ini biasanya akan
responden. Hal ini sesuai dengan diturunkan dari satu generasi ke generasi
pernyataan Sylvia & Lorraine (2001) yang berikutnya.
menyebutkan bahwa wanita relatif lebih Menurut Blogspot Penyakit Jantung
kebal terhadap penyakit seperti ini sampai (2011) faktor genetik dapat menurunkan
setelah menopause, kemudian sama resiko penyakit kardiovaskular, dapat
rentannya seperti pria. Efek perlindungan mempengaruhi kondisi tekanan darah
estrogen pada wanita dianggap sebagai tinggi serta tingkat kolesterol dalam darah
penjelasan adanya imunitas wanita pada pada suatu turunan keluarga. Faktor
usia sebelum menopause. Sehingga kebiasaan pada gaya hidup yang buruk,
cenderung lebih banyak kejadian gagal seperti merokok atau pola makan yang
jantung pada pria dibandingkan pada kurang baik yang diwariskan dari satu
wanita. generasi ke generasi berikutnya dalam
Menurut Budhi (2011), hormon suatu kebiasaan hidup disuatu keluarga
estrogen dapat melindungi perempuan dari turut berperan serta dalam peningkatan
penyakit degeneratif, salah satunya penyakit kardiovaskular. Berdasarkan
penyakit jantung. Hormon estrogen ini uraian diatas peneliti menyimpulkan

[200]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

bahwa individu yang memiliki riwayat menjadi lanjut. Tekanan darah tinggi terus
keluarga dengan penyakit jantung semakin menerus menyebabkan suplai kebutuhan
besar kemungkinan beresiko terkena oksigen jantung meningkat. Pada
penyakit gagal jantung dibandingkan yang penelitian Hariyana (2003) menyebutkan
tidak memiliki riwayat keluarga. bahwa dari 6 responden penderita
Miokardiak Infark (MCI) didapatkan
Hubungan Kebiasaan merokok dengan sebanyak 5 (83,33 %) responden yang
Gagal Jantung memiliki tekanan darah tinggi.
Berdasarkan uraian diatas peneliti
Berdasarkan hasil penelitian, menyimpulkan bahwa semakin lama
diketahui bahwa responden terbanyak seseorang terkena hipertensi maka semakin
adalah yang memiliki kebiasaan merokok besar kemungkinan beresiko terkena
dengan jumlah sebanyak 65 (67%) penyakit gagal jantung.
responden. Menurut Smeltzer & Bare
(2001) menyatakan bahwa merokok Hubungan Hiperkolesterolemia dengan
dianggap sebagai penyebab utama penyakit Gagal Jantung
arteri koroner yang merupakan salah satu
penyebab gagal jantung. Berdasarkan hasil penelitian,
Merokok berperan dalam diketahui bahwa responden terbanyak
memperparah penyakit arteri koroner adalah yang memiliki hiperkolesterolemia
melalui tiga cara. Pertama, menghirup asap dengan jumlah sebanyak 55 (56,7%)
akan meningkatkan karbon monoksida responden. Secara teoritis, sebenarnya
darah. Kedua, asam nikotinat pada hiperkolesterolemia merupakan salah satu
tembakau memicu pelepasan katekolamin faktor risiko gagal jantung. Menurut
yang menyebabkan kontriksi arteri. Ketiga, Elizabeth (2000) yang menyatakan bahwa
meningkatkan adhesi trombosit, kolesterol serum yang tinggi dapat
meningkatkan pembentukan trombus. Pada menyebabkan pembentukan arteroskle-
penelitian Hariyana (2003) menyebutkan rosis. Pada pengidap arterosklerosis,
bahwa dari 6 responden penderita terdapat pengendapan lemak pada
Miokardiak Infark (MCI) didapatkan pembuluh darah yang disebut sel – sel
sebanyak 5 (83,33 %) responden yang buih.
memiliki kebiasaan merokok. Berdasarkan Menurut Betharossi (2011)
uraian diatas peneliti menyimpulkan menyatakan bahwa tinggi peningkatan
bahwa meningkatnya kebiasaan merokok kadar kolesterol dalam darah berhubungan
semakin besar kemungkinan beresiko dengan peningkatan risiko penyakit
terkena penyakit gagal jantung. jantung koroner. Resiko terjadinya
arterosklerosis juga dipengaruhi oleh kadar
Hubungan Hipertensi dengan Gagal kolesterol. Jika kolesterol yang tersedia
Jantung lebih banyak dari yang dibutuhkan, maka
akan beredar dalam aliran darah dan
Berdasarkan hasil penelitian, akhirnya akan berakumuIasi di dinding
diketahui bahwa responden terbanyak arteri. Akibatnya, akan terbentuk semacam
adalah yang memiliki hipertensi dengan plak yang menyebabkan dinding arteri
jumlah sebanyak 76 (78,4) responden. menjadi kaku dan rongga pembuluh darah
Menurut Smeltzer & Bare (2001) yang menyempit.
menyebutkan hipertensi atau tekanan darah Pada penelitian Hariyana (2003)
tinggi dianggap sebagai salah satu menyebutkan bahwa dari 6 responden
penyebab utama penyakit arteri koroner. penderita Miokardiak Infark (MCI)
Tekanan darah tinggi adalah faktor yang didapatkan sebanyak 5 (83,33 %)
paling membahayakan karena biasanya responden yang memiliki kadar kolesterol
tidak menunjukkan gejala sampai telah darah tinggi. Berdasarkan uraian diatas

[201]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

peneliti menyimpulkan bahwa semakin KESIMPULAN


lama seseorang terkena
hiperkolesterolemia maka semakin besar Berdasarkan hasil penelitian dan
kemungkinan terkena penyakit gagal pembahasan dapat disimpulkan bahwa
jantung, tetapi dalam penelitian kali ini, distribusi klien yang menderita gagal
tidak ada hubungan antara tinggi kolesterol jantung yang dirawat di RSUD Abdul
dengan gagal jantung, hal ini Moeloek Provinsi Lampung dengan
dimungkinkan karena sebagian besar usia frekuensi 53 (54,6%) dari 97 responden.
responden di atas 40 tahun, yang juga akan Adapun distribusi faktor risiko gagal
menyebabkan turunnya kadar kolesterol jantung berdasarkan usia sebagian besar
seseorang. berusia > 40 tahun dengan frekuensi 49
(59,0%) dari 97 responden, jenis kelamin
Hubungan antara Hiperglikemia dengan didapatkan sebagian besar laki-laki dengan
Gagal Jantung frekuensi 39 (68,4%) dari 97 responden,
berdasarkan riwayat keluarga didapatkan
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar memiliki riwayat keluarga
diketahui bahwa sebagian besar responden penyakit jantung dengan frekuensi 31
terbanyak adalah yang tidak memiliki (73,8%) dari 97 responden, berdasarkan
hiperglikemia dengan jumlah sebanyak 33 kebiasaan merokok didapatkan sebagian
(56,90 %) responden memiliki besar memiliki kebiasaan merokok dengan
hiperglikemia. Hal ini menunjukkan bahwa frekuensi 42 (64,6%) dari 97 responden,
hanya terdapat sebagian kecil penderita berdasarkan riwayat tekanan darah tinggi
gagal jantung yang memiliki (Hipertensi) didapatkan sebagian besar
hiperglikemia. Menurut Betharossi (2011), memiliki riwayat tekanan darah tinggi
kelebihan kadar gula dalam darah (Hipertensi) dengan frekuensi 50 (65,8%)
mempermudah tertimbunnya plak pada dari 97 responden, berdasarkan kadar
pembuluh darah. Kemudian menurut kolesterol dalam darah (Kolesterolemia)
Smeltzer & Bare (2001) menyebutkan didapatkan sebagian besar memiliki kadar
bahwa hubungan antara tingginya kadar kolesterol yang tinggi (Hyperkolesterole-
glukosa dan meningkatnya penyakit mia) dengan frekuensi 36 (56,2%) dari 97
jantung telah terbukti. responden, berdasarkan kadar gula dalam
Hiperglikemia atau gula darah tinggi darah (Glikemia) didapatkan sebagian
dapat menyebabkan peningkatan adhesi besar memiliki kadar gula darah yang
trombosit, yang dapat menyebabkan normal (Normorglikemia) dengan
pembentukan trombus. Kontrol frekuensi 29 (52,7%) dari 97 responden.
hiperglikemia tanpa modifikasi faktor Faktor risiko yang memiliki
resiko lainya tidak akan menurunkan hubungan signifikan dengan gagal jantung
resiko penyakit jantung koroner. antara usia, jenis kelamin, riwayat keluarga
Berdasarkan uraian diatas peneliti penyakit jantung, kebiasaan merokok,
menyimpulkan bahwa semakin lama riwayat tekanan darah tinggi dan kadar
seseorang terkena hiperglikemia maka gula dalam darah.
semakin besar kemungkinan terkena Faktor risiko yang tidak memiliki
penyakit gagal jantung. Pada RSUD Abdul hubungan signifikan dengan gagal jantung
Moeloek terdapat lebih sedikit penderita adalah kadar kolsterol dalam darah.
gagal jantung dikarenakan lebih banyak Berdasarkan pada kesimpulan diatas,
penderita yang dapat mengontrol maka direkomendasi untuk pelayanan
hiperglikemia namun tidak dapat merubah kesehatan agar memberikan pendidikan
faktor resiko yang lainnya. kesehatan bagi klien yang datang dengan
faktor risiko gagal jantung untuk dapat
segera memodifikasi faktor risiko yang ada
sehingga dapat terhindar dari penyakit
gagal jantung.
[202]
Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN 1907 - 0357

DAFTAR PUSTAKA Ridwan, M (2010) Mengenal Mencegah


Mengatasi Silent Killer Jantung
Andri (2011), Mengapa Sampai Terjadi Koroner. Jakarta; Pustaka
Gagal Jantung, diperoleh dari Widyamara
http://www.andriwisnu.com, pada 17 Smeltzer & Bare (2001), Buku Ajar
Maret 2012 Keperawatan Medikal Bedah.
Elizabeth, J (2000), Patofisiologi. Diterjemahkan oleh Agung, Jakarta:
Diterjemahkan oleh Pendit. Jakarta; EGC
EGC Syvia & Lorraine (2001), Patofisiologi
Ervina (2011), Gagal Jantung Kongestif, Konsep Klinis Proses – Proses
diperoleh dari http: Penyakit, Jakarta; EGC
www.ervinariaulyimaligy.wordpress. Wajan (2010), Keperawatan
com, pada 17 Maret 2012 Kardiovaskular. Jakarta: Salemba
Miftah, R (2008), Gagal Jantung, Medika
Diperoleh dari Zuhdidarma (2011). Gagal Jantung Akut.
http://www.gusriwahyudi.wordpress. http:www.zuhdidarma.wordpress.co
com, pada 17 Maret 2012 m, tanggal 17 Maret 2012

[203]

Anda mungkin juga menyukai