DI SUSUN OLEH :
YAYU KALTUMSARI
1. DIFFERENT/DOUBT
Apakah pemberian Terapi Teknik Napas Dalam dapat untuk
memaksimalkan ventilasi paru dan menurunkan gejala pernapasan
padapasien Asma ?
2. DESCRIPTION
Pada saat saya melakukan praktik keperawatan keluarga di
Kelurahan Rabadompu Barat Rt 13 yang sudah berlangsung selama 2
minggu, saya melakukan observasi pada keluarga binaan saya yang
memiliki riwayat kasus penyakit asma, Ketika melakukan observasi pada
keluarga binaan saya, dengan kasus tersebut dengan keadaan rumah yang
tidak memiliki jendela disetiap kamar, hal tersebut menunjukan
kurangnya sirkulasi udara diruangan tersebut ini menunjukan bahwa
resiko kekambuhan pada pasien tersebut, dikarenakan sirkulasi udara
yang tidak baik. pasien dengan diagnosa medis asma bronkial dengan
diagnosa keperawatan Ketidakmampuan keluarga mengenal bagaimana
sirkulasi udara dalam rumah yang baik di berikan terapi farmakologi
berupa obat obatan untuk mengontrol penyakitnya sedangkan untuk
terapi non farmakologi keluarga binaan saya tidak mengetahui apa yang
harus dilakukan, maka dari itu saya tertarik untuk memberikan inovasi
tindakan mandiri keperawatan berupa terapi non farmakologi yaitu teknik
napas dalam. Terapi yang dapat di ajarkan ke pasien untuk
memaksimalkan ventilasi paru dan dapat dilakukan secara mandiri
dirumah.
3. DISSECTION
Asma adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon
trakhea dan bronkhus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi
adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat
berubahubah secara spontan maupun sebagai hasil pengobatan (Muttaqin,
2008)..
Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap
rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan
lain penyebab alergi. Gejala kemunculannya sangat mendadak, sehingga
gangguan asma bisa datang secara tiba-tiba. Jika tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya, resiko kematian bisa datang. Gangguan asma
bronkial juga bisa muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan
penyempitan saluran pernafasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat
berkerutnya otot polos saluran pernafasan, pembengkakan selaput lendir,
dan pembentukan timbunan lendir yang berlebih. (Nurarif &
Kusuma,2015).
Pengobatan asma secara garis besar dibagi dalam pengobatan
farmakologik dan pengobatan non farmakologik. Pengobatan non
farmakologik terdiri dari : penyuluhan, menghindari faktor pencetus,
fisioterapi dan relaksasi napas dalam. Tujuannya dari relaksasi napas
dalam untuk meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas,
mencegah atelektasi paru, dan meningkatkan efisiensi batuk. Kemudian
pengobatan farmakologik asma terdiri dari: agonis beta, metilxantin,
kortikosteroid, kromolin dan iprutropium bromide (Smeltzer dan
Bare,2009).
4. DISCOVER
Penderita asma bronkial, hipersensitif dan hiperaktif terhadap
rangsangan dari luar, seperti debu rumah, bulu binatang, asap, dan bahan
lain penyebab alergi. Gejala kemunculannya sangat mendadak, sehingga
gangguan asma bisa datang secara tiba-tiba. Jika tidak mendapatkan
pertolongan secepatnya, resiko kematian bisa datang. Gangguan asma
bronkial juga bisa muncul lantaran adanya radang yang mengakibatkan
penyempitan saluran pernafasan bagian bawah. Penyempitan ini akibat
berkerutnya otot polos saluran pernafasan, pembengkakan selaput lendir,
dan pembentukan timbunan lendir yang berlebih. (Nurarif &
Kusuma,2015).
Asma bukan suatu penyakit spesifik tetapi merupakan sindrom
yang dihasilkan mekanisme multiple yang akhirnya menghasilkan
kompleks gejala klinis termasuk obstruksi jalan nafas reversible. Ciri ciri
yang sangat penting dari sindrom ini, diantaranya dispnea, suara mengi,
obstruksi jalan nafas reversible terhadap bronkodilator, bronkus yang
hiperresponsitif terhadap berbagai stimulasi baik yang spesifik maupun
yang nonspesifik, dan peradangan saluran pernafasan, semua ciri-ciri tadi
tidak harus trdapat bersamaan. Serangan asma ditandai dengan batuk,
mengi, serta sesak nafas, gejala yang sering terlihat jelas adalah
penggunaan otot nafas tambahan, dan timbulnya pulsus paradoksus
(Diojodibroto, 2016).
Salah satu bentuk tindakan keperawatan asma bronkial secara
individu adalah terapi teknik nafas dalam yaitu terapi individu yang
pelaksanaannya dengan melatih Tehnik relaksasi napas dalam, yang dalam
hal ini perawat mengajarkan kepada pasien bagaimana cara melakukan
napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan
bagaimana menghembuskan napas secara perlahan. Selain dapat
menurunkan gejala pernapasan, teknik relaksasi napas dalam, juga dapat
meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Smeltzer
dan Bare, 2009).
Prosedur di awali dengan melakukan pengukuran nilai SPO2
pasien dengan menggunakan frekuensi nafas menggunakan stopwatch
selama satu menit. Setelah itu pasien di berikan intervensi nafas dalam dan
pengaturan posisi semi fowler dan setelah observasi selama 30 menit,
dilakukan kembali pengukuran SpO2 dengan menggunakan pengukuran
frekuensi nafas selama satu menit.
5. DECISION
Mahasiswa Profesi Ners menyarakan kepada Keluarga Binaan
tentang teknik nafas dalam sebagai intervensi keperawatan secara mandiri
yang dapat dilakukan dirumah pada pasien asma untuk membantu
memaksimalkan Ventilasi Paru.
DAFTAR PUSTAKA
Anita Yulia, Dahrizal, Widia Lestari. (2019). Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi
Terhadap Saturasi Oksigen dan Frekuensi Nafas Pada Pasien Asma
Dina Fithriana, Hadi Kusuma Atmaja, Eva Marvia. (2017). Efektifitas Pemberian
Tehnik Relaksasi Napas Dalam Terhadap Penurunan Gejala Pernapasan
Pada Pasien Asma