Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Oleh :
ILMA FITRIANTI
2014901091
Klasifikasi
Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut Direja
(2011) yaitu :
Jenis Waham Pengertian Perilaku klien
Waham kebesaran Keyakinan secara “Saya ini pejabat di
berlebihan bahawa kementrian semarang!”
dirinya memiliki “Saya punya
kekuatan khusus atau perusahaan paling besar
kelebihan yang berbeda lho “.
dengan orang lain,
diucapkan berulang-
ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan
Waham agama Keyakinan terhadap “ Saya adalah tuhan yang
suatu agama secara bisa menguasai dan
berlebihan, diucapkan mengendalikan semua
berulang-ulang tetapi makhluk”.
tidak sesuai dengan
kenyataan.
Waham curiga Keyakinan seseorang “ Saya tahu mereka mau
atau sekelompok orang menghancurkan saya,
yang mau merugikan karena iri dengan
atau mencederai dirinya, kesuksesan saya”.
diucapkan berulang-
ulang tetapai tidak sesuai
dengan kenyataan.
Waham somatik Keyakinan seseorang “ Saya menderita
bahwa tubuh atau kanker”. Padahal hasil
sebagian tubuhnya pemeriksaan lab tidak
terserang penyakit, ada sel kanker pada
diucapkan berulang- tubuhnya.
ulang tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan.
Waham nihlistik Keyakinan seseorang “ ini saya berada di alam
bahwa dirinya sudah kubur ya, semua yang
meninggal dunia, ada disini adalah roh-roh
diucapkan berulang- nya”
ulang tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan.
2. Rentang respon
Respon adaptif Respon maladaptif
3. Faktor penyebab
a. Faktor predisposisi
1) Biologi
Waham dari bagian dari manifestasi psikologi dimana
abnormalitas otak yang menyebabkan respon neurologis yang
maladaptif yang baru mulai dipahami, ini termasuk hal-hal
berikut :
a) Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan
keterlibatan otak yang luas dan dalam perkermbangan
skizofrenia. Lesi pada area frontal, temporal dan limbik
paling berhubungan dengan perilaku psikotik.
b) Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil
penelitian sangat menunjukkan hal-hal berikut ini :
(1) Dopamin neurotransmitter yang berlebihan
(2) Ketidakseimbangan antara dopamin dan
neurotransmitter lain
(3) Masalah-masalah pada sistem respon dopamin
Penelitian pada keluarga yang melibatkan anak kembar dan
anak yang diadopsi telah diupayakan untuk
mengidentifikasikan penyebab genetik pada skizofrenia.
Sudah ditemukan bahwa kembar identik yang dibesarkan
secara terpisah mempunyai angka kejadian yang tinggi pada
skizofrenia dari pada pasangan saudara kandung yang tidak
identik penelitian genetik terakhir memfokuskan pada
pemotongan gen dalam keluarga dimana terdapat angka
kejadian skizofrenia yang tinggi.
2) Psikologi
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik
yang maladaptif belum didukung oleh penelitian. Sayangnya
teori psikologik terdahulu menyalahkan keluarga sebagai
penyebab gangguan ini sehingga menimbulkan kurangnya
rasa percaya (keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa
profesional).
3) Sosial budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan
skizofrenia dan gangguan psikotik tetapi tidak diyakini
sebagai penyebab utama gangguan.Seseorang yang merasa
diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan timbulnya
waham (Direja, 2011).
b. Faktor Presipitasi
1) Biologi
Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik
yang maladaptif termasuk:
a) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang
mengatur proses informasi
b) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi rangsangan.
2) Stres lingkungan
Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress
yang berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Pemicu gejala
Pemicu merupakan prekursor dan stimulus yang yang sering
menunjukkan episode baru suatu penyakit. Pemicu yang biasa
terdapat pada respon neurobiologik yang maladaptif
berhubungan dengan kesehatan. Lingkungan, sikap dan
perilaku individu (Direja, 2011).
Gangguan orientasi realitas menyebar dalam lima kategori utama
fungsi otak Menurut Kusumawati, (2010) yaitu :
a. Gangguan fungsi kognitif dan persepsi menyebabkan kemampuan
menilai dan menilik terganggu.
b. Gangguan fungsi emosi, motorik, dan sosial mengakibatkan
kemampuan berespons terganggu, tampak dari perilaku nonverbal
(ekspresi dan gerakan tubuh) dan perilaku verbal (penampilan
hubungan sosial).
c. Gangguan realitas umumnya ditemukan pada skizofrenia.
d. Gejala primer skizofrenia (bluer) : 4a + 2a yaitu gangguan
asosiasi, efek, ambivalen, autistik, serta gangguan atensi dan
aktivitas.
e. Gejala sekunder: halusinasi, waham, dan gangguan daya ingat.
4. Proses terjadinya
Dalam Yosep (2009), ada 6 fase terjadinya waham yakni :
a. Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan-kebutuhan klien baik
secara fisik maupun psikis sehingga seseorang terdorong untuk
melakukan kompensasi yang salah agar keinginan untuk memenuhi
kebutuhannya terpenuhi.
b. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta
dorongan kebutuhan yag tidak terpenuhi sedangkan standar
lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
c. Fase control internal external
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-
apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan
tidak sesuai dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi
klien adalah sesuatu yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk
diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan diterima lingkungan
menjadi prioritas dalam hidupnya. Lingkungan sekitar klien
mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien
itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena
besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan.
5. Mekanisme koping
Menurut Direja (2011), Perilaku yang mewakili upaya untuk
melindungi diri sendiri dari pengalaman berhubungan dengan respon
neurobioligi :
a. Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya
untuk menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi
yang tertinggal untuk aktivitas hidup sehari-hari
b. Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
c. Menarik diri
6. Penatalaksanaan
Perawatan dan pengobatan harus secepat mungkin dilaksanakan
karena, kemungkinan dapat menimbulkan kemunduran mental. Tetapi
jangan memandang klien dengan waham pada gangguan skizofrenia ini
sebagai pasien yang tidak dapat disembuhkan lagi atau orang yang aneh
dan inferior bila sudah dapat kontak maka dilakukan bimbingan tentang
hal-hal yang praktis. Mesikpun klien tidak sembuh sempurna, dengan
pengobatan dan bimbingan yang baik dapat ditolong untuk bekerja
sederhana di rumah ataupun di luar rumah. Keluarga atau orang lain di
lingkungan klien diberi penjelasan (manipulasi lingkungan) agar mereka
lebih sabar menghadapinya.
a. Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan keperawtan diberikan agar klien tidak
mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yangkurang
baik akibat waham yang dialami. Terapi yang diberikan dianjurkan
meliputi kegiatan-kegiatan permainan ataupun latihan bersama,
seperti terapi modalitas yang terdiri dari :
1) Terapi aktivitas
a) Terapi musik
Terapi difokuskan untuk mengoptimalkan fungsi
mendengar dan menikmati jenis music yang disukai klien
sembari relaksasi, memainkan alat musik, dan bernyanyi.
b) Terapi seni
Focus pada pengekspresian perasaan klien melalui berbagai
kegiatan seni seperti menggambar/melukis, seni rupa, dan
lain-lain
c) Terapi menari
Focus pada pengekspresian perasaan melalui bahasa tubuh.
d) Terapi relaksasi
Klien belajar dan mempraktikkan teknik relaksasi dalam
kelompok. Adapun gunanya untuk membuat klien lebih
tenang, lebih fresh, dan meningkatkan partisipasi dan
kesenangan klien dalam kehidupan.
2) Terapi sosial (sosialisasi)
Klien belajar berkomunikasi dan berinteraksi dengan
klien lain sesuai dengan realita.
3) Terapi kelompok (group therapy)
a) Kelompok terapeutik (therapeutic group).
b) Terapi aktivitas kelompok (adjunctive group activity
therapy). (Keliat, 2004).
4) Terapi lingkungan
Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana dalam
keluarga (home like atmosphere).
b. Farmakoterapi
Tatalaksana pengobatan skizofrenia paranoid mengacu pada
penatalaksanaan skizofrenia secara umum menurut Townsend
(1998), Kaplan dan Sadock (1998) antara lain :
1) Anti Psikotik
Jenis- jenis obat antipsikotik antara lain :
a) Chlorpromazine
Untuk mengatasi psikosa, premidikasi dalam anestesi, dan
mengurangi gejala emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal
: 3×25 mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya optimal,
dengan dosis tertinggi : 1000 mg/hari secara oral.
b) Trifluoperazine
Untuk terapi gangguan jiwa organik, dan gangguan psikotik
menarik diri.
Dosis awal : 3×1 mg, dan bertahap dinaikkan sampai 50
mg/hari.
c) Haloperidol
Untuk keadaan ansietas, ketegangan, psikosomatik,
psikosis,dan mania. Dosis awal : 3×0,5 mg sampai 3 mg.
Obat antipsikotik merupakan obat terpilih yang
mengatasi gangguan waham. Pada kondisi gawat darurat, klien
yang teragitasi parah, harus diberikan obat antipsikotik secara
intramuskular. Sedangkan jika klien gagal berespon dengan
obat pada dosis yang cukup dalam waktu 6 minggu, anti
psikotik dari kelas lain harus diberikan. Penyebab kegagalan
pengobatan yang paling sering adalah ketidakpatuhan klien
minum obat. Kondisi ini harus diperhitungkan oleh dokter dan
perawat. Sedangkan terapi yang berhasil dapat ditandai adanya
suatu penyesuaian sosial, dan bukan hilangnya waham pada
klien.
2) Anti Parkinson
a) Triheksipenydil (Artane), untuk semua bentuk
parkinsonisme, dan untuk menghilangkan reaksi
ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang digunakan : 1-15
mg/hari
b) Difehidamin, dosis yang diberikan : 10- 400 mg/hari
3) Anti Depresan
a) Amitriptylin, untuk gejala depresi, depresi oleh karena
ansietas, dan keluhan somatik. Dosis : 75-300 mg/hari.
b) Imipramin, untuk depresi dengan hambatan psikomotorik,
dan depresi neurotik. Dosis awal : 25 mg/hari, dosis
pemeliharaan : 50-75 mg/hari.
4) Anti Ansietas
Anti ansietas digunakan untuk mengotrol ansietas,
kelainan somatroform, kelainan disosiatif, kelainan kejang, dan
untuk meringankan sementara gejala-gejala insomnia dan
ansietas. Obat- obat yang termasuk anti ansietas antara lain:
a) Fenobarbital : 16-320 mg/hari
b) Meprobamat : 200-2400 mg/hari
c) Klordiazepoksida : 15-100 mg/hari
c. Psikoterapi
Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan
hubungan saling percaya. Terapi individu lebih efektif dari pada
terapi kelompok. Terapis tidak boleh mendukung ataupun menentang
waham, dan tidak boleh terus-menerus membicarakan tentang
wahamnya. Terapis harus tepat waktu, jujur dan membuat perjanjian
seteratur mungkin. Tujuan yang dikembangkan adalah hubungan
yang kuat dan saling percaya dengan klien. Kepuasan yang
berlebihan dapat meningkatkan kecurigaan dan permusuhan klien,
karena disadari bahwa tidak semua kebutuhan dapat dipenuhi.
Terapis perlu menyatakan pada klien bahwa keasyikan dengan
wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu
kehidupan konstruktif. Bila klien mulai ragu-ragu dengan
wahamnya, terapis dapat meningkatkan tes realitas.
Sehingga terapis perlu bersikap empati terhadap pengalaman
internal klien, dan harus mampu menampung semua ungkapan
perasaan klien, misalnya dengan berkata : “Anda pasti merasa sangat
lelah, mengingat apa yang anda lalui, “tanpa menyetujui setiap mis
persepsi wahamnya, sehingga menghilangnya ketegangan klien.
Dalam hal ini tujuannya adalah membantu klien memiliki keraguan
terhadap persepsinya. Saat klien menjadi kurang kaku, perasaan
kelemahan dan inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat timbul.
Pada saat klien membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi,
suatu hubungan terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas
terpeutik dapat dilakukan.
d. Terapi Keluarga
Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga
klien, sebagai sekutu dalam proses pengobatan. Keluarga akan
memperoleh manfaat dalam membantu ahli terapi dan membantu
perawatan klien
2. Daftar Masalah
Menurut Damaiyanti (2012) Masalah keperawatan yang sering muncul
pada klien waham adalah:
a. Gangguan proses pikir: waham,
b. Kerusakan komunikasi verbal
c. Harga diri rendah kronik.
3. Pohon Masalah
Pohon masalah Waham (Fitria, 2009, dikutip Direja, 2011):
Perilaku
kekerasan
Waham
(Core Problem)
6. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana
tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan
yang telah direncanakan, perawat perlu memvalidasi apakah rencana
tindakan keperawatan masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi klien
saat ini (Damaiyanti, 2012).
Selain itu, salah satu hal yang penting dalam pelaksanaan rencana
tindakan keperawatan adalah teknik komunikasi terapeutik. Teknik ini
dapat digunakan dengan verbal; kata pembuka, informasi, fokus. Selain
teknik verbal, perawat juga harus menggunakan teknik non verbal
seperti; kontak mata, mendekati kearah klien, tersenyum, berjabatan
tangan, dan sebagainya. Kehadiran psikologis perawat dalam komunikasi
terapeutik terdiri dari keikhlasan, menghargai, empati dan konkrit
(Yusuf, 2019).
7. Evaluasi Keperawatan
Menurut Trimelia (2011) evaluasi dilakukan dengan berfokus pada
perubahan perilaku Klien setelah diberikan tindakan keperawatan.
Keluarga juga perlu dievaluasi karena merupakan sistem pendukung
yang penting. Menurut Keliat, 1998 evaluasi adalah proses yang
berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien.
Evaluasi dapat dilakukan berdasarkan SOAP sebagai pola pikir.
S : Respon subjektif dari klien terhadap intervensi keperawatan
O : respon objektif dari klien terhadap intervensi keperawatan
A: analisa ulang atas dasar subjek dan objek untuk mengumpulkan
apakah masalah masih ada, munculnya masalah baru, atau ada data yang
berlawanan dengan masalah yang masihada.
P : perencanaan atau tindakan lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon klien.
DAFTAR PUSTAKA