Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

JABBARIYAH DAN QADDARIYAH

Disusun Oleh:
KELOMPOK 4:

• Amar Ainun Habib


• Andika Dwi Nurfirmansyah
• Kisa Kafukinnada

FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Yang maha Esa atas bimbingan dan
rahmad-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul " Jabbariyah dan
qadariah".
Pada kesempatan ini tak lupa saya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah ikut berperan aktif dan bekerjasama dalam penyusunan makalah ini.
Kami sangat menyadari akan kekurangan dari karya kami ini oleh sebab itu saran dan
kritik senantiasa diharapkan demi pembaharuan karya kami selanjutnya. Seiring dengan
terciptanya makalah ini, semoga dapat bermanfaat serta memberikan pengetahuan yang baru
kepada pembacanya.

Yogyakarta, November 2021


Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR…………………….………………………………………………ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………… iii

BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………….. JABBARIYAH DAN


QADDARIYAH
J……………………..…….v

1. Latar belakang…………………….………………………………….……..iv

2. Rumusan masalah………..……………………………………………..……iv
3. Tujuan……………………………………………………………………………..….v

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………………..…..vi

1. Pengertian Jabariyyah Dan Qadariyah ……………………………………………vi


2. Perbedaan Jabariyyah Dan Qadariyah……………………………………………..vi
3. Tokoh Tokoh Aliran Jabariyyah Dan Qadariyah …………………………………vii
4. Doktrin Doktrin Jabariyyah Dan Qadariyah………………………………………vii
5. Pengaruh Aliran Jabariyyah Dan Qadariyah Dalam Aliran Islam………………viii

BAB III KESIMPULAN xii


DAFTAR PUSTAKA xiii

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Latar belakang lahirnya aliran Jabariyah tidak adanya penjelasan yang sahih. Abu
Zaharah menuturkan bahwa paham ini muncul sejak zaman sahabat dan masa Bani Umayyah.
Ketika itu para ulama membicarakan tentang masalah Qadar dan kekuasaan manusia ketika
berhadapan dengan kekuasaan mutlak Tuhan. Adapun tokoh yang mendirikan aliran ini menurut
Abu Zaharah dan al-Qasimi adalah Jahm bin Safwan yang bersamaan dengan munculnya aliran
Qadariyah. Pendapat yang lain mengatakan bahwa paham ini diduga telah muncul sejak sebelum
agama Islam datang ke masyarakat Arab. Kehidupan bangsa Arab yang diliputi oleh gurun pasir
sahara telah memberikan pengaruh besar dalam cara hidup mereka. Di tengah bumi yang disinari
terik matahari dengan air yang sangat sedikit dan udara yang panas ternyata dapat tidak
memberikan kesempatan bagi tumbuhnya pepohonan dan suburnya tanaman, tapi yang tumbuh
hanya rumput yang kering dan beberapa pohon kuat untuk menghadapi panasnya musim serta
keringnya udara. Harun Nasution menjelaskan bahwa dalam situasi demikian masyarakat arab
tidak melihat jalan untuk mengubah keadaan disekeliling mereka sesuai dengan kehidupan yang
diinginkan. Mereka merasa lemah dalam menghadapi kesukaran-kesukaran hidup. Artinya
mereka banyak tergantung dengan Alam, sehingga menyebabakan mereka kepada paham
fatalisme.
1.2.Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan alian jabariyah dan qamariyah
2.apa saja doktrin-doktrin jabariyah an qamariyah
3.ap pengaruh aliran jabariyah pemikiran dan gerakan keagamaan kontenporer

1.3 Tujuan
1.mengetahu pengertian dan aliran sebanyak dan qamariyah
2.untuk mengetahui doktrin-doktrin sabariyah
3.untuk mengetahui pengaruh aliran jabariyah dalam pemikiran dan gerakan keagamaan.
BAB II

iv
PEMBAHASAN

Yang perlu kita ketahui terlebih dahulu adalah bahwa paham (aliran, pandangan, pemikiran)
qadariyah maupun jabriyah (orang Indonesia sering menyebutnya jabariyah) belum muncul pada
masa Nabi Muhammad saw. masih hidup. Paham-paham itu baru muncul setelah ajaran agama
Islam berinteraksi dengan filsafat, pemikiran, dan produk budaya bangsa-bangsa lain seiring
dengan masuk Islamnya orang-orang dari dan di luar jazirah Arab.

ِ ‫ )قَد‬berasal dari kata qadar (‫ )قَدَر‬yang salah satu artinya adalah ketetapan atau
Kata qadariyah (‫َريَّة‬
ukuran. Dari akar kata yang sama juga terbentuk kata qudrah (‫ )قُ ْد َرة‬yang berarti kemampuan
atau kekuasaan. Al-Qadîr, salah satu asmaul husna, itu mengandung arti ‘Allah Mahakuasa’ atau
‘Mahamampu’ melakukan apa saja.
qadariyah adalah paham yang mengatakan bahwa manusia memiliki kemampuan dan kekuasaan
untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Begitu Allah meniptakan manusia, manusia dibiarkan bebas, mau menjadi kafir, silakan, mau
menjadi mukmin silakan, dan seterusnya. Dari satu sisi, pemahaman ini ada benarnya, sebab
dalam kenyataan memang kita sebagai manusia dapat menentukan sendiri apakah kita mau salat
atau tidak, mau mencuri atau tidak. Tetapi dari sisi lain, pemahaman ini juga keliru, sebab ada
hal-hal pada diri kita yang terjadi di luar kehendak atau kontrol kita. Maunya kita tidur enam jam
pada malam ini, tapi baru satu jam sudah terbangun. Maunya kita tidak menguap di depan
umum, tapi kita menguap tanpa bisa kita kontrol dan kendalikan. Itu artinya, memandang bahwa
manusia punya kemampuan penuh mengontrol dan menentukan sendiri perbuatannya adalah
pandangan yang ekstrem alias terlalu. Tidak moderat. Bertentangan dengan paham yang dianut
oleh Ahlussunnah.
Waljamaah.
Perbedaannya terletak pada paham tentang bagaimana posisi di hadapan kuasa Allah SWT.
Aliran Qadariyah meyakini bahwa manusia memiliki kekuasaan penuh atas perbuatannya
sendiri. Adapun paham aliran Jabariyah berada di kutub sebaliknya.Dalam paham Jabariyah,
pendapat Qadariyah yang menyatakan manusia memiliki kehendak yang bebas dan daya buat
menentukan nasibnya sendiri, sudah melenceng dari ajaran Islam. Menjawab kemunculan
Qadariyah, paham ini hadir menjadi aliran tersendiri.
Mereka meyakini manusia tidak memiliki kekuasaan apa pun atas kehendak dan nasibnya.
Segala tindak-tanduknya, mulai ia lahir, bekerja, siapa jodohnya, hingga ajalnya sudah
ditentukan Allah SWT.

Tidak hanya itu, selepas ia mati pun, Allah sudah menentukan apakah ia masuk surga atau
neraka. Manusia tidak ikut campur sedikit pun atas takdir yang ia miliki. Maka itu, Asy-

v
Syahratasāni pernah menulis, paham Jabariyah menghilangkan perbuatan manusia dalam arti
yang sesungguhnya dan secara mutlak menyandarkanya kepada Allah SWT. Sebenarnya, aliran
ini dicetuskan pertama kali oleh Ja'ad bin Dirham, barulah kemudian diteruskan oleh Jaham bin
Shafwan.

Karena pahamnya yang serba pasrah, khalifah pertama dari dinasti Umayyah, Muawiyah bin
Abu Sufyan "mempolitisasinya" sehingga Jabariyah jadi aliran yang memperoleh dukungan
pemerintah Daulah Umayyah.
Terdapat sejumlah tokoh aliran Jabariyah yang berpengaruh dalam sejarah pemikiran ilmu
kalam. Dari pemikiran tokoh-tokoh itu, aliran Jabariyah terbagi menjadi dua paham lagi.
1. Ja'ad bin Dirham dan Jaham bin Shafwan
Ja'ad bin Dirham adalah pencetus awal aliran Jabariyah. Setelah diusir dari Damaskus, Ja'ad
pindah ke Kufah dan meneruskan ajarannya. Salah satu muridnya adalah Jaham bin Shafwan
yang menjadikan aliran Jabariyah kian populer di kalangan umat Islam kala itu.
2. An-Najjar dan Ad-Dhirar
Husain bin Muhammad An-Najjar dan Dhirar bin Amr sebenarnya juga meyakini bahwa Allah
SWT memang mengendalikan semua perbuatan manusia. Namun, ia berpendapat manusia pun
memiliki peran dalam mewujudkan perbuatan tersebut.

BAB III KESIMPULAN

Menurut penulis solusi terhadap pandangan aliran Jabariyah dan Qodariyah yaitu bahwa manusia
benar-benar memiliki kebebasan berkehendak dan karenanya ia akan dimintai
pertanggungjawaban atas keputusannya, meskipun demikian keputusan tersebut pada dasarnya
merupakan pemenuhan takdir (ketentuan) yang telah ditentukan. Dengan kata lain, kebebasan
berkehendak manusia tidak dapat tercapai tanpa campur tangan Allah SWT, seperti seseorang
yang ingin membuat meja, kursi atau jendela tidak akan tercapai tanpa adanya kayu sementara
kayu tersebut yang membuat adalah Allah SWT. Dalam masalah Iman dan Kufur ajaran
Jabariyah yang begitu lemah tetap bisa diberlakukan secara temporal, terutama dalam langkah
awal menyampaikan dakwah Islam sehingga dapat merangkul berbagai golongan Islam yang
masih memerlukan pengayoman. Di samping itu pendapat-pendapat Jabariyah sebenarnya
didasarkan karena kuatnya iman terhadap qudrot dan irodat Allah SWT, ditambah pula dengan
sifat wahdaniat-Nya.
Sementara bagi Qodariyah manusia adalah pelaku kebaikan dan juga keburukan, keimanan dan
juga kekufuran, ketaatan dan juga ketidaktaatan. Dari keterangan ajaran-ajaran Jabariyah dan
Qodariyah tersebut di atas yang terpenting harus kita pahami bahwa mereka (Jabariyah dan
Qodariyah) mengemukakan alasan-alasan dan dalil-dalil serta pendapat yang demikian itu
vi
dengan maksud untuk menghindarkan diri dari bahaya yang akan menjerumuskan mereka ke
dalam kesesatan beragama dan mencapai kemuliaan dan kesucian Allah SWT dengan
sesempurna-sempurnanya. Penghindaran itu pun tidak mutlak dan tidak selama-lamanya, bahkan
jika dirasanya akan berbahaya pula, mereka pun tentu akan mencari jalan dan dalil-dalil lain
yang lebih tepat. Demikian makalah dari kami yang berjudul “Jabariyah dan Qodariyah” kritik
dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan di masa mendatang.
Sebagai penutup dalam makalah ini. Kedua aliran, baik Qadariyah ataupun Jabariyah nampaknya
memperlihatkan paham yang saling bertentangan sekalipun mereka sama-sama berpegang pada
Alquran. Hal ini menunjukkan betapa terbukanya kemungkinan perbedaan pendapat dalam
Islam.

DAFTAR PUSTAKA

https://nikmatislam.com/apa-itu-aliran-jabariyah-dan-qadariyah/

https://id.scribd.com/document/407857928/Doktrin-Jabariyah-Dan-Pengaruhnya-Dalam-
Pemikiran-Dan-Gerakan-Keagamaan-Kontemporer

vii

Anda mungkin juga menyukai