Anda di halaman 1dari 5

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pernikahan dini pada masa pandemi COVID

19 Di kota NATAL

Yusril Iza Mahendra (2010811024)

Mahasiswa sosiologi Universitas Andalas tahun 2020

Tugas UTS sosiologi Kependudukan

Dosen pengampu

Drs. YULKRDI, M. Si

A. Pendahuluan

Asumsi teoritis

Masyarakat dipandang sebagai sebuah sistem sosial yang dapat diartikan sebagai suatu
pola interaksi sosial yang terdiri dari komponen-komponen sosial yang teratur dan melembaga.
Masyarakat sebagai tempat remaja untuk mencari sebuah pengajaran baru, sekarang hanya
menjadi sebuah jalan menuju kehancuran. Itu dikarenakan, pandemi COVID 19 yang menuntut
masyarakat agar terpojok dengan keadaan.

Covid 19 menjadi ancaman yang besar bagi bangsa Indonesia selama 2 tahun terakhir,
pasalnya, virus ini mampu berkembang dengan cepat di seluruh Dunia. Dampaknya tidak
sedikit dari pada masyarakat di Indonesia bahkan dunia, merasakan akibatnya. Saat pandemi
masih berlanjut, pemerintah dunia khususnya Indonesia sendiri, menerapkan yang namanya
Lockdown (tetap di rumah) artinya, kita akan hidup dengan aktivitas yang terbatas. Namun,
efek dari aturan tersebut, menjadikan permasalahan ekonomi masyarakat. Sehingga
menimbulkan pelanggaran aturan yang ditetapkan guna untuk memenuhi kebutuhannya.
Pandemi ini juga, tidak hanya mempengaruhi ekonomi masyarakat, tetapi juga kepada
perubahan cara pandang, pendidikan dan masa depan generasi muda.

Masa remaja atau masa muda merupakan tahap ketiga dari pertumbuhan kehidupan
manusia setelah masa bayi dan masa kanak-kanak. Berkaitan dengan hal tersebut, WHO
(1975) menegaskan bahwa usia remaja merupakan tahapan kehidupan yang dialami oleh
seseorang pada kelompok usia 10-19 tahun, sedangkan usia muda merupakan tahapan yang
dialami oleh seseorang pada kelompok usia 15-24 tahun. Oleh karena itu, tidak jarang dan
tidak salah jika dikatakan bahwa masa remaja dan masa muda merupakan tahap peralihan
yang sangat penting dan memegang peranan penting dalam perjalanan umat manusia menuju
tahap dewasa (dewasa). Masa remaja atau masa muda merupakan masa kritis dalam
perjalanan hidup manusia untuk menemukan jati diri, menggali minat dan bakat, mempelajari
segala macam pengetahuan, dan mempelajari lebih jauh tentang sudut pandang yang berlaku
dalam kehidupan, karena semua pengalaman, sudut pandang dan pengetahuan tersebut
berperan dalam pembentukan kepribadian kedewasaaannya. Hal ini sesuai dengan pandangan
John W. Santrock (2007), mengungkapkan bahwasanya fase remaja adalah masa transisi
seorang individu dari seorang kanak-kanak menjadi orang dewasa yang melibatkan dan
ditandai dengan adanya perubahan biologis, kognitif, dan perilaku sosial-emosionala. Oleh
sebab itu, sebuah sangat disayangkan sekali jika seorang individu harus kehilangan masa
mudanya hanya karena disebabkan oleh pernikahan dini mengikat dirinya yang tak cukup
dewasa untuk menghadapi serta menjalani dunia pernikahan dan urusan kondisi rumah
tangga.

Asumsi empiris

Menurut UU perkawinan no.1 tahun 1974, pengertian pernikahan adalah ikatan lahir batin
antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.
Dalam kepustakaan, perkawinan ialah aqad yang menghalalkan pergaulan dan membataskan
hak dan kewajiban serta tolong menolong antara seorang laki-laki dan seorang perempuan
yang antara keduanya bukan muhrim. Pernikahan dini merupakan sebuah fenomena yang
sering terjadi khususnya di Indonesia. Fenomena pernikahan anak dibawah umur atau lebih
sering disebut pernikahan dini diibaratkan seperti sebuah gunung es, bila sedikit permukaan
atau terekspos dan sangat marak didasar atau ditengah masyarakat luas. Keberadaan
perundang-undangan sudah sangat jelas menentang terjadinya pernikahan atau perkawinan
anak dibawah umur. Seharusnya tidak alasan bagi pihak-pihak tertentu untuk melegalkannya.

Indonesia termasuk Negara dengan persentase pernikahan usia dini tinggi di dunia
(rangkin 37). Tertinggi kedua di ASEAN setelah Kamboja. Dikutip dari data Badan pusat
Statistik (kementerian PPN/BAPENNAS), ”perkawinan anak lebih dipengaruhi oleh
penurunan di daerah perdesaan. Di daerah perdesaan, prevalensi perempuan 20–24 tahun yang
perkawinan pertamanya sebelum usia 15 tahun mengalami penurunan sebesar 1,8 poin persen
selama periode 2008–2018 (2,78 menjadi 0,95 persen), sedangkan di perkotaan penurunannya
hanya sebesar 0,3 poin persen (0,59 menjadi 0,28 persen). Begitu pula dengan perempuan 20–
24 tahun yang perkawinan pertamanya sebelum usia 18 tahun, baik di perdesaan maupun
perkotaan mengalami penurunan tren dalam kurun waktu 2008-2018. Prevalensi daerah
perdesaan menurun sebesar 5,76 poin persen (22,63 menjadi 16,87 persen) sedangkan di
perkotaan penurunannya lebih lambat, hanya kurang dari satu poin persen (7,82 menjadi 7,15
persen)”.

Di masa pandemi, pernikahan anak kian meronjak naik, di karenakan beberapa faktor.
Di kota Natal sendiri, khususnya desa pasar V Natal, fenomena pernikahan dini mengacu pada
permasalahan yang ditimbulkan semakin maraknya COVID 19. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa fenomena pernikahan dini yang terjadi di wilayah Kota Natal, dimana usia belum
mencapai 19 tahun, seperti yang telah ditetapkan dalam perubahan atas Undang-Undang RI
Nomor 16 Tahun 2019 merupakan sebuah realita yang harus dihadapi. Fenomena pernikahan
dini sekalipun dilarang namun masih kerap terjadi di masyarakat

Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti, faktor mempercepat pernikahan


dini di masa pandemi, disebabkan oleh sekolah online dan kebebasan remaja dalam bergaul.
Pasalnya, sekolah diliburkan kurang lebih beberapa bulan lamanya, bahkan hanya dilanjutkan
dengan sekolah online (daring). Orang tua yang merasa anaknya tidak mendapatkan apa-apa
selama sekolah online berlangsung (uang sekolah tetap dibayar tepat waktu), di lain sisi,
berdasarkan penyampaian dari salah seorang masyarakat Pasar V Natal, ekonomi yang terbatas
mendorong masyarakat kepada keputusasaan. Sehingga memutuskan untuk menikahkan
anaknya yang masih di bawah umur demi mengurangi beban perekonomian dalam keluarga.
Mereka beranggapan, setidaknya satu atau dua anak yang sudah menikah akan terlepas dari
tanggung jawabnya.

Selain itu, di tengah-tengah aturan Lockdown, remaja di kota Natal, cenderung lebih
aktif dalam bergaul baik itu sesama jenis maupun lawan jenisnya. Pandemi menyebabkan
beberapa tempat dilarang untuk dibuka dibeberapa daerah, malah menjadi sasaran empuk bagi
remaja-remaja di bawah umur untuk mencari suatu hiburan. Oleh sebab itu, remaja jaman
sekarang mudah terjerumus ke dalam kenakalan remaja, sehingga tidak sedikit dari mereka
yang memilih jalan pernikahan usia muda, karena sudah terlalu jauh melangkah ke dalam
penyimpangan-penyimpangan sosial.

Urgensi Sosiologis
Dari aspek sosiologis, faktor pemicu fenomena pernikahan dini pada masa pandemi di
kota Natal, mengacu pada teori tindakan sosial dan fakta sosial yang dikemukakan oleh Max
Weber, Marx mengatakan bahwa individu manusia dalam masyarakat merupakan aktor yang
kreatif dan realitas yang statis daripada paksaan fakta sosial. Artinya, tindakan manusia tidak
sepenuhnya ditentukan oleh norma, kebiasaan, nilai dan sebagainya yang tercakup didalam
konsep fakta sosial. Walaupun pada akhirnya Weber mengakui bahwa dalam masyarakat
terdapat struktur sosial dan pranata sosial. Dikatakan bahwa struktur sosial dan pranata sosial
merupakan konsep yang saling berkaitan dalam membentuk tindakan sosial. Teori tindakan
sosial Max Weber berorientasi pada motif dan tujuan pelaku. Dengan menggunakan teori ini
kita dapat memahami perilaku setiap individu maupun kelompok bahwa masing-masing
memiliki motif dan tujuan yang berbeda-beda terhadap sebuah tindakan yang dilakukan. Teori
ini bisa memahami tipe-tipe perilaku tindakan setiap individu maupun kelompok, dengan
memahami perilaku setiap individu ataupun kelompok, sama halnya kita telah menghargai dan
memahami alasan-alasan mereka dalam melakukan tindakan. Max Weber mengklasifikasikan
tindakan sosial ke dalam beberapa tipe, yaitu pertama, Rasionalitas Instrumental, tingkat
rasionalitas yang paling tinggi ini meliputi pertimbangan dan pilihan yang sadar yang
berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan alat yang digunakan untuk mencapainya. Kedua,
Rasionalitas Nilai, yaitu tindakan berdasarkan nilai yang dilakukan untuk alasan-alasan dan
tujuan yang ada kaitanya dengan nilai-nilai yang diyakini secara personal aktor tanpa
meperhitungkan prospek-prospek yang ada kaitannya dengan behasil atau gagalnya tindakan
tersebut.ketiga, Tindakan Tradisional, yaitu tindakan yang ditentukan oleh kebiasan-kebiasan
yang sudah mengakar secara turun-temurun. Keempat, tindakan efektif, tipe tindakan ini
ditandai adanya oleh dominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan
yang sadar. Seseorang yang mengalami perasaan cinta, kemarahan, ketakutan atau
kegembiraan, dan secara spontan mengungkapkan perasaan itu tanpa refleksi, berarti sedang
memperlihatkan tindakan efektif.

Dari teori Max Weber di atas, dapat disimpulkan, bahwa pernikahan dini di masa
pandemi dipengaruhi oleh tindakan sosial. Dimana, individu sudah mempertimbangkan semua
tindakan nya, terkait sebuah pernikahan yang akan dia jalani. Hal tersebut mencerminkan rasa
putus asa dan kekecewaan, karena pandemi yang kian merebak. sehingga memutuskan untuk
melangsungkan pernikahan.

B. Rumusan Masalah
Dalam TOR penelitian ini, peneliti menemukan beberapa masalah yang terjadi dalam
lingkup masyarakat, yaitu:
1. Bagimana pernikahan dini di Indonesia?
2. Bagaimanakah pengaruh Pandemi Covid 19 terhadap pernikahan dini?
3. Faktor apa saja yang mempengaruhi pernikahan dini di Kota Natal?
4. Bagaimana teori dan urgensi sosiologi dalam menjelaskan pernikahan dini?

C. Tujuan penelitian

TOR penelitian ini dibuat memiliki tujuan khusus dan umum. Tujuan khususnya, TOR
penelitian ini, dirancang untuk menyelesaikan tugas UTS mata kuliah Sosiologi
kependudukan.

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menjelaskan bagaimana pernikahan dini indonesia


2. Menjelaskan pengaruh Pandemi Covid 19 terhadap pernikahan dini di Kota Natal
3. Menjelaskan faktor penyebab pernikahan dini di Kota Natal
4. Menjelaskan Teori dan urgensi sosiologi dalam pernikahan dini

D. Tinjauan pustaka

Catur Yunianto, S.H., M.H. (2018). pernikahan dini dalam perspektif hukum perkawinan. Nusa
Media PO BOX 137 : Bandung
Andina, E. (2021). Meningkatnya Angka Perkawinan Anak Saat Pandemi Covid-19. INFO
singkat kajian singkat isu aktual dais, vol.XIII, No.4//II
Candra, M. 2021. Aspek Perlindungan Anak Indonesia: Analisis tentang Perkawinan di Bawah
Umur (Edisi Pertama). Jakarta: Kencana.
UNICEF Indonesia, BPS, PUSKAPA UI, & Kementerian PPN/Bappenas. 2020. Pencegahan
Perkawinan Anak: Percepatan yang Tidak Bisa Ditunda. UNICEF Indonesia.
https://www.unicef.org/indonesia/media/5031/file/Laporan_Pencegahan_Perkawinan_An
ak.pdf, diakses 18 oktober 2021.

Anda mungkin juga menyukai