Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal

Volume 11 Nomor 1, Januari 2021


e-ISSN 2549-8134; p-ISSN 2089-0834
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/PSKM

PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN DI RS “X”


Leoni Sri Utami, Siti Musyarofah*
\
Program Studi Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal, Jln laut 31A Kendal, Jawa
Tengah, Indonesia 51311
*sitimusyarofah24@gmail.com

ABSTRAK
Bahan Berbahaya dan Beracun atau B3 adalah zat, energi, atau komponen lain yang karena sifat,
konsentrasi dan jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan,
merusak lingkungan hidup, dan dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta makhluk hidup lainnya. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun di salah satu RS Kendal. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengelolaan limbah B3 di Rumah Sakit. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
deskriptif, dengan menggunakan metode kualitatif dan alat ukur wawancara. Obyek penelitian ini
adalah pengelolaan B3 di ruang IGD, OK, dan VK Rumah Sakit. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pengelolaan limbah B3 di Rumah Sakit sudah sesuai hanya saja masih ada beberapa tempat
penampungan limbah yang kurang bersih. Pemberian pelatihan kepada petugas pengelola limbah dan
tenaga kesehatan mengenai Kesehatan dan Keselamatan Kerja terkait pengelolaan limbah medis B3,
memberikan program vaksinasi dan pemeriksaan kesehatan.

Kata kunci: limbah B3; pengelolaan; rumah sakit

MANAGEMENT OF HAZARDOUS AND TOXIC WASTE IN RS “X”

ABSTRACT
Hazardous and Toxic Material (B3) is a substance, energy, or other component that due to its nature,
concentration and amount, both directly and indirectly, can pollute, damage the environment, and can
endanger the environment, health, survival of humans and creatures other life. The problem examined
in this research is the management of hazardous and toxic waste (B3) in Muhammadiyah Kendal
Hospital. This study aims to determine the management of B3 waste in Muhammadiyah Kendal
Hospital. This research uses descriptive research, using qualitative methods and interview
measurement tools. The object of this research is the management of B3 in the emergency room, OK,
and VK of Muhammadiyah Kendal Hospital. The results of this study indicate that the management of
B3 waste in Muhammadiyah Kendal Hospital is appropriate, but there are still some unclean waste
storage centers. Providing training to waste management officers and health workers on Occupational
Health and Safety related to the management of B3 medical waste, providing vaccination programs
and health checks.

Keywords: B3 waste; hospital; management

PENDAHULUAN
Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit K3RS adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan bagi sumber daya manusia rumah sakit,
pasien, pendamping pasien, pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit melalui upaya
pencegahan kecelakan kerja dan penyakit akibat kerja di rumah sakit (Gunawan, n.d.).
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat (PERMENKES RI No 66 Tahun 2016).

171
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 1, Hal 171 - 178, Januari 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Pengetahuan dan kepedulian masyarakat akan kesehatan menyebabkan kebutuhan akan


layanan rumah sakit yang bermutu semakin meningkat dari tahun ke tahun. Seiring dengan
bertambahnya jumlah rumah sakit di Indonesia, maka jumlah produksi limbah padat medis
mengalami peningkatan. Kondisi ini dapat memperbesar kemungkinan potensi limbah rumah
sakit dalam mencemari lingkungan serta dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan juga
penularan penyakit apabila tidak dikelola dengan baik(Rachmawati et al., 2018).

World Health Organization (WHO, 2010) melaporkan limbah yang dihasilkan layanan
kesehatan (rumah sakit) hampir 80% berupa limbah umum dan 20% berupa limbah bahan
berbahaya yang mungkin menular, beracun atau radioaktif(Zulfani, 2018). Sebesar 15% dari
limbah yang dihasilkan layanan kesehatan merupakan limbah infeksius atau limbah jaringan
tubuh, limbah benda tajam sebesar 1%, limbah kimia dan farmasi 3%, dan limbah genotoksik
dan radioaktif sebesar 1%. Negara maju menghasilkan 0,5 kg limbah berbahaya per tempat
tidur rumah sakit per hari (Pratiwi, 2013).

Rumah Sakit merupakan rumah sakit tipe C yang memiliki visi yaitu : Menjadi RS Kelas B
dan Pusat Rujukan Pelayanan Kesehatan yang terkemuka di Nusantara dengan pelayanan
prima, profesional dan Islami pada tahun 2020. Sedangkan misinya yaitu : Melakukan
pelayanan kesehatan yang Islami sesuai dengan standar ilmu kedokteran, keperawatan dan
ilmu kesehatan lainnya yang berlaku dengan membuka senter-senter pelayanan unggulan,
mengembangkan sumber daya insani yang profesional dan berakhlakul karimah, dengan
menjalankan syariat islam secara kafah, melengkapi sarana dan prasarana rumah sakit sesuai
dengan tuntutan pelayanan unggulan, mengembangkan sistem manajemen yang efektif dan
efisien, serta bermutu, melakukan fungsi amal sholeh dengan tetap mempertimbangkan
prinsip – prinsip ekonomi, melakukan fungsi dakwah Islam dan kemuhammadiyahan di dalam
maupun di luar RS (Profil Rumah Sakit “X,” 2018).

Berdasarkan studi pendahuluan, aktivitas yang berlangsung di Rumah Sakit selama 24 jam
memiliki risiko penumpukan sampah cukup tinggi. Upaya pemilahan antara limbah medis dan
non-medis telah dilakukan. Tiap ruangan penghasil limbah medis telah disediakan wadah
khusus untuk limbah medis. Belum pernah diadakan penelitian tentang pengelolaan limbah
B3 di Rumah Sakit tersebut, sehingga penelitian perlu dilakukan. Hasil penelitian dapat
digunakan untuk perbaikan pengelolaan limbah B3.

METODE
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, dengan menggunakan metode
penelitian kualitatif dan alat ukur wawancara. Responden informan yaitu, informan kunci
Kepala Instalasi Sanitasi Lingkungan dan K3, Kepala Instalasi IGD, OK, VK, dan Petugas
Pengelola Limbah B3. Penentuan informan dengan menentukan informan kunci terlbeih dulu,
yaitu Kepala Instalasi Sanitasi Lingkungan dan K3, kemudian informan yang lain atas
petunjuk informan kunci.

HASIL
Hasil Wawancara dan Pengamatan Wawancara dilakukan dengan informan kunci yaitu
Kepala Instalasi Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit dilanjutkan wawancara dengan informan
lain yang telah direkomendasikan oleh informan kunci yaitu Petugas Pengelola Limbah dan
Ketua Ruangan. Petugas yang bekerja di bagian pengelolaan limbah B3 ada 7 orang, dimana 1
orang sebagai penanggung jawab yaitu Kepala K3 dan Sanitasi Lingkungan dan 6 orang
sebagai petugas pengelola limbah. Peraturan yang ditetapkan pihak rumah sakit tentang
kesehatan dan keselamatan kerja di tuangkan melalui SPO yang di buat oleh Kepala bagian

172
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 1, Hal 171 - 178, Januari 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

K3 dan Sanitasi. Sosialisasi atau pemberitahuan tentang adanya SPO tersebut tidak serta
merta dilakukan. SPO hanya di sosialisasikan kepada petugas pengelola limbah B3. Tidak
dibentuknya manajemen pengelolaan limbah, akan tetapi telah dibuat SPO oleh pihak instalasi
K3 dan Sanitasi.

Metode pengelolaan limbah B3 sudah memenuhi PERMENKES RI Nomor 7 tahun 2019,


yaitu melewati proses pewadahan,pengangkutan, penyimpanan di TPS(Karo, 2019). Pada
masing-masing ruangan telah disediakan tempat sampah berbahan fiber untuk pewadahan
limbah infeksius dan limbah non infeksius. Serta telah dilengkapi dengan safety box yang
disediakan dari koordinator PPI. Pengangkutan dilaksanakan oleh pertugas pengelola limbah
B3. Tidak ada kriteria khusus yang diterapkan pihak Kepala K3 dan Sanitasi untuk menjadi
petugas pengelola limbah akan tetapi lebih menekankan pada kemauan dan ketekunan. Tidak
ada Limbah B3 yang di daur ulang. Peralatan yang disediakan cukup memadai, dari
penyediaannya yaitu ada tempat sampah berbahan fiber pada masing ruangan, safety box,
plastik kuning dan 1 troli yang digunakan untuk mengangkut limbah B3 dari ruangan yang
akan dibawa menuju tempat penampungan. Selain itu sarana lain untuk menunjang
pengelolaan limbah B3 adalah alat pelindung diri (APD).

Peralatan yang digunakan untuk melakukan tahap pemilahan adalah tempat sampah dan
safety box. Sedangkan peralatan yang digunakan untuk mengangkut limbah adalah troli.
Peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah B3 sudah mendapatkan sertifikasi.
Pewadahan sudah cukup sesuai dengan Permenkes RI No 7 Tahun 2019 mengenai
pewadahan yaitu wadah sudah anti bocor dan anti tusuk. Pelabelan dan pengkodean limbah
medis, yakni pada tong sampah diberikan stiker bertuliskan limbah infeksius dan limbah non-
infeksius. Serta di lapisi dengan plastik kuning untuk limbah infeksius, dan plastik hitam
untuk limbah non-infeksius. Telah disediakan safety box untuk limbah medis benda tajam. Di
RS ini lebih baik dibanding dengan penelitian(Ronald et al., 2019) benda-benda tajam seperti
jarum suntik dikumpulkan dalam satu tempat begitu selesai dilakukan tindakan medis, wadah
tersebut bukan safety box.

Pelatihan dilakukan oleh Kepala K3 dan Sanitasi Lingkungan tentang pengelolaan limbah B3
secara baik dan aman, kemudian di edukasi serta sosialisasi secara lisan dan himbauan
mengenai pengelolaan limbah B3 kepada ketua ruangan dan petugas pengelola limbah B3.
Pihak rumah sakit hanya menunjuk Kepala K3 dan Sanitasi untuk mengikuti pelatihan, bahwa
penyediaan alat pelindung diri sudah dipenuhi oleh pihak rumah sakit, antara lain untuk
petugas cleaning service disediakan sarung tangan dan masker. Perawat ruangan disediakan
sarung tangan dan masker. Petugas pengelola limbah B3 disediakan sarung tangan, masker
dan sepatu boot. Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan (Asmarhany, 2014),
pelatihan dan pengelolaan limbah sudah dilaksanakan dengan baik.

PEMBAHASAN
Sumber dan Karakteristik Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
Pengelolaan limbah medis diwajibkan melakukan pemilihan menurut limbah dan
menyimpannya di dalam kantong plastik yang berbeda-beda menurut karekteristik atau jenis
limbahnya. Limbah umum dimasukkan ke dalam plastik berwarna hitam, limbah infeksius ke
dalam kantong plastik berwarna kuning, limbah sitotoksis kedalam warna ungu, limbah
kimia/farmasi ke dalam kantong plastik berwarna coklat dan limbah radioaktif ke dalam
kantong warna merah. Disamping itu rumah sakit diwajibkan memiliki tempat penyimpanan
sementara limbahnya sesuai persyaratan yang ditetapkan dalam Permenkes RI No 7 Tahun
2019. Sesuai dengan Permenkes RI No 7 Tahun 2019 syarat limbah B3 diruangan sumber

173
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 1, Hal 171 - 178, Januari 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

sebelum dibawa ke TPS Limbah B3 harus ditempatkan pada tempat / wadah khusus yang kuat
dan anti karat dan kedap air, terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, dilengkapi penutup,
dilengkapi dengan simbol B3, dan diletakkan pada tempat yang jauh dari jangkauan orang
umum.

Berdasarkan hasil penelitian, seluruh tempat sampah yang dimiliki Rumah Sakit dibedakan
antara limbah medis dan limbah non medis. Kantong pelapis plastik yang digunakan untuk
limbah B3 adalah berwarna kuning. Kantong plastik pelapis selalu dipasang dan diganti setiap
hari pada saat tempat sampah dikosongkan. Berdasarkan hasil observasi menunjukkan
petugas Rumah Sakit belum melakukan tahap pemilahan dengan baik, hal ini dikarenakan
perilaku petugas belum membuang sampah sesuai dengan limbahnya. Proses pemilahan dan
reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang kontinyu yang pelaksanaannya harus
mempertimbangkan kelancaran penanganan dan penampungan sampah, pengurangan volume
dengan perlakuan pemisahan limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) dan non B3 (Bahan
Berbahaya dan Beracun) serta menghindari penggunaan bahan kimia B3 (Bahan Berbahaya
dan Beracun), pengemasan dan pemberian label yang jelas dari berbagai jenis limbah untuk
efisiensi biaya, petugas dan pembuangan(Amelia et al., 2020). Petugas kesehatan itu sendiri
yang secara umum kurang mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh sampah medis, dan
fungsi dari masing masing tempat sampah yang seharusnya tersedia pada setiap ruangan.

Pewadahan
Wadah limbah medis adalah suatu jenis tempat limbah yang tersedia dan di gunakan sebagai
tempat membuang limbah baik limbah medis maupun nonmedis. Yang memiliki kriteria
sehingga layak digunakan sebagai wadah tempat limbah medis maupun non medis. Sesuai
dengan penelitian (Siddik & Wardhani, 2020) pewadahan di Rumah Sakit X Kota Batam
sudah dilakukan dengan tepat sesuai karakteristik limbahnya. Pewadahan yang di gunakan
oleh setiap rumah sakit adalah pewadahan yang betul-betul memperhatikan kelayakan atau
memenuhi syarat kesehatan dengan pertimbangan bahwa wadah tersebut sesuai dengan
standar kesehatan nasional yang ditetapkan dalam Permenkes RI No 7 Tahun 2019 (Menkes
RI, 2019). Sesuai dengan Permenkes RI No 7 Tahun 2019, tentang persyaratan dan petunjuk
teknis tata cara penyehatan lingkungan rumah sakit, dimana syarat pewadahan adalah sebagai
berikut :
a. Terbuat dari bahan yang tidak mudah bocor, kedap air, tahan karat, tidak mudah di tusuk,
cukup ringan dan permukaannya halus dibagian dalam wadah limbah.
b. Mempunyai penutup yang mudah dibuka dan di tutup kembali tanpa mengotori tangan.
c. Setiap ruangan yang ada di rumah sakit harus memiliki tempat limbahminimal 1 buah
untuk setiap kamar.
d. Setiap tempat pengumpulan limbah harus dilengkapi atau di lapisi dengan plastik agar
mudah diangkat, diisi, dikosongkan, dan dibersihkan adapun kriteria jenis plastik yang di
gunakan sesuai dengan limbahnya dalam sebagai berikut :
1). Limbah radioaktif ( kantong plastik warna merah)
2). Limbah infeksius, patologi dan anatomi (kantong plastik warna kuning)
3). Limbah sitotoksis (kantong plastik warna ungu)
4). Limbah kimia dan farmasi (kantong plastik warna coklat)

Penelitian ini hasilnya sama dengan penelitian (Lagimpe et al., 2018), yakni sampah umum
menggunakan kantong plastik berwarna hitam kantong plastik di angkut setiap hari atau
kurang dari sehari atau 3 x 24 jam atau 2/3 kantong plastik sudah terisi limbah. Berdasarkan
hasil penelitian bahwa wadah sampah medis Rumah Sakit yang berada di ruangan IGD, OK,
dan, VK belum sesuai dengan Permenkes RI No 7 Tahun 2019 tentang syarat kesehatan yakni

174
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 1, Hal 171 - 178, Januari 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

wadah limbah yang di gunakan dalam kondisi kotor hal ini dikarenakan wadah limbah jarang
dibersihkan.

Pengangkutan on site
Resiko penularan akan muncul saat pembuangan dari sumbernya, proses
pengumpulan,pengangkutan,penyimpanan hingga penanganan baik onsite maupun
offsite(Yulian, 2016). Pengangkutan limbah B3 Rumah Sakit “X” menggunakan prosedur
pengangkutan on site. Pengangkutan on site yaitu pengangkutan yang dilakukan pada titik
awal ke tempat penampungan sementara. Limbah medis dari tiap-tiap ruangan diangkut
dengan menggunakan trolly limbah medis. trolly sampah yang digunakan untuk mengangkut
limbah medis yang telah dipisahkan dengan sampah non medis. trolly limbah medis
mempunyai permukaan bagian dalam rata dan kedap air, mudah dibersihkan dan dikeringkan,
limbah medis mudah diisikan dan dikosongkan. Tidak ada tepi tajam yang dapat merusak
kantong atau kontainer selama pengangkutan. trolly limbah medis dicuci 3 hari sekali.

Berdasarkan hasil penelitian proses pengangkutan yang terjadi di rumah sakit belum
memenuhi syarat kesehatan dikarenakan Rumah Sakit dilakukan pada pagi hari antara jam
07.00 - 08.30 WIB dan jam 15.00 – 16.00 WIB dimana aktivitas Rumah Sakit sedang
berlangsung dengan menggunakan jalur umum, sehingga menganggu aktivitas rumah sakit.
Pengangkutan limbah dilakukan dengan menggunakan trolly yang tertutup dan kemudian di
angkut ke tempat penampungan sementara (TPS) yang ada di samping rumah sakit.
Pengangkutan dilakukan setiap hari dengan frekuensi 2x/hari. Pengangkutan dilakukan oleh
petugas pengelola limbah, dalam menangani limbah medis tersebut petugas pengelola limbah
sudah menggunakan Alat Pelindung diri (APD) secara lengkap seperti handscoon yang
terbuat dari karet, masker penutup hidung, topi/helm, sepatu boot dan pakaian kerja khusus.
Sesuai penelitian (Pertiwi et al., 2017) petugas menggunakan APD saat mengangkut limbah
B3. Tindakan K3 pekerja meliputi pelatihan kerja, penyediaan alat dan pakaian, serta program
kesehatan seperti imunisasi dan cek kesehatan.

Tempat Penampungan sementara (TPS)


Lokasi penampungan untuk limbah layanan kesehatan dirancang agar berada di dalam
lingkungan rumah sakit. Limbah, baik dalam kantongan maupun kontainer, harus disamping
area, ruangan, atau bangunan terpisah yang ukurannya sesuai dengan kuantitas limbah yang
dihasilkan dan frekuensi pengumpulannya. Sesuai dengan Permenkes RI No 7 Tahun 2019.
Tentang persyaratan dan petunjuk teknis tata cara penyehatan lingkungan rumah sakit, dimana
syarat Tempat Penampungan Sementara (TPS) adalah sebagai Berikut :
1) Lokasi di area servis (services area), lingkungan bebas banjir dan tidak berdekatan dengan
kegiatan pelayanan dan permukiman penduduk disekitar rumah sakit.
2) Berbentuk bangunan tertutup, dilengkapi dengan pintu, ventilasi yang cukup, sistem
penghawaan (exhause fan), sistem saluran (drain) menuju bak control dan atau IPAL dan
jalan akses kendaraan angkut limbah B3.
3) Bangunan dibagi dalam beberapa ruangan, seperti ruang penyimpanan limbah B3 infeksi,
ruang limbah B3 non infeksi fase cair dan limbah B3 non infeksi fase padat.
4) Penempatan limbah B3 di TPS dikelompokkan menurut sifat/karakteristiknya.
5) Setiap wadah limbah B3 di lengkapi simbol sesuai dengan sifatnya, dan label.
6) Bangunan dilengkapi dengan fasilitas keselamatan, fasilitas penerangan, dan sirkulasi
udara ruangan yang cukup.

Berdasarkan hasil penelitian di Rumah Sakit sesuai dengan Permenkes RI No 7 Tahun 2019
yaitu, memiliki Tempat Penampungan Sampah (TPS) berupa bangunan permanen dilengkapi

175
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 1, Hal 171 - 178, Januari 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

dengan ventilasi udara, westaffel, penerangan, alat pemadam kebakaran, APD (sarung tangan,
Helm, Topi), dan kapasitas ruangannya cukup besar sehingga bisa menampung limbah B3
sesuai jenis dan karakteristiknya, limbah B3 diangkut 2 kali seminggu untuk dibawa ke pihak
ke tiga karena tidak memiliki insinerator. Pemusahan limbah medis rumah biasanya dilakukan
dengan pembakaran di insinerator, tetapi yang sering jadi masalah ialah emisi udara dari
incinerator tersebut yang dapat mencemari udara apabila tidak memiliki pengendalian udara
yang baik (Saragih & Herumurti, 2013). Insinerator yang dirancang dengan baik benar-benar
harus membakar sampah dengan meninggalkan sisa dalam bentuk abu dan harus dilengkapi
dengan scrubber untuk menjebak polutan udara beracun yang dilepaskan (Maulana et al.,
2017).

SIMPULAN
Seluruh tempat sampah yang dimiliki Rumah Sakit dibedakan antara limbah medis dan
limbah non medis. Kantong pelapis plastik yang digunakan untuk limbah B3 adalah berwarna
kuning. Kantong plastik pelapis selalu dipasang dan diganti setiap hari pada saat tempat
sampah dikosongkan. Berdasarkan hasil observasi menunjukkan petugas Rumah Sakit belum
melakukan tahap pemilahan dengan baik, hal ini dikarenakan perilaku petugas belum
membuang sampah sesuai dengan limbahnya. Petugas kesehatan itu sendiri yang secara
umum kurang mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh sampah medis, dan fungsi dari
masing masing tempat sampah yang seharusnya tersedia pada setiap ruangan. Wadah sampah
medis Rumah Sakit yang berada di ruangan IGD, OK, dan, VK belum sesuai dengan
Permenkes RI No 7 Tahun 2019 tentang syarat kesehatan yakni wadah limbah yang
digunakan dalam kondisi kotor hal ini dikarenakan wadah limbah jarang dibersihkan. Proses
pengangkutan yang terjadi di rumah sakit belum memenuhi syarat kesehatan dikarenakan
Rumah Sakit dilakukan pada pagi hari antara jam 07.00 - 08.30 WIB dan jam 15.00 – 16.00
WIB dimana aktivitas Rumah Sakit sedang berlangsung dengan menggunakan jalur umum,
sehingga menganggu aktivitas rumah sakit. Pengangkutan limbah dilakukan dengan
menggunakan trolly yang tertutup dan kemudian di angkut ke tempat penampungan
sementara (TPS) yang ada di samping rumah sakit. Berdasarkan hasil penelitian di Rumah
Sakit sesuai dengan Permenkes RI No 7 Tahun 2019, limbah B3 diangkut 2 kali seminggu.

DAFTAR PUSTAKA
Amelia, A. R., Ismayanti, A., & Rusydi, A. R. (2020). Pengelolaan Limbah Medis Padat Di
Rumah Sakit Umum Daerah Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Window of Health:
Jurnal Kesehatan, 73–85.
Asmarhany, C. D. (2014). Pengelolaan Limbah Medis Padat di Rumah Sakit Umum Daerah
Kelet Kabupaten Jepara.
Gunawan, S. (n.d.). Kajian Hukum Tentang Tanggung Jawab Administrasi Rumah Sakit
Terhadap Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Ditinjau Dari Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 66 Tahun 2016 Tentang Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Rumah
Sakit.
Karo, R. O. P. B. (2019). Analisis Pengelolaan Limbah Medis Padat di RSUP H. Adam Malik
Medan Tahun 2019.
Lagimpe, S. H. A., Miswan, M., & Jufri, M. (2018). Sistem Pengolahan Sampah Medis Dan
Non Medis Di Rumah Sakit Umum Daerah Poso. Jurnal Kolaboratif Sains, 1(1).

176
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 1, Hal 171 - 178, Januari 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

Maulana, M., Kusnanto, H., & Suwarni, A. (2017). Pengolahan limbah padat medis dan
pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun di RS swasta kota jogja. The 5TH
URECOL Proceeding, 184–190.
Menkes RI. (2019). Permenkes Republik Indonesia No 7 Tahun 2019 tentang Kesehatan
Lingkungan Rumah Sakit.
Pertiwi, V., Joko, T., & Dangiran, H. L. (2017). Evaluasi Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya Dan Beracun (B3) Di Rumah Sakit Roemani Muhammadiyah Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 5(3), 420–430.
Pratiwi, D. (2013). Analisis Pengelolaan Limbah Medis Padat pada Puskesmas Kabupaten
Pati.
Profil Rumah Sakit “X.” (2018).
Rachmawati, S., Sumiyaningsih, E., & Atmojo, T. B. (2018). Analisis Manajemen
Pengelolaan Limbah Padat Medis B3 di Rumah Sakit Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Prosiding SNST Fakultas Teknik, 1(1).
Ronald, T., Umboh, J. M., & Joseph, W. B. (2019). Pengelolaan Limbah Medis Padat Bahan
Berbahaya Beracun (B3) Di Rumah Sakit Umum Daerah (Rsud) Piru Kabupaten Seram
Bagian Barat, Propinsi Maluku Pada Tahun 2018. Kesmas, 7(5).
Saragih, J. L., & Herumurti, W. (2013). Evaluasi Fungsi Insinerator Dalam Memusnahkan
Limbah B3 Di Rumah Sakit NI Dr. Ramelan Surabaya. Jurnal Teknik ITS, 2(2), D138–
D143.
Siddik, S. S., & Wardhani, E. (2020). Pengelolaan Limbah B3 Di Rumah Sakit X Kota
Batam. Jurnal Serambi Engineering, 5(1).
Yulian, R. P. (2016). Evaluasi Sistem Pengelolaan Limbah Padat (Medis dan Non Medis) RS
DR. Soedirman Kebumen.
Zulfani, V. (2018). Pengelolaan Limbah Medis dan Non Medis Serta Pengetahuan, Sikap,
Tindakan Perawat di Rumah Sakit Umum Haji Medan Tahun 2018.

177
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 11 No 1, Hal 171 - 178, Januari 2021
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal

178

Anda mungkin juga menyukai