Disusun Oleh :
Meydita Tri puspitasari
1112014027
Gigi mempunyai 4 fungsi pokok yaitu: (1) fungsi mastikasi, (2) fungsi estetik, (3) fungsi
bicara, (4) fungsi perlindungan terhadap jaringan pendukungnya. Keempat fungsi tersebut dapat
optimal apabila gigi dalam kondisi normal. 1 Karies gigi merupakan salah satu penyebab yang
mengganggu dalam fungsi pengunyahan serta fungsi estetik apabila terdapat karies pada gigi
depan.2
Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang
progresif pada jaringan keras permukaan mahkota dan akar gigi yang dapat dicegah. Prevalensi
karies masih cukup tinggi di seluruh dunia, sehingga karies merupakan suatu penyakit infeksi
gigi yang menjadi prioritas masalah kesehatan gigi dan mulut.2
Berdasarkan The Global Burden of Disease Study 2016 masalah kesehatan gigi dan
mulut khususnya karies gigi merupakan penyakit yang dialami hampir dari setengah populasi
penduduk dunia (3,58 milyar jiwa). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018
menyatakan bahwa proporsi terbesar masalah gigi di Indonesia adalah gigi rusak/berlubang/sakit
(45,3%)2
Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk menumpat kavitas gigi adalah resin
komposit. Bahan komposit yaitu gabungan antara dua atau lebih bahan berbeda dengan sifat-
sifat yang lebih baik daripada bahan itu sendiri. Resin komposit dapat digunakan untuk
mengganti struktur gigi yang hilang, memodifikasi struktur gigi dan kontur warna sehingga
dapat meningkatkan estetik. Komposit terdiri dari tiga komponen utama yang dimodifikasi
dengan senyawa lain. Tiga komponen utama tersebut adalah bahan pengisi, matriks, dan
coupling agent. Setiap komposit menggunakan formulasi yang berbeda untuk mencapai
berbagai karakteristik. Hal ini memungkinkan dokter untuk memilih produk tertentu yang
diindikasikan untuk setiap lokasi lesi, ukuran lesi, beban oklusal, dan individu dengan resiko
karies yang tinggi. Terdapat 4 macam tipe resin komposit berdasarkan ukuran partikel filler
yaitu macrofiller, microfiller, hybrid, dan nanofiller.1
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Terbentuknya karies disebabkan oleh adanya tiga faktor primer yaitu host
(gigi), mikroorganisme, dan substrat (karbohidrat), ditambah faktor keempat yang
juga berpengaruh besar, yaitu waktu. Mekanisme terjadinya karies dimulai dengan
adanya substrat dan mikroorganime (Streptococcus mutans yang merupakan flora
normal rongga mulut berubah menjadi patogen oportunistik). Mikroorganisme ini
terakumulasi di permukaan gigi dalam bentuk plak dan akan mengubah substrat
menjadi asam melalui proses fermentasi. Asam hasil proses fermentasi tersebut
dapat mengakibatkan demineralisasi, yaitu larutnya jaringan keras gigi. Apabila
proses demineralisasi ini berlangsung terlalu lama, maka sejumlah mineral
pembentuk jaringan keras gigi akan hilang dan membentuk lubang pada
permukaan gigi.4 Selain faktor langsung dari dalam mulut yang berhubungan
dengan terjadinya karies, terdapat pula faktor predisposisi yang juga disebut
sebagai risiko luar, antara lain usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat
ekonomi, lingkungan, sikap dan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan gigi
dan mulut.5
a. Host
b. Mikroorganisme
c. Substrat
d. Waktu
Upaa preventif karies gigi pada anak adalah dengan pengurangan asupan
karbohidrat yang akan menyebabkan penurunan pH rongga mulut oleh
metabolisme bakteri pembentuk plak. Plak hasil metabolisme bakteri akan
tetap dalam kondisi asam selama beberapa saat. Untuk kembali ke pH
normal, diperlukan waktu 30-60 menit. Dengan demikian, asupan
karbohidrat dengan frekuensi tinggi akan menahan pH plak di bawah
normal yang akan menyebabkan terjadinya demineralisasi enamel.7
Kemampuan saliva untuk melakukan remineralisasi selama berlangsungnya
proses demineralisasi, menandakan bahwa proses karies terdiri atas proses
remineralisasi dan demineralisasi yang terjadi secara terus menerus.
Rentang waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu
kavitas cukup beragam, diperkirakan 6-48 bulan.8 Karies akan terjadi jika
terdapat gangguan keseimbangan antara proses demineralisasi dan
remineralisasi. Sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk
menghentikan perjalanan penyakit ini, karena Apabila terdapat saliva
dalam jumlah cukup di dalam lingkungan gigi, sehingga keseimbangan
antara demineralisasi dan remineralisasi terjaga maka karies tidak
menghancurkan 12 gigi dalam hitungan hari atau minggu, melainkan dalam
hitungan bulan atau tahun.7
b. Usia
c. Jenis kelamin
d. Keturuan
Dental floss atau benang gigi merupakan alat yang digunakan untuk
membersihkan sisa makanan dan plak pada daerah yang sulit
dijangkau oleh sikat gigi, seperti pada daerah interproksimal.
Pembersihan plak pada daerah interproksimal penting untuk
memelihara kesehatan gingiva, pencegahan karies dan penyakit
periodontal. Penggunaan dental floss sebaiknya dilakukan sebelum
menyikat gigi, karena dapat membersihkan daerah interdental yang
tidak bisa dicapai dengan sikat gigi.12
Karies gigi diklasifikan menurut lokasi terjadinya dengan tingkat kedalaman karies.
Klasifikasi berdasarkan tingkat kedalamannya yaitu:
a. Karies superfisial
Karies superfisial adalah karies yang terjadi hanya mengenai permukaan email
saja, belum mengenai permukaan dentin.
b. Karies media
Karies media adalah karies yang sudah mengenai permukaan dentin tetapi tidak
melebihi setengah ketebalan dentin.
c. Karies profunda
Karies profunda adalah karies yang sudah melewati setengah dari ketebalan
dentin bahkan sudah meluas hingga ke pulpa.3
Klasifikasi karies gigi yang masih banyak digunakan sampai saat ini menurut
G.V. Black yaitu berdasarkan lokasi terjadinya yaitu:3
a. Klas I
b. Klas II
Karies yang terdapat pada gigi posterior yang meliputi permukaan mesial,
distal, maupun oklusal.
c. Klas III
Karies yang terdapat pada gigi anterior yang melibatkan sisi mesial atau distal
gigi tanpa melibatkan permukaan insisal.
d. Klas IV
Karies yang terdapat pada gigi anterior yang melibatkan sisi mesial atau distal
gigi yang melibatkan permukaan insisal.
e. Klas V
Karies yang terdapat pada permukaan labial, bukal, atau lingual gigi dan dapat
terjadi pada gigi anterior maupun posterior.
f. Klas VI
Karies yang terdapat pada permukaan insisal gigi insisivus ataupun pada
tonjol bukal gigi posterior.
Klasifikasi karies menurut G.J Mount and WR.Hume:14
b. Site 2 :karies terletak di area kontak gigi (proksimal), baik anterior maupun
posterior.
b. 1 : Perubahan awal pada email yang tampak secara visual. Biasa dilihat
dengan cara mengeringkan permukaan gigi, dan tampak adanya lesi putih di
gigi.
c. 2 : Perubahan pada email yang jelas tampak secara visual. Terlihat lesi putih
pada gigi, walau gigi masih dalam keadaan basah. D
d. 3 : Kerusakan email, tanpa keterlibatan dentin.
e. 4 : Terdapat bayangan dentin (tidak kavitas pada dentin). Karies pada tahap
ini sudah menuju dentin, berada pada perbatasan dentin dan email (Dentino
Enamel Junction).
f. 5 : Kavitas karies yang tampak jelas dan juga terlihatnya dentin (Karies sudah
mencapai dentin).
BAB 3
LAPORAN KASUS
TV
Perawatan Perawatan
18 + Pulpa RK kls I 21 61 + Pulpitis RK kls IV
normal Reversibel
17 + Pulpa RK kls I 22 62 + Sou
Normal
16 + Sou 23 63 + Sou
15 55 + Sou 24 64 + Pulpa RK ks II
Normal
14 54 + Pulpa RK kls I 25 65 + Pulpa RK kls II
Normal Normal
13 53 + Sou 26 + Pulpa RK kls II
Normal
12 52 + Sou 27 - Nekrosis PSA+Onlay
Pulpa
11 51 + Pulpitis RK kls IV 28 + Pulpa RK kls I
Reversibel Normal
TV
n Perawatan Perawatan
41 81 + Sou 38 + Pulpa RK kls I
Normal
42 82 + Sou 37 + Sou
43 83 + Sou 36 + Sou
44 84 + Sou 35 75 + Pulpa RK kls II
Normal
45 85 + Sou 34 74 + Sou
46 + Pulpa RK kls II 33 73 + Sou
Normal
47 + Pulpa RK kls I 32 72 + Sou
Nromal
48 Pulpa RK kls I 31 71 + Sou
Normal
FOTO KLINIS
Bahan:
o Cotton roll
o Cotton pallete
o Etsa (asam phosporic 30%)
o Bonding
o Resin komposit
o Articulating paper
o Preparasi
Garis fraktur diratakan menggunakan bur bulat diamond. Kemudian bevel
dilakukan dengan sudut 450 pada permukaan eksternal dengan lebar ±1 sampai 2
mm, setelah itu melakukan pengecekan kavitas
o Membersihkan kavitas dari sisa preparasi diirigasi dengan aquadest steril
kemudian dikeringkan
o Aplikasi etsa
Aplikasi bahan etsa berbentuk gel pada permukaan gigi yang sudah dipreparasi
dan didiamkan selama 15 detik, kemudian bilas dengan air mengalir sampai
bersih dan dikeringkan
o Aplikasi bonding
Aplikasi bonding ke selurah kavitas menggunakan microbrush lalu disinar selama
20 detik
o Pemasangan matriks
Pemasangan matriks seluloid digunakan untuk membentuk tepi gigi dan
melindungi gigi sebelahnya
o Filling
Penumpatan dilakukan secara incremental menggunakan plastic filling dan disinar
selama 20 detik
o Melakukan cek oklusi dan artikulasi dengan articulating paper
o Finishing dan polishing
o Melakukan finishing dengan bur polishing untuk membuang bagian resin
komposit yang berlebih
2) Tanggal 5/11/2019
Melakukan kontrol restorasi
Gambar 8. Foto klinis gigi 21 sebelum dan sesudah perawatan
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, karies pada gigi depan terjadi kemungkinan karena gigi anterior
pasien yang berjejal sehingga pasien sulit untuk membersihkan sisa makanan pada
sela-sela giginya, serta menyikat gigi hanya saat mandi pagi dan sore, dan kurangnya
edukasi mengenai kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan pemeriksaan subjektif
pasien mengeluhkan gigi kehitaman dan kurang percaya diri serta gigi terasa ngilu
saat makan/minum dingin atau panas, dan dari pemeriksaan objektif menunjukkan
adanya karies mencapai dentin. Pada pemeriksaan tes vitalitas (+), perkusi (-), palpasi
(-), sehingga diagnosis pada kasus ini adalah pulpitis reversibel (D4, site 2, size 2).
Reancana perawatan yang dilakukan pada kasus ini adalah restorasi resin komposit
kls IV dan memberikan KIE serta kontrol satu minggu setalah perawatan.
Tujuan dari perawatan ini adalah untuk mengembalikan aspek estetika dan
juga mendapatkan kembali bentuk dan fungsi gigi. Restorasi estetik direk akan
menjadi perawatan yang efektif untuk merekonstruksi karies pada mahkota gigi
anterior permanen tanpa komplikasi dan restorasi resin komposit merupakan pilihan
yang ideal.28 Resin komposit dipilih karena dapat menyamai warna, transparansi dan
bentuk anatomis dari gigi di sekitarnya sehingga dapat meningkatkan nilai estetik.
Resin komposit juga mampu berikatan dengan enamel (tidak seperti amalgam)
dengan mekanisme mikromekanikal, sehingga akan lebih sedikit bagian gigi yang
dipreparasi dibandingkan dengan amalgam. Selain itu resin komposit juga memiliki
keuntungan lain yaitu relatif mudah dimanipulasi, tidak mudah larut terhadap saliva,
dan tidak peka terhadap dehidrasi.29
Pada kunjungan pertama, setelah pasien memahami dan menyetujui
perawatan yang akan dilakukan, maka tahap awal adalah isolasi daerah kerja dengan
memasang rubber dam. Kemudian memilih warma resin komposit yang akan
digunakan, pada kasus ini shade A2. Tahap berikutnya adalah melakukan preparasi,
yang mana bertujuan untuk mendapatkan retensi mikromekanis. Retensi ini dapat
diperoleh dengan melakukan bevel 450 pada permukaan eksternal dengan lebar ±1
sampai 2 mm. Bevel terletak seluruhnya di dalam enamel gigi dan tidak boleh meluas
ke dentin. Tujuan dari bevelling adalah menciptakan area yang cukup untuk
pengetsaan dan menyediakan area yang sesuai untuk penetrasi resin yang tidak terisi
dan menghilangkan enamel yang tidak mendukung. Secara klinis, bevel
mempengaruhi peningkatan retensi mikro restorasi.28
Selanjutnya pada kasus ini dilakukan pengaplikasian etsa pada enamel
selama 15 detik dan dibilas. Hal ini bertujuan untuk memastikan adanya
mikroporositas pada permukaan email gigi guna meningkatkan retensi restorasi
komposit. Kemudian aplikasi bonding pada kavitas yang telah di etsa dan light cure
selama 20 detik. Bonding agen adalah cairan bahan resin yang dirancang untuk
meningkatkan ikatan antara resin komposit dan mikroporositas email yang telah
dietsa. Tahap berikutnya adalah melakukan penumpatan resin komposit secara
incremental (tidak lebih dari 2 mm) dan dibantu dengan seluloid strip agar titik
kontak dengan gigi tetangganya tetap terjaga dengan baik, kemudian light cure
selama 20 detik. Tahapan akhir pada kasus, adalah melakukan finishing dan polishing
serta cek artikulasi dengan menggunakan articulating paper.21
BAB 5
KESIMPULAN
Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial pada jaringan gigi yang diawali
dengan kerusakan jaringan yang dimulai dari permukaan gigi seperti pada bagian pit,
fissures, dan daerah inter proksimal, dan kemudian bisa meluas kearah pulpa. Pada
kasus ini, karies pada gigi anterior terjadi kemungkinan karena gigi anterior yang
berjejal sehingga sulit untuk membersihkan sisa makanan pada sela-sela gigi, dan
kurangnya edukasi mengenai kesehatan gigi dan mulut. Gigi permanen anterior
memiliki kepentingan estetika dan fungsional termasuk memiliki pengaruh pada
profil wajah individu.
Dalam menentukan diagnosis karies gigi perlu dilakukan anamnesis,
pemeriksaan klinis dan pemeriksaan radiografi. Selain itu perawatan yang dilakukan
pada kasus ini adalah restorasi menggunakan resin komposit. Hal ini dipilih karena
resin komposit dapat menyamai warna, transparansi dan bentuk anatomis dari gigi di
sekitarnya sehingga dapat meningkatkan nilai estetik. Resin komposit juga mampu
berikatan dengan enamel dengan mekanisme mikromekanikal, sehingga akan lebih
sedikit bagian gigi yang dipreparasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Imamullah AY, Utomo RB. One Visit Treatment of a Class II Ellis Fracture in a 11-
year-old Female Patient (Case Report). Universitas Gadjah Mada: Fakultas
Kedokteran Gigi
2. Pariati, Wahyudin. Gambaran sikap dan perilaku terhadap karies gigi pada siswa SD
Inpres Pattiro kec. Manuju. Kab. Gowa. Stiker Amanah Makassar. 2020;19(1):64
3. Tarigan, R. (2015). Karies Gigi. Edisi 2. EGC: Jakarta.
4. Fejerskov & Kidd EAM, 2008. Dental Caries : The Disease and Its Clinical
Management. USA : Blackwell Munksgaard
5. Laelia DA, Mutiara TCS. 2011. Indeks karies dan kondisi jaringan periodontal anak
SD usia 6-12 tahun,. Prosiding PIN IDGAI V. Makassar;2011
6. Shafer, W. G., Hine, M. K., dan Levy, B. M. (2012). Textbook of Oral Pathology.
India: Elsevier, pp. 434
7. Kidd EAM, Joyston-Bechal S. Dasar-dasar karies: Penyakit dan penanggulangannya.
Alih Bahasa Sumawinata N. Jakarta: EGC, 1992.
8. Pinkham JR, et al. Pediatric Dentistry Infancy Through Adolesence. 4th ed. St. Louis:
Saunders; 2005.
9. Tulangow, J.T., Mariati, N.W., Mintjelungan, C., 2013, Gambaran Status Karies
Murid Sekolah Dasar Negeri 48 Manado Berdasarkan Status Sosial Ekonomi Orang
Tua, J e-Gigi, 1 (2) : 85-93.
10. Anitasari, S., Rahayu, N.E., 2005. Hubungan Frekuensi Menyikat Gigi dengan
Tingkat Kebersihan Gigi dan Mulut Siswa Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan
Palaran Kota Madya Samarinda Profinsi Kalimantan Timur. Maj. Ked. Gigi. (Dent.
J.). 38 (2): 88.
11. Lakhanpal., Manav., et al. 2014. Dietary pattern, tooth brushing habit, and caries
experience of school children in Panchkula District, India. Annals of Public Health
and Research. 1(1): 1001.
12. Magfirah, A, dan Rachmadi, P. Efektivitas Menyikat Gigi disertai Dental Floss
terhadap Penurunan Indeks Plak. Jurnal Kedokteran Gigi, II(1), pp. 5–8.
13. Heymann HO, Edward J Swift, Andre V Ritter. 2013. Sturdevant’s Art and Science
of Operative Dentistry 6th Edition. Canada : Elsevier.
14. Graham J Mount. 2009. Minimal intervention dentistry: cavity classification &
preparation, International Dentistry Sa, Vol 12(3):150-62
15. Sebastian, S.T. & Johnson, T., 2015. International Caries Detection and Assessment
System (ICDAS) : An Integrated Approach.
16. PS Gusti Gina, IN M. Yanuar, Widodo. KEBOCORAN MIKRO AKIBAT EFEK
SUHU TERHADAP PENGERUTAN KOMPOSIT NANOHYBRID. Dentino (Jur.
Ked. Gigi), Vol I. No 2. September 2016 : 108 - 112
17. FK Rusna, F Muh. Dian, N Arlina. PENGARUH JUS JERUK DAN MINUMAN
BERKARBONASI TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN RESIN
KOMPOSIT. ODONTO Dental Journal. Volume 4. Nomer 1. Juli 2017
18. RR Yori, FR Siti. Dental composite resin: A review. InAIP Conference Proceedings
2019 Dec 10 (Vol. 2193, No. 1, p. 020011). AIP Publishing LLC.
19. Anusavice, K. J. (2004). Buku Ajar Ilmu Bahan Kedokteran Gigi (terj.). (L. Juwono,
Ed.) (edisi 10.). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
20. HW Noor, AH Nabila. PERBEDAAN PERUBAHAN WARNA ANTARA RESIN
KOMPOSIT KONVENSIONAL, HIBRID, DAN NANOFIL SETELAH
DIRENDAM DALAM OBAT KUMUR CHLORHEXIDINE GLUCONATE 0,2%.
JIKG Vol. 1 No. 1 Januari 2017
21. T Rosalina,DW Lie Hanna. Gambaran Radiografis Restorasi kelas II Resin Komposit
Packable, Flowable Dan Pasta Regular. JMKG 2016;2(5):62-70
22. raig, R. G., Power, J. M. 2002. Restorative Dental Materials. Ed 11. Toronto, London:
The Mosby co: 212
23. Eichenholz Omo C. Revitalizing Discolored Anterior Restorations. Journal of
Cosmetic Dentistry. 2016 Mar 1;32(1).
24. Albers HF. Tooth-Colored Restoratives Principles and Technique. 9th ed. Ontario:
BC Decker Inc 2002, 134,157-159, 183-195
25. Buku panduan keterampilan klinik/skills lab. Semester 4 tahun 2015/2016
26. Drg Andrianto Soeprapto. Rangkuman Teori Penunjang klinik FKG UI. Jakarta. p 13-
40.
27. Kumpulan Modul Program Profesi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Trisakti.
28. EN Ashley, AA Milly, TH Opik. Direct composite restoration of permanent anterior
teeth uncomplicated crown fractures. Padjadjaran Journal of Dentistry 2012;24(1): 1-
7.
29. FNS I Gusti Ayu, MYS I Gede. PENATALAKSANAAN RESTORASI KOMPOSIT
KELAS IV DAN PASAK RICHMOND PASCA PERAWATAN SALURAN AKAR.
Interdent.jkg. vol.1 no.2, Juni 2020
30.