Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

E-LEARNING PADA MASA PANDEMI COVID-19

Disusun Oleh : Anak Agung Istri Laksmi Dewi Wahyuni


043087506

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM UNIVERSITAS TERBUKA

ii
KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufiq, dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah kebidanan “E-Learning pada masa
pandemic Covid-19” dengan baik. Makalah ini, dapat diselesaikan dengan baik karena
dukungan dan partisipasi berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang turut membantu terselesaikannya makalah ini yang
tidak dapat kami sebutkan satu per-satu.
Penulis menyadari bahwa tiada sesuatu yang sempurna di dunia ini, begitupun makalah
yang telah penulis buat, baik dalam hal isi maupun penulisannya. Akhir kata, penulis
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran kecil
bagi kemajuan ilmu pengetahuan, baik di Universitas Terbuka maupun lingkungan
masyarakat.

Batam, 18 November 2021

penulis

iii
DAFTAR ISI

JUDUL.......................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN..............................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................4
BAB III PENUTUP.........................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................iv

iv
BAB I

PENDAHULUAN

Penyebaran pandemi virus corona atau COVID-19 telah memberikan tantangan


tersendiri bagi lembaga pendidikan di Indonesia. Untuk mengantisipasi penularan
virus tersebut pemerintah mengeluarkan kebijakan seperti social distancing, physical
distancing, hingga pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Kondisi ini
mengharuskan masyarakat untuk tetap diam di rumah, belajar, bekerja, dan beribadah
di rumah. Akibat dari kebijakan tersebut membuat sektor pendidikan seperti sekolah
maupun perguruan tinggi menghentikan proses pembelajaran secara tatap muka.
Sebagai gantinya, proses pembelajaran dilaksanakan secara daring yang bisa
dilaksanakan dari rumah masing-masing siswa.
Sesuai dengan Surat Edaran Mendikbud Nomor 4 tahun 2020 tentang pelaksanaan
kebijakan pendidikan dalam masa darurat penyebaran coronavirus disease (COVID-19)
menganjurkan untuk melaksanakan proses belajar dari rumah melalui pembelajaran
daring. Kesiapan dari pihak penyedia layanan maupun siswa merupakan tuntutan dari
pelaksanaan pembelajaran daring. Pelaksanaan pembelajaran daring ini memerlukan
perangkat pendukung seperti komputer atau laptop, gawai, dan alat bantu lain sebagai
perantara yang tentu saja harus terhubung dengan koneksi internet. Data Statistika 2019
menunjukkan pengguna internet di Indonesia pada 2018 sebanyak 95,2 juta, tumbuh
13,3% dari 2017 yang sebanyak 84 pengguna. 2Pada tahun selanjutnya pengguna
internet di Indonesia akan semakin meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar
10,2% pada periode 2018-2023.
Pada tanggal 30 Januari 2020, WHO menetapkan Covid-19 sebagai Public Health
Emergency of International Concern (PHEIC) atau Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
yang Meresahkan Dunia (KKMMD). Penambahan jumlah kasus COVID-19
berlangsung cukup cepat dan menyebar ke luar wilayah Wuhan dan negara lain.
Jumlah kasus terinfeksi terus meningkat cukup signifikan pada waktu yang relatif cepat.
Dalam kurun waktu 6 bulan, sudah 216 negara di dunia terjangkit virus ini. Menurut
WHO, jumlah kasus terkonfirmasi positif pada tanggal 25 Juni telah mencapai
9.296.202, dengan angka kematian mencapai 479.433 orang (https://Covid19.who.int/).
1

Dampak dari adanya COVID-19 menyebabkan perekonomian di Indonesia menjadi


merosot, menjatuhkan nilai tukar rupiah, harga barang naik, terutama alat-alat
kesehatan. Penanggulangan ekstrem seperti Lockdown suatu daerah bahkan suatu
negara pun dilakukan sebagai upaya untuk meminimalisir penyebaran penyakit
tersebut (Zahrotunni’mah, 2020 : 248). Menurut Hongyue dan Rajib (dalam Ginting :
2020), dampak pandemik terhadap perekonomian, sosial, keamanan, serta politik akan
mempengaruhi kondisi psikologis dan perubahan perilaku yang sifatnya lebih luas
dalam jangka waktu yang lebih panjang. Perubahan perilaku tersebut mencakup
perilaku hidup sehat, perilaku menggunakan teknologi, perilaku dalam pendidikan,
perilaku menggunakan media sosial, perilaku konsumtif, perilaku kerja, dan perilaku
sosial keagamaan. Menurut Roycnhansyah (2020), perilaku masyarakat pada masa
pandemi mengalami perubahan diantaranya yaitu WFH, everything virtual, transport
mode choice, sampai dengan controll access. Penggunaan teknologi yang tadinya lebih
banyak sebagai pendukung kerja sekunder atau malah rekreasi, berubah menjadi
fasilitas kerja utama. Hal ini juga berdampak pada sistem pendidikan di Indonesia.
Dalam sektor pendidikan misalnya, pengajar dan peserta didik akan terbiasa
melakukan interaksi pembelajaran jarak jauh.
Banyak aplikasi pembelajaran online yang bisa diterapkan dalam dunia pendidikan
akhir-akhir ini. Menurut pendapat Molinda (2005), yang dikutip oleh Arizona (2020 :
66), Pembelajaran online merupakan bentuk pembelajaran/pelatihan jarak jauh dengan
memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informasi, misalnya internet, CD-ROOM
(secara langsung dan tidak langsung). Pembelajaran online menghubungkan
pembelajar (peserta didik) dengan sumber belajarnya (database, pakar/instruktur,
perpustakaan) yang secara fisik terpisah atau bahkan berjauhan namun dapat saling
berkomunikasi, berinteraksi atau berkolaborasi (secara langsung/synchronous dan
secara tidak langsung/asynchronous).
Salah satu aplikasi gratis dan familiar diterapkan adalah aplikasi Google Classroom.
Menurut Arizona (2020 : 66), Pembelajaran online yang diterapkan dengan
menggunakan media goggle calssroom memungkinkan pengajar dan peserta didik
dapat melangsungkan pembelajaran tanpa melalui tatap muka di kelas dengan
pemberian materi pembelajaran (berupa slide power point, e-book, video pembelajaran,
tugas (mandiri atau kelompok), sekaligus penilaian. Pengajar dan peserta didik dalam
aplikasi ini dimungkinkan untuk

2
berinteraksi melalui forum diskusi (stream) terkait dengan permasalahan materi dan
jalannya pembelajaran secara interaktif.

3
BAB II

PEMBAHASAN

E-Learning merupakan sebuah metode pembelajaran berbasis internet atau belajar


online yang harus dijalani semua siswa-siswi hingga mahasiswa-mahasiswa di
Indonesia bahkan seluruh wilayah didunia yang terpapar pandemic Covid-19 guna
menyambung proses belajar tatap muka yang terkendala karena social distancing atau
tidak berkerumun untuk membantu mencegah penyebaran Covid-19.Di Indonesia,
sistem e-learning bukan lagi sesuatu yang asing, hanya saja tidak semua sekolah
pernah menerapkan sistem ini, terutama sekolah-sekolah yang berada didaerah
terpencil atau didesa-desa. Pada dasarnya, e-learning memiliki dua tipe yaitu
synchronous dan asynchronous. Synchronous berarti pada waktu yang sama.
Proses pembelajaran terjadi pada saat yang sama antara pendidik dan peserta didik. Hal
ini memungkinkan interaksi langsung antara pendidik dan peserta didik secara online.
Dalam pelaksanaan, synchronous training mengharuskan pendidik dan peserta didik
mengakses internet secara bersamaan. Pendidik memberikan materi pembelajaran
dalam bentuk makalah atau slide presentasi dan peserta didik dapat mendengarkan
presentasi secara langsung melalui internet. Peserta didik juga dapat mengajukan
pertanyaan atau komentar secara langsung ataupun melalui chat window. Synchronous
training merupakan gambaran dari kelas nyata, namun bersifat maya (virtual) dan
semua peserta didik terhubung melalui internet. Synchronous training sering juga
disebut sebagai virtual classroom (Hartanto, 2016).
Proses belajar berbasis e-learning siswa-siswi membutuhkan sarana dan prasarana
yang mendukung agar pembelajaran dapat berlangsung dan memiliki kualitas
pembelajaran yang lebih baik (Rustiani,dkk., 2019). Sarana dan prasarana tersebut
diantaranya adalah smartphone (handphone pintar), komputer/laptop, aplikasi, serta
jaringan internet yang digunakan sebagai media dalam berlangsungnya pembelajaran
berbasis e-learning.Namun, tidak semua keluarga/orang tua mampu memenuhi sarana
dan prasana tersebut mengingat status perekonomian yang tidak merata. Sehingga
proses pemberlajaran berbasis e-learning tidak tersampaikan dengan sempurna. Seperti
yang dialami oleh sebagian orang tua murid

4
di SD Banyuajuh 6 Kamal, kurangnya fasilitas membuat anak mereka tidak bisa
mengikuti pembelajaran dengan sebagaimana mestinya.
Pemaduan penggunaan sumber belajar tradisional (offline) dan online adalah suatu
keputusan demokratis untuk menjembatani derasnya arus penyebaan sumber belajar
elektronik (e-learning) dan kesulitan melepaskan diri dari pemanfaatan sumber-sumber
belajar yang digunakan dalam ruang kelas. Artinya, e-learning bagaimanapun
canggihnya teknologi yang digunakan belum mampu menggantikan pelaksanaan
pembelajaran tatap muka karena metode interaksi tatap muka konvensional masih jauh
lebihefektif dibandingkan pembelajaran online atau elearning.Selain itu, keterbatasan
dalam aksesibilitas Internet, perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak
(software), serta pembiayaan sering menjadi hambatan dalam memaksimalkan
sumber-sumber belajar online (Yaumi, 2018).
Keefektifan Pembelajaran Online Salma, dkk (2013 :105) menjelaskan persiapan
sebelum memberikan layanan belajar merupakan salah satu faktor penentu dalam
keberhasilan belajar, terutama pada online learning di mana adanya jarak antara
pebelajar dan pemelajar. Pada pemberlajaran ini pemelajar harus mengetahui
prinsipprinsip belajar dan bagaimana pebelajar belajar. Rovai (Mahardika:2002)
menyatakan bahwa alat penyampaian bukanlah faktor penentu kualitas belajar,
melainkan disain mata pelajarn menentukan keefektifan belajar. Salah satu alasan
memilih strategi pembelajaran adalah untuk mengangkat pembelajaran
bermakna.Sehingga efektif atau tidaknya pembelajaran dapat diidentifikasi melalui
perilaku-perilaku antara pemelajar dan pembelajar. Bagaimana respon pebelajar
terhadap apa yang disampaikan oleh pemelajar.
Keefektifan dalam KBBI adalah keadaan berpengaruh, hal berkesan, keberhasilan
tentang usaha atau tindakan, hal mulai berlakunya tentang undang-udang atau
peraturan.Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia mengeluarkan
Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam
Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (Covid19) yang berlaku untuk seluruh
masyarakat yang mengenyam pendidikan di Indonesia. Disamping keharusan belajar
dalam jaringan yang menjadi kendala lainnya adalahkurangnya fasilitas penunjang
pembelajaran online seperti yang dialami oleh beberapa murid di SD Banyuajuh 6
kamal memang dapat

5
dikatakan sebagai sebuah kendala dalam proses berlangsungnya pembelajaran, namun
usaha tetap harus dilakukan semaksimal mungkin, mengingat, sebagai orang tua wajib
memberikan yang terbaik untuk anakanaknya termasuk harta berupa pendidikan. Disisi
lain, tingkat semangat belajar murid juga memicu akan efektif atau tidaknya
pembelajaran online ini mengingat budaya belajar tatap muka yang masih melekat
dalam diri sehingga, selama kegiatan belajar online ini tidak jarang banyak murid yang
merasa jenuh atau bosan, sehingga membuat hasil belajar yang diharapkan tidaklah
efektif.

6
BAB III

PENUTUP

Pembelajaran e-learning akan terus harus dilakukan mengingat belum tuntas nya
wabah Covid-19 di Indonesia dan membantu pencegahan penyebaran Covid-19
sehingga sampai saat ini masih belum ditentukan kapan akan masuk sekolah kembali
untuk pembelajaran tatap muka. Kurang nya sarana dan prasarana yang dipengaruhi
oleh faktor ekonomi dan ketidaksiapan teknologi juga menjadi suatu hambatan dalam
berlangsungnya kegiatan belajar online.Sehingga hasil belajar yang diberikan oleh
pemelajar tidak 100% lancar atau efektif.

7
DAFTAR PUSTAKA

1. Adit, A. (2020). 12 Aplikasi Pembelajaran Daring Kerjasama Kemendikbud, Gratis!.


https://edukasi.kompas.com/read/2020/03/22/123204571/12-aplikasi-
pembelajaran-daring- (Online) Tersedia : kerjasama-kemendikbud-gratis?page=all
(Diakses : 25 Juni 2020)
2. Arizona, Kurniawan. et.all. (2020). Pembelajaran Online Berbasis Proyek Salah Satu
Solusi Kegiatan Belajar Mengajar di Tengah Pandemi Covid-19 . Jurnal Ilmiah Profesi
Pendidikan. Volume 5 No 1 Mei 2020. (Online)
Tersedia :https://jipp.unram.ac.id/index.php/jipp/article/download/111/99. DOI:
10.29303/jipp.v5i1.111 (Diakses : 7 November 2020)
3. Dewi, Wahyu Aji Fatma. (2020) Dampak Covid-19 terhadap Implementasi
Pembelajaran Daring diSekolah Dasar Edukatif Jurnal Ilmu Pendidikan Vol 2 No 1
April 2020. (Online) Tersedia : https://edukatif.org/index.php/edukatif/article/view/89
(Diakses : 7 November 2020)
4. Faisal, Sanafiah, (2001). Format-format Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,
5. Ginting, Henndy. (2020). Perubahan Perilaku sebagai Respon terhadap Wabah
COVID-19. Tulisan Edukasi HIMPSI di Masa Pandemi COVID-19 – Seri 14. (Online)
Tersedia : https://Covid19.go.id/edukasi/masyarakat-umum/perubahan-perilaku-
sebagai-respon-terhadapwabah-Covid-19 (Diakses : 7 November 2020)
6. Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT. Rineka
Cipta. Fuad, Zainul, dkk. 2019. Metode Penelitian Kelautan dan Perikanan.Malang :
UB Press. Hartanto, W. (2016). Penggunaan ELearning sebagai Media Pembelajaran.
Jurnal Pendidikan Ekonomi, 10(1), 1–18. "Indonesia confirms first cases of
coronavirus". Bangkok Post (dalam bahasa Inggris). Reuters. 2 Maret 2020. Diakses
tanggal 7 November 2020.
7. Prawiradilaga, Salma, dkk. 2016. MOZAIK TEKNOLOGI PENDIDIKAN :
ELEARNING.Jakarta : PRENADAMEDIA GROUP. Ratcliffe, Rebecca (2 Maret
2020). "First coronavirus cases confirmed in Indonesia amid fearsnation is ill-prepared
for

iv
an outbreak". The Guardian (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 7 November
2020
8. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Rustiani, R.,
Djafar, S., Rusnim, R., Nadar, N., Arwan, A., & Elihami, E. (2019, October).
Measuring Usable Knowledge: Teacher’s Analyses of Mathematics for Teaching
Quality and Student Learning. In International Conference on Natural and Social
Sciences (ICONSS) Proceeding Series (pp. 239-245). Bandung : Alfabeta. Utarini, Adi.
2020. Tak Kenal Maka Tak Sayang: Penelitian Kualitatif Dalam pelayanan
Kesehatan.Yigyakarta : Gadjah Mada University Press.
9. Yaumi, Muhammad. 2018. MEDIA DAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN.
Jakarta : PRENADAMEDIA GROUP. Yusuf, Muri. 2017. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dam Penelitian Gabungan. Jakarta: KENCANA.

Anda mungkin juga menyukai