A. PENGERTIAN
Bronchopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus
paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak Infiltrat (Whalley and Wong, 1996).
Bronchopneumina adalah frekwensi komplikasi pulmonary, batuk produktif yang
lama, tanda dan gejalanya biasanya suhu meningkat, nadi meningkat, pernapasan meningkat
(Suzanne G. Bare, 1993).
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan
bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy
distribution) (Bennete, 2013).
Bronkopneumonia digunakan unutk menggambarkan pneumonia yang mempunyai
pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki
dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi
konsolidasi area berbercak. (Smeltzer,2001).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
Bronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-
paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus,
jamur dan benda asing.
B. ETIOLOGI
1. Bakteri : Diplococus Pneumonia, Pneumococcus, Stretococcus Hemoliticus Aureus,
Haemophilus Influenza, Basilus Friendlander (Klebsial Pneumoni), Mycobacterium
Tuberculosis.
2. Virus : Respiratory syntical virus, virus influenza, virus sitomegalik.
3. Jamur : Citoplasma Capsulatum, Criptococcus Nepromas, Blastomices Dermatides,
Cocedirides Immitis, Aspergillus Sp, Candinda Albicans, Mycoplasma Pneumonia.
Aspirasi benda asing.
4. Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah daya tahan tubuh
yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun,
pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
C. PATOFISIOLOGI
Bronkopneumonia merupakan infeksi sekunder yang biasanya disebabkan oleh virus
penyebab Bronchopneumonia yang masuk ke saluran pernafasan sehingga terjadi peradangan
broncus dan alveolus. Inflamasi bronkus ditandai adanya penumpukan sekret, sehingga
terjadi demam, batuk produktif, ronchi positif dan mual. Bila penyebaran kuman sudah
mencapai alveolus maka komplikasi yang terjadi adalah kolaps alveoli, fibrosis, emfisema
dan atelektasis.
Kolaps alveoli akan mengakibatkan penyempitan jalan napas, sesak napas, dan napas
ronchi. Fibrosis bisa menyebabkan penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan
sebagai pelumas yang berpungsi untuk melembabkan rongga fleura. Emfisema (
tertimbunnya cairan atau pus dalam rongga paru ) adalah tindak lanjut dari pembedahan.
Atelektasis mengakibatkan peningkatan frekuensi napas, hipoksemia, acidosis respiratori,
pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan terjadinya gagal
napas. Secara singkat patofisiologi dapat digambarkan pada skema proses.
D. KLASIFIKASI
Pembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan pada
umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli telah membuktikan
bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara klinis dan memberikan
terapi yang lebih relevan (Bradley et.al., 2011).
1. Berdasarkan lokasi lesi di paru
a. Pneumonia lobaris
b. Pneumonia interstitialis
c. Bronkopneumonia
2. Berdasarkan asal infeksi
a. Pneumonia yang didapat dari masyarkat (community acquired pneumonia = CAP)
b. Pneumonia yang didapat dari rumah sakit (hospital-based pneumonia)
3. Berdasarkan mikroorganisme penyebab
a. Pneumonia bakteri
b. Pneumonia virus
c. Pneumonia mikoplasma
d. Pneumonia jamur
4. Berdasarkan karakteristik penyakit
a. Pneumonia tipikal
b. Pneumonia atipikal
5. Berdasarkan lama penyakit
a. Pneumonia akut
b. Pneumonia persisten
E. MANIFESTASI KLINIS
Biasanya didahului infeksi traktus respiratorius bagian atas. Penyakit ini umumnya
timbul mendadak, suhu meningkat 39-40°C disertai menggigil, napas sesak dan cepat, batuk-
batuk yang non produktif “napas bunyi” pemeriksaan paru saat perkusi redup, saat auskultasi
suara napas ronchi basah yang halus dan nyaring.
Batuk pilek yang mungkin berat sampai terjadi insufisiensi pernapasan dimulai
dengan infeksi saluran bagian atas, penderita batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, anoreksia
dan kesulitan menelan.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pengambilan sekret secara broncoscopy dan fungsi paru untuk preparasi langsung, biakan
dan test resistensi dapat menemukan atau mencari etiologinya, tetapi cara ini tidak rutin
dilakukan karena sukar.
2. Pada pemeriksaan laboratorium terdapat peningkatan jumlah leukosit. Hitung leukosit
dapat membantu membedakan pneumoni viral dan bakterial. Infeksi virus leukosit normal
atau meningkat (tidak melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit predominan) dan bakteri
leukosit meningkat 15.000-40.000 /mm3 dengan neutrofil yang predominan. Pada hitung
jenis leukosit terdapat pergeseran ke kiri serta peningkatan LED. Analisa gas darah
menunjukkan hipoksemia dan hipokarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis
respiratorik. Isolasi mikroorganisme dari paru, cairan pleura atau darah bersifat invasif
sehingga tidak rutin dilakukan (Bennete, 2013).
3. Foto thorax bronkopeumoni terdapat bercak-bercak infiltrat pada satu atau beberapa lobus,
jika pada pneumonia lobaris terlihat adanya konsolidasi pada satu atau beberapa lobus.
G. PENATALAKSANAAN
Kemotherapi untuk mycoplasma pneumonia, dapat diberikan Eritromicin 4 X 500 mg sehari
atau Tetrasiklin 3 – 4 mg sehari.
Obat-obatan ini meringankan dan mempercepat penyembuhan terutama pada kasus yang
berat.
Obat-obat penghambat sintesis SNA (Sintosin Antapinosin dan Indoksi Urudin) dan
interperon inducer seperti polinosimle, poliudikocid pengobatan simtomatik seperti :
1. Istirahat, umumnya penderita tidak perlu dirawat, cukup istirahat dirumah.
2. Simptomatik terhadap batuk.
3. Batuk yang produktif jangan ditekan dengan antitusif.
4. Bila terdapat obstruksi jalan napas, dan lendir serta ada febris, diberikan
broncodilator.
5. Pemberian oksigen umumnya tidak diperlukan, kecuali untuk kasus berat. Antibiotik
yang paling baik adalah antibiotik yang sesuai dengan penyebab yang mempunyai
spektrum sempit.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
1. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru
merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
2. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura
terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
3. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
4. Infeksi sitemik
5. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
6. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
B. Riwayat keperawatan
1. Keluhan utama : Ibu klien mengatakan anaknya batuk dan
\kesulitan bernafas
2. \Riwayat penyakit sekarang : Klien datang ke Rumah Sakit tanggal 6Januari
2015 pada pukul 09.00 WIB dengan digendong oleh Ibunya. Ibu klien
mengatakan anaknya batuk mengeluarkan lendir dan kesulitan bernapas sejak 4
hari sebelum masuk rumah sakit. Batuk bertambah keras di malam hari. Pada saat
sakit klien rewel dan susah menyusu. Terpasang oksigen 2 liter/ menit dan infus
RL 10 tpm.
3. Riwayat penyakit dahulu : Ibu klien mengatakan klien pada umur 5 bulan
pernah sakit panas dan dibawa ke Puskesmas terdekat lalu sembuh.
4. Riwayat penyakit keluarga : Ibu klien mengatakan Ayah klien meninggal
karena TBC.
˟ Hipertensi TB ˟ Kanker ˟ Jantung ˟ Kejang ˟ Lainnya
Lainnya
˟ Stroke ˟ Diabetes ˟ Gangg ˟ Asma ˟ Hepatitis ˟ Tidak Ada
Jiwa
˟ PPOK ˟ Ulkus ˟ AMI ˟ Penyakit paru lainnya ˟ Penyakit Ginjal
5. Riwayat kehamilan : Klien merupakan anak pertama.
Pada trimester I, Ibu klien mengalami morningsicknes dan pusing biasa.
Pada trimester II, Ibu klien mengatakan merasa pegal dipunggung dan BB naik
Pada trimester III, Ibu klien mengatakan bahwa mengalami pegal, nyeri, dan kesulitan
menjalankan aktivitas. Selain itu saat bernapas merasa pegah.
Ibu klien mengatakan mengikuti pelatihan ANC dan senam hamil. Dan selalu memeriksakan
kehamilannya secara rutin.
6. Riwayat persalinan :
Ibu klien mengatakan An. B adalah anak pertama. Klien lahir pada tanggal 7 April 2014,
dengan usia kehamilan 9 bulan 4 hari. Klien lahir dengan dibantu oleh Bidan Desa. Klien
lahir dengan spontan normal dengan berat 2,8 Kg, panjang badan 57 cm dan menangis keras
waktu lahir.
7. Riwayat imunisasi :
No Reaksi setelah
Jenis Imunisasi Waktu pemberaian
pemberian
1. BCG 1X -
2. DPT 3X Panas
3. Polio 4X -
4 Campak 1X Demam
5. Hepatitis 1X Panas
8. Riwayat tumbuh kembang :
Pertumbuhan Fisik
a. Berat Badan : BB lahir : 2,8 Kg masuk RS : 8,7 kg.
b. Tinggi Badan : PB : 57 cm, PB masuk RS : 68 Cm
c. Waktu tumbuh : 9 bulan.
Perkembangan Tiap tahap
Usia anak saat : ( 9 bulan )
a. Dapat mempertahankan leher
b. Tidak dapat memindah mainan
c. Dapat mencari berda yang dijatuhkan. Misal selendang
d. Dapat memegang dua benda dengan saat yang sama
e. Anak dapat mencoba berdiri
f. Anak dapat memungut biskuit kecil
g. Anak dapat duduk sendiri
h. Anak makan kue sendiri
9. Kebutuhan cairan :
Pemberian ASI
a. Pertama kali disusui : sekitar 2 jam setelah melahirkan
b. Waktu dan cara pemberian : tidak teratur ( setiap kali menangis )
c. Lama pemberian : sampai anak berhenti sendiri
d. Asi diberikan sampai usia : 9 bulan
Pemberian Susu tambahan
Diberikan selang seling dengan ASI sampai umur 9 bulan.
11.Kebutuhan kalori :
Pemberian makanan tambahan
Sejak umur 4 bulan ( makanan cereal )
Pola perubahan Nutrisi tiap tahapan usia sampai nutrisi saat ini
2. Therapi
1) RL 16 tetes permenit
2) Nebulizer
Ventolin : 3x ½ Ampul (Inhalasi) 06.00, 12.00, 21.00
3) Injeksi
a) Cefotaxim : 3x500 mg
b) Metilprednisolon :3x⁄ Ampul
3. Ro. Photo :
a) Cor : letak, bentuk dan ukuran normal
b) Pulmo :
1) Corakan bronkhovaskuler meningkat
2) Tampak bercak-bercak dan ada bayangan rongga-rongga kecil paracardial kanan
dan kiri, kedua sinus lancip.
c) Kesan :
1) Cor : Normal
2) Pulmo : Bronkhopneumonia
ANALISA DATA
DO :
a. RR : 50x/ menit
b. Klien tampak rewel
c. Sianosis pada mukosa bibir
DO :
a. S : 38,5°C
b. Klien tampak rewel
c. BB : 7 Kg
RENCANA KEPERAWATAN
Ruang : Awan
T
Tgl/ No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
T
Jam DX (NOC) NIC
D
1 Tujuan : 1. Auskultasi bunyi nafas, catat
Setelah dilakukan tindakan adanya bunyi nafas tambahan.
keperawatan 3x24 jam jalan napas 2. Pantau frekuensi pernafasan.
efektif dan akumulasi sekret hilang. 3. Berikan pasien posisi yang
Kriteria Hasil : nyaman (ekstensi kepala)
Kode KH IR ER 4. Kolaborasi pemberian obat
041004 RR 2 5 bronkodilator (fentolin)
041019 Batuk 2 5
5. Lakukan nebulezer
041007 Suara Pernapasan 1 5
041020 Akumulasi sputum 2 5
6. Lakukan suction
041011 Kedalaman 3 5
pernapasan
A. Aziz Alimul Hidayat. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta :
Salemba Medika
DR. Nursalam, M.Nurs, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta :
Salemba Medika
Jhonson, Marion., Meridean Maas. (2000). Nursing Outcomes Classification (NOC).
St. Louis: Mosby.
McCloskey, Joanne C., Bullechek, Gloria M. (1996). Nursing Interventions
Classification (NIC). St. Loui: Mosby.
NANDA. (2012). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-2014.
Philadelphia: NANDA International.
Smeltzer, Suzanne C.(2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I,
Jakarta : EGC