Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak dapat dipungkiri modal merupakan salah satu sarana penting dalam
rangka pembiayaan suatu korporasi. Secara umum, dengan melihat pada
neraca korporasi, pada sisi kanan neraca selalu terdapat 2 (dua) komponen
utama, yakni adanya hutang dan modal. Hutang dan modal inilah yang akan
digunakan oleh korporasi untuk membiayai aktivitas-aktivitasnya guna
menghasilkan barang dan atau jasa yang pada akhirnya dapat memberikan
keuntungan atau laba bagi korporasi tersebut.
Dalam dunia usaha telah dikenal adanya Sewa Guna Usaha yang dapat
dijadikan sebagai alternatif pembiayaan terutama dalam hal penyediaan
barang modal atau peralatan perlengkapan lainnya. Dalam tulisan ini
penulis hendak menjelaskan secara sederhana hal-hal sehubungan
dengan Sewa Guna Usaha ini dan apa keuntungan yang dapat diperoleh
oleh korporasi dengan adanya atau menggunakan Sewa Guna Usaha untuk
mencukupi barang modal atau peralatan yang dibutuhkan. Terjadinya
transaksi Sewa Guna Usaha dilatarbelakangi karena tidak cukupnya dana
korporasi (biasa disebut lessee) untuk membeli barang modal sehingga
membutuhkan bantuan dari lembaga pembiayaan (biasa disebut lessor).
Secara umum Sewa Guna Usaha adalah equipment funding, yaitu kegiatan
pembiayaan dalam bentuk barang modal atau peralatan yang digunakan
dalam proses produksi. Walaupun menyandang kata sewa, Sewa Guna
Usaha berbeda dengan sewa-menyewa sebagaimana yang dikenal secara
umum oleh masyarakat. Sewa Guna Usaha ini telah memiliki payung
hukum dengan adanya: (i) Keputusan Presiden No. 61 Tahun 1988 tentang
Lembaga Pembiayaan; (ii) Surat Keputusan Menteri Keuangan No.
1251/KMK.013/1988 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan
Lembaga Pembiayaan. Keputusan Menteri Keuangan No. 468 tahun 1995;
1
dan (iii) Keputusan Menteri Keuangan No. 1169 tahun 1991 tentang
Kegiatan Sewa Guna Usaha
B. Rumusan Masalah
Bertolak dari latar belakang masalah di atas maka ada beberapa rumusan
masalah yang akan dibahas lebih lanjut pada BAB berikutnya. Rumusan
masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut:
a. Pengertian Leasing
b. Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Leasing
c. Jenis – Jenis Leasing
d. Penggolongan Perusahaan Leasing
e. Contoh Dari Perusahaan Leasing
f. Prosedur Permohonan leasing
g. Keuntungan Sewa Guna Usaha Leasing
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas dari
dosen mata kuliah Manajemen Keuangan Non Bank juga sebagai
tambahan referensi dan wacana bagi teman-teman yang ingin mencari
informasi tambahan mengenai materi Leasing.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN LEASING
Pihak utama dalam leasing, menurut Ahmad Awari, ada beberapa pihak
yang terlibat dalam perjanjian leasen, yaitu sebagai berikut :
3
Ciri – ciri Leasing adalah sebagai berikut :
1. Lessor.
Merupakan perusahaan leasing yang membiayai keinginan
nasabahnya untuk memperoleh barang-barang modal. Lessor dalam
financial lease bertujuan untuk mendapatkan kembali biaya yang telah
dikeluarkan untuk membiayai barang modal dengan mendapatkan
keuntungan.
2. Lessee.
Adalah nasabah yang mengajukan permohonan leasing kepada
lessor untuk memperoleh barang modal yang diinginkan.
3. Supplier.
Yaitu pedagang yang menyediakan barang yang akan dileasing
sesuai perjanjian antara lessors dengan lessee dan dalam hal ini
suplier juga dapat bertindak sebagai lessor. Dalam mekanisme
financial lease, suplier langsung menyerahkan barang kepada lease
tanpa melalui pihak lessor sebagai pihak yang memberikan
pembiayaan.
4. Bank dan kreditur
Dalam suatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditur
lain tidak terlibat secara langsung dalam kontrak tersebut, namun
pihak bank memegang peranan dalam hal penyediaan dana kepada
lessor
4
C. JENIS-JENIS LEASING
Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha (lessor) adalah
pihak yang membiayai penyediaan barang modal. Penyewa guna usaha
(lessee) biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan atas nama
perusahaan sewa guna usaha, sebagai pemilik barng modal tersebut,
melakukan pemesanan, pemeriksaan dan pemeliharaan barang modal
yang menjadi objek transaksi leasing.
Jumlah rental ini secar keseluruhan akan meliputi harga barang yang
dibayar oleh lessor ditambah faktor bunga serta keuntungan pihak lessor.
Selanjutnya capital atau finance lease masih bisa dibedakan menjadi 2,
yaitu :
5
lainnya. Bisa dikatakan bahwa dengan sistem sale and lease back
memungkinkan lessor memberikan dana untuk keperluan apa saja
kepada kliennya dan tentu saja dana yang dibutuhkan sesuai dengan
nilai objek barang lease.
Dalam sewa guna usaha ini, perusahaan sewa guna usaha membeli barang
modal dan selanjutnya di sewa guna kan kepada penyewa guna usaha.
Berbeda dengan finance lease, jumlah seluruh pembayaran sewa guna
usaha berkala dalam operating lease tidak mencakup jumlah biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut berikut dengan
bunganya. Perbedaan ini disebabkan perusahaan sewa guna usaha
mengharapkan keuntungan justru dari penjualan barang modal yang
disewa guna usahakan atau melalui beberapa kontrak sewa guna usaha
lainnya.
Suatu transaksi sewa guna usaha, dimana produsen atau pabrikan juga
berperan sebagai perusahaan sewa guna usaha sehingga jumlah traksaksi
termasuk bagian laba sudah diperhitungkan oleh produsen atau pabrikan.
4. Leveraged Lease
Suatu transaksi sewa guna usaha, selain melibatkan lessor dan lessee juga
melibatkan bank atau kreditor jangka panjang yang membiayai bagian
terbesar transaksi
Transaksi pada jenis ini merupakan suatu transaksi leasing yang dilakukan
dengan melewati batas suatu negara. Dengan demikian antara lessor dan
6
lessee yang dilakukan dengan melewati batas suatu negara. Dengan
demikian antara lessor dan lessee terletak pada dua negara berbeda.
D. PENGGOLONGAN PERUSAHAANLEASING
3. Captive lessor
Sering juga disebut two party lessor yang melibat dua pihak.
7
E. CONTOH PERUSAHAAN LEASING
Contoh :
8
4. Mengajukan permohonan secara tertulis kepada pihak leasing, yang
berisi antara lain maksud dan tujuan mengajukan leasing serta cara
pembayarannya.
5. Akte pendirian perusahaan jika lessee berbentuk Perseroan Terbatas
(PT) atau Yayasan.
6. KTP dan Kartu Keluarga jika lessee adalah perseorangan.
7. Laporan Keuangan ( neraca dan laporan rugi laba ) 3 tahun terakhir jika
lessee berbentuk PT.
8. Slip gaji dan bukti penghasilan lainnya jika lessee adalah perorangan.
9. NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) baik untuk perorangan maupun
perusahaan.
10. Jika dokumen yang dibutuhkan sudah lengkap, maka pihak lessor
memberikan informasi tentang persyaratan dalam perjanjian kontrak
antara lessee dengan lessor, termasuk hak dan kewajiban masing -
masing.
11. Pihak lessor akan mengadakan penelitian analisis terhadap informasi
yang diberikan lessee dengan cara :
12. Penelitian data untuk mengukur kemempuan dan kemauan lessee
membayar kembali. Penelitian ini dapat dapat dilakukan dengan 5 C,
yaitu Character, Capacity, Capital, Condition dan Colleteral.
13. Meneliti langsung ke lokasi lessee berada (on the spot).
14. Meneliti ke lokasi di mana lessee punya hubungan.
15. Penelitian dilakukan untuk mengukur kemampuan nasabah membayar
dan kemauan nasabah membayar dengan disertai kebenaran informasi
dan data yang ada dilapangan. Dari hasil penelitian dapatlah ditarik tiga
kesimpulan yaitu :
16. Menolak permohonan lessee dengan alasan tertentu.
17. Masih dipertimbangkan dengan catatan ditunda atau permohonan
belum dapat diproses sampai jangka waktu tertentu dengan berbagai
alasan.
18. Menerima permohonan lessee karena telah sesuai dengan keinginan
lessor.
9
19. Jika permohonan lessee telah diterima pihak lessor, maka pihak lessor
mengadakan pertemuan dengan pihak lessee, tentang persyaratan
yang harus dipenuhi antara lain, penandatanganan surat perjanjian
serta biaya - biaya yang harus dibayar oleh lessee.
20. Pihak lessee membayar sejumlah kewajibannya dan menandatangani
surat perjanjian antara lessee dan lessor.
21. Pihak lessor melakukan pemesanan kepada supplier sesuai dengan
barang yang diinginkan lessee dan membayar sesuai dengan
perjanjian dengan pihak supplier.
22. Pihak lessor juga menghubungi serta membayar premi asuransi yang
sudah disetor lessee sebelumnya kepada pihak lessor.
23. Pihak supplier mengirim barang sesuai dengan surat pesanan dan surat
bukti pembayaran yang telah dilakukan oleh lessor.
24. Pihak lessor juga mengirim polis asuransi kepada lessee setelah
diterbitkan oleh pihak lessor atas nama lessee.
1. Fleksibel.
2. Tidak diperlukan jaminan.
10
3. Capital saving.
4. Cepat dalam pelayanan.
5. Pembayaran angsuran lease diperlakukan sebagai biaya operasional.
6. Sebagai pelindung terhadap inflasi.
7. Adanya hak opsi bagi lesse pada akhir masa lease.
8. Adanya kepastian hukum.
9. Terkadang leasing merupakan satu – satunya cara untuk mendapatkan
aktiva bagi suatu perusahaan.
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam realitasnya, leasing merupakan suatu akad untuk menyewa
sesuatu barang dalam kurun waktu tertentu. Leasing bergerak di bidang
pembiayaan untuk keperluan barang-barang modal yang diinginkan
oleh nasabah. Leasing ini ada dua katagori global, yaitu operating lease
dan financial lease. Operating lease merupakan suatu proses menyewa
suatu barang untuk mendapatkan hanya manfaat barang yang
disewanya, sedangkan barangnya itu sendiri tetap merupakan milik
bagi pihak pemberi sewa. Sewa jenis pertama ini berpadanan dengan
konsep ijarah di dalam syariah Islam yang secara hukum Islam
diperbolehkan dan tidak ada masalah.
Adapun financial lease merupakan suatu bentuk sewa dimana
kepemilikan barang tersebut berpindah dari pihak pemberi sewa
kepada penyewa. Bila dalam masa akhir sewa pihak penyewa tidak
dapat melunasi sewanya, barang tersebut tetap merupakan milik
pemberi sewa (perusahaan leasing). Akad nya dianggap sebagai akad
sewa. Sedangkan bila pada masa akhir sewa pihak penyewa dapat
melunasi cicilannya maka barang tersebut menjadi milik penyewa.
Biasanya pengalihan pemilikan ini dengan alasan hadiah pada akhir
penyewaan, pemberian cuma-cuma, atau janji dan alasan lainnya.
Intinya, dalam financial lease terdapat dua proses akad sekaligus :
sewa sekaligus beli. Dan inilah sebabnya mengapa leasing bentuk ini
disebut sebagai sewa-beli. Leasing dalam tulisan ini di khusus kan pada
pembahasan financial leasing atau sewa-beli ini.
12
DAFTAR PUSTAKA
http://suryana-adm.blogspot.co.id/2016/09/makalah-leasing.html [diakses
pada tanggal 23 September 2017]
http://achmadzaidun.blogspot.co.id/2013/11/makalah-manajemen-sewa-
guna-usaha.html [diakses pada tanggal 26 September 2017]
13