317 577 1 PB
317 577 1 PB
Abstract
As the coastal zone, Kabupaten Pemalang has an important strategic role for the
fishery development at Java Island. Pemalang’s coastal zone is a bore of several
rivers (estuary area) and this zone is a fertile maritime province so it’s potential to
develop a dyke plantation. Meanwhile as Kabupaten Pemalang’s coastal zone
have mangrove around, it’s require having conservation at this area and this
situation may have a conflict of interest to developing a dyke plantation.
Many of concept to deploy coastal zone to integrate on behalf of ecology and
economic has been developed and implemented at Kabupaten Pemalang, so this
coastal zone is become a useful zone and this area was developed with a good
environmental.
The difficulties of how to manage this area was how to deploy with variety
multifunction and this situation constantly have a conflict of interest especially how
to developed a dyke plantation for economic against conservation.
This chapter is to dwell on concepts which has been developed and implemented at
Kabupaten Pemalang which cover the Mangrove Conservation, Silvofishery and
Tumpangsari Programme.
Saraswati. A. A. 2004: Konsep Pengelolaan………J. Tek. Ling. P3TL-BPPT. 5. (3): 205-211 205
Kondisi topografi kawasan Pesisir masyarakat yang terkena dampak termasuk
Kabupaten Pemalang secara garis besar semua pihak yang terkait dengan usaha
dapat dibedakan menjadi dua bagian. Bagian pertambakan di seluruh Kabupaten
Utara berada di sepanjang pantai Laut Jawa, Pemalang.
ketinggian kontur antara 00.00 meter DML. Untuk mendapatkan jalan keluar dari
sampai +07.00 meter DML. merupakan situasi itu, diperlukan berbagai pemikiran dan
daerah datar bergelombang. Bagian Selatan konsep pengembangan wilayah yang
jalur Pantai Utara berwujud perbukitan memungkinkan terciptanya harmoni yang
dengan ketinggian antara +07.00 meter DML. baru antara kepentingan kesinambungan
sampai dengan +25.00 meter DML. lapangan kerja masyarakat petambak di satu
Kemiringan yg sangat landai dan aliran sisi dengan kepentingan perlindungan
drainase air hujan terpotong oleh jalan negara lingkungan kawasan pantai disisi yang lain.
Jalur Pantura tersebut, maka beberapa Aktivitas ekonomi yang dikembangkan dari
daerah disepanjang jalur ini rawan banjir dan sistem ekonomi yang berlangsung di dalam
dapat berakibat buruk terhadap kelancaran wilayah kec. Ulujami selama ini, dapat
arus barang dan lalu-lintas antar propinsi (1). diusahakan untuk peningkatan pemanfaatan
Wilayah pesisir Kabupaten Pemalang lahan yang ada dan didukung oleh budaya
yang berada pada kawasan pesisir Utara masyarakat setempat. Sektor ekonomi yang
Pulau Jawa merupakan salah satu daerah berkembang di wilayah kecamatan. Ulujami
yang beruntung karena memiliki berbagai masih didominir oleh sektor pertanian
ekosistem diantaranya mangrove dan daerah tanaman pangan & tegalan seluas sekitar
estuary yang potensial untuk pengembangan 3.166 Ha. dan sektor pertanian budidaya
perikanan. tambak udang/bandeng seluas sekitar 1.885
Budidaya sektor perikanan yang cukup Ha. Untuk itu telah berkembang berbagai
intensif dikembangkan, terutama konsep pemanfaatan lahan yang mungkin
terkonsentrasi di desa-desa pesisir dikembangkan lebih lanjut dan tepat untuk
kecamatan Ulujami. Saat ini Kecamatan diterapkan, hingga lebih memberdayakan tata
Ulujami, merupakan sentra Budidaya ruang dan terpenuhinya wawasan lingkungan,
Perikanan Tambak (udang/Bandeng). Sekitar khususnya lingkungan pesisir Pantai di
90% dari lahan Tambak yang ada di Kabupaten Pemalang.
Kabupaten Pemalang berada di kecamatan
ini.
Budidaya perikanan Tambak Udang 3. KONSEP PENGELOLAAN
Windu dan Bandeng telah menjadi tradisi bagi PEMANFAATAN LAHAN
masyarakat setempat dan meliputi areal WILAYAH PESISIR
seluas 1,885 Ha di sepanjang garis pantai
dan merupakan gantungan hidup bagi 3.1 . Konsep Konservasi Hutan Pantai
sebagian masyarakat petani/nelayan yang
Secara alami, kawasan Estuary
telah merasakan manfaat keberadaan
merupakan kawasan yang subur dan banyak
kegiatan budidaya tambak udang windu dan
ditumbuhi oleh beragam jenis tanaman
bandeng selama ini.
mangrove, nipah dan sagu. Perairan pantai
Tambak-tambak tersebut
disekitar kawasan itu umumnya merupakan
dikembangkan melalui konservasi hutan
daerah pemijahanan dan pertumbuhan anak
mangrove, sehingga terjadi pengurangan luas
ikan, udang serta biota laut lainnya (nursery
areal hutan mangrove yang signifikan. Data
area) yang sangat berperan terhadap
penduduk yang bekerja di sektor perikanan
kelangsungan kuantitas ikan yang ada
atau tambak dan nelayan dengan luas
diperairan laut lepas maupun budidaya
kawasan perairan laut Kabupaten Pemalang
tambak udang/bandeng. Di Kawasan perairan
yang mencapai luas sekitar 13.440 ha hanya
tersebut bisa ditangkap bibit bandeng (nener)
terdapat sekitar 13.000 jiwa saja nelayan
dan bibit udang (benur) guna dibesarkan dan
yang bekerja pada tahun 1998 (6). dibudidayakan pada kawasan tambak udang
Berdasarkan RTRW Kab.Pemalang dan tambak ikan bandeng. Pasokan ikan/biota
kawasan pertambahan tersebut ditetapkan
laut yang cukup atau dapat dikatakan
sebagai kawasan lindung, sehingga bila pasokan protein hewani yang cukup bagi
ketetapan yang didasarkan pada UU dan masyarakat sangat tergantung dari
Peraturan tentang kawasan Lindung tersebut
keberadaan biota laut di perairan itu.
akan diimplementasikan akan menimbulkan
permasalahan social karena banyaknya
Saraswati. A. A. 2004: Konsep Pengelolaan………J. Tek. Ling. P3TL-BPPT. 5. (3): 205-211 207
Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan kerja bagi masyarakat melalui budidaya
Soeroyo (6) bahwa 80% dari ikan-ikan perikanan.
komersial yang tertangkap di beberapa
Konsep Silvofishery adalah salahsatu
perairan pantai, ternyata berhubungan erat
jalan keluar untuk menjembatani konflik
dengan rantai makanan yang terdapat dalam
kepentingan antara peruntukan hutan lindung
ekosistem mangrove. Selanjutnya
pantai dan peruntukan budidaya tambak
diperkirakan bahwa 70% dari siklus hidup
udang/ikan air payau. Konsep ini hanya
udang dan ikan-ikan yang tertangkap di
ditinjau dari sisi manusia
daerah estuaria berada di daerah mangrove.
petambak/pesanggem saja, sedangkan
Fenomena positif tentang keberadaan
kepentingan masyarakat nelayan tangkap
dan manfaat kelestarian hutan mangrove ini
yaitu yang berkaitan dengan kelestarian biota
ternyata tidak dipahami oleh masyarakat
laut yang menjadi obyek tangkapan nelayan
pesisir di Kab. Pemalang, ini ditunjukkan dari
ini belum dipedulikan kelangsungan hidupnya,
hasil survai lapangan di desa Kendaldoyong
khususnya lahan pembiakan biota laut (hutan
Kec. Petarukan (50 responden) dan di desa
mangrove).
Pesantren Kec. Ulujami (50 responden),
Kemungkinan penerapan konsep
dalam rangka penyusunan rencana tapak
Silvofishery di kecamatan Ulujami masih perlu
(site plan) Laboratorium Pusat
di analisis lebih lanjut, karena penerapan
Pengembangan dan Rehabilitasi Mangrove
(1) konsep ini di beberapa daerah di Indonesia,
Instiper di Kabupaten Pemalang . seperti misalnya di Cikiong terlihat masih
Responden ternyata tidak mengetahui memerlukan proses penyesuaian dengan
manfaat mangrove sebagai tempat kondisi sosial ekonomi masyarakat dan
berkembangbiak ikan, udang dan biota air kondisi lingkungan hutan mangrove
lainnya. Selanjutnya dari hasil survai yang disekitarnya.
sama menunjukkan bahwa hanya sebagian Budidaya tambak udang/ikan bandeng
kecil dari responden mengganggap perlu berpotensi sebagai penambah penyedia
adanya pelestarian hutan mangrove dan mau lapangan kerja bagi masyarakat pesisir bukan
berpartisipasi melindungi hutan mangrove, nelayan maupun nelayan tangkap, mengingat
sedangkan sebagian besar responden tidak waktu produksi budidaya tambak lebih
bersedia ikut melestarikan karena tidak panjang dibandingkan dengan musim
melihat manfaat secara langsung akan produksi nelayan tangkap. Situasi seperti itu
keberadaan hutan mangrove disitu. Agar berarti sesuai untuk daerah pesisir kab.
program pelestarian hutan mangrove dapat Pemalang yang mempunyai surplus tenaga
berjalan, perlu ada kegiatan penyuluhan kerja dengan tingkat pendidikan formal yang
tentang fungsi hutan mangrove dan kegiatan rendah, karena dapat menampung mereka
ekonomi disitu yang langsung bermanfaat yang membutuhkan pekerjaan, yaitu lapangan
bagi masyarakat desa pesisir, dimana hutan kerja di sektor budidaya tambak udang/ikan.
lindung pantai itu akan diadakan. Aktivitas kerja di sektor tambak selama 9
bulan akan dapat menambah jaminan adanya
3.2. Konsep Silvofishery di Kecamatan penghasilan bagi masyarakat desa dan
Ulujami pekerja di sektor-sektor ekonomi lain yang
Ada beberapa teori dan pengertian terkait, dan masih tersisa 3 bulan masa tidak
mengenai konsep Silvofishery yang dapat bekerja sepanjang tahunnya, sehingga perlu
dijelaskan sebagai berikut (7) : dipikirkan lapangan kerja lain, agar
a. Silvofishery sebagai kegiatan budidaya masyarakat pekerja tambak dapat mencari
perikanan dalam kawasan hutan nafkah sepanjang tahun.
mangrove Bila meninjau apa yang terjadi dengan
b. Silvofishery sebagai bentuk budidaya penerapan konsep Silvofishery pada kawasan
mangrove dan aquakultur air payau yang sangat luas (ribuan hektar), sehingga
secara terpadu merupakan sektor dominan sumber
c. Silvofishery adalah salah satu usaha yang penghasilan penduduk, akan berakibat tidak
mempunyai tujuan ganda secara ekologi stabilnya pendapatan penduduk setempat,
dan ekonomi yaitu secara ekologi terutama pada masa menunggu sampai
melaksanakan rehabilitasi hutan panen udang/ikan, padahal stabilitas
mangrove dan usaha peningkatan penghasilan adalah faktor penentu dari
ekonomi dengan memberikan lapangan keberhasilan sektor ekonomi untuk
berkembang lebih lanjut.
Saraswati. A. A. 2004: Konsep Pengelolaan………J. Tek. Ling. P3TL-BPPT. 5. (3): 205-211 209
tumpangsari dapat memenuhi kebutuhan Hutan mangrove yang terpelihara serta
biota laut dan kebutuhan masyarakat. keberadaan Pola budidaya Tumpangsari
Kecamatan Ulujami yang berada Melati-Tambak-Mangrove di kawasan pesisir
dipesisir pantai L. Jawa dan mempunyai pantai, dapat digali potensinya menjadi salah
kegiatan ekonomi dominan yaitu pertambakan satu tambahan daya tarik (Attraction) bagi
udang orientasi ekspor terbesar dan nelayan kegiatan Wisata pantai yang berwawasan
tangkap berupa teri nasi untuk eksport di lingkungan di Kabupaten Pemalang.
kabupaten Pemalang, dalam rangka Keberadaan Kawasan Ekowisata
melanggengkan kegiatan eksportnya, sudah (Coastal Agro-Ecotourism Area) disini dapat
seharusnya mengkonversikan kegiatan diusahakan, agar aktivitas pengadaan dan
pertambakan udangnya menjadi kegiatan konservasi hutan lindung pantai di Kabupaten
pertambakan udang yang berwawasan Pemalang (pemenuhan aspek ekologi) dan
lingkungan, yaitu dengan cara mengadakan aktivitas penduduk di sepanjang kawasan
hutan lindung pantai berupa hutan mangrove penyangga lindung hutan pantai (pemenuhan
di wilayahnya. aspek ekonomi) dapat menimbulkan efek
sinergi yang diharapkan selanjutnya terpenuhi
3.4 Konsep Coastal Agro-Ecotourism pula aspek hukum yang telah diberlakukan (8).
Kawasan Pantai Agar dapat berkembang secara
berkelanjutan, setiap sektor ekonomi
Agar aktivitas sektor ekonomi yang memerlukan dukungan pasokan bahan baku
selama ini terdapat di sepanjang Jalur dan permintaan pasar, demikian juga dengan
Pantura dapat ditarik ke arah garis pantai Laut sektor Agro-Ekowisata Pantai. Diperlukan
Jawa, maka sesuai dengan kemungkinan tersedianya aksesibilitas setiap saat dengan
menciptakan keterkaitan fungsional dalam kuantitas maupun kualitas yang sesuai (sektor
bidang ekonomi, perlu dilaksanakan analisis prasarana dan sarana transportasi-
pendahuluan untuk penentuan program komunikasi), tersedianya sanitasi lingkungan
kebutuhan pengembangan kawasan eko- yang terpelihara dan bersih, tersedianya
wisata pesisir pantai di desa Blendung dan bahan makanan dan minuman yang
desa Tasikrejo, karena telah terdapat memenuhi persyaratan kesehatan,
beberapa kegiatan sektor ekonomi yang telah tersedianya jaminan keamanan dan
berkembang, dominan dan berorientasi kesehatan, tersedianya tempat menginap bila
eksport seperti sektor budidaya udang dan diperlukan, tersedianya daya tarik wisata yang
bandeng, perikanan tangkap beserta Tempat kaya variasi, masyarakat desa yang ramah,
Pelelangan Ikan (TPI) pengolahan teri nasi tersedianya paket perjalanan eko-wisata yang
untuk eksport, galangan kapal nelayan unik serta masyarakat yang berpotensi
tradisional serta kegiatan budidaya sebagai wisatawan.
tumpangsari melati-tambak-magrove dan
rencana pengadaan hutan lindung pantai dan 4. KESIMPULAN
sungai, kemungkinan penerapan konsep
Silvofishery kemungkinan pengadaan 1. Telah berkembang berbagai konsep
laboratorium kultur jaringan melati beserta pemanfaatan lahan yang mungkin
fasilitas nursery untuk pengadaan bibit unggul dikembangkan lebih lanjut dan tepat
melati yang dikombinasikan dengan aktivitas untuk diterapkan, hingga lebih
sektor wisata tradisional di Pantai Blendung. memberdayakan tata ruang dan
Wisata merupakan aktivitas yang dapat terpenuhinya wawasan lingkungan,
dikembangkan untuk meningkatkan manfaat khususnya lingkungan pesisir Pantai di
ekonomi daerah konservasi di daerah pesisir. Kabupaten Pemalang.
Kabupaten Pemalang letaknya yang sangat 2. Agar program pelestarian hutan
strategis untuk kegiatan transportasi darat. mangrove dapat berjalan, perlu ada
Jenis wisata pantai yang mungkin kegiatan penyuluhan tentang fungsi
dikembangkan adalah eko-wisata berdaya hutan mangrove dan kegiatan ekonomi
tarik aspek kehidupan pesisir pantai, yaitu yang langsung bermanfaat bagi
seperti misalnya yang berkaitan kegiatan masyarakat desa pesisir, dimana hutan
Tumpangsari Melati-Tambak-Mangrove di lindung pantai itu akan diadakan.
lahan Silvofishery, penelusuran hutan 3. Konsep Silvofishery adalah salahsatu
mangrove di estuari, penelusuran sungai dari jalan keluar untuk menjembatani konflik
jalur Pantura menuju perairan laut Jawa, kepentingan antara peruntukan hutan
pusat hidangan khas hasil laut dan mangrove
Saraswati. A. A. 2004: Konsep Pengelolaan………J. Tek. Ling. P3TL-BPPT. 5. (3): 205-211 211