0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
9 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut merupakan laporan tugas kuliah minggu ke-10 yang membahas tentang ruang lingkup ilmu-ilmu Al-Qur'an, termasuk nasikh mansukh, ayat muhkam dan mutasyabih, serta munasabah dalam Al-Qur'an. Laporan tersebut berisi penjelasan konsep-konsep tersebut dan contoh-contoh ayat Al-Qur'an.
Dokumen tersebut merupakan laporan tugas kuliah minggu ke-10 yang membahas tentang ruang lingkup ilmu-ilmu Al-Qur'an, termasuk nasikh mansukh, ayat muhkam dan mutasyabih, serta munasabah dalam Al-Qur'an. Laporan tersebut berisi penjelasan konsep-konsep tersebut dan contoh-contoh ayat Al-Qur'an.
Dokumen tersebut merupakan laporan tugas kuliah minggu ke-10 yang membahas tentang ruang lingkup ilmu-ilmu Al-Qur'an, termasuk nasikh mansukh, ayat muhkam dan mutasyabih, serta munasabah dalam Al-Qur'an. Laporan tersebut berisi penjelasan konsep-konsep tersebut dan contoh-contoh ayat Al-Qur'an.
NIM : 20104080025 Kelas : PGMI A No. Absen : 25 Tema : Ruang Lingkup Ilmu-Ilmu Al-Qur’an 1. Nasikh Mansukh (bab XI) 173 2. Muhkam dan Mutasyabih (bab XII) 189 3. Munasabah dalam Al-Qur’an (bab XIII) 207 Jawablah pertanyaan berikut 1. Apa yang dimaksud Nasikh Mansukh itu? Jawab : Secara etimologis nasikh mansukh berasal dari kata nasakha-yansukhu- naskhun (نسخ-خ88ينس-خ88)نس. Nasikh sebagai isim fa’il dan mansukh sebagai isim maf’ul. Dalam bentuk masdar, naskhun berarti al-izalah dengan pengertian menghilangkan sesuatu dengan sesuatu yang mengikutinya ()ازالة شيء بشيء يتعقبه seperti matahari menghilangkan bayang. Kata naskh juga berarti memindahkan sesuatu dari suatu tempat ke tempat lain (ع الي موضع888عء من موض888 )وضatau memindahkan sesuatu tanpa menghilangkan yang dipindahkan dari tempat aslinya seperti memindahkan apa yang ada dalam buku ke tempat lain atau menyalin. Yang dimaksud menyalin yaitu memindahan amal perbuatan ke dalam lembaran amal. Sedangkan mansukh artinya yang dihapuskan. Secara terminologis, Az-Zarqani mendefinikan naskh adalah mengangkat hukum syar’i dengan dalil syar’i yang lain. Naskh harus memenuhi empat syarat yaitu: a. Hukum yang dinasikh harus hukum syar’i, bukan hukum aqli. b. Dalil syar’i yang menasakh haruslah datang kemudian dari dalil syar’i yang dinasakh. c. Khitab yang diangkat hukumnya tidak boleh merupakan khitab yang dikaitkan dengan waktu tertentu, karena hukum akan berhenti dengan sendirinya apabila waktunya sudah habis, hal seperti ini tidak dinamai nasakh. d. Naskh hanya ada pada masalah hukum semata. Dengan demikian nasikh adalah ayat yang menghapus hukum yang sudah ada sebelumnya dan mansukh adalah ayat yang dihapus hukumnya atau lafadznya. 2. Berilah 1 (satu) contoh Nasikh Mansukh dalam Al-Qur’an! Jawab: Contohnya Surah Al-Mujadilah ayat 12 dinasakh oleh surat Al-Mujadilah ayat 13. Yang dinasakh hanyalah hukumnya, sedangkan tilawah keduanya tetap ada dalam Mushf’ Utsmani. “Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan sedekah (kepada orang miskin) sebelum pembicaraan itu. Yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih bersih; jika kamu tidak memperoleh (yang akan disedekahkan) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.Al-Mujadilah 58: 12) “Apakah kamu takut menjadi miskin karena kamu memberikan sedekah sebelum mengadakan pembicaraan dengan Rasul? Maka jika kamu tiada memperbuatnya dan Allah telah memberi taubat kepadamu maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(QS. Al-Mujadilah 58: 13) Hukum memberikan sedekah terlebih dahulu kepada orang miskin sebagai syarat untuk dapat berbicara secara khusus dengan Rasulullah SAW pada ayat 12 diatas, dinasakh oleh ayat 13 berikutnya sebagai keringanan bagi umat. 3. Apa yang dimaksud ayat muhkam? Dan apa pula ayat mutasyabih? Jawab: Secara etimologis muhkam berasal dari kata hakama dengan pengertian mana’a yaitu melarang untuk kebaikan. Dari pengertian ini muncul kata al-hikmah (kebijaksanaan), karena ia dapat mencegah pemiliknya dari hal-hal yang tidak pantas. Ihkam al-Kalam berarti itqanuhu, mengokohkannya dengan memisahkan berita yang benar dari yang salah, dan memisahkan yang lurus dari yang sesat. Jadi al-Muhkam adalah perkataan yang kokoh, rapi, indah dan benar. Artinya seluruh ayat-ayat Al- Qur’an itu kokoh, fasih, indah dan jelas membedakan antara hak dan batil dan antara yang benar dan dusta. Inilah yang dimaksud dengan al-ihkam al-am atau muhkam dalam arti umum. Sedangka secara terminologis ayat-ayat muhkam adalah ayat-ayat yang terang dan tegas maksudnya, dapat dipahami dengan mudah, memiliki satu pengertian saja, dapat diketahui secara langsung, tidak memerlukan lagi keterangan lain. Secara etimologis mutasyabih berasal dari kata syabana-asy-syibhu-asy-syabahu- asy-syabihu, hakikatnya keserupaan. Dikatakan pula mutasyabih adalah mutamatsil (sama) dalam perkataan dan keindahan. Jadi, tasyabuh al-kalam adalah kesamaan dan keseseuaian perkataan, karena sebagiannya membetulkan sebagian yang lain. Dengan demikian ayat mutasyabih adalah ayat-ayat yang satu sama lain saling serupa dalam kesempurnaan dan keindahannya, dan kandungan isinya satu sama lain saling membenarkan. Sedangkan secara terminologis ayat-ayat mutasyabih adalah ayat-ayat yang mengandung beberapa pengertian dan tidak dapat ditentukan arti mana yang dimaksud kecuali sesudah diselidiki secara mendalam, tidak dipahami kecuali setelah dikaitkan dengan ayat lain, atau ayat-ayat yang pengertiannya hanya Allah yang mengetahui seperti ayat-ayat yang berhubungan dengan yang ghaib-ghaib misalnya ayat-ayat yang mengenai hari kiamat, surga, neraka dan lain-lain. 4. Berilah 1 (satu) contoh ayat muhkam, dan 1 (satu) contoh ayat mutasyabih! Jawab: a. Ayat muhkam: Qs. Al Hud 11: 1 ِّ ٌت آيَا تُهُ ثُ َّم ف ْ َ صل ت ِم ْن لَد ُْن َح ِكي ٍْم خَ بِي ٍْر ْ الر ِكتَابٌ اُحْ ِك َم Artinya: "Alif laam raa, (Inilah) suatu Kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan kokoh (uhkimat)serta dijelaskan secara terperinci (fushshilat), yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui." b. Ayat Mutasyabih Qs. Al-’Araf 7: 54 ْ َض فِ ْي ِستَّ ِة أي ٍّام ثُ َّم اسْت َوي َعلَي ْال َعر ِشي الَّلَ ْي َل النّهَا َر ي طلُبُهُ َحثِ ْيثًا َ ْت َواالَر ِ ق ال ّس َما َوا َ َاِ َّن َربَّ ُك ُم هلَّلا ُ الّ ِذيْ َخل ُ ت بِا َ ْم ِر ِه اَالَ لَهُ الْ َخ ْل َق َوالَ ْم ُر تَبَا َركَ هَّللا ُ َربُّ ال َعالَ ِم ْين ٍ س َو ْالقَ َم َر َوالنٌّجُوْ َم ُم َس َّخ َراَ َوال َّش ْم Artinya: "Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masingmasing) tunduk kepada perintah- Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.". 5. Apa yang dimasud ayat munasabah dalam Al-Qur’an? Jawab: Secara etimologi al-munasabah berarti sesuatu yang masuk akal, jika dikemukakan kepada akal akan diterima. Secara terminologis, munasabah adalah mencari kedekatan, hubungan, kaitan, antara satu atau kelompok ayat dengan ayat yang berdekatan, baik dengan yang sebelumnya maupun sesudahnya. Termasuk mencari kaitan antara ayat yang berada pada akhir sebuah surat dengan ayat yang berada pada awal surat berikutnya atau antara satu surat dengan surat sesudah atau sebelumnya. 6. Apa urgensinya mengetahui ilmu munasabah dalam Al-Qur’an ini? Lengkapi jawabanya dengan contoh! Jawab: Ilmu munasabah merupakan ilmu yang sangat penting dalam penafsiran Al- Qur’an. Terdapat tiga urgensi ilmu munasabah yaitu a. Korelasi antara ayat-ayat Al-Qur’an menjadikan ayat-ayat Al-Qur’an utuh dan indah. Hubungan antara ayat dengan ayat menberikan keserasian, kehalusan, dan keindahan bagi Al-Qur’an. b. Memudahkan orang memahami makna ayat atau surat. Ilmu munasabah membantu orang untuk memahami makna ayat secara utuh dan jelas. c. Membantu mufasir dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an sehingga dapat menjelaskan keutuhan makna dan keserasian antar ayat maupun surat. Contohnya: Imam ar-Razi seorang mufassir mencontohkan dalam surah Al- Baqarah. Beliau menyatakan bahwa siapa saja yang memperhatikan rahasia susunan ayat-ayat dalam Surat ini akan mengetahui bahwa Al-Qur'an, tidak hanya mukjizat dari segi kefasihan lafal-lafalnya dan kehebatan isinya, tetapi juga mukjizat dari segi susunan surat dan ayat-ayatnya.