Anda di halaman 1dari 53

PROPOSAL

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DENGAN KEJADIAN


HIPERTENSI PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SOMBA OPU KABUPATEN GOWA

NAMA : KRISTINA URATH

NIM : 119251724

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN FAMIKA (STIK)

FAMIKA MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

kepada kedua orang tua yang telah mencurahkan cinta dan kasih

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberi

rahmat kesehatan dan kesempatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal yang berjudul“FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA IBU HAMIL

DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SULI KABUPATEN LUWU”. Sholawat

serta salam tak lupa penulis haturkan kepada Nabi besar Muhammad

SAW kepada keluarga, para sahabatnya dan umatnya hingga akhir zaman

amin. Penulis sadar dengan kekurangan dalam penulisan ini serta

berbagai kendala yang dihadapi dalam menyelesaikan skripsi

ini.Alhamdulillah saya ucapkan terima kasih kepada semua orang yang

terlibat membantu baik moril maupun materil dalam penyususnan skripsi

ini. Penghargaan dan terima kasih yang tak terkira sayangnya yang selalu

memberikan dukungan baik doa dan materi kepada penulis semoga Allah

SWT selalu melimpahkan rahmat ,kesehatan dan keberkahan atas semua

kebaikan yang diberikan kepada penulis. Dalam penyusunan proposal ini

banyak pihak yang membantu penulis dalam berbagai hal.

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hipertensi merupakan tekanan darah diatas batas normal

yaitu 140/90mmHg. Hipertensi termasuk dalam masalah global

yang melanda dunia. Menurut data WHO (World Health

Organization) hipertensi kehamilan adalah salah satu penyebab

kesakitan dan kematian diseluruh dunia baik bagi ibu maupun

janin.Secara global, 80% kematian ibu hamil yang tergolong dalam

penyebab kematian ibu secara langsung, yaitu disebabkan karena

terjadinya pendarahan (25%) biasanya pendarahan pasca

persalinan, hipertensi pada ibu hamil (12%), partus macet (8%),

aborsi (13%) dankarena sebab lainnya (7%) (WHO, 2015).

Hipertensi merupakan penyakit yang berbahaya, terutama

apabila terjadi pada wanita yang sedang hamil. Hal ini dapat

menyebabkan kematian bagi ibu danbagi bayi yang akan

dilahirkan, Karena tidak ada gejala atau tanda khas sebagai

peringatan dini. Hipertensi dalam kehamilan, kejadian ini

persentasenya 12 % dari kematian ibu di seluruh dunia yang

menyatakan bahwa hipertensi meningkatkan angka kematian dan

kesakitan pada ibu hamil (Kemenkes, 2013). Angka Kematian Ibu

1
(AKI) yang merupakan salah satu indikator untuk melihat derajat

kesehatan perempuan, sampai saat ini masih tinggi di Indonesia

dan jauh berada di atas negara ASEAN lainnya.

Jika dibandingkan AKI Singapura yaitu 6 per 100.000

kelahiran hidup, AKI Malaysia mencapai 160 per 100.000 kelahiran

hidup. Bahkan AKI Vietnam sama seperti Negara Malaysia, sudah

mencapai 160 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 112 per

100.000 kelahiran hidup, Brunei 33 per 100.000 per kelahiran

hidup, sedangkan di Indonesia 228 per 100.000 kelahiran hidup.

Angka kematian ibu juga merupakan salah satu target yang

ditentukan dalam tujuan pembagunan Millennium Development

Goals (MDG’S) yaitu meningkatkan kesehatan ibu dimana target

yang akan dicapai sampai tahun 2015 adalah mengurangi sampai

¾ risiko jumlah kematian ibu (Depkes RI, 2007).

Hipertensi berada pada persentase kedua penyebab

kematian ibu yaitu (24%), kejang bisa terjadi pada pasien dengan

tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkontrol saat

persalinan. Hipertensi dapat terjadi karena kehamilandan akan

kembali normal bila kehamilan sudah berakhir. Namun ada juga

yang tidak kembali normal setelah bayi lahir. Kondisi ini akan

menjadi lebih berat bila hipertensi sudah diderita ibu sebelum masa

kehamilan (SDKI, 2013).


Hasil dari SDKI tahun 2012, menyatakan bahwa sepanjang

tahun 2007-2012 kasus kematian ibu melonjak naik. Pada tahun

2012 AKI mencapai 359 per 100.000 penduduk atau meningkat

sekitar 57%bila dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2007,

yaitu sebesar 228 per 100.000 penduduk. Angka kematian ibu

disebabkan oleh perdarahan, hipertensi dalam kehamilan, infeksi,

partus lama/macet, dan abortus. Pada tahun 2010, angka kematian

ibu di Indonesia tertinggi disebabkan oleh hipertensi dalam

kehamilan sebanyak 32%, 31% dikarenakan komplikasi purperium,

20% karena perdarahan. Data situasi kesehatan ibu

menggambarkan angka kematian ibu karena hipertensi dalam

kehamilan pada tahun 2010 sebesar 21,5% dan pada tahun 2013

menjadi 27,1% menunjukan terjadi peningkatan sebesar 5,6%

(Kemenkes, 2013).

Berdasarkan prevalensi hipertensi menurut Riskesdas 2007

dan 2013 hipertensi berdasarkan jenis kelamin, prevalensi

hipertensi pada tahun 2007 perempuan lebih tinggi yaitu 31.9%

dibandingkan dengan laki-laki yaitu 31.3% dan pada tahun 2013

laki laki yaitu 22,8% dan 28,8%, meskipun kejadian hipertensi

mengalami penurunannamun hipertensi pada perempuan masih

tetap lebih tinggi.

Sedangkan berdasarkan profil kesehatan provinsi Sulawesi

Selatan tahun 2018 prevalensi hipertensi pada perempuan 47,73%


lebih besar dibandingkan dengan laki-laki 38,51%. Hipertensi lebih

sering menyerang perempuan dikarenakan berbagai macam faktor

pendukung, terutamapada perempuan yang mengalami kehamilan

karena masa kehamilan yang rentan dimana selama kehamilan dan

dapat menimbulkan komplikasi pada 2–3% kehamilan. Kejadian

hipertensi pada kehamilan sekitar 5–15%, dan merupakan satu di

antara 3 penyebab mortalitas dan morbiditas ibu bersalin di

samping infeksi dan perdarahan (Anna, 2012).

Berdasarkan Profil Kesehatan Kabupaten gowa tahun 2017

Kondisi AKI di kabupaten gowa semakin hari semakin

meningkatdimana sejak tahun 2012 sebanyak37,5%, dan pada

tahun 2013 mengalami penurunanmenjadi17,5% tahun 2014 dan

2015 menjadi 47.5% dan 2016 meningkat menjadi 58,2%, AKI di

Kabupaten Gowa bahkan dapat diprediksi masih banyak kasus

yang belum terlaporkan melihat masih tingginya cakupan

persalinan oleh dukun dan kemitraan antara dukun dan bidan

belum berjalan secara optimal. (Dinkes 2017)

Berdasarkan penelitian Fahira (2017) bahwa riwayat

hipertensi merupakan faktor risiko kejadian preeklampsia dengan

katalain riwayat hipertesnsi berisiko 1,591 kali lebih besar untuk

mengalami preeklampsia dibanding dengan yang tidak memiliki

riwayat hipertensi. Menurut hasil penelitian Lina (2013) 2

responden dari kelompok hipertensi yang menyatakan tinggal


serumah dengan> 1 perokok aktif sedangkan pada kelompok tidak

hipertensi hanya 1 responden.berarti perokok pasif yang tinggal

serumah dengan > 1 orang perokok aktif berisiko 1,85 kali daripada

serumah dengan 1 perokok aktif untuk terjadi hipertensi.

Menurut hasil penelitian Sri (2016) proporsi ibu bersalin

dengan hipertensi yang paling banyak adalah pada kelompok ibu

yang pernah melahirkan > 3 kali yaitu terdapat 74%. Menurut hasil

penelitian Ridha (2013) menunjukkan adanya hubungan dengan

hipertensi antara tingkat stres yang dialami oleh ibu hamil yaitu

sebesar 47,6%.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka

rumusan masalah dari penelitian ini apakah ada “Faktor - Faktor

Yang Mempengaruhi Dengan Kejadian Hipertensi Pada Ibu Hamil

Di Wilayah Kerja Puskesmas Somba Opu Kabupaten Gowa ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian

ini adalah sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor mempengaruhi yang dengan

ibu hamil di wilayah kerja puskesmas somba opu


2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi hubungan antara Umur Ibu di wilaya

kerja Puskesmas Somba Opu Kabupaten Gowa.

b. Untuk mengidentifikasi Riwayat Hipertensi ibu hamil di

wilaya kerja Puskesmas Somba Opu Kabupaten Gowa

c. Untuk mengidentifikasi Stres Kehamilan pada ibu hamil di

wilaya kerja Puskesmas Somba Opu Kabupaten Gowa

d. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

ibu hamil

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini akan menjadi pengalaman berharga bagi peneliti

dan menambah ilmu pengetahuan terkait faktor yang

berhubungan dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil dan

sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian sejenis

dengan metode lain untuk pengembangan penelitian berikutnya

dengan menambah variabel atau mengganti variabel bebas


2. Manfaat Praktis

Hasil penelitan ini diharapkan dapat member manfaat dan

menambah bahan bacaan bagi mahasiswa sekolah tinggi Ilmu

Famika Makassar untuk penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Hipertensi Kehamilan

1. Pengertian

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin

mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permula

persalinan.Periode kehamilan yang dihitung sejak hari pertama

haid terakhir (HPHT) hingga dimulai persalinan sejati, yang

menandai awalnya periode antepartum.Periode antepartum

dibagi menjadi tiga trimester yang masing-masing terdiri dari

tiga belas minggu atau tiga bulan menurut hitungan kelender.

Pembagian waktu ini diambil dari ketentuan yang

mempertimbangkan bahwa lama kehamilan diperkirakan kurang

lebih 280 hari, 40 minggu, 10 bulan (berdasarkan perputaran

bulan atau lunar) atau 9 bulan sejak hari pertama haid terakhir

(dengan perkiraan siklus 28 hari). Hal ini membuat kehamilan

berlangsung kurang lebih 266 hari 38 minggu (Fahira,2017).

Proses kehamilan merupakan mata rantai yang

berkesinambungan yang terdiri dari ovulasi pelepasan ovum,

terjadi imigrasi spermatozoa dan ovum, terjadi konsepsi dan


pertumbuhan zigot, terjadi nidasi pada uterus, pembentukan

plasenta serta tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm.

Adapun diagnosa kehamilan :

a. Tanda Dugaan hamil

Tanda ini meliputi tidak datang bulan (Amenorea). Konsepsi

dan nidasi menimbulkan pengeluaran hormon, tidak terjadi

pertumbuhan dan perkembangan folikel sehingga terjadi

keadaan “Tidak datang bulan”.

b. Perasaan mengidam (ingin makanan khusus) yang dapat

berupa mual muntah terutama pagi hari (Morning Sickness),

kurang suka makanan, tidak tahan bau-bauan, terdapat

pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi), kepala sakit

dan pusing, ingin makanan tertentu.

c. Gangguan pencernaan dan perkemihan, sering sulit buang

air besar karena kurang makan serat dan pengaruh

hormonal, sering kencing berlebihan karena kandung kemih

tertekan rahim.

2. Gejala Hipertensi

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak

menimbulkan gejala : Meskipun secara tidak sengaja beberapa

gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungandengan


tekanan darah tinggi. Gejala yang dimaksud adalah sakit

kepala, pendarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan

kelelahan yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi.

Jika hipertensi berat atau menahun dan tidak diobati, akan

timbul gejala yaitu sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak

nafas, gelisah, pandangan menjadi kabur karena adanya

kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal (LIPI, 2009)

3. Faktor Penyebab Hipertensi

Menurut WHO dalam Susan (2004) hipertensi berdasarkan

penyebabnya dibagi menjadi dua golongan yaitu :

a. Hipertensi Essensial

Hipertensi esensial (primer) adalah suatu peningkatan

persisten tekanan arteri yang dihasilkan oleh

ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostik normal tanpa

penyebab sekunder yang jelas. Prevalensi mencapai lebih

dari 90% pada seluruh penderita dipertensi di masyarakat.

b. Hipertensi Nonessensial

Hipertensi nonessensial (sekunder) yaitu hipertensi yang

disebabkan oleh kelainan organ tubuh yang telah terbukti

kaitannya terhadap timbulnya hipertensi, seperti kelainan

ginjal, dan penyakit pembuluh darah, yang memerlukan


sarana khusus agar dapat ditentukan diagnosis

penyebabnya.Prevalensinya <10% dari seluruh penderita

hipertensi di masyarakat.

Faktor risiko yang dapat menyebabkan seseorang

menderita hipertensi yaitu ada faktor risiko yang dapat

dihindari atau diubah dan ada yang tidak dapat diubah

(Moerdowo, 1984dalam Ferry, 2013)

4. Proses Kehamilan

Kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin,

adapun proses terjadinya kehamilan yaitu (Saifuddin,2006)

a. Ovum dan Sperma

1) Ovum adalah sel telur yang matang yang dilepaskan oleh

ovarium pada saat ovulasi. Ovum dikeliling oleh zona

pellusida dimana dibagian luar dari zona pellusida

ditemukan sel-sel Korona radiatedan didalamnya

terdapat ruang perivitellina, tempat benda-benda kutub

(Winkjosastro, 2008).

2) Sperma bentuknya seperti kecebong, terdiri atas kepala

berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti (nukleus) leher

yang menghubungkan kepaladengan bagian tengah dan

ekor yang dapat bergetar sehingga sperma dapat


bergerak cepat. Panjang ekor kira-kira sepuluh kali

bagian kepala.

b. Fertilisasi (Pembuahan)

Pembuahan adalah suatu proses penyatuan antara sel mani

dan sel telur dari tuba fallopi, umumnya terjadi di ampula

tuba, pada hari ke 11 –14 dalam siklus menstruasi. Wanita

mengalami ovulasi (peristiwa matangnya sel telur) sehingga

siap untuk dibuahi. Hanya satu sperma yang mengalami

proses kapitasi yang dapatmelintasi zona pellusida dan

masuk ke vitelus ovum.Dalam beberapa jam setelah

pembuahan, mulailah pembelahanzigot selama 3 hari

sampai stadium morula. Hasil konsepsi inidigerakkan ke

arah rongga rahim oleh arus dan getaran rambut (silia)serta

kontraksi tuba.Hasil konsepsi tuba dalam kavum uteri

padatingkat blastula.

c. Implantasi

Setelah 5-7 hari setelah terjadi ovulasi terjadi, blastosit tiba

di rahim dalam keadaan siap untuk implantasi.Progesterone

merangsang pembuluhpembuluh darah pada endometrium

agar tumbuh dan siap menerima blastosit.Kira-kira 9 hari

setelah pembuahan, blastosit yang kini terdiri dari beratus-

ratus sel, mulai meletakkan dirinya ke dinding rahim dengan


penjuluran serupa spons dari sel-sel trofoblast. Sel-sel

tersebut tumbuh menjadi vilus korionik yang akan

berkembang menjadi plasenta. Mereka akanmelepaskan

enzim-enzim yang menembus lapisan rahim dan

menyebabkan jaringan terurai. (Winkjosastro, 2008).

5. Tahap –Tahap Kehamilan

Selain dari diagnosadan proses kehamilan ada juga tahap-

tahap kehamilan yaitu(Manuaba, 2008):

a. Trimester pertama

Trimester pertama pada umur kehamilan 0-12 minggu.

Dianggap sebagai periode penyesuaian.Penyesuaian yang

dilakukan oleh wanita adalah kenyataan bahwa diasedang

mengandung.Penerimaan kenyataan ini sangat penting bagi

dirinya dan peran psikologi yang paling penting pada

trimester pertama kehamilan

b. Trimester kedua

Trimester kedua pada umur kehamilan 13-28

minggu.Periode kesehatan yang baik, yakni periode ketika

wanita merasa nayaman dan bebas dari segala

ketidaknyamanan yang normal dialami selama hamil.


c. Trimester ketiga

Trimester ketiga umur kehamilan 29-40minggu. Periode

penantian dengan penuh kewaspadaan. Dimana saat wanita

menyadari kehadiran bayinya.

6. Risiko tinggi pada kehamilan

Adapun risiko tinggi dari kehamilan (Indiriani, 2012) :

a. Risiko pada ibu

1) Mengalami pendarahan

Pendarahan pada saat melahirkan antara lain

disebabkan karena otot rahim yang terlalu lemah dalam

proses involusi selain itu pendarahan disebabkan oleh

selaput ketuban stosel (bekuan darahyang tertinggal

didalam rahim). Kemudian proses pembekuan darah

yang lambat dan juga dipengaruhi oleh adanya sobekan

pada jalan lahir.

2) Kemungkinan Keguguran/Abortus

Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan

terjadi keguguran. Hal ini dapat disebabkan oleh faktor-

faktor alamiah seperti halnya pada wanita yang hamil di

usia muda dimana organ reproduksinya dalam hal ini


uterus belum bisa berfungsi dengan baik dalam

kehamilan, sehingga kemungkinan terjadinya keguguran

cukup besar.

3) Kematian Ibu

Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan

karena perdarahan dan juga infeksi. Selain itu angka

kematian ibu dapat terjadi karena kejadian gugurnya

kandungan juga cukup tinggi yang kebanyakan

dikarenakan banyaknya faktor risiko yang mempengaruhi

kehamilan ditambah lagi penolong persalinan yang

dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun).

a. Risiko bagi Bayi

1) Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilana

dalah kelahiran prematur yang kurang dari 37

minggu (259 hari).Hal ini terjadi karena pada saat

pertumbuhan janin, zat yang diperlukan kurang.

2) Berat badan lahir rendah (BBLR) Yaitu bayi yang

lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500

gram.Hal ini dipengaruhi kurangnya gizi saat

hamil, umur ibu saathamil kurang dari 20 tahun

dapat juga dipengaruhi penyakitmenahun yang

diderita oleh ibu hamil.


3) Cacat bawaan merupakan kelainan pertumbuhan

struktur organ janin sejak saat pertumbuhan.Hal

ini dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus

rubela serta faktor gizi dan kelainan hormon.

4) Kematian bayi kematian bayi yang masih berumur

7 hari pertama hidupnya atau kematian perinatal

yang disebabkan berat badan kurang dari 2.500

gram, kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari),

kelahiran kongenital serta lahir dengan asfiksia

menambah peningkatan jumlah kematian bayi

(Manuaba,2008).

B. Tinjauan Umum Tentang Hipertensi Ibu hamil

1. Pengertian Hipertensi Kehamilan

Hipertensi karena kehamilan yaitu :hipertensi yang terjadi

pada saat kehamilan, hipertensi kehamilan biasanya terjadi

pada usia kehamilan memasuki 20 minggu. Peningkatan

tekanan darah dari arteri yang bersifatsistematik atau

berlangsung terus –menerus untuk jangka waktu lamaadalah

hipertensi. Hipertensi tidak terjadi tiba-tiba, melainkan melalui

proses yang cukup lama (Yeyeh, 2010).Tekanan darah tinggi


yang tidak terkontrol untuk periode tertentu akan menyebabkan

tekanan darah tinggi permanen yang disebut hipertensi.

Untuk menentukan terjadi atau tidaknya hipertensi

diperlukan setidaknya tiga kali pengukuran tekanan darah pada

waktu yang berbeda.Jika dalam tiga kali pengukuran selama

interval 2-8 pekan angka tekanan darah tetap tinggi, maka patut

dicurigai sebagai hipertensi. Pengecekan retina mata dapat

menjadi cara sederhana untuk membantu menentukan

hipertensi pada diri seseorang (Lingga, 2012).

2. Gangguan Hipertensi Kehamilan

Menurut Prawirohardjo (2008), gangguan hipertensi pada

kehamilan diantaranya adalah:

a. Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum

umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama

kali didiagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan

hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca persalinan.

Hipertensi kronik dapat terjadi karena adanya penyakit ginjal,

vascular kolagen, endokrin, dan pembuluh darah. Hipertensi

kronik dapat terjadi pada ibu hamil relatif diatas 30 tahun,

multipara, pengguna obat hipertensi sebelum kehamilan dan

tekanan darah tinggi(Manuaba, 2008).


b. Preeklamsi adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu

kehamilan disertai dengan proteinuria. Preklamsia

merupakan penyulit kehamilan, dengan tanda-tanda darah

≥140/90mmHg, berat badan naik, sesak nafas, nyeri

epigastrum, protein urine dan endema. Protein dalam urin

normal tidak lebih dari 0,3 gram dalam 24 jam. Adapun

faktor risiko preeklamsia (Wahyuny, 2012).

1) Faktor genetik

Bila ada riwayat preeklampsia pada ibu, anak

perempuan, saudara perempuan dari seorang ibu hamil

maka iaakan berisiko 2-5 kali lebih tinggi mengalami

preeklampsia dibandingkan bila riwayat tersebut terdapat

pada ibu mertua atau ipar perempuannya. Sehingga

preeklampsia merupakan penyakit yang lebih sering

ditemukan pada anak wanita dari ibu yang penderita

preeklamsia.

2) Faktor graviditas

Marshall(1995) mengemukakan bahwa preklamsia

biasanya terjadi pada kehamilan pertama. Pada

umumnya preklampsia diperkirakan sebagai penyakit

pada kehamilan pertama, bila khamilan sebelumnya

normal maka kejadian preeclampsia akan menurun


bahkan abortus pada kehamilan sebelumnya merupakan

faktor protektif terhadap kejadian tersebut. Hal ini

disebabkan pada primigravida pembentukan antibody

penghambat belum sempurna sehingga meningkatkan

risiko terjadinya preklampsia (Nanien, 2012)

3) Faktor Bayi

Kejadian preeklampsia tiga kali lebih tinggi pada

kehamilan kembar dibandingkan dengan kehamilan

tunggal.Penderita preeklampsia berat yang tidak

mendapat penanganan yang memadai atau terlambat

mendapat pertolongan bisa mendapat serangan kejang-

kejang yang disebut Eklampsia. Eklampsia sering terjadi

pada kehamilan nullipara, kehamilan kembar, kehamilan

mola dan hipertensidengan penyakit ginjal (Roeshadi,

2007)

4) Faktor riwayat penyakit

Peningkatan risiko preeklampsia/eklampsia dapat terjadi

pada ibu yang memiliki riwayat hipertensi kronis,

diabetes, dan adanya riwayat preeklampsia/eklampsia

sebelumnya.
5) Faktor Lingkungan

Faktor pendidikan dan pekerjaan ibu hamil juga

mempengaruhi terjadinya preeklampsia.Klonoff (1989)

mengemukakan bahwa wanita yang bekerja di luar

rumah memiliki risiko lebih tinggi mengalami

preeklampsia/eklampsia bila dibandingkan dengan ibu

rumah tangga (Nanien, 2011).

c. Eklamsia adalah preeklamsi yang disertai dengan kejang-

kejang sampai dengan koma. Eklamsia merupakan

kelanjutan dari preeklamsia pada eklamsia, endema terjadi

penumpukan cairan tubuh yang tampak ataupun tidak

tampak. Endema berlanjut pada otak dan pendarahan otak

(nyeri kepala, muntah), pendarahan hati hingga berujung

kejang (gagal jantung, pendarahan otak) dan bahkan koma

(Prawirahardjo, 2008).

d. Hipertensi kronik di sertai tanda-tanda preeklamsi atau

hipertensi kronik disertai proteinuria. Hipertensi yang

didapatkan sebelum kehamilan berusia ≤20 minggu dan

berkelanjutan sampai 6 minggu pasca puus dengan tanda

preeklamsia (dengan tanda-tanda tekanan darah ≥140/90

mmHg, berat badan naik, sesak nafas (Radjamuda, 2014).


e. Hipertensi gestasional (transient hypertensi) adalah

hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai

proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca

persalin.

Batasan mengenai tekanan darah tersebut ditetapkan

dan dikenal dengan ketetapan JNC VII (The Seventh Report

of The Joint National Committee on Prevention, Detection,

Evaluation and Treatment of Hight Blood

Pressure).Ketetapan ini juga telah disepakati WHO,

organisasi hipertensi internasional.maupun organisasi

hipertensi regional, termasuk yang ada di Indonesia. Dari

batasan tersebut terlihat bahwa mereka yang mempunyai

tekanan darah normal yaitu bila tekanan darahnya lebih

rendah dari 120/80 mmHg.Di atas dari batasan tersebut

sudah termasuk dalam kategori pre-hipertensi dan atau

hipertensi (Susilo, 2011).

Hipertensi pa da ibu hamil terjadi karena disebabkan

oleh banyak hal, ibu hamil yang terpapar asap rokok

lingkungan secara umum menghadapi senyawa yang sama

seperti yang dihirup langsung oleh perokok aktif, walaupun

dengan konsentrasi dan pola waktu yang berbeda. Dengan

demikian dampak asap tokok tidak hanya dirasakan oleh

perokok itu sendiri, melainkan juga orang yang berada


disekitarnya. Dan jika ibu hamil merupakan seorang perokok

pasif, hal ini dapat meningkatkan terjadinya berbagai risiko

semasa kehamilan seperti terjadinya abortus, kelahiran

prematur, kecacatan pada janin dan bayi berat lahir rendah

(Prawirohardjo, 2009).

Sekitar 800 perempuan setiap hari meninggal akibat

kehamilan dan persalinan. Hampir semua kematian ibu

(99%) terjadi di negara berkembang, komplikasi utama yang

menyumbang 80% dari seluruh kematian ibu adalah

perdarahan hebat setelah melahirkan, infeksi, preekampsia,

eklampsia, dan aborsi. Di negara berkembang, seorang

wanita tujuh kali lebih mungkin untuk mengalami

preeklampsia dibandingkan wanita di negara maju.5

Preeklampsia di negara berkembang didiagnosis (3 –5%)

dan di dunia di diagnosis (7.5%) (Giovanna, 2017).

3. Faktor Penyebab Hipertensi

Faktor penyebab hipertensi yaitu individu dan dengan

riwayat keluarga hipertensi berisiko mengalami hipertensi.

Selain itu kegemukan, merokok, pengguna berat alkohol, kadar

kolesterol tinggi terpapar stress secara kontinu juga

dihubungkan dengan hipertensi. Hipertensi dipengaruhi oleh

gangguan emosi, obesitas, konsumsi alcohol yang berlebih,


rangsangan kopi berlebih, tembakau dan obat-obatan yan

merangsang, dan penyakit ini sangat dipengaruhi oleh faktor

keturunan. Oleh karena itu hipertensi memiliki kecenderungan

genetic yang kuat dan dapat dipaparkan faktor-faktor kontribusi

misalnya sebagai berikut (Potter, 2006) :

Pengerasan pembuluh darah tersebut megakibatkan

tekanan darah di dalam pembuluh menjadi tinggi. Selain itu

mikotin yang terkandung dalam asap rokok

menyebabkanperangsangan terhadap hormone adrenalin yang

bersifat memacu jantung dan tekanan darah (Husaini, 2007).

Faktor risiko hipertensi dalam kehamilan merupakan gangguan

multifaktorial, beberapa fakot risiko dari hipertensi dalam

kehamilan adalah (Katsiki, 2010).

1) Faktor maternala.

a. Usia

Usia yang aman untuk kehamilan dan persalinan adalah

20-35 tahun. Komplikasi maternal pada wanita hamil dan

melahirkan pada usiadibawah 20 tahun ternyata 2-5 kali

lebih tinggi dari pada kematian maternal yang terjadi

pada usia 20-29 tahun. Dampak dari usia yang kurang,

dapat menimbulkan komplikasi selama kehamilan. Setiap

remaja primigravida mempunyai risiko yang lebih besar


mengalami hipertensi dalam kehamilan dan meningkat

lagi saat usia diatas 35 tahun (Manuaba, 2008).

b. Primigravida

Sekitar 85% hipertensi dalam kehamilan terjadi pada

kehamilan pertama. Jika ditinjau dari kejadian hipertensi

dalam kehamilan graviditas paling aman adalah

kehamilan kedua sampai ketiga. Primigravida adalah

seorang wanita hami untuk pertama kali, wanita yang

pertama kali hamil sering mengalami stree dalam

mengalami persalinan sehingga dapat terjadi hipertensi

dalam kehamilan.

Umurnya dibawah 20 tahun disebut primigravida

muda.Usia terbaik untuk seseorang wanita hamil antara

20 tahun –35 tahun. Sedangkan wanita yang pertama

hamil pada usia diatas 35 tahun disebut primigravida tua.

Primigravida muda termasuk kedalam risiko tinggi

dimana jiwa dan kesehatan ibu atau bayi dapat

terancam. Risiko kematian maternal primigravida muda

jarang dijumpai dari pada primigravida tua, karena pada

primigravida muda dianggap kekuatan fisiknya masih

baik sedangkan pada primigravida tua risiko kehamilan


meningkat bagi sang ibu dan dapat terkenan hipertensi

(Kartikasari, 2012).

c. Riwayat Keluarga

Riwayat keluarga perpanjangan silsilah di mana

kehidupan dan waktu dari orang yang bersangkutan

diselidiki Riwayat keluarga menempatkan daging pada

tulang silsilah. (Obat) Informasi yangberkaitan dengan

gangguan yang diderita oleh kerabat langsung pasien;

sangat berguna jika gangguan adalah genetik sedangkan

riwayat hipertensi keluarga adalah penilaian adanya

riwayat keluarga (ayah, ibu, saudara, kakek, dll) yang

menderita hipertensi atau memiliki garis keturunan

secara langsung.

Terdapat peranan genetik pada hipertensi dalam

kehamilan.Hal tersebut dapat terjadi karena terdapat

riwayat keluarga dengan hipertensi dalam kehamilan.

Hipertensi pada kehamilan dapat diturunkan pada anak

perempuan sehingga sering terjadi hipertensi sebagai

komplikasi kehamilan. Kerentanan terhadap hipertensi

kehamilan bergantung pada sebuah gen resesif.


d. Riwayat Hipertensi

Riwayat hipertensi kronis yang dialami selama kehamilan

dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi dalam

keamilan, dimana komplikasi tersebut dapat

mengakibatkan preeklampsia dan hipertensi kronis dalam

kehamilan. Hal ini sama seperti teori yang dikemukakan

oleh Karkata (2006) bahwa wanita yang mengalami

hipertensi pada kehamilan pertama akan meningkatkan

dan mendapatkan hipertensi pada kehamilan berikutnya.

e. Indeks Massa Tubuh (IMT)

Tingginya indeks massa tubuh merupakan masalah gizi

karena kelebihan kalori, kelebihan gula dan garam yang

bisa menjadi faktor risiko terjadinya berbagaijenis

penyakit degenerative, seperti diabetes mellitus,

hipertensi dalam kehamilan, penyakit jantung koroner,

reumatik, dan berbagai jenis keganasan (kanker) dan

gangguan kesehatan lain. Hal tersebut berkaitan dengan

adanya timbunan lemak berlebih dalam tubuh (Muflihan,

2012).

f. Gangguan Ginjal

Penyakit ginjal seperti gagal ginjal akut yang diderita

pada ibu hamil dapat menyebabkan hipertensi dalam


kehamilan.Hal itu berhubungan dengan keruskan

glomerus yang menimbulkan gangguan filtrasi dan

vasokonstriksi pembuluh darah.Perempuan hamil dengan

hipertensi dalam kehamilan memiliki risiko yang tinggi

untuk komplikasi yang berat seperti abruption plasenta,

penyakit serebrovaskular, gagal organ, dan koagulasi

intravascular.Hipertensi kehamilan member pengaruh

buruk pada kesehatan janin yang disebabkan oleh

menurunnya perfusi utero plasenta, hipovolemia,

vasospasme, dan kerusakan sel endotel pembuluh darah

plasenta.

2) Faktor Kehamilan

Faktor kehamilan seperti hamil anggur dan kehamilan ganda

berhubungan dengan hipertensi dalam kehamilan.

Preeklampsia dan eklampsia mempunyai risiko 3 kali lebih

sering terjadi pada kehamilan ganda. Dari 105 kasus bayi

kembar dua, didapatkan 28,6% kejadian preeklampsia.

Untuk menghindari tekanan darah tinggi saat hamil dengan

merubah gaya hidup sehat, tidak terlalu banyak pikiran, diet

rendah kolesterol, meningkatkan konsumsi buah dan sayur,

tidak mengkonsumsi alkohol dan rokok. Yang perlu adalah

penanganan cepat dan menindak lanjuti dengan pelayanan

kesehatan (Ratnawati, 2017)


1) Faktor risiko yang dapat dihindari atau diubah.

a. Umur ibu

Lama hidup seseorang di dunia ini dihitung sejak

tanggal dilahirkan. Pada umur dibawah 20 tahun,

rahim dan panggul sering sekali belum tumbuh

mencapai ukuran dewasa. Akibatnya ibu hamil pada

usia itu mungkin dapat mengalami persalinan

lama/macet atau gangguan lainnya. Ibu dianjurkan

hamil pada usia antara 20-35 tahun. Pada usia

tersebut ibu lebih siap hamil secara jasmani dan

kejiwaan sedangkan pada umur 35 tahun ke atas

kesehatan ibu sudah menurun dan akibatnya ibu

hamil pada usia itu mempunyai anak cacat,

persalinan lama dan pendarahan yang mekungkinan

lebih besar (Simarmata, 2012).

b. Hipertensi

Kemungkinan lebih besarRiwayat hipertensi pada

kehamilan sebelumnya menyumbang 20% risiko

hipertensi pada kehamilan berikutnya. Hal ini terjadi

karena hipertensi merupakan penyakit yang memiliki

risiko kekambuhan (Ratnawati, 2017).


c. Paparan Asap Rokok

Merupakan paparan yangdihirup oleh perokok

maupun non perokok, ketika beraktifitas di dalam dan

luar rumah. Jika ibu hamil merupakan perokok pasif,

hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi,

abortus, kelahiran premature, kecacatan ada janin,

dan berat badan lahir rendah (Prawirohardjo, 2009).

d. Paritas

Banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh

seseorang wanita. Paritas dapat dibedakan menjadi

primipara, multipara dan grandemultipara.Paritas

pada ibu hamil merupakan salah satu faktor terjadinya

hipertensi hingga preeclampsia.Paritas pertama

berhubungan dengan kekurangan pengalaman dan

pengetahua dalam perawatan kehamilan.Paritas 2-3

merupakan paritas paling aman, paritas satu dan

paritas tinggi (lebih dari tiga) merupakan paritas

berisiko terjadinya hipertensi kehamilan.Ibu dengan

paritas tinggi (lebih dari 4) sudah mengalami

penurunan fungsi system reproduksi (Henderson,

2006).
e. Stres kehamilan

Respon tubuh tidak spesifik terhadap stressor.

Respon tubuh yang tidak spesifik meliputi respon

fisiologis, respon kognitif, respon emosi, dan respon

tingkah laku.Termasuk kondisi hamil dapat

menyebabkan stress. Respon emosi yang dialamai

ibu hamil dapat berupa perubahan mood selama

kehamilan stres juga sangat erat kaitannya

2) Faktor risiko yang tidak dapat dihindari atau diubah.

a. Umur

Tidak dapat dihindari bahwa pada kebanyakan orang

bertambahnya umur dibayangi dengan naiknya

ukuran tekanan darah.Namun tidak semua orang tua

mempunyai tekanan darah yang tinggi asalkan saja

orang senantiasa mengatur hidupnya menurut cara

yang sesuai dengan usaha pencegahan hipertensi,

b. Jenis kelamin

Pria umumnya lebih mudah terkena hipertensi

dibandingkan dengan wanita, hal ini mungkin

disebabkan kaum pria lebih banyak memiliki faktor


pendorong seperti stres, kelelahan dan makan yang

tidak terkontrol.

7. Pencegahan Hipertensi

Tindakan pencegahan biasanya relatif. Adapun pencegahan

yang bisa dilakukan untuk mengurangi kejadian hipertensi yaitu

(Susan, 2004)

a. Pencegahan primordial

Yaitu upaya pencegahan munculnya faktor predisposisi

terhadap hipertensi, dimana belum tampak adanya faktor

yang menjadi risiko hipertensi. Sebagai contoh adalah

dengan adanya peraturan yang dibuat oleh pemerintah

dengan membuat peringatan rokok akan bahayanya

terhadap kesehatan. Selain itu juga dengan melakukan

senam kesegaran jasmani untuk menghindari faktor-faktor

hipertensi.

b. Pencegahan primer

Yaitu upaya pencegahan sebelum seseorang menderita

hipertensi, dimana dengan melakukan pendekatan komuniti

berupa penyuluhan faktor risiko hipertensi seperti rokok,

alkohol, kurang olahraga dan sebagainya. Penyuluhan dapat

dilaksanakan di sekolahatau kelompokusia muda.


c. Pencegahan sekunder

Yaitu upaya mencegah hipertensi yang sudah pernah terjadi

untuk berulang atau mejadi lebih berat.Disini diperlukan

perubahan pola hidup terhadap faktor risiko hipertensi yang

dapat diubah.Selain itu dibutuhkan juga kepatuhan berobat

bagi seseorangyang sudah pernah menderita hipertensi.

d. Pencegahan Tersier

Yaitu upaya mencegah terjadinya komplikasi yang berlebih

atau bahkan kematian.Sebagai contohnya adalah dengan

melakukan rehabilitasi.Dalam hal ini bukanlah rehabilitasi

fisik yang dimaksud melainkan rehabilitasi mental dan sosial

yang membuat penderita tidak merasa berkecil hati atas

penyakitnya.

8. Penatalaksanaan pada Penderita Hipertensi

Tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan

morbiditas dan mortalitas kardiovaskular, mencegah kerusakan

organ, mencapai target tekanan darah untuk individu berisiko tinggi

dengan diabetes atau gagal ginjal dan mengendalikan faktor-faktor

risiko serta penyakit penyerta lainnya (Kartikasari, 2012).


a. Penatalaksanaan Non farmakologi

Penatalaksanaan non farmakologis yang berperan dalam

keberhasilan penangananhipertensi merupakan pendamping

dari terapi farmakologis dengan memodifikasi gaya hidup.

Terapi jenis ini harus dilakukan oleh semua penderita hipertensi

dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan

faktor-faktor risikonya. Modifikasi gaya hidup yang dianjurkan

antara lain:

1) Menurunkan Berat Badan Berlebih dan Pengaturan Diet

Mengurangi berat badan dapat menurunkan risiko

hipertensi,diabetes, dan penyakit kardiovaskular. Penerapan

pola makan yang seimbang dapat mengurangi tekanan

darah.Setiap penurunan 5 kg berat badan pada yang

obesitas dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan

penurunan tekanan darah Setiap penurunan 1 kg berat

badan dapat menurunkan tekanan darah2/1 mmHg .Tujuan

utama dari pengaturan diet pada hipertensi adalah mengatur

tentang makanan sehat, menu makanan harus seimbang

dan memenuhi kebutuhan zat gizi yang dapat menurunkan

tekanan darah (Uli, 2013).


2) Meningkatkan Aktivitas Fisik dan Olahraga

Olahraga aerobik secara teratur seperti berjalan kaki,

jogging, berenang dan bersepeda secara teratur dapat

menurunkan tekanan darah, karena latihan aerobikdapat

menurunkan tekanan darah 5-7 mmHg pada orang dewasa

dengan hipertensi. Direkomendasikan agar berolahraga

dengan frekuensi 3-4 hari per minggu selama minimal 12

minggu. Aktivitas fisik yang cukup dan teratur membuat

jantung lebih kuat.(Dea, 2016)

3) Berhenti Merokok

Merokok memiliki peran cukup besar dalam peningkatan

tekanan darah yang disebabkan oleh nikotin yang

terkandung dalam rokok.Tidak merokok mengurangi

keseluruhan risiko penyakit kardiovaksular dan dapat

menurunkan tekanan darah secara perlahan (Simarmaata,

2012).

4) Istirahat yang Cukup

Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh

energi sel dalam tubuh,istirahat dapat dilakukan dengan

meluangkan waktu.Meluangkan waktu tidak berarti meminta

istirahat lebih banyak dibandingkanbekerjasecara

produktif.Meluangkan waktu istirahat ituperlu dilakukan


secara rutin.Istirahat adalah usaha untuk mengembalikan

stamina tubuh dan mengembalikan keseimbangan hormon

dan dalam tubuh(Yogiantoro, 2009).

b. Penatalaksanaan Farmakologis

Penatalaksanaan farmakologis berupa pemberian obat-obatan

anti hipertensi. Terdapat banyak jenis obat anti hipertensi yang

beredar seperti (LIPI, 2009) :

1) Diuretik

Obat-obatan jenis ini bekerja dengan cara mengeluarkan

cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh

berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung

menjadi lebih ringan.

2) Penghambat Simpatetik

Obat jenis ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf

simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas).

3) Betabloker

Obat jenis ini menurunkan daya pompa jantung, sehingga

penderita yang mengalami gangguan pernapasan tidak

dianjurkan.
4) Vasodilator Obat

Jenis ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan

relaksasi otot polos (otot pembuluh darah).

5) Penghambat ensim konversi angiotensin

Obat jenis ini menghambat pembentukan angiotensin II (zat

yang dapat meningkatkan tekan darah )


BAB III

KERANGKA KERJA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan

metode, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi

antara faktor - faktor risiko efek dengan cara pendekatan, observasi

atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Point Time

Approach) (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian ini dilakukan untuk menjelaskan faktor - faktor

yang mempengaruhi dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil di

wilayah kerja puskesmas somba opu kabupaten gowa.

Umur Ibu

Riwayat
Hipertensi

Stres Hipertensi pada


Kehamilan ibu hamil

Paritas

Paparan
Asap Roko
Keterangan :

: Variabel Independen : Variabel Yang Tidak Diteliti

: Variabel Dependen : Penghubung Antar Variabel

: Penghubung Antar Variabel

B. Defenisi Operasional

1) Variabel independen

Variabel yang mempengarui atau yang menjadi sebab terjadinya

perubahan/timbulnya variabel terikat

2) Variabel Dependen

Variabel yang di pengaruhi atau yang menjadi akibat karena

adanya Variabel bebas

C. Variabel Penelitian

1) Umur Ibu

yang dimaksud dalam penelitian ini adalah lama waktu hidup ibu

yang terhitung mulai sejak lahir sampai pada saat kehamilan

Kriteria objektif

Umur berisiko : Kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun tidak

berisiko : 20 tahun sampai dengan 35 tahun


2) Riwayat Hipertensi

Data riwayat hipertensi diperoleh dari kuesioner

Ya : Apabila responden pernah mengalami hipertensi sebelumnya

Stres Kehamilan

3) Stres yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil penilaian

terhadap berat ringan stress berdasarkan 14 item pertanyaan yang

di adopsi dari Depression Anxiety Stress Scale (DASS 42).

Kriteria Objektif

Tidak Stres :Jika skor responden bernilai <15

Stres : Jikaskor responden bernilai >15

D. Hipotesis Penelitian

Terdapat faktor yang berhubungan dengan kejadian hipertensi

pada ibu hamil


BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan

desain cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari

dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko efek dengan cara

pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada

suatu saat (Point Time Approach) (Notoatmodjo, 2010). Penelitian

ini dilakukan untuk menjelaskan faktor - faktor yang berhubungan

dengan kejadian hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja

puskesmas somba opu kabupaten gowa..

B. Populasi Dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja puskesmas sumba opu

kabupaten gowa. Penelitian dilakukan pada bulan feruari 2021.

Penulis mengambil lokasi dikarenakan belum ditemukan penelitian

mengenai faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian

hipertensi pada ibu hamil di wilayah kerja puskesmas sumba opu

kabupaten gowa.

43
1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh objek yang sesuai

dengan tujuan penelitian dalam penelitian ini populasi adalah

seluruh Ibu hamil yang tercatat dalam Puskesmas Somba Opu.

2. Sampel

Sampel adalah bagian yang diambil dari populasi. Sampel

dalam penelitian ini menggunakan perhitungan total sampling

yaitu semua jumlah populasi diambil dalam penelitian.

3. Pengumpulan data

a. Lokasi Dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini di laksanakan di wilayah kerja puskesmas

somba opu kabupaten gowa.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini di laksanakan pada bulsan Maret – Mey

2021.
b. Prosedur Pengumpulan Datae

1. Metode Pengumpulan Data

a. Data Primer

Merupakan data yang di proleh langsung dari objek

yang akan di teliti dan data dikumpul dengan prosedur

sebagai berikut :

1) Penelitian mengajukan penelitian permohonan izin

penelitian dari instusi yaitu STIK FAMIKA

MAKASSAR kepada kepala puskesmas sumba

opu kabupaten gowa. yang  bersedia memberikan

izin mengadakan penelitian.

2) Setelah mendapatkan izin dari instansi

tersebut,maka penelitian mengadakan pendekatan

dengan calon responden, kemudian memberikan

penjelasan tentang penelitian. Jika calon

responden bersedia dan memenuhi kriteria

inklusi,maka penelitian akan mempersilahkan

menandatangani lembar persetujuan responden.

3) Setelah  responden  mendatangkan  lembar  perse

tujuan,maka lembar koesioner di berikan kepada

responden dan proses pen elitian mulai di lakukan.


b. Data sekunder

Merupakan data yang di perolh melalui dokumentasi

dan laporan / profil puskesmas sumba opu kabupaten

gowa.

2. Pengolahan data

Adapun pengolahan data melalu tahapan sebagai berikut

a. Editing

Proses editing di lakukan setelah data terkumpul dan

di lakukan dengan memeriksa kelengkapan

data,memeriksa keseragaman data.

b. Koding

Di lakukan untuk memudahkan dalam pengolahan

data,semua jawaban atau data perlu di sederhanakan

yaitu dengan symbol tertentu untuk setiap jawaban

(pengkodean). Pengkodean di lakukan dengan

memberi nomor halaman,daftar pertanyaan,nomor

variabel dan kode.

46
47

c. Tabulasi data

Setelah membuat kode selesai,selanjutnya data di

olah ke dalam satu tabel menurut sifat-sifat yang di

miliki sesuai dengan tujuan penelitian,dalam hal ini

table di pakai untuk menganalisa data.

3 .Analisa Data

Setelah data di kumpul dari responden,maka di lakukan

analisa data yang di mulai dari tahap persiapan yaitu

mengecek nama dan kelengkapan identitas dan data

responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah

diisi. Data di peroleh diidentifikasi dengan mentabulasikan

data yang terkumpul. Selanjutnya data di olah secara

elektronik dengan menggunakan computer program

SPSS.Analisa data yang di lakukan yaitu:

a. Analisa Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap setiap variabel

dari hasil penelitian.Pada umumnya dalam analisis ini

hanya menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap

variabel.
48

b. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan

variabel dependen dan independen dalam bentuk

tabulasi silang (Cross Tabulation) dengan

menggunakan komputerisasi program SPSS dengan

uji statistic Chi-square jika tidak ada sel yang memiliki

frekuensi yang diharapkan (E) kurang dari 5 dengan

rumus :

Keterangan :

: ukuran mengenai perbedaan yang

terdapat antara frekuensi yang

diobservasi dengan yang diharapkan.

0 : Frekuensi yang diobservasi

E : frekuensi yang diharapkan

Jika nilao p , 0,05 maka H0ditolak, dengan taraf

kesalahan 0,05
49

4. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, penelitian perlu mendapat

rekomendasi dari institusi dalam hal ini sekolah Tinggi ilmu

keperawatan (STIK) Famika Makassar dengan mengajukan

permohonan izin kepada instansi atau lembaga tempat

penelitian dalam hal ini Puskesmas Somba Opu Kabupaten

Gowa . Setelah mendapat persetujuan,maka kegiatan penelitian

di mukai dengan penekanan masalah etika yang meliputi

a. Persetutuan Responden (informed consent)

Penelitian memberikan lembar persetujuan kepada

responden yang akan di teliti,agar responden dapat mengerti

maksud dan tujuan penelitian ini. Bila responden menolak,

penelitian tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-

hak responden.

b. Tanpa nama (anonymity)

Dalam melakukan penelitian ini,peneliti akan menjaga

kerahasiaan identitas responden dengan tidak

mencantumkan nama responden pada instrument penelitian

yang di gunakan.
50

c. Kerahasiaan (confidentially)

Kerahasiaan informasi responden di jamin oleh peneliti.

Hanyakelompok  data  tertentu  yang  di  laporkan  sebagai  

hasil   penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Anna Maria, 2012. Prevalensi Hipertensi Pada Kehamilan Di Indonesia


Dan Berbagai Faktor Yang Berhubungan (Riset Kesehatan Dasar 2007)
Jurnal Teknologi Dan Intervensi Kesehatan Masyarakat, 1: 7 Januari
2012, Review 2: 7 Januari 2012.

Ashari, A. 2011.Perokok pasif sebagai faktor risiko hipertensi pada wanita


usia 40-70 tahundi wilayah kerja puskesmas tlogosari kulon kota
semarang. Skripsi.

Asmana, S.K, dkk. 2016. Hubungan Usia dan Paritas dengan Kejadian
Preeklampsia Berat di Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi Tahun
2012 –2013. Jurnal Kesehatan Andalas. 5(3) :640-646.

Astuti, E. 2009.Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat


Pengetahuan Tentang Hipertensi Masyarakat Di Rt 12, Rw 05,
KelurahanKaret Tengsin, Kecamatan Tanah Abang, Jakarta Pusat. Skripsi
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Atika, 2009. Hubungan perokok pasif dengan terjadinya hipertensi pada


penduduk wanita usia 30-65 tahun di dusun krajan desa sumbengepoh
kecamatan lawang. Jurnal ilmiah kesehatan.

Candradewi, N. 2015. Prevalensi penyakit hipertensi pada usia dewasa


muda di wilayah kerja puskesmas abang 1 periode januari 2014. Jurnal
medika Undyana, 1(1):1-8.

Cunningham, F. G,Dkk. 2006. Obstetri William Volume 1-2 Edisi 21.


Jakarta:EGC.

ii
iii

Dea, dkk. 2016. Upaya Pencegahan Hipertensi. Jurnal Kedokteran


Universitas Lampung.5(3).

Debby, C. 2009. Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang Hipertensi pada


Masyarakat yang Merokok di Rw 01 Kelurahan Pondok Cina, Beji, Depok.
Skripsi Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Depkes, 2015.Survey Demografi Kesehatan Indonesia, Depkes Ri,


Jakarta.

Devi Kurniasari. 2015. Hubungan Usia, Paritas Dan Diabetes Mellitus


Pada Kehamilan Dengan Kejadian Preeklamsia Pada Ibu Hamil Di
Wilayah Kerja Puskesmas Rumbia Kabupaten Lampung Tengah Tahun
2014. Jurnal Kesehatan Holistik 9(3): 142-150.

Dewi, V.K..2014. Hubungan Obesitas Dan Riwayat Hipertensi Dengan


Kejadian Preeklamsi Di Puskesmas Rawat Inap Danau Panggang.Jurnal
Ilmu Kebidanan(1) 2: 57-61

Dinkes Gowa. 2018. Profil Kesehatan Kabupaten Gowa. Belopa : Dinas


Kesehatan.

Fahira,A. 2017.Faktor Risiko Kejadian Preeklampsia Pada Ibu Hamil Di


Rsu Anutapura Kota Palu.Jurnal Kesehatan Tadulako 3(2), 1-75.

Fajarsari, D. dkk.2016. Pengaruh Paritas Dan Indeks Masa Tubuh (Imt)


Terhadap Kejadian Preeklamsi Di Kabupaten Banyumas. Bidan Prada.
Jurnal Ilmiah Kebidanan, 7( 2) :104-113

Fauziah, 2012.Hubungan Umur Dan Paritas Dengan Kejadian


Preeklampsia Pada Kehamilan Di Badan Layanan Umum Daerah Rumah
Sakit Umum Daerah Dr.Zainoel Abidin Banda Aceh.jurnalilmu kesehatan.

Ferry, H. 2013.Faktor Faktor Risiko Hipertensi pada Peserta Pelatihan


Pimpinn III Dan IV Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan
iv

Pertanian Bogor. Skripsi Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat Institut


Pertanian Bogor.

Giovanna, 2017. Karakteristik Ibu Hamil Dengan Preeclampsia di Rsup


Prof Dr. R.D.Kandou Manado. Jurnal Kedokteran Klinik (Jkk)Volume1
No.3,.Http://Chiiviolet.Blogspot.Com/2013/12/Makalah-Kehamilan-
Dengan-Hipertensi.Html.[Diakses 20 Oktober 2017].

Hanifah, H. 2017. Pengaruh Paparan Asap Rokok Lingkunganpada Ibu


Hamil Terhadap Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah. Skripsi Universitas
Lampung.

Henderson, C., Jones. 2006. Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC

Hikmawan, M, Dkk, 2017.Analisis Informasi Faktor Risiko Hipertensi


Berbasis Posbindu Di Dinkes Kabupaten Sidoarjo. Jurnal Prosiding
Seminar Nasional.

Husaini, A. 2007. Tobat Merokok, Rahasia dan Cara Empatik Berhenti


Merokok. Jurnal Depok : Pustaka Iman.

Indriani, Nanien, 2012, Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Preeklampsia pada Ibu Bersalin Di Rsu Daerah Kardinah Kota Tegal
Tahun 2011, SkripsiFakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi
Kebidanan, Depok

Kemenkes RI. 2013. Kejadian Hipertensi dalam Kehamilan di


Indonesia.Jakarta: Kemenkes RI

Manggopa, R.S. Dkk. 2015.Hubungan Antara Kebiasaan Merokok Dan


Stres DenganKejadian Penyakit Hipertensi Di Desa Tarabitan Kecamatan
Likupang Barat Kabupaten Minahasa Utara .Jurnal Kesehatan
Masyarakat.
v

Manuaba, 2008.Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga


Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Egc.Mardiani, dkk. 2013.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Preeklampsia pada
Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Kecamatan Pasar. Jurnal Ilmiah
Kesehatan, 5(3).

Nanien, 2012.Analisis Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan


Preeclampsia/Eklampsia pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah
Kardinah Kota Tegal Tahun 2011.Skripsi Kesehatan Masyarakat
Universita Indonesia.

Nelawati.dkk. 2014. Faktor-Faktor Risiko yang Berhubungan dengan


Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil di Poli Klinik Obs-Gin Rumah Sakit
Jiwa Prov. Dr. V. L Ratumbuysang Kota Manado. Jurnal Ilmiah Bidan,
2(1).

Notoadmojo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.

Novianti, H. 2016. Pengaruh usia dan paritas terhadap kejadian


preeclampsia di RSUD Sidoarjo. Jurnal Ilmiah Kesehatan,9(1) : 25-31

Nugroho, Taufan, 2012, Patologi Kebidanan, Nuha Medika, Yogyakarta.

Nurwidayanti, L. 2013. Analisis Pengaruh Paparan Asap Rokok Di Rumah


Pada Wanita Terhadap Kejadian Hipertensi. Jurnal Berkala Epidemiologi,
1(2) : 244–253

Oktaviani, Y. 2017. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian


preeclampsia pada ibu bersalin di RSUD Arifin Achmad Provinsi
Riau.JurnalIlmu Kesehatan.; 1(1):31-34.

Prawirohardjo, S. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai