Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Filsafat Umum
“Filsafat Abad Pertengahan, Filsafat Helenisme, Ilmu Pengetahuan dan Agama”
Disusun Oleh:
2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum,wr,wb.
Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan Rahmat,Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Umum, serta disusun
dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin. Namun, kami menyadiri bahwa
dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta
kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan
dari semua yang membaca makalah ini terutama Dosen mata kuliah Filsafat Umum yang kami
harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.
Wa’alaikumsalam Wr.Wb.
A.Sejarah Filsafat pada Abad Pertengahan
Pemikiran-pemikiran filsuf yang muncul pada masa Abad Tengah mempunyai corak
yang berbeda dibandingkan pemikiran-pemikiran filsuf pada masa Yunani Kuno. Pada masa
Yunani Kuno para filsuf berpikir dan menyampaikan pikirannya dengan bebas dalam rangka
mengembangkan pengetahuan dan mencari kebenaran.
Pada masa Abad Tengah pikiran dan hasil pemikiran para filsuf dibatasi oleh dogma atau
agama. Sesuai dengan sistem sosial politik yang berlaku pada waktu itu semua pemikiran dan
hasil karya para filsuf, bahkan juga seniman dan ilmuwan dibatasi dan dibelenggu oleh
kebenaran agama. Artinya bahwa semua karya filsuf, seniman, dan ilmuwan boleh
dipublikasikan asal sesuai dan tidak bertentangan dengan ajaran agama. Bahkan kalau bisa malah
memperkokoh atau melegitimasikan kebenaran ajaran agama. Terkenalah pada masa Abad
Tengah semboyan “ancilla theologia”, artinya semua menjadi abdi agama.
Semua produk kebudayaan manusia (filsafat, seni, dan ilmu) harus mengabdi pada
agama. Bahkan pada tahun 529, ketika kaisar Yustinianus berkuasa, ditutuplah semua sumber
pemikiran filsafat Yunani. Pemikiran bebas para filsuf Yunani dianggap menggangu dan
melemahkan iman. Oleh karenanya, semua sekolah-sekolah filsafat di Athena (termasuk
Academia yang dahulu didirikan oleh Plato) ditutup dan buku-buku karya filsuf-filsuf Yunani
dibakar. Banyak sejarawan menilai bahwa pada masa Abad Tengah kebudayaan dalam arti
sebenarnya tidak berkembang. Kebudayaan dalam arti hasil kemampuan budi manusia yang
bebas, tanpa dibatasi dan diarahkan oleh dogma agama, tidak pernah lahir pada masa abad
tengah. Oleh karenanya, di dalam sejarah kebudayaan Barat, masa Abad Tengah sering dinilai
sebagai The Dark Age (Abad VIII). Bahkan secara ekstrim ada yang menyebut sebagai abad
biadab karena akibat pembelengguan karya budi oleh dogma agama ini manusia tidak memiliki
kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat pada dirinya.
Manusia diperlakukan sebagai objek atau domba yang selalu harus digembalakan. Namun,
sejelek apa pun stigma yang diberikan pada masa abad tengah, kebudayaan dan pemikiran Abad
Tengah juga mempunyai arti dalam perkembangan kebudayaan Barat secara keseluruhan.
Sekalipun arti itu dalam pengertian yang sempit dan terbatas. Dalam perspektif sejarah, masa
Abad Tengah adalah suatu kontinuitas ke periode-periode berikutnya. Demikian pun dalam
perspektif sejarah intelektual. Kalau kebudayaan dan pemikiran abad tengah berorientasi
seluruhnya kepada dogmatisme gereja maka kondisi itu tidak dapat dilepaskan karena adanya
pengaruh sistem sosial politik pada waktu itu, yaitu berlakunya sistem pemerintahan teokratis.
Sistem pemerintahan teokratis tersebut mempunyai ciri seperti berikut :
1. Negara dijalankan berdasar pada dogma agama sehingga kitab suci agama menjadi sumber
hukum bernegara. Pada masa ini kekaisaran Romawi menjadikan kitab suci agama Kristen
menjadi sumber hukum negara.
2. Agama yang kitab sucinya dijadikan sumber hukum bernegara diangkat menjadi agama
negara. Pada masa ini, sejak kaisar Theodosius berkuasa (tahun 379–394), agama Kristen
diangkat menjadi agama resmi negara.
3. Pemimpin negara didominasi oleh tokoh-tokoh agama (ulama). Pada saat ini para pejabat
negara didominasi tokoh gereja. Gereja dengan seluruh aparat-aparat organisasinya secara
otomatis menjadi bagian dari struktur politik atau sistem pemerintahan dalam negara.
Mulai dari pejabat tertinggi dari organisasi gereja, sampai yang terendah, dijadikan
pegawai negara atau pemerintah.
Dalam banyak hal bangsa Romawi, yang menjadi ahli waris peradaban Yunani merupakan
kebalikannya dari bangsa Yunani yang negerinya pada tahun 146 SM telah dimasukkan ke dalam
kerajaan Romawi. Bangsa Yunani mulai sebagai kesatuan nasional yang sadar dan kemudian
runtuh karena terpecah belah, sedangkan Roma mulai dengan keadaan terpecah belah dan
berakhir dengan mempersatukan seluruh peradaban dalam satu kerajaan.
Dengan runtuhnya tata susila penguasa duniawi maka tak dapat dicegah keruntuhan
ketatanegaraan, sebaliknya kekuasaan gereja atau agama kristen berkembang terus dan lama
kelamaan menggantikannya. Kedudukan agama kristen berubah sama sekali, dari semula sebuah
agama yang terlarang, kemudian dikejar-kejar oleh penguasa Romawi untuk dimusnahkan,
akhirnya meningkat ke derajat yang tertinggi menjadi agama negara. Agama kristen menjadi
agama yang harus dianut dan disebarluaskan oleh semua lapisan masyarakat
Hellenisme ditandai dengan fakta bahwa perbatasan berbagai negara dan kebudayaan
terhapus. Ilmu pengetahuan Helenistik pun terpengaruh oleh campuran pengetahuan berbagai
kebudayaan. Kota Alexandria memainkan peranan menentukan di sini sebagai tempat pertemuan
antara Timur dan Barat. Menurut Frederick Mayer, ciri-ciri filsafat Hellenisme di antaranya:
1. Pemisahan antara filsafat dan sains terjadi pada zaman ini; belajar, seperti pada abad ke-
20 ini, menjadi lebih terspesialisasi.
2. Sifat spekulasi mulai dijauhi, perhatian lebih terkonsentrasi pada masalah aplikasi.
Perhatian yang lebih besar adalah pada penemuan mekanika.
3. Athena kehilangan monopoli dalam pengajaran, dan kita menemukan pusat-pusat
pengetahuan yang baru seperti Antakya (Antioch), Rhodes, Perganum dan Alexandria.
4. Filsafat dipopulerkan sehingga memikat peminat yang lebih luas. Ada tendensi
kekurangpedulian terhadap metafisika, diganti dengan perhatian yang lebih besar pada
masalah-masalah sosial.
5. Etika dijadikan perhatian yang dominan. Sekarang yang dipersoalkan ialah bagaimana
manusia dapat mencapai kehidupan yang terbaik; filosof kurang tertarik pada
kosmologi dibandingkan dengan kepada penyelamatan moral.
6. Jiwa filsafat Hellenisme ialah eklektik; usaha-usaha diarahkan untuk mensintesiskan
dan mengharmoniskan pendapat yang berlawanan. Usaha ini sering memperlihatkan
kekurangaslian pemikiran.
7. Muncul filosof yang lebih senang pada riset, tetapi tidak memiliki teori sendiri. Mereka
lebih mementingkan sifat akademis. Jika menjadi pengulas, hanya sedikit keberanian
memberikan Interpretasi.
8. Watak ekstrem muncul. Disatu pihak ekstrim takhayul, dipihak lain muncul ekstrim
skeptis. Dalam etika ditemukan ekstrim skeptisisme, di satu pihak dan asetisisme di
pihak lain.
9. Pada zaman ini filsafat lebih lengket dengan agama dibandingkan dengan pada zaman
Helenis lama (Yunani). Beberapa filosof memberikan penjelasan simbolis dan alegoris
tentang agama.
10. Perspektif filsafat dan sastra semakin pendek. Kurang stabilnya kondisi fisik, diikuti
oleh kurang stabilnya mental, sebagaimana juga terlihat pada abad ke-20
Itulah beberapa ciri zaman filsafat Hellenisme. Yang tak lepas dari pengaruh-pengaruh filosof
sebelumnya sehingga tidak adanya pemikiran yang murni.
C. Ilmu Pengetahuan dan Agama
b. Justinus Martyr
Nama aslinya Justinus, kemudiam nama Martyr diambil dari istilah “orang-orang yang
rela mati hanya untuk kepercayaan”. Menurut pendapatnya, agama Kristen bukan agama baru
karena Kristen lebih tua dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap sebagai awal kedatangan
Kristen. Padahal, Musa hidup sebelum Socrates dan Plato. Socrates dan Plato sendiri sebenarnya
telah menurunkan hikmahnya dngan mmakai hikmah Musa. Selanjutnya dikatakan bahwa
filsafat Yunani ini mengambil dari kitab Yahudi.
Pandangan ini didasarkan bahwa Kristus adalah logos. Dalam mengembangkan aspek
logosn ini orang-oran Yahudi (Socrates, Plato dan Lain-lain) kurang memahami apa yang
terkandung dan memancar dari logosnya, yaitu pencerahan sehingga orangorang Yunani dapat
dikatakan menyimpang dari ajaran murni. Mengapa mereka menyimpang? Karena orang-orang
Yahudi terpengaruh oleh demon atau setan. Demon atau setan tersebut dapat mengubah
pengetahuan yang benar kemudian dipalsukan. Jadi, agama Kristen lebih bermutu dibanding
dengan filsafat Yunani. Demikian pembelaan Justinus Martir.
Memberikan batasan-batasan terhadap ajaran Kristen untuk memprtahankan diri dari otoriter
filsafat Yunani;
Memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan menggunakan filsafat Yunani;
Bagi orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela iman Kristen, dan pemikiran secara
mendalam.
d. Tertullianus (160-222)
Tuhan sudahlah cukup. Tidak ada hubugan antara teologi dengan filsafat, tidak ada hubungan
antara Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani (pusat filsafat), tidak ada hubungan antara
gereja akademi, tidak ada
yang ragu-ragu sebenarnya ia berfikir dan seseorang yang berfikir sesungguhnya ia berada
(eksis). Menurut pendapatnya, daya pemikiran manusia dan batasnya, tetapi pikiran manusia
dapat mencapai kebenaran dan kepastian yang tidak ada batasnya, yang bersifat kekal abadi.
Artinya, akal pikiran manusia dapat berhubungan dengan sesuatu kekayaan yang lebih tinggi.
Akhirnya, ajaran Augustinus berhasil menguasai sepuluh abad dan mempengaruhi pemikiran
Eropa. Perlu diperhatikan bahwa para pemikir Patristik itu sebagai pelopor pemikiran skolastik.
Mengapa ajaran Augustinus sebagai akal dari skolastik dapat mendominan hampir sepuluh abad?
Karena ajarannya lebih bersifat sebagai metode daripada suatu sistem.
Agustinus adalah salah seorang penulis Latin kuno pertama, di kalangan Kristen, dengan
suatu visi yang sangat jelas mengenai antropologi teologis. Ia memandang manusia sebagai satu
kesatuan sempurna dari dua substansi: tubuh dan jiwa. Dalam risalah terakhirnya yang berjudul
Tentang Kepedulian yang Diperlukan bagi Orang Meninggal (De cura pro mortuis gerenda) bab
5, yang ditulisnya pada tahun 420, ia mendesak untuk menghormati jenazah karena tubuh adalah
bagian dari kodrat dasar pribadi manusia.
Jiwa adalah suatu jenis substansi, turut serta dalam akal atau daya pikir, dan layak untuk
berkuasa atas tubuh.Berbeda dengan Plato dan Descartes, Agustinus tidak disibukkan dengan
penelusuran rincian mendetail yang terlalu banyak dalam upaya untuk menjelaskan metafisika
persatuan tubuh-jiwa. Baginya cukup untuk mengakui bahwa ada perbedaan metafisik di antara
keduanya: menjadi seorang manusia berarti menjadi satu gabungan tubuh dan jiwa, dan jiwa
lebih unggul daripada tubuh. Pernyataan yang terakhir itu didasarkan pada klasifikasi
hierarkisnya akan segala hal ke dalam: yang sekadar ada, yang ada dan hidup, serta yang ada,
hidup, dan memiliki akal.
Tokoh-tokohnya :
Ia adalah seorang yang sangat ajaib sekali. Ia menguasai bahasa Yunani dengan amat baik
pada suatu zaman orang banyak hampir tidak mengenal bahasa itu. Juga ia berhasil menyusun
suatu sistem filsafat yang teratur serta mendalam pada suatu zaman ketika orang masih berfikir
hanya dengan mengumpulkan pendapat-pendapat orang lain saja.
Sekalipun demikian ia masih juga dipengaruhi tokoh-tokoh lain, yaitu Augustinus dan Dionisios
dari Aeropagos.
Pemikiran filsafatinya berdasarkan keyakinan Kristiani. Oleh karena itu segala penelitian
dimulai dari iman, sedang wahyu ilahi dipandang sebagai sumber bahan-bahan filsafatnya.
Menurut dia, akal bertugas mengungkapkan arti yang sebenarnya dari bahanbahan filsafatnya
yang digalinya dari wahyu ilahi itu. Hal ini disebabkan karena, menurut dia, wahyu ilahi, karena
kelemahan kita, dituangkan dalam bentuk simbul-simbul. Sekalipun simbul-simbul itu telah
disesuikan dengan akal kita, namun realitas atau isi simbul-simbul itu diungkapkan secara
kurang sempurna. Umpamanya: di dalam Kitab Suci terdapat arti yang bermacam – macam dari
suatu simbul.
Hal ini bermaksud supaya akal didorong mencari arti yang benar. Akibatnya pandangan ini
ialah, bahwa arti yang benar itu ditemukan oleh Johanes dengan jalan penafsiran allegoris atau
kiasan. Pangkal pemikiran metafisis Johanes adalah demikian: Makin umum sifat sesuatu, makin
nyatalah sesuatu itu. Yang paling bersifat umum itulah yang paling nyata. Oleh karena itu zat
yang sifatnya paling umum tentu memiliki realitas yang paling tinggi. Zat yang demikian itu
adalah alam semesta. Alam adalah keseluruhan realitas. Oleh karena itu hakekat alam adalah
satu, esa.
Dilahirkan di Le Pallet (dekat Nantes), di Perancis. Pandangan tajam sekali, akan tetapi
karena kekerasan wataknya sering ia bentrokan dengan para ahli pikir lainnya dan dengan para
pejabat gerejani. Jasa-jasanya terletakdalam pembaharuan metode peikiran dan dalam
memikirkan lebih lanjut persoalan-persoalan dialektis yang aktual. Metode yang dipakai adlah
rasionalistis, yang menundukkan iman kepada akal. Iman harus mau diawali akal. Ang wajib
dipercaya ialah apa yan telah disetujui akal dan telah diterima olehnya. Pandangan ini berbeda
sekali dengan pandangan Anselmus, yang mengemukakan, bahwa berfikir harus dilaksanakan
dalam iman.
Masa ini merupakan kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahum 1200-1300 dan masa ini
juga disebut masaberbunga. Masa itu ditandai dengan munculnya universitasuniversitas dan
ordo-ordo, yang secara bersama-sama ikut menyelenggarakan atau memajukan ilmu
pengetahuan, di samping juga peranan universitas sebagai sumber atau pusat ilmu pengetahuan
dan kebudayaan. Berikut ini beberapa faktor mengapa masa skolistik mencapai pada puncaknya.
• Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12 sehingga
sampai abadke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
• Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Perancis, Universitas inu merupakan
gabungan dari beberpa sekolah. Almamater inilah sebagai awal (embrio) berdirinya
Universitas di Paris, di Oxford, di Mont Pellier, di Cambridge dan lain-lainnya.
• Berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang
terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan
suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan-
kehidupan kerohanian di mana kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peran di bidang
filsafat dan teologi, seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D.Scotus,
William Ocham.
Tokoh-tokohnya :
Di samping sebaga birawan, Albertus mangunus juga dikenal sebagai cendikiawan abad
pertengahan. Ia lahir dengan nama Albert von Bollstadt yang juga dikenal sebagai “doktor
universalis” dan “doktor magnus”, kemudian bernama Albertus mangnus (Albert the Great). Ia
mempunyai kepandaian luar biasa. Di universitas Padua ia belajar artes liberalis, ilmu-ilmu
pengetahuan alam, kedkteran, filsafat Aristoteles, belajar teologi di Bologna, dan masuk ordo
Dominican tahun 1223, kemudia masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan teknologi. Selain
daripada itu ia juga mengantarkan ajaran Aristotelesdi Eropa Barat, yang oleh karenanya telah
membuka keterangan yang baru bagi pemikiran Kristiani terhadap gagasan-gagasan dasar filsafat
Aristoteles. Lebih dari siapa pun ia telah memperkenalkan Aristotles kepada dunia Barat.
Sekalipun demikian ia tetap setia kepada bebrapa dalil Neoplatonisme, bahkan telah memperkuat
pengaruh Neoplatonisme dengan keterangannya yang mengenai ajaran Dionision dan Areopagos.
Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari
Aquinas. Di samping sebagai ahli pikir, ia juga serang dokter gereja bangsa italia. Ia lahir di
Rocca Secca, Napoli, Italia. Ia merupakan tooh terbesar Skolastisisme, salah seorang suci greja
Katolik Romawi dan pendiri aliran yang dinyatakan menjadi filsafat resmi gereja Katolik. Tahun
1245 belajar pada Albertus Magnus. Pada tahun 1259 menjadi guru besar dan penasihat istana
Paus. Karya Thomas Aquinas telah menanadai taraf yang tinggi dari aliran Skolastisisme pada
abad pertengahan. Ia berusaha untuk memebuktikan bahwa iaman Kristen secara penuh dapat
dibenarkan dengan pemikiran logis. Ia telah menerima pemikiran Aristoteles sebagai otoritas
tertinggi tentang pemikirannya yang logis.
Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari Tuhan. Kebenaran diungkapkan
dengan jalan ynag berbeda-beda, sedangkan iman berjalan di luar jangkauan pemikiran. Ia
mengimbau agar orang-orang untuk mengetahui hukum alamiah (pengetahuan) yan terungkap
dalam kepercayaan. Tidak ada kontradiksi antara pemikiran dan iman.
Semua kebenaran mulai timbul secara keutuhan walaupun iman diungkapkan lewat beberapa
kebenaran yan berada di luar kekuatan pikir. Thomas telah menafsirkan pandangan Tuhan
sebagai Tukang Boyong yang tidak berubah dan tidak berhubungan dengan atau tidak
mempunyai pengetahuan tentang kejahatan-kejahatan di dunia. Tuhan tidak pernah menciptakan
dunia, tetapi zat dan pemikirannya tetap abadi.
Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat yang
menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Selain itu, ditandai dengan
pemikiran kefilsafatan yang berkebang ke arah nominalisme, ialah yang berpendapat bahwa
universalisme tidak memberi petunjk tentang aspek yang sma dan yang umum mengenai adanya
sesuatu hal. Pengetia umum hanya momen yang tidak mempunyai nilai-nilai kebenaran yang
objektif. Perkembangan Skolisik yang paling memuncak dicapai pada pertengahan kedua abad
ke-13 dan perempatan pertama abad ke14. Pada abd ke-14 itu makin lama timbullah rasa jemu
terhadap segala macam filsafat yang konstruktip. Sebab orang-orang yang setia kepada
pemikiran yang mebangun menampakkan gejala pembekuan. Timbullah dua kelompok pemikir,
yaitu dari aliran Thomisme dan Scotisme.
Tokoh-tokohnya :
Ia merupakan ahli pikir Inggris yang beraliran skolastik. Karena terlibat dalam pertengkatran
umu denga Paus John XXII, ia dipenjara di Alvignon, tetapi ia dapat melarikan diri dan mencari
perlindungan pada Kaisar Louis IV. Ia menolak ajaran Thomas dan Mendahlilkan bahwa
kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda atu demi satu dan hal-hal yang umum itu hanya
tanda-tanda abstrak. Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-
barang atau kejadian-kejadian individual. Konsep – konsep atau kesimpulan – kesimpulan umum
tentang alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini,
dapat dilalui hanya lewat intuisi, bukan lewat logika. Disamping itu, ia membantah anggapan
skolistik bahwa logika dapat mebuktikan doktrin teologis. Hal ini akan membawa kesulitan
dirinya yang pada waktu itu sebagai penguasanya Paus John XXII.
Ia sebagi tokoh pemikiran yang berada paling akhir masa skolastik. Menurut pendapatnya,
terdapat tiga cara untuk mengena, yaitu lewat indra, akal, dan instuisi.
Dengan indra kita akan mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda berjsad, yang sifatnya
tidak sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak
berdasar pada sajian atau tangkapan indra. Dengan intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan
yang lebih tinggi. hanya dengan intuisi inilah kita akn dapat mempersatukan apa yang oleh akal
tidak dapat dipersatukan.
Manusia seharusnya menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang
seharusnya menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang seharusnya dapat
diketahui. Karena keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja yang dapat diketahui oleh akal.
Dengan intuisi inilah diharapkan akan sampai pada knyataan, yaitu suatu tempat di mana segala
sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu Tuhan.
Pemikran Nicolas ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan,
yang dibuat ke suatu sintesis yang lebih luas. Sintesis ini mengarah ke masa depan, dari
pemikiranya ini tersirat suatu pemikiran para humanis.