Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Filsafat Umum
“Filsafat Abad Pertengahan, Filsafat Helenisme, Ilmu Pengetahuan dan Agama”

DOSEN PENGAMPU : Burhanuddin,S.Pd.I.,M.A.

Disusun Oleh:

1. Muhammad Baihaqi Al Hajj


2. Muhammad Nur Mahdi
3. Muhammad Syarif Hulu
4. Zulmansyah

FAKULTAS EKONOMI BISNIS ISLAM

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

UIN AR-RANIRY BANDA ACEH

2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum,wr,wb.

Puji syukur  senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
limpahan Rahmat,Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang
telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Umum, serta disusun
dengan segala kemampuan kami dan semaksimal mungkin. Namun, kami menyadiri bahwa
dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna dan masih banyak kesalahan serta
kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun makalah ini mohon kritik, saran dan pesan
dari semua yang membaca makalah ini terutama Dosen mata kuliah Filsafat Umum yang kami
harapkan sebagai bahan koreksi untuk kami.
Wa’alaikumsalam Wr.Wb.
A.Sejarah Filsafat pada Abad Pertengahan

Pemikiran-pemikiran filsuf yang muncul pada masa Abad Tengah mempunyai corak
yang berbeda dibandingkan pemikiran-pemikiran filsuf pada masa Yunani Kuno. Pada masa
Yunani Kuno para filsuf berpikir dan menyampaikan pikirannya dengan bebas dalam rangka
mengembangkan pengetahuan dan mencari kebenaran.

Pada masa Abad Tengah pikiran dan hasil pemikiran para filsuf dibatasi oleh dogma atau
agama. Sesuai dengan sistem sosial politik yang berlaku pada waktu itu semua pemikiran dan
hasil karya para filsuf, bahkan juga seniman dan ilmuwan dibatasi dan dibelenggu oleh
kebenaran agama. Artinya bahwa semua karya filsuf, seniman, dan ilmuwan boleh
dipublikasikan asal sesuai dan tidak bertentangan dengan ajaran agama. Bahkan kalau bisa malah
memperkokoh atau melegitimasikan kebenaran ajaran agama. Terkenalah pada masa Abad
Tengah semboyan “ancilla theologia”, artinya semua menjadi abdi agama.

Semua produk kebudayaan manusia (filsafat, seni, dan ilmu) harus mengabdi pada
agama. Bahkan pada tahun 529, ketika kaisar Yustinianus berkuasa, ditutuplah semua sumber
pemikiran filsafat Yunani. Pemikiran bebas para filsuf Yunani dianggap menggangu dan
melemahkan iman. Oleh karenanya, semua sekolah-sekolah filsafat di Athena (termasuk
Academia yang dahulu didirikan oleh Plato) ditutup dan buku-buku karya filsuf-filsuf Yunani
dibakar. Banyak sejarawan menilai bahwa pada masa Abad Tengah kebudayaan dalam arti
sebenarnya tidak berkembang. Kebudayaan dalam arti hasil kemampuan budi manusia yang
bebas, tanpa dibatasi dan diarahkan oleh dogma agama, tidak pernah lahir pada masa abad
tengah. Oleh karenanya, di dalam sejarah kebudayaan Barat, masa Abad Tengah sering dinilai
sebagai The Dark Age (Abad VIII). Bahkan secara ekstrim ada yang menyebut sebagai abad
biadab karena akibat pembelengguan karya budi oleh dogma agama ini manusia tidak memiliki
kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat pada dirinya.
Manusia diperlakukan sebagai objek atau domba yang selalu harus digembalakan. Namun,
sejelek apa pun stigma yang diberikan pada masa abad tengah, kebudayaan dan pemikiran Abad
Tengah juga mempunyai arti dalam perkembangan kebudayaan Barat secara keseluruhan.
Sekalipun arti itu dalam pengertian yang sempit dan terbatas. Dalam perspektif sejarah, masa
Abad Tengah adalah suatu kontinuitas ke periode-periode berikutnya. Demikian pun dalam
perspektif sejarah intelektual. Kalau kebudayaan dan pemikiran abad tengah berorientasi
seluruhnya kepada dogmatisme gereja maka kondisi itu tidak dapat dilepaskan karena adanya
pengaruh sistem sosial politik pada waktu itu, yaitu berlakunya sistem pemerintahan teokratis.
Sistem pemerintahan teokratis tersebut mempunyai ciri seperti berikut :
1. Negara dijalankan berdasar pada dogma agama sehingga kitab suci agama menjadi sumber
hukum bernegara. Pada masa ini kekaisaran Romawi menjadikan kitab suci agama Kristen
menjadi sumber hukum negara.
2. Agama yang kitab sucinya dijadikan sumber hukum bernegara diangkat menjadi agama
negara. Pada masa ini, sejak kaisar Theodosius berkuasa (tahun 379–394), agama Kristen
diangkat menjadi agama resmi negara.
3. Pemimpin negara didominasi oleh tokoh-tokoh agama (ulama). Pada saat ini para pejabat
negara didominasi tokoh gereja. Gereja dengan seluruh aparat-aparat organisasinya secara
otomatis menjadi bagian dari struktur politik atau sistem pemerintahan dalam negara.
Mulai dari pejabat tertinggi dari organisasi gereja, sampai yang terendah, dijadikan
pegawai negara atau pemerintah.

Untuk mempermudah memahami pemikiran-pemikiran filsuf abad tengah, perlu kiranya


sedikit diberikan ilustrasi dinamika sosial politik di Barat sebagai pengaruh yang menentukan
dinamika pemikirannya, sebagai berikut: Secara kultural, Yunani dan budaya hellenistiknya
diakui sebagai akar dari kebudayaan Barat. Namun, pada tahun 474 SM bangsa Romawi merebut
kekuasaan Yunani dan mendirikan Republik Roma. Bahkan sampai dengan tahun 146 SM
mereka telah menguasai seluruh Mediteranian. Kemampuan bangsa Romawi sangat
mengagumkan sehingga kerajaan Romawi berkembang pesat. Kerajaan Romawi, meliputi daerah
dari yang sekarang dikenal sebagai Turki di bagian timur sampai ke Spanyol di bagian barat.
Kerajaan itu demikian luas sehingga harus dibagi menjadi dua bagian administratif. Bagian timur
berpusat di Konstantinopel dan bagian barat berpusat di Roma.

Dalam banyak hal bangsa Romawi, yang menjadi ahli waris peradaban Yunani merupakan
kebalikannya dari bangsa Yunani yang negerinya pada tahun 146 SM telah dimasukkan ke dalam
kerajaan Romawi. Bangsa Yunani mulai sebagai kesatuan nasional yang sadar dan kemudian
runtuh karena terpecah belah, sedangkan Roma mulai dengan keadaan terpecah belah dan
berakhir dengan mempersatukan seluruh peradaban dalam satu kerajaan.

Di bawah pemerintahan Diocletianus (284–305) Romawi menjadi Monarki yang mutlak


atau kekaisaran. Kesewenang-wenangan merajalela. Kekuasaan negara terapung-apung di atas
kekuatan tentara dan laskar-laskar saja. Terjadi pengejaran-pengejaran terhadap kaum kristiani.
Mulai saat ini terjadilah ketegangan di antara dua pusat kekuasaan, yaitu Kaisar yang mewakili
kekuasaan negara dan Paus yang mewakili kekuasaan gereja. Paus adalah penguasa rohaniah dari
kesatuan kaum kristiani, sedangkan kaisar adalah penguasa duniawi dari kekaisaran Romawi.
Ketegangan dan perang pengaruh antara Kaisar dan Paus, negara dan gereja, akhirnya lambat
laun dimenangkan oleh Paus (gereja). Hal ini bisa dipahami karena kekuasaan duniawi yang
mutlak memunculkan banyaknya penyalahgunaan kekuasaan oleh para kaisar dan rusaknya
akhlak penguasa dalam memegang pemerintahan negara.

Dengan runtuhnya tata susila penguasa duniawi maka tak dapat dicegah keruntuhan
ketatanegaraan, sebaliknya kekuasaan gereja atau agama kristen berkembang terus dan lama
kelamaan menggantikannya. Kedudukan agama kristen berubah sama sekali, dari semula sebuah
agama yang terlarang, kemudian dikejar-kejar oleh penguasa Romawi untuk dimusnahkan,
akhirnya meningkat ke derajat yang tertinggi menjadi agama negara. Agama kristen menjadi
agama yang harus dianut dan disebarluaskan oleh semua lapisan masyarakat

Beberapa pemikiran filsafat di abad pertengahan :


 Prinsip Dasar Pemikiran St. Augustine, sesuai dengan jiwa zamannya, pengaruh ajaran Plato
digunakan sebagai legitimasi terhadap sistem yang berlaku. Seluruh pemikiran Agustinus
diarahkan menuju Tuhan. Baginya, Kristen adalah sumber kebenaran. Perlu kejelasan apakah
kebenaran tersebut hanya dapat diwahyukan dengan iman atau apakah kebenaran itu juga
dapat ditemukan dengan rasio. Rasio dan iman, menurut Agustinus, tidak dapat dipisahkan.
Rasio diletakkan dalam iman dan dalam iman diletakkan rasio. Dengan demikian,
pengetahuan dan iman beriringan pada jalan yang sama, jalan menuju Tuhan. Pemikiran yang
terkenal dari Agustinus dalam termuat karya besarnya, yang berjudul “De Civitate Dei” atau
Tentang Negara Tuhan. Buku ini merupakan pembelaan terhadap agama Kristen dan suatu
polemik dengan kaum tak beragama. Dalam karya ini, Agustinus memberikan gambaran
adanya dua kota atau negara, yaitu di satu pihak Civitas Dei (Negara Tuhan) dan di lain
pihak ada Civitas Terrena atau Diaboli (Negara Duniawi atau Negara Iblis). Negara Tuhan
adalah negara yang sempurna, yang ideal sehingga dipuji oleh Agustinus. Negara duniawi
adalah negara yang serba kekurangan, yang brengsek sehingga ditolaknya. Negara Tuhan
bukanlah negara dari dunia ini dan ada di dunia ini, namun semangatnya bisa dimiliki
sebagian dan diusahakan oleh beberapa orang di dunia ini untuk mencapainya. Agustinus
memandang gereja sebagai bayangan dari Civitas Dei di dunia ini, meliputi seluruh dunia.
 Prinsip Dasar Pemikiran Thomas Aquinas. Banyak ahli sejarah filsafat berpendapat, bahwa
pemikiran filsafat Abad Tengah berpuncak pada pemikiran Thomas Aquinas. Namun, ini
tidak berarti bahwa ia hanya membatasi diri pada bidang filsafat saja. Sesuai jiwa dan
tuntutan zaman itu maka semua pemikirannya harus diarahkan dan diabdikan pada teologi.
Thomas Aquinas memang mengakui otonomi filsafat, tetapi dalam karya-karyanya berusaha
mensintesiskan dengan teologi. Karya besar dari Thomas Aquinas, yang dianggap karya-
karya terpenting dari seluruh kesusastraan kristiani adalah “Summa Contra Gentiles” atau
Ikhtisar Melawan Orang-Orang Kafir dan “Summa Theologiae” atau Ikhtisar Teologi. Bagi
Thomas Aquinas, pemikiran filsafat, yang kedudukannya diletakkan di bawah teologi, diberi
tugas untuk mendamaikan pertentangan antara kebenaran pewahyuan dan wawasan
kefilsafatan. Tujuannya adalah untuk menghilangkan semua keberatan terhadap kebenaran
pewahyuan dan memberikan dasar rasional terhadap ajaran Kristen. Dalam ajaran teologinya,
Thomas Aquinas meyakini bahwa rasio manusia mempunyai kemampuan mengenal Allah.
Namun, adanya Allah tidak dapat dikenal secara langsung, melainkan hanya melalui
ciptaanciptaan-Nya. Pembuktian kosmologis, yang bersumber dari ajaran Aristoteles,
digunakan untuk mempertegas kebenaran tentang adanya Allah. Pembuktian kosmologis
bertitik tolak dari adanya gerak dan perubahan dalam dunia jasmani. Setiap gerak dan
perubahan pastilah mempunyai sebabnya. Namun, di dalam mencari sebab tadi, kita tidak
dapat terusmenerus sampai tidak terhingga. Oleh karenanya, kita harus menerima dan
mengakui adanya penyebab pertama yang tidak dipersebabkan oleh yang lain (causa prima)
atau penggerak pertama yang tidak disebabkan oleh gerak yang lain (The first mover atau
Unmoved mover). Penyebab atau penggerak pertama itu adalah Allah.
Filsafat Abad Pertengahan pada dasarnya berisikan penyatuan filsafat dan teologi karena
filsafat mendasarkan diri pada ajaran Kristen, di mana pemikiran rasional dijadikan landasan
demi meneguhkan iman. Demikianlah, salah satu tema utama filsafat Abad Pertengahan adalah
pertanyaan tentang hubungan antara iman dan ilmu serta usaha dalam rangka mengatasi
perbedaan yang tampaknya tidak dapat didamaikan antara kebenaran wahyu dan perenungan
filsafat. 700 SM) bertumpang-tindih denganPeriode pertama (sekitar 200 masa Kuna akhir.
Representasi yang penting periode ini adalah St. Augustinus, beliau meletakkan landasan bagi
keseluruhan filsafat abad pertengahan. Ajaran teologis dan filsafat Eropa Barat Abad
Pertengahan disebut Skolastikisme (berasal dari kata Latin schola, berarti sekolah). Istilah
tersebut juga mengacu pada cara bagaimana berbagai kebenaran iman dijelaskan dengan
mempraktikkan “metode Skolastik” di kalangan biara. Perkembangan Skolastikisme berlangsung
dalam tiga tahapan. 1200 M), ditandaiTahap pertama, Skolastikisme Awal (sekitar 800 dengan
kemunculan metode skolastik dan perjumpaan pertama kali dengan karya Aristoteles. Tahap
kedua, periode Skolastikisme Puncak 1300) yang dipandang sebagai zaman keemasan
dari(sekitar 1150 gerakan ini. Periode itu ditandai dengan penemuan sisa-sisa berbagai karya
Aristoteles serta usaha untuk menyatukan filsafat Aristotelian dengan ajaran Kristen (oleh St.
Thomas Aquinas). Perlu ditambahkan bahwa pada masa itu terjadi perjumpaan dengan filsafat
Arab. Tahap 1400 M) yang menandaiketiga, Skolastikisme Akhir (sekitar 1300 masa
kemunduran. Di antara isu-isu inti filsafat Abad Pertengahan adalah masalah universalia.
Masalah ini berkaitan dengan apakah term-term umum itu mempunyai realitas atau hanyalah
konstruksi dari pikiran dan bahasa RANGKUMAN BING4324/MODUL 1 1.25 belaka? Penting
dicatat di sini bahwa perkembangan Skolastikisme adalah menjadi peletak landasan pendirian
Universitas (pada abad ke-12), yang berkembang pesat menjadi pusat kehidupan intelektual.
B.Filsafat Hellenisme
Masa kejatuhan filsafat Yunani ditandai dengan wafatnya Aristoteles sekitar abad 322
SM. Hal ini disebabkan terjadinya kekosongan filosof pada masa itu. Ditambah lagi Alexander
The Great atau Iskandar Agung menginginkan penyatuan daerah-daerah yang dikuasainya.
Meskipun ia juga salah seorang murid dari Aristoteles, tetapi ia memilih jalan yang berbeda
dengan gurunya. Konsekuensi logis dari cita-cita tersebut ialah terjadinya saling mempengaruhi
antara budaya Yunani dengan daerah-daerah di Asia minor. Sehingga kelak muncul istilah
“hellenizein” yang merujuk pada orang-orang yang berbicara atau berkelakuan seperti orang
Yunani. Sedangkan ahli sejarah Jerman lebih suka memakai kata “Hellenismus”. Asal-usul
Hellenisme merupakan zaman peralihan dari Yunani Kuno ke abad pertengahan sebelum
masuknya agama Kristen. Zaman dimana jatuhnya peradaban Yunani. Istilah Hellenisme adalah
istilah modern yang diambil dari bahsa Yunani kuno hellenizein, yang berarti berbicara atau
berkelakuan seperti orang Yunani. Dalam pengertian yang lebih luas, Hellenisme adalah istilah
yang merujuk pada kebudayaan yang merupakan gabungan antara budaya Yunani dan budaya
Asia kecil, Syria, Mesopotamia, dan Mesir yang lebih tua. Seseorang dikatakan Hellen bila ia
berbicara dan berkelakuan seperti orang Yunani dimanapu ia berada. Istilah “Hellenisme”
pertama kali diperkenalkan oleh ahli sejarah dari Jerman, J. G. Droysen. Ia menggunakan
perkataan “Hellenismus” sebagai sebutan untuk masa yang dianggapnya sebagai periode
peralihan antara Yunani Kuno dan dunia Kristen. Droysen lupa akan peranan Roma dalam
agama Kristen (dan membatasi seolah-olah hanya Yunani saja yang berperan). Namun ia diakui
telah berhasil mengidentifikasi suatu kenyataan sejarah yang amat penting. Biasanya disebut
zaman Hellenik yang merupakan peralihan dari masa sejak tahun 323 sampai 30 SM atau dari
saat kematian Iskandar Agung sampai penggabungan Mesir ke dalam kekaisaran RomawiSebab
dalam periode itu muncul banyak kerajaan di sekitar Laut Tengah, khususnya pesisir timur dan
selatan seperti Syria dan Mesir, yang diperintah oleh bangsa Makedonia dari Yunani. Akibatnya,
mereka ini membawa berbagai perubahan besar dalam banyak bidang di kawasan itu, antara lain
bahasa (daerah-daerah itu didominasi Bahasa Yunani) dan pemikiran (ilmu pengetahuan Yunani,
terutama fi lsafat-nya, diserap oleh daerah-daerah itu melalui berbagai cara). Berbeda dengan
Droysen, beberapa ahli sejarah, seperti Bernad Lewis dan Philip K. Hitti, menggunakan istilah
“Hellenisme” sebagai sebutan untuk adopsi peradaban Yunani, baik peradaban Yunani kuno
maupun peradaban Yunani pada masa sesudah meninggalnya Alexander Agung sampai
berkuasanya Romawi terhadap wilayah bekas kekuasaan Alexander Agung. Peradaban
Hellenisme dapat dibedakan atas peradaban Hellenis dan Hellenistik, yang berasal kata
“Hellene”artinya Greek atau Yunani. Hellenis adalah peradaban Yunani Kuno mulai 776 S.M.
Sampai meninggalnya Alexander Agung pada 323 S.M. Sedangkan Hellenistik adalah peradaban
Yunani pada masa sejak meninggalnya Alexander Agung sampai berkuasanya Romawi atas
wilayah-wilayah Hellenistik.  Pada zaman ini tidak ada filosof baru yang naik panggung. Tidak
ada filsafat yang murni dan kebanyakan masih terpengaruh oleh pemikiran Socrates, Plato dan
Aristoteles. Pembicaraan pada zaman Hellenisme pada dasarnya terkait masalah-masalah agama,
filsafat, dan Ilmu pengetahuan.
Ciri-Ciri Zaman Hellenisme

Hellenisme ditandai dengan fakta bahwa perbatasan berbagai negara dan kebudayaan
terhapus. Ilmu pengetahuan Helenistik pun terpengaruh oleh campuran pengetahuan berbagai
kebudayaan. Kota Alexandria memainkan peranan menentukan di sini sebagai tempat pertemuan
antara Timur dan Barat. Menurut Frederick Mayer, ciri-ciri filsafat Hellenisme di antaranya:

1. Pemisahan antara filsafat dan sains terjadi pada zaman ini; belajar, seperti pada abad ke-
20 ini, menjadi lebih terspesialisasi.
2. Sifat spekulasi mulai dijauhi, perhatian lebih terkonsentrasi pada masalah aplikasi.
Perhatian yang lebih besar adalah pada penemuan mekanika.
3. Athena kehilangan monopoli dalam pengajaran, dan kita menemukan pusat-pusat
pengetahuan yang baru seperti Antakya (Antioch), Rhodes, Perganum dan Alexandria.
4. Filsafat dipopulerkan sehingga memikat peminat yang lebih luas. Ada tendensi
kekurangpedulian terhadap metafisika, diganti dengan perhatian yang lebih besar pada
masalah-masalah sosial.
5. Etika dijadikan perhatian yang dominan. Sekarang yang dipersoalkan ialah bagaimana
manusia dapat mencapai kehidupan yang terbaik; filosof kurang tertarik pada
kosmologi dibandingkan dengan kepada penyelamatan moral.
6. Jiwa filsafat Hellenisme ialah eklektik; usaha-usaha diarahkan untuk mensintesiskan
dan mengharmoniskan pendapat yang berlawanan. Usaha ini sering memperlihatkan
kekurangaslian pemikiran.
7. Muncul filosof yang lebih senang pada riset, tetapi tidak memiliki teori sendiri. Mereka
lebih mementingkan sifat akademis. Jika menjadi pengulas, hanya sedikit keberanian
memberikan Interpretasi.
8. Watak ekstrem muncul. Disatu pihak ekstrim takhayul, dipihak lain muncul ekstrim
skeptis. Dalam etika ditemukan ekstrim skeptisisme, di satu pihak dan asetisisme di
pihak lain.
9. Pada zaman ini filsafat lebih lengket dengan agama dibandingkan dengan pada zaman
Helenis lama (Yunani). Beberapa filosof memberikan penjelasan simbolis dan alegoris
tentang agama.
10. Perspektif filsafat dan sastra semakin pendek. Kurang stabilnya kondisi fisik, diikuti
oleh kurang stabilnya mental, sebagaimana juga terlihat pada abad ke-20

Itulah beberapa ciri zaman filsafat Hellenisme. Yang tak lepas dari pengaruh-pengaruh filosof
sebelumnya sehingga tidak adanya pemikiran yang murni.
C. Ilmu Pengetahuan dan Agama

1.Masa Patristik (Agama)


Istilah pratistik berasal dari kata Latin pater atau bapak, yang artinya para pemimpin
gereja. Para pemimpin gereja ini dipilih dari golongan atas dan atau golongan ahli pikir. Dari
golongan ahli pikir inilah menimbulkan sikap yang beragam pemikirannya. Mereka ada yang
menolak filsafat Yunani dan ada yag menerimanya. Bagi mereka yang menolak, alasanya karena
beranggapan bahwa sudah mempuyai sumber kebenaranyaitu firman Tuhan, an tidak dibenarkan
apabila mencari sumber kebenaran yang lain seperti dari filsafat Yunani.
Bagi mereka yang yang menerima sebagai alasannya beranggapan bahwa walaupun telah
ada sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, tetapi tidak ada jeleknya menggunakan filsafat
Yunani hanya diambil metodosnya saja (tata cara berfikir). Juga, walaupun filsafat Yunani
sebagai kebenaran manusia, tetapi manusia juga sebagai ciptaan Tuhan. Jadi, mereka/menerima
filsafat Yunani diperbolehkan selama dalam hal-hal tertentu tidak bertentagan dengan agama.
Perbedaan pendapat tersebut berkelanjutan, sehingga orang-orang yang menerima filsafat
Yunani menuduh bahwameeka (orang-orang Kristen yang menolak filsafat Yunani) itu menarik.
Kemudian, orang-orang yang dituduh munafik tersebut menyangkal, bahwa tuduhan tersebut
dianggap fitnah. Dan pembelaan dari orang-orang yang menolak filsafat Yunani mngatakan
bahwa dirinyalah yang bena-benar hidup sejalan dengan Tuhan.

b. Justinus Martyr
Nama aslinya Justinus, kemudiam nama Martyr diambil dari istilah “orang-orang yang
rela mati hanya untuk kepercayaan”. Menurut pendapatnya, agama Kristen bukan agama baru
karena Kristen lebih tua dari filsafat Yunani, dan Nabi Musa dianggap sebagai awal kedatangan
Kristen. Padahal, Musa hidup sebelum Socrates dan Plato. Socrates dan Plato sendiri sebenarnya
telah menurunkan hikmahnya dngan mmakai hikmah Musa. Selanjutnya dikatakan bahwa
filsafat Yunani ini mengambil dari kitab Yahudi.

Pandangan ini didasarkan bahwa Kristus adalah logos. Dalam mengembangkan aspek
logosn ini orang-oran Yahudi (Socrates, Plato dan Lain-lain) kurang memahami apa yang
terkandung dan memancar dari logosnya, yaitu pencerahan sehingga orangorang Yunani dapat
dikatakan menyimpang dari ajaran murni. Mengapa mereka menyimpang? Karena orang-orang
Yahudi terpengaruh oleh demon atau setan. Demon atau setan tersebut dapat mengubah
pengetahuan yang benar kemudian dipalsukan. Jadi, agama Kristen lebih bermutu dibanding
dengan filsafat Yunani. Demikian pembelaan Justinus Martir.

c. Klemens ( 150 – 215 )


Ia juga termaksud pembela Kristen, tetapi ia tidak membenci filsafat Yunani. Pokokpokok
pikirannya adalah sebagai berikut:

Memberikan batasan-batasan terhadap ajaran Kristen untuk memprtahankan diri dari otoriter
filsafat Yunani;

Memerangi ajaran yang anti terhadap Kristen dengan menggunakan filsafat Yunani;

Bagi orang Kristen, filsafat dapat dipakai untuk membela iman Kristen, dan pemikiran secara
mendalam.

d. Tertullianus (160-222)

Ia dilahirkan bukan dari keluarga Kristen, tetapi setelah melaksanakan pertobatan ia


menjadi gigih membela Kristen secara fanatik. Ia menolak khadiran filsafat Yunani karena
filsafat dianggap sesuatu yang tidak perlu. Baginya berpendapat, bahwa wahyu

Tuhan sudahlah cukup. Tidak ada hubugan antara teologi dengan filsafat, tidak ada hubungan
antara Yerussalem (pusat agama) dengan Yunani (pusat filsafat), tidak ada hubungan antara
gereja akademi, tidak ada

Hubungan antara Kristen dengan penemuan baru. Selanjutnya ia megatakan bahwa


dibanding dengan cahaya Ktisten, segala yang dikatakan oleh para filosof Yunani dianggap tidak
penting. Apa yang dikatakan oleh para filosof Yunani tentang kebenaran pada hakikatnya
sebagai kutipan dari kitab Suci. Akan tetapi karena kebodohan para filosof, kebenaran kitab suci
tersebut dihapuskan. Akan tetapi lama-kelamaan, Tertullianus akhirnya menerima juga filsafat
Yunani sebagai cara berfikir yang rasional. Alasanya bagaimanapun juga berfikir yang rasional
diperlukan sekali. Pada saat itu, karena pemikiran filsafat yang diharapkan tidak dibakukan,, saat
itu filsafat hanya mengajarkan pemikiran-pemikiran ahli pikir Yunani saja, sehingga, akhirnya
Tertullianus melihat filsafat hanya demensi praktisnya saja, dan ia menerima filsafat sebagai cara
atau metode berfikir untuk memikirkan kebenaran-kebenaran Tuhan beserta sifat-sifatnya.

e. Augustinus (354 – 430)

Sejak mudanya ia telah mempelajari bermacam-macam aliran filsafat, antara lain


Plantoniasme dan Skeptisisme. Ia telah diakui keberhasilannya dalam membentuk filsafat
Kristen yang berpengaruh besar dalam filsafat abad pertengahan sehingga ia dijuluki sebagai
guru skolistik yang Sejati. Ia seorang tokoh besar di bidanf teologi dan filsafat. Setelah
mempelajari aliran Skeptisisme, ia kemudia tidak menyetujui atau menyukainya, karena di
dalamnya terdapat pertentangan batiniah. Orang dapat meragukan segalanya, tetapi orang tidak
dapat meragukan bahwa ia ragu-ragu.

yang ragu-ragu sebenarnya ia berfikir dan seseorang yang berfikir sesungguhnya ia berada
(eksis). Menurut pendapatnya, daya pemikiran manusia dan batasnya, tetapi pikiran manusia
dapat mencapai kebenaran dan kepastian yang tidak ada batasnya, yang bersifat kekal abadi.
Artinya, akal pikiran manusia dapat berhubungan dengan sesuatu kekayaan yang lebih tinggi.

Akhirnya, ajaran Augustinus berhasil menguasai sepuluh abad dan mempengaruhi pemikiran
Eropa. Perlu diperhatikan bahwa para pemikir Patristik itu sebagai pelopor pemikiran skolastik.
Mengapa ajaran Augustinus sebagai akal dari skolastik dapat mendominan hampir sepuluh abad?
Karena ajarannya lebih bersifat sebagai metode daripada suatu sistem.

Agustinus adalah salah seorang penulis Latin kuno pertama, di kalangan Kristen, dengan
suatu visi yang sangat jelas mengenai antropologi teologis. Ia memandang manusia sebagai satu
kesatuan sempurna dari dua substansi: tubuh dan jiwa. Dalam risalah terakhirnya yang berjudul
Tentang Kepedulian yang Diperlukan bagi Orang Meninggal (De cura pro mortuis gerenda) bab
5, yang ditulisnya pada tahun 420, ia mendesak untuk menghormati jenazah karena tubuh adalah
bagian dari kodrat dasar pribadi manusia.

Figur favorit Agustinus untuk mendeskripsikan kesatuan tubuhjiwa adalah perkawinan:


"tubuhmu adalah istrimu" (caro tua, coniunx tua).Pada awal mula, kedua elemen tersebut berada
dalam keselarasan yang sempurna. Setelah jatuhnya umat manusia, tubuh dan jiwa mengalami
pertempuran dramatis antara satu dengan yang lainnya. Keduanya merupakan 2 hal yang berbeda
secara kategoris. Tubuh adalah sebuah objek 3 dimensi yang terdiri dari 4 elemen, sedangkan
jiwa tidak memiliki dimensi spasial (ruang).

Jiwa adalah suatu jenis substansi, turut serta dalam akal atau daya pikir, dan layak untuk
berkuasa atas tubuh.Berbeda dengan Plato dan Descartes, Agustinus tidak disibukkan dengan
penelusuran rincian mendetail yang terlalu banyak dalam upaya untuk menjelaskan metafisika
persatuan tubuh-jiwa. Baginya cukup untuk mengakui bahwa ada perbedaan metafisik di antara
keduanya: menjadi seorang manusia berarti menjadi satu gabungan tubuh dan jiwa, dan jiwa
lebih unggul daripada tubuh. Pernyataan yang terakhir itu didasarkan pada klasifikasi
hierarkisnya akan segala hal ke dalam: yang sekadar ada, yang ada dan hidup, serta yang ada,
hidup, dan memiliki akal.

2.Masa Skolastik (Ilmu)


Istilah Skolatik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah. Jadi,
skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan skolastik merupakan corak
khas dari sejarah filsafat abad pertengahan. Terdapat beberapa penegrtian dari cork khas
Skolatik, sebagai berikut;
• Filsafat Skolatik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama. Skolatik ini
sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.
• Filsafat Skolatik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat yang rasional
memecahkan persoalan-persoalan mengenai berfikir, sifat ada, kejasmanian, kehormatan,
baik buruk. Dari rumusan tersebut kemudian muncul istilah skolastik Yahudi, skolastik
Arab dan lain-lainnya.
• Filsafat Skolastik adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran enegetahuan alam
kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintesis yang lebih tinggi anatar kepercayaan
dan akal.
• Filsafat Skolastik adalah filsafat Nasrani karena banyak diperngaruhi leh ajaran gereja.
Faktor Skolastik ini dapat berkambang dan tumbuh karena beberapa faktor, diantaranya
faktor Religius dan fakktor Ilmu Pengetahuan.
A.Skolastik Awal (800-1200)
Sejak abad ke-5 hingga ke-8 Masehi, pemikiran filsafat Patristik mulai merosot, terlebih lagi
pada abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau. Hal ini disebabkan pada saat itu terjadi serangan
terhadap Romawi sehingga kerajaan Romawi beserta peradabannya ikut runtuh yang telah
dibangun selama berabad-abad.
Baru pada abad ke-8 Masehi, kekuasaan berada di bawah Karel Agung (742 – 814) dapat
memberika suasana ketenangan dalam bidang politik, kebudayaan, dan ilmu pegetahuan,
termaksud kehidupan manusia serta pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai
adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan kecermelangan abad pertengahan, di
mana arah pemikiran berbeda sekali dengan sebelumnya.

Tokoh-tokohnya :

1. Peter Abaelardus (1079 – 1180)

Ia dilahirkan di Le Pallet, Perancis. Ia mempunyai kepribadian yang keras dan


pandangannya sangat tajam sehingga sering kali bertengkar engan para ahli pikir dan pejabat
gereja. Ia termaksud orang konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra romantik, sekaligus
sebagai rasionalistik, artiya peranan akal dapat menundukkan kekuatan iamn. Iman harus mau
didahului akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah disetujui atau dapat diterima oleh
akal.
Berbeda dengan Anselmus yang mengatakan bahwa berfikir harus sejalan sengan man.
Aberlardus memberikan alasan bahwa berfikir itu berada di luar iman (di lur kepercayaan).
Karena itu berfikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri. Hal ini sesuai dengan metode
dialektika yang tanpa ragu-ragu ditunjukkan dalam teologi, yaitu bhwa teologi harus
memberikan tempat bagi semua bukti-bukt. Dengan demikian, dalam teologi itu iman hampr
kehilangan tempat. Ia mencontohkan, seperti ajaran Trinitas juga berdasarkan pada bukti-bukti,
termaksud bukti dalam wahyu Tuhan.

2. Scotus Eriugena (815 – 870)

Ia adalah seorang yang sangat ajaib sekali. Ia menguasai bahasa Yunani dengan amat baik
pada suatu zaman orang banyak hampir tidak mengenal bahasa itu. Juga ia berhasil menyusun
suatu sistem filsafat yang teratur serta mendalam pada suatu zaman ketika orang masih berfikir
hanya dengan mengumpulkan pendapat-pendapat orang lain saja.
Sekalipun demikian ia masih juga dipengaruhi tokoh-tokoh lain, yaitu Augustinus dan Dionisios
dari Aeropagos.
Pemikiran filsafatinya berdasarkan keyakinan Kristiani. Oleh karena itu segala penelitian
dimulai dari iman, sedang wahyu ilahi dipandang sebagai sumber bahan-bahan filsafatnya.
Menurut dia, akal bertugas mengungkapkan arti yang sebenarnya dari bahanbahan filsafatnya
yang digalinya dari wahyu ilahi itu. Hal ini disebabkan karena, menurut dia, wahyu ilahi, karena
kelemahan kita, dituangkan dalam bentuk simbul-simbul. Sekalipun simbul-simbul itu telah
disesuikan dengan akal kita, namun realitas atau isi simbul-simbul itu diungkapkan secara
kurang sempurna. Umpamanya: di dalam Kitab Suci terdapat arti yang bermacam – macam dari
suatu simbul.
Hal ini bermaksud supaya akal didorong mencari arti yang benar. Akibatnya pandangan ini
ialah, bahwa arti yang benar itu ditemukan oleh Johanes dengan jalan penafsiran allegoris atau
kiasan. Pangkal pemikiran metafisis Johanes adalah demikian: Makin umum sifat sesuatu, makin
nyatalah sesuatu itu. Yang paling bersifat umum itulah yang paling nyata. Oleh karena itu zat
yang sifatnya paling umum tentu memiliki realitas yang paling tinggi. Zat yang demikian itu
adalah alam semesta. Alam adalah keseluruhan realitas. Oleh karena itu hakekat alam adalah
satu, esa.

3.Anselmus dari canterbury (1033 – 1109)

Dilahirkan di Aosta, Piemont, yang kemudian menjadi uskup di Canterbury. Sekalipun


sebagian karyanya di tulis pada abad ke-11, akan tetapi karena karya – karyanya itu besar sekali
pengaruhnya atas pemikiran Skolastik, maka tiada keberatan untuk untuk membicarakan tokoh
ini sebagai termaksud tokoh abad ke-12. Dapat katakan bahwa ia adalah Skolastikus pertama
dalam arti yang sebenarnya. Di antara karya – karyanya yang penting adalah “Cur deus homo”
(Mengapa Allah menjadi manusia), Monologion, Proslogion, dll. Pemilam artkiran dialektika,
atau pemikiran dengan akal, diterima sepenuhnya bagi pemikiran teologia. Akan tetapi bukan
dalam arti bahwa hanya akallah yang dapat memimpin orang kepada kepercayaan, melainkan
bahwa orang harus percaya dahulu supaya dapat mendapatkan penegrtian yang benar akan
kebenaran. Pandangan yang demikian ini ternyata menguasai panangan orang pada abadabad
berikutnya, terlebih-lebih para pemikir yang bergerak ke jurusan pemikiran Neoplatonisme dan
mistik.

4. Abaelardus (1079 – 1142)

Dilahirkan di Le Pallet (dekat Nantes), di Perancis. Pandangan tajam sekali, akan tetapi
karena kekerasan wataknya sering ia bentrokan dengan para ahli pikir lainnya dan dengan para
pejabat gerejani. Jasa-jasanya terletakdalam pembaharuan metode peikiran dan dalam
memikirkan lebih lanjut persoalan-persoalan dialektis yang aktual. Metode yang dipakai adlah
rasionalistis, yang menundukkan iman kepada akal. Iman harus mau diawali akal. Ang wajib
dipercaya ialah apa yan telah disetujui akal dan telah diterima olehnya. Pandangan ini berbeda
sekali dengan pandangan Anselmus, yang mengemukakan, bahwa berfikir harus dilaksanakan
dalam iman.

B.Skolastik Puncak ( 1200-1300)

Masa ini merupakan kejayaan skolastik yang berlangsung dari tahum 1200-1300 dan masa ini
juga disebut masaberbunga. Masa itu ditandai dengan munculnya universitasuniversitas dan
ordo-ordo, yang secara bersama-sama ikut menyelenggarakan atau memajukan ilmu
pengetahuan, di samping juga peranan universitas sebagai sumber atau pusat ilmu pengetahuan
dan kebudayaan. Berikut ini beberapa faktor mengapa masa skolistik mencapai pada puncaknya.
• Adanya pengaruh dari Aristoteles, Ibnu Rusyd, Ibnu Sina sejak abad ke-12 sehingga
sampai abadke-13 telah tumbuh menjadi ilmu pengetahuan yang luas.
• Tahun 1200 didirikan Universitas Almamater di Perancis, Universitas inu merupakan
gabungan dari beberpa sekolah. Almamater inilah sebagai awal (embrio) berdirinya
Universitas di Paris, di Oxford, di Mont Pellier, di Cambridge dan lain-lainnya.
• Berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang
terhadap ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan dorongan yang kuat untuk memberikan
suasana yang semarak pada abad ke-13. Hal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan-
kehidupan kerohanian di mana kebanyakan tokoh-tokohnya memegang peran di bidang
filsafat dan teologi, seperti Albertus de Grote, Thomas Aquinas, Binaventura, J.D.Scotus,
William Ocham.

Tokoh-tokohnya :

1.Albertus mangunus (1203 – 1280)

Di samping sebaga birawan, Albertus mangunus juga dikenal sebagai cendikiawan abad
pertengahan. Ia lahir dengan nama Albert von Bollstadt yang juga dikenal sebagai “doktor
universalis” dan “doktor magnus”, kemudian bernama Albertus mangnus (Albert the Great). Ia
mempunyai kepandaian luar biasa. Di universitas Padua ia belajar artes liberalis, ilmu-ilmu
pengetahuan alam, kedkteran, filsafat Aristoteles, belajar teologi di Bologna, dan masuk ordo
Dominican tahun 1223, kemudia masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan teknologi. Selain
daripada itu ia juga mengantarkan ajaran Aristotelesdi Eropa Barat, yang oleh karenanya telah
membuka keterangan yang baru bagi pemikiran Kristiani terhadap gagasan-gagasan dasar filsafat
Aristoteles. Lebih dari siapa pun ia telah memperkenalkan Aristotles kepada dunia Barat.
Sekalipun demikian ia tetap setia kepada bebrapa dalil Neoplatonisme, bahkan telah memperkuat
pengaruh Neoplatonisme dengan keterangannya yang mengenai ajaran Dionision dan Areopagos.

2.Thomas Aquinas (1225-1274)

Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas, yang artinya Thomas yang suci dari
Aquinas. Di samping sebagai ahli pikir, ia juga serang dokter gereja bangsa italia. Ia lahir di
Rocca Secca, Napoli, Italia. Ia merupakan tooh terbesar Skolastisisme, salah seorang suci greja
Katolik Romawi dan pendiri aliran yang dinyatakan menjadi filsafat resmi gereja Katolik. Tahun
1245 belajar pada Albertus Magnus. Pada tahun 1259 menjadi guru besar dan penasihat istana
Paus. Karya Thomas Aquinas telah menanadai taraf yang tinggi dari aliran Skolastisisme pada
abad pertengahan. Ia berusaha untuk memebuktikan bahwa iaman Kristen secara penuh dapat
dibenarkan dengan pemikiran logis. Ia telah menerima pemikiran Aristoteles sebagai otoritas
tertinggi tentang pemikirannya yang logis.
Menurut pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari Tuhan. Kebenaran diungkapkan
dengan jalan ynag berbeda-beda, sedangkan iman berjalan di luar jangkauan pemikiran. Ia
mengimbau agar orang-orang untuk mengetahui hukum alamiah (pengetahuan) yan terungkap
dalam kepercayaan. Tidak ada kontradiksi antara pemikiran dan iman.
Semua kebenaran mulai timbul secara keutuhan walaupun iman diungkapkan lewat beberapa
kebenaran yan berada di luar kekuatan pikir. Thomas telah menafsirkan pandangan Tuhan
sebagai Tukang Boyong yang tidak berubah dan tidak berhubungan dengan atau tidak
mempunyai pengetahuan tentang kejahatan-kejahatan di dunia. Tuhan tidak pernah menciptakan
dunia, tetapi zat dan pemikirannya tetap abadi.

C. Skolastik Akhir (1300-1450)

Masa ini ditandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala macam pemikiran filsafat yang
menjadi kiblatnya sehingga memperlihatkan stagnasi (kemandegan). Selain itu, ditandai dengan
pemikiran kefilsafatan yang berkebang ke arah nominalisme, ialah yang berpendapat bahwa
universalisme tidak memberi petunjk tentang aspek yang sma dan yang umum mengenai adanya
sesuatu hal. Pengetia umum hanya momen yang tidak mempunyai nilai-nilai kebenaran yang
objektif. Perkembangan Skolisik yang paling memuncak dicapai pada pertengahan kedua abad
ke-13 dan perempatan pertama abad ke14. Pada abd ke-14 itu makin lama timbullah rasa jemu
terhadap segala macam filsafat yang konstruktip. Sebab orang-orang yang setia kepada
pemikiran yang mebangun menampakkan gejala pembekuan. Timbullah dua kelompok pemikir,
yaitu dari aliran Thomisme dan Scotisme.
Tokoh-tokohnya :

1.William Ockham (1285 – 1349)

Ia merupakan ahli pikir Inggris yang beraliran skolastik. Karena terlibat dalam pertengkatran
umu denga Paus John XXII, ia dipenjara di Alvignon, tetapi ia dapat melarikan diri dan mencari
perlindungan pada Kaisar Louis IV. Ia menolak ajaran Thomas dan Mendahlilkan bahwa
kenyataan itu hanya terdapat pada benda-benda atu demi satu dan hal-hal yang umum itu hanya
tanda-tanda abstrak. Menurut pendapatnya, pikiran manusia hanya dapat mengetahui barang-
barang atau kejadian-kejadian individual. Konsep – konsep atau kesimpulan – kesimpulan umum
tentang alam hanya merupakan abstraksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian ini,
dapat dilalui hanya lewat intuisi, bukan lewat logika. Disamping itu, ia membantah anggapan
skolistik bahwa logika dapat mebuktikan doktrin teologis. Hal ini akan membawa kesulitan
dirinya yang pada waktu itu sebagai penguasanya Paus John XXII.

2.Nicolas Cusasus (1401 – 1464 )

Ia sebagi tokoh pemikiran yang berada paling akhir masa skolastik. Menurut pendapatnya,
terdapat tiga cara untuk mengena, yaitu lewat indra, akal, dan instuisi.
Dengan indra kita akan mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda berjsad, yang sifatnya
tidak sempurna. Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak
berdasar pada sajian atau tangkapan indra. Dengan intuisi, kita akan mendapatkan pengetahuan
yang lebih tinggi. hanya dengan intuisi inilah kita akn dapat mempersatukan apa yang oleh akal
tidak dapat dipersatukan.
Manusia seharusnya menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang
seharusnya menyadari akan keterbatasan akal, sehingga banyak hal yang seharusnya dapat
diketahui. Karena keterbatasan akal tersebut, hanya sedikit saja yang dapat diketahui oleh akal.
Dengan intuisi inilah diharapkan akan sampai pada knyataan, yaitu suatu tempat di mana segala
sesuatu bentuknya menjadi larut, yaitu Tuhan.
Pemikran Nicolas ini sebagai upaya mempersatukan seluruh pemikiran abad pertengahan,
yang dibuat ke suatu sintesis yang lebih luas. Sintesis ini mengarah ke masa depan, dari
pemikiranya ini tersirat suatu pemikiran para humanis.

Anda mungkin juga menyukai