Syamsudin Ahmaddina
21110331
MSDMA U3
Dari Muadz bin Jabal, Nabi Muhamnmad SAW bersabda, “Inti pokok segala
perkaran adalah Islam dan tiangnya (penopangnya) adalah sholat.” (H.R. At –
Tirmidzi Abu Thoir) dengan hadits hasan.
Hilang sebagian rukun Islam, hilang nama Islam. Pondasi yang kuat akan
ditentukan oleh tauhid yang kuat juga. Pengakuan tiada Tuhan selain Allah
mengindikasikan orientasi hidup hanya untuk Allah serta segala aktivitas untuk
Allah. Merasa diawasi, dipantau Allah menujukkan tanda keimanan seorang muslim
yang takut akan siksaan dan musibah yang akan menimpanya dari-Nya.
Bismillah, Ma’allah, dan Lillah mengisyaratkan semua yang dilakukan hanya
untuk Allah (segalanya, semuanya, selamanya). Pembeda yang mencolok diantara
umat lainnya untuk Islam adalah sholat. As-Shaum atau puasa sebagai dinding yang
menjadi perisai, exterior rumah (pintu, jendela, lubang) dari zakat, untuk atapnya
berasal dari Al-Hajj atau haji, serta shalat yang menjadi pondasi utama berdiri atau
tegaknya suatu tiang (agama).
Sholat seabagi tiang agam juga bisa menjadi sesuatu yang tegak dalam diri
manusia. Dalam Al-Qur’an, Sholat tidak diungkap dengan ‘Amila, Fa’ala dengan
arti mengerjakan/melakukan. Namun, diungkap dengan Qooma, Iqooma dengan
makna “mendirikan”. Mendirikan sholat bukan berarti melaksanakan. Pelaksanaan
bisa saja di satu waktu dikerjakannya sholat, dan satunya lagi tidak. Berbeda dengan
mendirikan, yang lebih condong pada kebutuhan intrinsik bagi manusia dan tidak
bisa terpisah.
Tidak akan bisa menegakkan sholat tanpa bantuan energi Allah, sehingga ketika
sholat dikerjaka, berarti sedang menyerap energi Allah. Energi yang menjadi daya
baru manusia bisa dipakai untuk meneruskan tugas tugas kekhalifahannya yang
bersifat mashlahat.
Ada 2 sisi fungsi yang menjadi muslimin terpandang mulia, yakni satu sisi
sebagai hamba yang selalu patuh dan taat kepada Allah, serta satu sisi lagi sebagai
khalifah yang memberikan kebaikan dan manfaat bagi agama dan bangsanya dalam
rangka menciptakan perdamaian dunia yang abadi.