Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

FARMASETIKA 1

DOSEN PEMBIBMING :
Apt.En Purmafitriah.S.Farm

KELOMPOK 3 :
1. ULUL FIKRIA
2. EVITA AGUSTININGSIH
3. RISKA MILANDARI
4. KADER ARTIANA
5. PAHDIATI RAHAYU
6. MOH. ROSIDIN
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Obat adalah bahan atau zat yang berasal dari tumbuhan, hewan,mineral maupun zat
kimia tertentu yang dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, memperlambat proses
penyakit dan atau menyembuhkan penyakit. Obat harus sesuai dosis agar efek terapi atau
khasiatnya bisa kita dapatkan. Golongan obat adalah penggolongan yang dimaksud untuk
peningkatan keamanan dan ketepatan penggunaan distribusi yang terdiri dari obat bebas, obat
keras, psikotropika dan narkotika, obat bebas terbatas yang akan dibahas secara mendetail
pada pembahasan selanjutnya. Akan tetapi, sebelum kita mengetahui contoh obat- obat yang
tergolong dalam obat bebas terbatas, kita juga harus mengetahui
penggolonganpenggolongannya sehingga obat-obat tersebut keamanannya dapat terjaga.
Untuk mengawasi penggunaan obat oleh rakyat serta untuk menjaga keamanan
penggunaannya, maka pemerintah menggolongkan obat.

2. Tujuan Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :

a. Untuk memenuhi tugas Farmasetika 1

b. Untuk mengetahui tujuan obat digolongkan

c. Untuk mengetahui golongan obat dan penandaannya

d. Untuk mengetahui contoh dari masing-masing golongan obat.

3. Definisi Obat

Obat adalah setiap zat kimia (alami maupun sintetik) yang selain makanan yang
mempunyai pengaruh atau menimbulkan efek terhadap organisme hidup, baik efek
psikologis, fisiologis maupun biokimiawi. Obat juga merupakan kumpulan zat kimia yang
dapat mempengaruhi proses hidup setiap manusia yang mengkonsumsinya dan akan melewati
mekanisme kerja dari mulai bagaimana obat itu di absorpsi, didistribusikan, mengalami
biotransformasi dan akhirnya harus ada yang diekskresikan. Pengobatan memiliki tujuan
yaitu sebagai penetapan diagnose, untuk memperelok atau memperindah badan atau bagian
badan manusia. sebagai tindakan pencegahan (preventif), dan penyembuhan (kuratif),
simtomatik. Pengobatan juga bisa berperan dalam proses pemulihan kembali (rehabilitatif)
maupun peningkatan kesehatan (promotif) serta sebagai kontrasepsi.
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Penggolongan Obat

Penggolongan obat menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor


917/Menkes/Per/X /1993 yang kini telah diperbaiki dengan Permenkes RI Nomor
949/Menkes/Per/ VI/2000 penggolongan obat dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan
ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi. Penggolongan obat ini terdiri dari : obat
bebas, obat bebas terbatas, obat wajib apotek, obat keras, psikotropika dan narkotika, obat-
obat tertentu, obat herbal terstandar, jamu, fitofarmaka.

 Obat Keras

Adalah obat-obat yang ditetapkan sebagai berikut :

a. Semua obat yang pada bungkus luarnya oleh si pembuat disebutkan bahwa
obat itu hanya boleh diserahkan dengan resep dokter.

b. Semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang nyata-nyata untuk


dipergunakan secara parenteral.

c. Semua obat baru, terkecuali apabila oleh Departemen Kesehatan telah


dinyatakan secara tertulis bahwa obat baru itu tidak membahayakan kesehatan
manusia.

Obat keras hanya bisa didapatkan dengan resep dokter. Golongan obat ini ditandai
dengan lingkaran merah dengan garis tepi berwarna hitam dan huruf K di tengah yang
menyentuh garis tepi.

Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini, misalnya antibiotik, obat-obatan


yang mengandung hormon, obat penenang, dan lain-lain. Contoh dari obat keras adalah asam
mefenamat, loratadine, alprazolam, clobazam, pseudoefedrin.
Ketahuilah bahwa obat ini tidak bisa sembarang dikonsumsi, karena dapat berbahaya,
meracuni tubuh, memperparah penyakit, atau menyebabkan kematian sehingga harus
digunakan sesuai aturan yang tepat.
Contoh obat: - Asam Mefenamat

 Deskripsi

ASAM MEFENAMAT atau MEFENAMIC ACID merupakan obat yang termasuk


dalam golongan anti infalamasi non steroid sebagai anti nyeri pada tingkat ringan hingga
sedang. Obat ini dapat digunakan untuk meredakan sakit kepala, sakit gigi, nyeri haid, nyeri
akibat trauma, nyeri pada otot dan nyeri sesudah operasi. Asam mefenamat bekerja dengan
cara menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzim
siklooksigenase. Dalam penggunaan obat ini harus SESUAI DENGAN PETUNJUK
DOKTER.

 Indikasi Umum

INFORMASI OBAT INI HANYA UNTUK KALANGAN MEDIS. Obat ini


digunakan untuk meredakan nyeri ringan hingga sedang seperti sakit kepala, sakit gigi, nyeri
haid, nyeri akibat trauma, nyeri pada otot dan nyeri sesudah operasi

Komposisi : Asam Mefenamat 500 mg

 Dosis

PENGGUNAAN OBAT INI HARUS SESUAI DENGAN PETUNJUK DOKTER.


Dosis dewasa dan anak usia lebih dari 14 tahun : Dosis awal 500 mg, kemudian dilanjutkan
250 mg tiap 6 jam, sesuai dengan kebutuhan.

 Aturan Pakai

Diberikan sesudah makan atau bersama dengan makan

 Kontra Indikasi

Pasien yang hipersensitif terhadap asam mefenamat. Penderita yang dengan aspirin
mengalami bronkospasme, alergi rhinitis dan urtikaria. Penderita dengan tukak lambung dan
usus. Penderita dengan gangguan ginjal yang berat.

 Perhatian

HARUS DENGAN RESEP DOKTER. Pasien dengan gangguan atau faktor resiko
kardiovaskular, gangguan hati dan ginjal, ibu hamil dan menyusui. Kategori Kehamilan : C
studi pada binatang percobaan telah memperlihatkan adanya efek samping obat pada janin
dan tidak ada studi terkontrol pada wanita atau belum ada studi pada wanita dan binatang
percobaan.

 Efek Samping

Sistem pencernaan : mual, muntah, diare dan rasa sakit pada abdominal. Sistem
hematopoetik : leukopenia eosinophilia, trombocytopenia dan agranilocytopenia. Sistem
Syaraf : rasa mengantuk, pusing, penglihatan kabur dan insomnia.
Potensi Efek Samping Parah

Selain efek samping ringan di atas, ada juga beberapa efek samping parah yang bisa
terjadi. Beberapa efek samping tersebut antara lain:

 Gangguan Jantung

Faktanya, asam mefenamat dapat meningkatkan risiko masalah jantung, termasuk


serangan jantung, stroke, gagal jantung, atau pembekuan darah. Kondisi tersebut bisa
berakibat fatal. Risiko juga dapat meningkat jika kamu sudah memiliki penyakit jantung atau
telah minum obat dalam jangka waktu lama atau dalam dosis tinggi.

Kamu juga tidak boleh mengonsumsi asam mefenamat untuk mengobati nyeri
sebelum menjalani operasi cangkok bypass koroner. Ini adalah operasi jantung yang
dilakukan untuk meningkatkan aliran darah ke jantung. Mengonsumsi asam mefenamat
sekitar waktu operasi akan meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.

 Masalah Perut yang Berpotensi Fatal

Asam mefenamat dapat meningkatkan risiko masalah perut, seperti pendarahan, atau
lubang kecil di lapisan perut atau usus (tukak lambung). Kondisi tersebut bisa berakibat fatal.
Mereka dapat terjadi kapan saja dan tanpa tanda atau gejala peringatan. Jika obat ini
dikonsumsi orang yang berusia 65 tahun atau lebih, ia mungkin memiliki peluang lebih besar
untuk mengalami masalah perut yang parah.

 Kerusakan Hati

Asam mefenamat dapat merusak hati. Dokter mungkin akan melakukan tes darah
untuk memantau hati dan memastikan obat ini aman. Namun, segera hubungi dokter segera
jika melihat gejala kerusakan hati, seperti:

- Mual.

- Kelelahan.

- Gatal.

- Menguningnya kulit atau area putih mata.

- Sakit di perut bagian atas.

- Muncul gejala mirip flu, seperti demam, menggigil, dan nyeri tubuh.

- Reaksi Kulit yang Berbahaya

Seseorang juga dapat mengalami efek samping pada kulit. Segera dapatkan bantuan
medis darurat jika muncul gejala seperti:

- Reaksi kulit yang parah.


- Ruam yang merah, bengkak, mengelupas, atau melepuh.

Kondisi ini mungkin mengindikasikan kelainan kulit yang parah seperti dermatitis
eksfoliatif, sindrom Stevens-Johnson, atau nekrolisis epidermal toksik, yang bisa berakibat
fatal.

Selain itu, ibu hamil juga tidak boleh menggunakan asam mefenamat, terutama pada
trimester ketiga kehamilan. Sebab obat ini dapat menyebabkan pembuluh darah yang
memasok nutrisi dan oksigen ke janin menutup terlalu dini.

Segmentasi : Red

Kemasan : Dus, 10 Strip @ 10 kaplet salut selaput

Manufaktur : Generic Manufacturer

No. Registrasi : BPOM: GKL9605019809A1* *) Obat ini merupakan obat Generik.


Nomor Registrasi dapat berbeda sesuai dengan ketersediaan stock Apotek.
BAB 3

PERMASALAHAN OBAT

Masalah terkait obat (drug related problem, DRP) merupakan keadaan terjadinya
ketidaksesuaian dalam pencapaian tujuan terapi sebagai akibat pemberian obat. Aktivitas
untuk meminimalkannya merupakan bagian dari proses pelayanan kefarmasian (Hepler,
2003).

Masalah terkait obat tersebut secara lebih rinci menurut Cipolle, Strand dan Morley
(1998) dapat dijabarkan sebagai berikut:

 Adanya indikasi penyakit yang tidak tertangani

Suatu penyakit bisa mengalami komplikasi yang tidak diharapkan, oleh karena itu
perlu mencermati apakah ada indikasi penyakit yang tidak diobati. Adanya indikasi penyakit
yang tidak tertangani ini dapat disebabkan oleh:

- Penderita mengalami gangguan medis baru yang memerlukan terapi obat

- Penderita memiliki penyakit kronis lain yang memerlukan keberlanjutan terapi


obat

- Penderita mengalami gangguan medis yang memerlukan kombinasi farmakoterapi


untuk menjaga efek sinergi/potensiasi obat

- Penderita berpotensi untuk mengalami risiko gangguan penyakit baru yang dapat
dicegah dengan penggunaan terapi obat profilaktik atau premedikasi

- Pemberian obat tanpa indikasi

Pemberian obat tanpa indikasi disamping merugikan penderita secara finansial juga
dapat merugikan penderita dengan kemungkinan munculnya efek yang tidak dikehendaki.

- Pemberian obat tanpa indikasi ini dapat disebabkan oleh:

- penderita menggunakan obat yang tidak sesuai dengan indikasi penyakit pada saat
ini

- penyakit penderita terkait dengan penyalahgunaan obat, alkohol atau merokok

- kondisi medis penderita lebih baik ditangani dengan terapi non obat

- penderita memperoleh polifarmasi untuk kondisi yang indikasinya cukup


mendapat terapi obat tunggal

penderita memperoleh terapi obat untuk mengatasi efek obat yang tidak dikehendaki
yang disebabkan oleh obat lain yang seharusnya dapat diganti dengan obat yang lebih sedikit
efek sampingnya.
 Pemilihan obat tidak tepat/salah obat

Pemilihan obat yang tidak tepat dapat mengakibatkan tujuan terapi tidak tercapai
sehingga penderita dirugikan. Pemilihan obat yang tidak tepat dapat disebabkan oleh:

Penderita memiliki masalah kesehatan, tetapi obat yang digunakan tidak efektif

 Penderita alergi dengan obat yang diberikan

 Penderita menerima obat tetapi bukan yang paling efektif untuk indikasi yang
diobati

 Obat yang digunakan berkontraindikasi, misalnya penggunaan obat-obat


hipoglikemik oral golongan sulfonilurea harus hati-hati atau dihindari pada
penderita lanjut usia, wanita hamil, penderita dengan gangguan fungsi hati, atau
gangguan fungsi ginjal yang parah.

 Obat yang digunakan efektif tetapi bukan yang paling aman

 Penderita resisten dengan obat yang digunakan

 Penderita menolak terapi obat yang diberikan, misalnya pemilihan bentuk sediaan
yang kurang tepat

 Penderita menerima kombinasi produk obat yang tidak perlu, misalnya


polifarmasi sesama obat hipoglikemik oral yang bekerja pada titik tangkap kerja
yang sama dan diberikan pada saat yang bersamaan.

 Dosis obat sub terapeutik

Pemberian obat dengan dosis sub terapeutik mengakibatkan ketidakefektifan terapi


obat. Hal ini dapat disebabkan oleh:

 Dosis yang digunakan terlalu rendah untuk menghasilkan respon yang


dikehendaki

 Konsentrasi obat dalam plasma penderita berada di bawah rentang terapi yang
dikehendaki

 Saat profilaksis tidak tepat bagi penderita

 Obat, dosis, rute, formulasi tidak sesuai

 Fleksibilitas dosis dan interval tidak sesuai

 Terapi obat dialihkan terutama untuk uji klinis

 Dosis obat berlebih (over dosis)


Pemberian obat dengan dosis berlebih mengakibatkan efek hipoglikemia dan
kemungkinan munculnya toksisitas. Hal ini dapat disebabkan oleh:

- Dosis obat terlalu tinggi untuk penderita

- Konsentrasi obat dalam plasma penderita di atas rentang terapi yang dikehendaki

- Dosis obat penderita dinaikkan terlalu cepat

- Penderita mengakumulasi obat karena pemberian yang kronis

- Obat, dosis, rute, formulasi tidak sesuai

- Fleksibilitas dosis dan interval tidak sesuai

- Efek obat yang tidak dikehendaki

- Munculnya efek obat yang tidak dikehendaki (adverse drug reactions) dapat
disebabkan oleh:

Obat diberikan terlalu cepat, misalnya pada penggunaan insulin diberikan terlalu
cepat sering terjadi efek hipoglikemia.

Penderita alergi dengan pengobatan yang diberikan.

Penderita teridentifikasi faktor risiko yang membuat obat ini terlalu berisiko untuk
digunakan

Penderita pernah mengalami reaksi idiosinkrasi terhadap obat yang diberikan

Ketersediaan hayati obat berubah sebagai akibat terjadinya interaksi dengan obat lain
atau dengan makanan

1) Interaksi obat

Interaksi obat yang mungkin timbul dari pemakaian insulin dengan obat hipoglikemik
oral atau dengan obat yang lain dapat dilihat pada referensi yang lebih detil, misalnya BNF
terbaru, Stokley’s Drug Interactions dan lain sebagainya.

2) Penderita gagal menerima obat

Penderita gagal menerima obat dapat disebabkan oleh:

- Penderita tidak menerima pengaturan obat yang sesuai sebagai akibat


kesalahan medikasi (medication error) berupa kesalahan peresepan,
dispensing, cara pemberian atau monitoring yang dilakukan.

- Penderita tidak mematuhi aturan yang direkomendasikan dalam penggunaan


obat

- Penderita tidak meminum obat yang diberikan karena ketidakpahaman


- Penderita tidak meminum obat yang diberikan karena tidak sesuai dengan
keyakinan tentang kesehatannya.

- Penderita tidak mampu menebus obat dengan alasan ekonomi.

Hal-hal yang juga perlu mendapat perhatian ekstra terhadap munculnya masalah
terkait obat apabila penderita berada dalam kondisi khusus, seperti:

- Penderita hamil/menyusui

- Penderita gangguan ginjal

- Penderita gangguan hati

- Penderita gangguan jantung

- Penderita lanjut usia

- Penderita anak-anak

- Penderita sedang berpuasa

Untuk meminimalkan masalah terkait obat, apoteker perlu melakukan identifikasi


dengan mengajukan empat pertanyaan sebagai berikut:

Apakah terapi obat sesuai dengan indikasinya? Terapi obat dikatakan tidak sesuai bila
obat yang diberikan tidak sesuai dengan indikasinya atau penderita memerlukan terapi obat
tambahan karena adanya indikasi yang belum diobati (untreated indication)

Apakah terapi obat tersebut efektif? Terapi obat dikatakan tidak efektif bila obat yang
diberikan tidak tepat dalam pemilihannya atau dosis yang digunakan terlalu kecil.

Apakah terapi obat tersebut aman? Terapi obat dikatakan tidak aman, bila penderita
mengalami reaksi obat yang tidak dikehendaki atau penderita mendapatkan dosis obat yang
terlalu tinggi atau penderita menerima/menggunakan obat tanpa indikasi.

Apakah penderita mengikuti aturan yang telah disarankan? Penderita tidak mengikuti
aturan penggunaan obat yang disarankan dapat terjadi karena ketidakpahaman penderita
terhadap penyakit dan pengobatannya, alasan ekonomi, atau ketidaknyamanan yang dialami.

Anda mungkin juga menyukai