Anda di halaman 1dari 56

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Evaluasi merupakan salah satu sub sistem yang penting dalam sistem
pendidikan serta merupakan komponen yang sangat penting dan menentukan dalam
penyelenggaraan program pendidikan. Evaluasi dalam pendidikan digunakan sebagai
salah satu alat untuk mengukur ketercapaian dari tujuan pendidikan. Pengukuran
disesuaikan dengan konsep rancangan dan tujuan yang hendak dicapai serta
disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan di evaluasikan.
Dalam UU No.20/2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab 1 pasal 1 ayat
21 dijelaskan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan,
dan penentapan mutu pendidikan terhadap berbagi komponen pendidikan pada setiap
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggung jawaban
penyelenggarakan pendidikan. Dalam PP.19/2005 tentang standar nasional
pendidikan Bab 1 pasal 1 ayat 17 dikemukakan bahwa “penilaian adalah proses
pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil peserta
didik”.
Dalam proses pembelajaran, tes merupakan alat ukur dalam proses asesmen
maupun evluasi yang memiliki peranan sangaat penting untuk mengetahui
keberhasilan prses belajar-mengajar di sekolah. Dalam hal ini, ts memiliki fungsi
gandaa, yaitu mengukur tingkat pencapaian siswa pada kompetensi yang
dipersyaratkan, yang terjabar dalam indikator pencapaian, dan mengukur
keberhasilan program pengajaran sekaligus kualitas pendidik dalam mengelola proses
pembelajaran. Untuk memberikan data yang akurat, sesuai dengan fungsinya maka
ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk dikatakan sebagai tes yang baik.
Secara umum tes yang baik memiliki syart-syarat antara lain (1) hanya mengukur satu
aspek saja. Tes yang baik memiliki sebuah aspk saja yang akan di ukur, jadi tes
matematika misalnya hanya menguji kemampuan matematika seseorang. (2) handal

1
dalam pengukuran, kehandalan ini meliputi ketepatan hasil pengukuraan dan
keajegan hasil pengukuran.
Penilaian pendidikan bukanlah semata-mata penilaian hasil belajar, tetapi
mencakup aspek yang lebih luas yakni input ataupun komponen, proses, produk, dan
program pendidikan yang digunakan harus terkait dengan aspek tersebut. Salah satu
instrumen evaluasi tersebut adalah dalam bentuk tes. Tes dirancang secara baik dan
mempunyai hubungan erat dengan tujuan kegiatan belajar mengajar, baik sebagai
aspek yang ingin di ukur maupun suatu prosedur sistematis untuk mengukur sampai
tingkah laku seseorang. Tes yang disusun hendaklah mewakili aspek-aspek yang
ingin diukur.
Dalam pengadaan sekarang ini, sebagai suatu perangkat evaluasi tidak
seluruhnya memenuhi persyaratan tes yang baik. Setelah tes dilalaksanakan sebagai
para pelaku pelaksanaan tes tidak mengkoreksi kembali sejauh mana kenyakinan tes
tersebut diberikan kepada objek tes. Didalam dunia pendidikan guru sebagai seorang
pelaku pelaksanaan tes, perlu kembali menguji kelayakan tes sebelum dan setelah tes
diberikan kepada siswa.
Agar suatu tes evaluasi dapat berhasil memantau perkembangan anak didik
maka tes tersebut harus memiliki validitas dari segi kurikulum yang meliputi SK-KD
yang harus dikuasai siswa yang telah dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Untuk
mengetahui bahwa tes evaluasi yang dibuat benar-bnar mampu mengukur kcakapa
siswa, maka dalam pebuatan tes harus dibuat dulu desain tes evaluasi yaitu
pembuatan kisi-kisi soal dibuat bukan untuk mempersulit guru dalam pmbuatan soal
itu sendiri, tapi dengan membuat kisi-kisi soal yang sudaah terencana yang sesuai
dengan Staandar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Materi dan Indikator pncapaian
maka dalam pembuatan soal akan sangat mudah dan tentu juga akan sangaat
membantu dalam penyebaran soal dn bahkan semua aspek dapat diukur dengan baik
dan dengan akurat.
Analis butir soal secara kualitatif dilaksanakan berdasarkan kaidah penulisan
soal (tes tertulis, perbuatan, dan sikap). Ada beberapa tekni yang dapaat digunakan

2
untuk menganalisis butir soal secara kualitatif, diantaranya adalah teknik panel.
Analisis butir soaal secra kuntitatif adalah analisis butir soal didasarkan pada data
empirik. Anaisis soal memberikan manfaat (1) menentukan soal-soal yang cacat atau
tidak berfungsi dengan baik; (2) meningkatkan butir soal melalui tiga komponen
analisis yaitu tingkat kesukaran, daya pembeda dan pengecoh soal; (3) meningktkan
validitas soal dan reliabilitas; (4) merevisi soal yang tidak relvan dengan maeri yang
diajarkan, ditandai dengan banyaknya anak yang tidak dapat menjawab butir soal
tersebut.
Pada laporan Uji Coba soal ini, dilatar belakangi kriteria dan teknik
perancangan tes yang baik sebagai calon tenaga pendidik yang secara langsung
terlibat dalam pelaksanaan tes, penulis mencoba merancang suatu perangkat evaluasi
berupa perangkat soal yang di uji cobakan di SMK N 1 Koto Baru.

1.2 Tujuan
Berdasarkan masalah di atas, maka tujuan observasi ini adalah :
1. Untuk mengetahui proses dan langkah-langkah kegiatan pembelajaran matematika
2. Mengetahui metode, model dan strategi pembelajaran yang efektif untuk
digunakan dalam proses pembelajaran matematika.
3. Untuk mengetahui dan membahas masalah atau kendala yang muncul dalam
pembelajaran matematika.

1.3 Kegunaan Uji Coba Soal


Penelitian uji coba soal ini sangat berguna bagi penulis keika terjun
kelapangan. Melalui pengalaman yang didapat dari hasil penelitian ini diharapkan
penulis mampu membuat suatu perangkat tes, tingkat kesukaran dan daya pembeda
perlu diperhatikan.

3
1.4 Waktu/Tempat penelitian
Kegiatan uji coba soal dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : kamis/16 November 2017
Waktu :70.30 s/d 08.30 WIB
Tempat : SMK N 1 Koto Baru
Jurusan : kelas XI TKR-1

4
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Instrumen Evaluasi dan Evaluasi Pendidikan


Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation;dalam
bahasa Indonesia berarti nilai; dalam bahasa arab al-Taqdir. Dengan demikian secara
harfiah, evaluasi pendidikan berarti penilaian dalam pendidikan atau penilaian
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.
Adapun dari segi istilah, yang dikemukakan oleh Edwind Wandt dan Gerald
W.Brown (1977): Ealuasi berarti suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan
nilai dari sesuatu. Evaluais pendidikn berarti suatu tindakan atau kegiatan
menentukan nilai dari segala sesuatu yang berhubungan dengan dunia pendidikan.
Berbicara tentang pengertian istilah Evaluasi Pendidikan di tanah air kita,
Lembaga Administrasi Negara mengemukakan batasan mengenai Evaluasi
Pendidikan sebagai berikut:
1. Proses atau kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan, dibandingkan
dengan tujuan yang telah ditentukan.
2. Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik bagi penyempurnaan
pendidikan.

2.2 Fungsi Evaluasi Pendidikan


Secara umum, evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses mempunyai tiga
macam fungsi pokok yaitu :
a. Mengukur kemajuan
b. Menunjang penyusunan rencana
c. Memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali

5
Ada dua macam kemungkinan hasil yang diperoleh dari kegiatan evaluasi
yaitu:
a. Hasil evaluasi itu ternyata menggembirakan, sehingga dapat memberikan rasa lega
bagi evaluator, sebab tujuan yang telah ditentukan dapat dicapai sesuai dengan
yang direncanakan.
b. Hasil evaluasi itu ternyata tidak menggembirakan atau bahkan mengkhawatirkan,
dengan alasan bahwa berdasar hasil evaluasi ternyata dijumpai adanya
penyimpangan-penyimpangan, hambatan atau kendala, sehingga mengharuskan
evaluator untuk bersikap waspada.
Bagi pendidik, secara didaktik evaluasi pendidikan itu memiliki lima macam
fungsi, yaitu:
a. Memberikan landasan untuk menilai hasil usaha yang telah dicapai oleh peserta
didiknya.
b. Memberikan informasi yang sangat berguna, untuk mengetahui posisi masing-
masing peserta didik di tengah-tengah kelompoknya.
c. Memberikan bahan yang penting untuk memilih dan kemudian menetapkan status
peserta didik.
d. Memberikan pedoman untuk mencari dan menemukan jalan keluar bagi peserta
didik yang memang memerlukannya.
e. Memberikan petunjuk tentang sudah sejauh manakah program pengajaran yang
telah ditentukan telah dapat dicapai.

Secara administratif, evaluasi pendidikan memiliki tiga macam fungsi yaitu :


1. Memberikan Laporan
2. Memberikan bahan-bahan keterangan
3. Memberikan gambaran

6
2.3 Tujuan Evaluasi Pendidikan
1. Tujuan Umum
Secara umum , tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan ada dua, yaitu :
a. Untuk Menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti
mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta
didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
b. Untuk mengetahui tingkat efektivitas dan metode-metode pengajaran yang telah
dipergunakan dalam proses pembelajaran selama waktu tertentu.
2. Tujuan Khusus
Adapun yang menjadi tujuan khusus dari kegiatan evaluasi dalam bidang
pendidikan adalah :
a. Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program pendidikan.
b. Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebab keberhasilan dan
ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program pendidikan, sehingga
dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya.

2.4 Kegunaan Evaluasi Pendidikan


Di antara kegunaan yang dapat dipetik dari kegiatan evaluasi dalam bidang
pendidikan adalah:
1. Terbukanya kemungkinan bagi evaluator guna memperoleh informasi tentang
hasil-hasil yang telah dicapai dalam rangka pelaksanaan program pendidikan.
2. Terbukanya kemungkinan untuk dapat diketahuinya relevansi antara program
pendidikan yang telah dirumuskan, dengan tujuan yang hendak dicapai.
3. Terbukanya kemungkinan untuk dapat dilakukannya usaha perbaikan, penyesuaian
dan penyempurnaan program pendidikan yang dipandang lebih berdaya guna dan
berhasil guna, sehingga tujuan yang dicita-citakan, akan dapat dicapai dengan hasil
yang sebaik-baiknya.

7
2.5 Klasifikasi Evaluasi Pendidikan
Pengklasifikasian evaluasi pendidikan sangat beragam, hal ini karena sudut
pandang yang saling berbeda dalam melakukan pengklasifikasian tersebut. Salah satu
cara pengklasifikasian terhadap evaluasi pendidikan itu adalah dengan cara
membedakan evaluasi pendidikan tersebut atas tiga kategori, yaitu:
1. Klasifikasi Evaluasi Pendidikan dengan Mendasarkan Diri Pada Fungsi yang
Dimiliki oleh Evaluasi dalam Proses Pendidikan
Dilihat dari segi fungsi yang dimiliki oleh evaluasi, maka Evaluasi Pendidikan
dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu:
a. Evaluasi pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan-
kebutuhan psikologis
b. Evaluasi pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan-
kebutuhan didaktik
2. Klasifikasi Evaluasi Pendidikan yang Didasarkan Pada Pemanfaatan Informasi
ysng Bersumber dari Kegiatan Evaluasi untuk Kepentingan Pengambilan
Keputusan Pendidikan
Dalam kaitannya dengan pengambilan keputusan pendidikan, evaluasi dalam
bidang pendidikan dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu:
a. Evaluasi pendidikan yang mendasarkan diri pada banyaknya orang yang terlibat
dalam pengambilan keputusan pendidikan
Evaluasi pendidikan yang didasarkan pada banyaknya orang yang terlibat
dalam pengambilan keputusan pendidikan, dibedakan menjadi dua golongan,
yaitu:
(1) Evaluasi pendidikan dalam rangka pengambilan keputusan pendidikan
yang bersifat individual
(2) Evaluasi pendidikan dalam rangka pengambilan keputusan pendidikan
yang bersifat institusional (kelembagaan)

8
b. Evaluasi pendidikan yang mendasarkan diri pada jenis atau macamnya
keputusan pendidikan
Berdasarkan klasifikasi ini, maka evaluasi pendidikan dapat dibedakan
menjadi empat golongan, yaitu:
(1) Evaluasi pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka pengambilan
keputusan yang bersifat didaktik
Dimaksud dengan keputusan-keputusan yang bersifat didaktik adalah
keputusan-keputusan yang diambil untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
pengajaran.
(2) Evaluasi pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka pengambilan
keputusan-keputusan pendidikan yang bersifat bimbingan dan penyuluhan
Dimaksud di sini adalah keputusan-keputusan yang diterbitkan dengan
mendasarkan diri pada hasil-hasil evaluasi.
(3) Evaluasi pendidikan yang dilaksanakn dalam rangka pengambilan
keputusan-keputusan yang bersifat administratif
Dimaksud di sini adalah evaluasi yang dilaksankn sebagai bahan
pertimbangan dalam rangka pengambilan keputusan-keputusan pendidikan
yang bersifat administratif.
(4) Evaluasi pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka pengambilan
keputusan-keputusan yang berkaitan dengan kegiatan penelitian ilmiah
c. Evaluasi pendidikan yang dilatarbelakangi oleh pertanyaan: kapan, atau pada
bagian manakah evaluasi itu seharusnya dilaksanakan
Dari segi ini evaluasi pendidikan dapat dibedakan menjadi dua golongan,
yaitu:
(1) Evaluasi formatif
Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan di tengah-tengah atau
pada saat berlangsungnya prses pembelajaran, yaitu dilaksanakan pada
setiap kali satuan program pelajaran atau sub pokok bahasan dapat

9
diselesaikan, dengan tujuan mengetahui sejauh mana peserta didik “telah
terbentuk”, sesuai dengan tujuan pengajaran yang telah ditentukan.
(2) Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilaksanakan setelah sekumpulan
program pelajaran selesai diberikan. Tujuan utama dari evaluasi sumatif ini
adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta
didik, setelah mereka menempuh program pengajaran dalam jangka waktu
tertentu.

2.6 Obyek dan Subyek Evaluasi Pendidikan


Obyek atau sasaran evaluasi pendidikan ialah segala sesuatu yang bertalian
dengan kegiatan atau proses pendidikan, yang dijadikan titik pusat perhatian atau
pengamatan, karena pihak evaluator ingin memperoleh informasi tentang kegiatan
atau proses pendidikan tersebut.
Salah satu cara untuk mengenal atau mengetahui obyek dari evaluasi
pendidikan adalah dengan jalan menyorotinya dari tiga segi, yaitu dari segi input,
transformasi dan output. Ditilik dari segi input, maka obyek dari evaluasi pendidikan
meliputi tiga aspek, yaitu:
1. Aspek kemampuan
Untuk dapat diterima sebagai calon peserta didik dalam rangka mengikuti
program pendidikan tertentu, maka para calon peserta didik harus memiliki
kemampuan yang sesuai atau memadai, sehingga dalam mengikuti proses
pembelajaran pada program pendidikan tertentu, peserta didik tidak akan
mengalami banyak hambatan atau kesulitan. Hal ini juga untuk mengetahui sampai
sejauh mana kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing calon peserta didik
dalam mengikuti program pendidikan tertentu.
2. Aspek Kepribadian
Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri seseorang dan
menampakkan bentuknya dalam tingkah laku. Sebelum mengikuti program

10
pendidikan tertentu, para calon peserta didik perlu terlebih dahulu dievaluasi
kepribadiannya masing-masing, sebab baik buruknya kepribadian mereka secar
psikologis akan dapat mempengaruhi keberhasilan mereka dalam mengikuti
program pendidikan tertentu.
3. Aspek Sikap
Sikap adalah gejala atau gambaran kepribadian yang memancar keluar. Apabila
disoroti dari segi transformasi, maka obyek dari evaluasi pendidikan meliputi:
(a) Kurikulum atau materi pelajaran
(b) Metode mengajar
(c) Sarana atau media pendidikan
(d) Sistem administrasi
(e) Guru dan unsur-unsur personal lainnya yang terlibat dalam proses pendidikan

Dari segi output, yang menjadi sasaran evaluasi pendidikan adalah tingkat
pencapaian atau prestasi belajar yang berhasil diraih oleh masing-masing peserta
didik , setelah mereka terlibat dalam proses pendidikan selama jangka waktu tertentu
yang telah ditentukan.

Subyek atau pelaku evaluasi pendidikan ialah orang yang melakukan pekerjaan
evaluasi dalam bidang pendidikan. dalam kegiatan evaluasi pendidikan di mana
sasaran evaluasinya adalah prestasi belajar, maka subyek evaluasinya adalah guru
atau dosen yang mengasuh mata pelajaran tertentu. jika evaluasi yang dilakukan itu
sasarannya adalah peserta didik, maka subyek evaluasinya adalah guru atau petugas
yang sebelum melaksanakan evaluasi tentang sikap itu, terlebih dahulu telah
memeperoleh pendidikan atau latihan mengenai cara-cara menilai sikap seseorang.

11
2.7 Ruang Lingkup Evaluasi Pendidikan di Sekolah
Secara umum, ruang lingkup dari evaluasi dalam bidang pendidikan di
sekolah mencakup tiga komponen utama, yaitu:
1. Evaluasi program pengajaran
Evaluasi atau penilaian terhadap program pengajaran akan mencakup tiga hal,
yaitu:
a. Evaluasi terhadap tujuan pendidikan
b. Evaluasi terhadap isi program pengajaran
c. Evaluasi terhadap stratehi belajar mengajar
2. Evaluasi proses pelaksanaan pengajaran
Evaluasi mengenai proses pelaksanaan pengajaran akan mencakup:
a. Kesesuaian antara proses belajar mengajar yang berlangsung, dengan garis-
garis besar program pengajaran yang telah ditentukan
b. Kesiapan guru dalam melaksanakan program pengajaran
c. Kesiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
d. Minat atau perhatian siswa di dalam mengikuti pelajaran
e. Keaktifan atau partisipasi siswa selama proses pembelajaran berlangsung
f. Peranan bimbingan dan penyuluhan terhadap siswa yang memerlukannya
g. komunikasi dua arah antara guru dan murid selama proses pembelajaran
berlangsung
h. Pemberian dorongan atau motivasi terhadap siswa
i. Pemberian tugas-tugas kepada siswa dalam rangka penerapan teori-teori yang
diperoleh di dalam kelas
j. Upaya menghilangkan dampak negatif yang timbul sebagai akibat dari
kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah

12
3. Evaluasi hasil belajar
Evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik ini mencakup:
a. Evaluasi mengenai tingkat penguasaan peserta didik terhadap tujuan-tujuan khusus
yang ingin dicapai dalam unit-unit program pengajaran yang bersifat terbatas
b. Evaluasi mengenai tingkat pencapaian peserta didik terhadap tujuan-tujuan umum
pengajaran

2.8 Ciri-Ciri Tes Hasil Belajar yang Baik


Ada empat ciri atau karakteristik yang harus dimiliki oleh tes hasil belajar
yaitu:
1. Bersifat valid
Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dengan secara tepat, benar
secara absah dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
2. Reliabel
Tes hasil belajar dapat dinyatakan reliabel apabila hasil-hasil pengukuran yang
dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulang kali terhadap subyek
yang sama, senantiasa menunjukkan hasil yang sama , senantiasa menunjukkan
hasil yang sama atau bersifat stabil.
3. Obyektif
Materi tersebut diambil dari materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan
sesuai atau sejalan dengan instruksi khusus yang telah ditentukan.
4. Praktis dan Ekonomis
Bersifat praktis mengandung pengertian bahwa tes hasil belajar tersebut dapat
dilaksanakan dengan mudah. bersifat ekonomis berarti tes hasil belajar tersebut
tidak memakan waktu yang panjang dan tidak memerlukan tenaga serta biaya yang
banyak.

13
2.9 Bentuk-Bentuk Tes Hasil Belajar dan Teknik Penyusunannya
Tes hasil belajar adalah salahsatu jenis tes yang digunakan untuk mengukur
perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik, setelah mereka mengikuti proses
pembelajaran. Apabila ditinjau dari segi bentuk soalnya dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu :
1. Tes hasil belajar bentuk uraian
Tes uraian adalah berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki
jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang pada umumnya cukup panjang.
Tes uraian dibedakan menjadi dua golongan, yaitu :
a. Tes uraian bentuk terbuka
Jawaban yang dihendaki muncul dari teste sepenuhnya diserahkan kepada
teste itu sendiri. Artinya, teste mempunyai kebebasan yang seluas-luasnya
dalam merumuskan, mengorganisasikan dan menyajikan jawabannya dalam
bentuk uraian.
b. Tes uraian bentuk terbatas
Jawaban yang dihendaki muncul dari teste adalah jawaban yang sifatnya
sudah lebih terarah (dibatasi).

Ketepatan penggunaan tes uraian dipergunakan apabila pembuat soal disamping


ingin mengungkap daya ingat dan pemahaman teste terhadap materi pelajaran
yang ditanyakan dalam tes, juga dilehendaki untuk mengungkap kemampuan teste
dalam memahami berbagai macam konsep berikut aplikasinya.Keunggulan yang
dimiliki tes uraian adalah :
a. Tes uraian adalah jenis tes hasil belajar yang pembuatannya dapat dilakukan
dengan mudah dan cepat.
b. Dapat dicegah kemungkinan timbulnya permainan spekulasi dikalangan teste.

14
c. Melalui butir-butir soal tes uraian, penyusun soal dapat mengetahui seberapa
jauh tingkat kedalaman dan tingkat penguasaan teste dalam memahami materi
yang ditanyakan dalam tes tersebut.
d. Teste akan terdorong dan terbiasa untuk berani mengemukakan pendapat
dengan menggunakan susunan kalimat dan gaya bahasa yang merupakan hasil
olahannya sendiri.

Kelemahan dari tes uraian adalah :


a. Kurang dapat menampung atau mencakup dan mewakili isi dan luasnya materi
atau bahan pelajaran yang telah diberikan kepada teste, yang seharusnya
diajukan dalam tes hasil belajar.
b. Cara mengkoreksi jawaban soal tes urain cukup sulit.
c. Dalam memberikan skor tes uraian, terdapat kecenderungan bahwa tester lebih
banyak bersifat subyektif.
d. Pekerjaan koreksi terhadap lembar-lembar jawaban hasil tes uraian sulit untuk
diserahkan kepada orang lain, sebab yang paling tahu mengenai jawaban yang
sempurna adalah penyusun tes itu sendiri.
e. Daya ketepatan mengukur (validitas) dan daya keajegan mengukur (reliabilitas)
yang dimiliki oleh tes uraian pada umumnya rendah sehingga kurang dapat
diandalkan sebagai alat pengukur hasil belajar yang baik.

Beberapa petunjuk operasional berikut ini dapat dijadikan pedoman dalam


menyusun butir-butir soal tes uraian :
a. Diusahakan butir-butir soal mencakup ide ide pokok dari materi pelajaran yang
telah diajarkan, atau telah diperintahkan kepada teste untuk mempelajarinya.
b. susunan kalimat soal dibuat berlainan dengan susunan kalimat yang terdapat
dalam buku pelajaran atau bahan lain yang diminta untuk mempelajarinya.
c. Hendaknya disusun dan dirumuskan secara tegas, bagaimana seharusnya
jawaban yang dihendaki oleh tester sebagai jawaban yang betul.

15
d. Pertanyaan atau perintah jangan dibuat seragam, melainkan dibuat secara
bervariasi.
e. Kalimat soal disusun secara ringkas, padat dan jelas, sehingga dapat dipahami
oleh teste dan tidak menimbulkan keraguan atau kebingungan bagi teste dalam
memberikan jawabannya.
f. Hendaknya dikemukakan pedoman tentang cara mengerjakan atau menjawab
butir-butir soal tersebut.
2. Tes hasil belajar bentuk obyektif
Tes obyektif adalah salah satu jenis tes hasil belajara yang terdiri dari butir-
butir soal yang dapat dijawab oleh tese dengan jalan memilih salah satu (atau
lebih) diantara beberapa kemungkinan jawaban yang telah dipasangkan pada
masing-masing item. Sebagai salah satu jenis tes hasil belajar, tes obyektif dapat
dibedakan menjadi 5 golongan, yaitu:
a. Tes obyektif bentuk benar-salah
Tes obyektif bentuk benar-salah adalah salah satu bentuk tes obyektif
dimana butir-butir soal yang diajukan dalam tes hasil belajar itu berupa
pertanyaan, pernyataan mana ada yang benar dan ada yang salah. tugas teste
adalah membubukan tanda tertentu atau mencoret huruf B jika menurut
kenyakinan mereka pernyataan itu benar, atau membubuhkan tanda tertentu atau
mencoret huruf S jika menurut kenyakinan mereka pernyataan tersebut adalah
salah.
Tes obyektif benar salah memiliki berbagai keunggulan, diantaranya ialah :
1) Pembuatannya mudah.
2) Dapat dipergunakan berulang kali.
3) Dapat mencakup bahan pelajaran yang luas
4) Tidak terlalu banyak memakan lembalan kertas
5) Bagi teste cara mengerjakannya mudah
6) Bagi tester cara mengkoreksinya juga mudah.

16
Kelemahan-kelemahan oleh tes obyektif bentuk benar-salah antara lain
adalah :
1) Tes obyektif bentuk benar salah membuka peluang bagi teste untuk
berspekulasi dalam memberikan jawaban.
2) Sifatnya amat terbatas, dalam arti bahwa tes tersebut hanya dapat
mengungkap daya ingat dan pengenalan kembali saja. jadi sifatnya hanya
hafalan.
3) Pada umumnya tes obyektif jenis ini reliabilitasnya rendah, kecuali apabila
butir-butir soalnya dibuat dalam jumlah yang banyak sekali.
4) Dapat terjadi bahwa butir-butir soal tes obyektif jenis ini tidak dapat dijawab
dengan dua kemungkinan saja, yaitu betul/salah.
b. Tes obyektif bentuk matching
Tes obyektif bentuk macthing merupakan salah satu tes obyektif dengan ciri-
ciri sebagai berikut :
1) Tes terdiri dari 1 seri pertanyaan dan 1 seri jawaban.
2) Tugas teste adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban yang telah
tersedia, sehingga sesuai atau cocok atau merupakan pasangan, atau
merupakan jodoh dari pertanyaannya.

Kelemahan yang dimiliki oleh tes obyektif bentuk macthing antara lain
adalah :
1) Macthing tes cenderung lebih banyak mengungkap aspek hafalan atau daya
ingan saja
2) Karena mudah disusun, maka tes jenis ini acap kali dijadikan pelarian bagi
pelajar, yaitu dipergunkan alat pengajar tidak sempat lagi untuk membuat tes
bentuk lain
3) Karena jawabannya pendek maka tes jenis ini kurang baik untuk mengefaluasi
pengertian dan kemmampuan membuat tafsiran

17
4) Tanpa disengaja , dalam tes jenis ini sering mnyelinap atau masuk hal-hal
yang sebenarnya kurang perlu untuk diujikan

Keunggulan tes obyektif macthing adalah:


1) Pembuatannya mudah
2) Dapat dinilai dengan mudah, cepat dan obyektif
3) Apabila tes jenis ini dibuat dengan baik, maka faktor menebak praktis dapat
dihilangkan
4) Tes jenis ini sangan berguna untuk menilai berbagai hal misalnya:
a) Antara problem dan penyelesaiannya
b) Antara teori dan penemunya
c) Antara sebab dan akibatnya
d) Antara singkatan dan kata-kata lengkapnya
e) Antara istilah dan definisinya
c. Tes obyektif bentuk fill in
Tes obyektif bentuk fill in biasanya berbentuk cerita atau karangan kata-kata
penting dalam cerita atau karangan itu beberapa diantaranya dikosongkan,
sedangkan tugas teste adalah mengisi bagian-bagian yang telah dikosongkan itu.
Tes objektif bentuk fill in memiliki kebaikan-kebaikan, diantaranya :
1) Dengan menggunakan tes objektif bentuk fill in maka masalah yang diujikan
tertuang secara keseluruhan dalam konteksnya
2) Butir-butir item tes objektif bentuk fill in, berguna sekali untuk mengungkap
pengetauan teste secara bulat atau utuh mengenai suatu hal atau suatu bidang.
3) Cara penyusunan mudah
Kelemahan tes objektif bentuk fill in :
1) Tes ini cenderung lebih banyak pengungkaap pengetahuan.
2) Karena ter tertuang dalam bentuk cerita, maka tes objektif bentuk fill in
umumnya bnyak memakan tempat

18
3) Tes objektif bentuk fill in sifatnya kurang komprehensif, sebab hanya dapat
mengungkap sebagian dari bahan yang seharusnya di teskan
d. Tes obyektif bentuk melengkapi atau menyempurnakan
Salah satu ciri-ciri tes obyektif ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Tes tersebut terdiri atas susunan kalimat yang bagian-bagiannya sudah
dihilangkan
2) Bagian-bagian yang dihilangkan itu diganti dengan titik-titik (........)
3) Titik-titik itu harus diisi atau dilengkapi oleh testee, dengan jawaban yang oleh
tester hilangkan
Ada segi kebaikan yang dimiliki oleh tes obyektif bentuk completion, yaitu:
a) Tes model ini sangat mudah dalam penyusunannya
b) Jika dibandingkan dengan tes obyektif bentuk fill in, tes obyektif lebih
menghemat tempat
c) Karena bahan yang disajikan dalam tes ini cukup banyak dan beragam, maka
persyaratan komprehensif dapat dipenuhi oleh tes model ini
d) Tes ini digunakan untuk mengukur berbagai taraf kompetensi dan tidak sekedar
mengungkap taraf hafalan saja
Ada segi kekurangan dalam tes ini, yaitu:
a) Pada umumnya tester lebih cenderung menggunakan tes model ini untuk
mengungkap daya ingat
b) Dapat terjadi bahwa butir-butir item dari tes model ini kurang relevan untuk
diujikan
c) Karena pembuatannya mudah, maka tester sering menjadi kurang berhati-hati
dalam menyusun kalimat-kalimat soalnya.
e. Tes obyektif bentuk pilihan ganda (Multiple Choice Item)
Tes obyektif pilihan ganda yaitu salah satu bentuk tes obyektif yang terdiri
atas pertanyaan atau pernyataan yang sifatnya belum selesai, dan untu
menyelesaikannya harus dipilih salah satu dari beberapa kemungkinan jawab yang
telah disediakan pada tiap-tiap butir soal yang berangkutan.

19
Dalam perkembangannya, tes obyektif bentuk pilihan ganda dapat dibedakan
menjadi sembilan model, yaitu:
a) Model melengkapi lima pilihan
Tes obyektif ini terdiri atas kalimat pokok yang berupa perbyataan yang
belum lengkap , diikuti oleh ilam kemungkinan jawab yang dapat melengkapi
pernyataan tersebut. Tugas testee adalah memilih salah satu jawaban yang
benar.
b) Model asosiasi dengan lima atau empat pilihan
Tes obyektif bentuk lima atau empat pilihan ini terdiri atas empat istilah,
yang diberi tanda harus abjad di depannya, dan diikuti oleh beberapa
pernyataan yang diberi nomor urut di depannya. Testee diminta memilih salah
satu pengertian yang berhuruf abjad, yang menurut keyakinan testee adalah
paling cocok.
c) Model melengkapi berganda
Bentuk soal jenis ini sama dengan bentuk sal lima pilihan, perbedannya
terdapat pada butir soal jenis ini, kemungkinan jawaban betulnya bisa satu,
dua, tiga atau empat.
d) Model analisi hubungan antarhal
Tes obyektif ini terdiri atas satu kalimat pernyataan yang diikuti oleh satu
kalimat keterangan. Kepada testee ditanyakan, apakah pernyataan itu betul,
dan apakah keterangan itu juga betul. jika pernyataan danketerangan itu betul,
testee harus memikirkan, apakah pernyataan itu disebabkan oleh keterangan
yang dibeikan, ataukah pernyataan itu tidak disebabkan oleh keterangan
tersebut.
e) Model analisis kasus
Jenis soal ini testee seolah-olah dihadapkan kepada suatu kasus. dari kasus
tersebut testee ditanyakan mengenai berbagainhal dan kunci jawaban-
jawaban itu tergantung pada tahu atau tidaknya testee dalam memahami kasus
tersebut.

20
f) Model hal kecuali
Tes model hal kecuali digunakan dalam tes hasil belajar, maka pada kolom
sebelah kiri dicantumkan tiga macam kategori (yakni A,B dan C.). Sedangkan
pada kolom sebelah kanan terdapat lima hal (yaitu 1,2,3,4dan5), dimana 4
diantaranya cocok dengansatu hal yang berada sebelah kiri. jawaban yang
dikehendaki oleh tester ialah, agar teste menentukan hal yang berabjad mana
yang dipandnag cocok dengan empat keadaan yang bernomor, dan keadaan
yang tidak cocok dengan hal atau keadaan itu. Jadi, disini testee diminta untuk
memberikan dua buah jawaban, yaitu: 1 huruf abjad dan 1 nomor.
g) Model hubungan dinamik
Tes obyektif ini menuntut kepada testee untuk memiliki bekal pengertian
atau pemahaman tentang perbandingan kuantitatif dalam hubungan dinamik.
h) Tes obyektif model pemakaian gambar/diagram/grafik/peta
Pada tes ini terdapat gambar/diagram/grafik/peta yang diberi tanda buruf
A,B,C,D dan sebagainya. Kepada testee ditanyakan tentang sifat/keadaan/hal-
hal tertentu yang berhubungan dengan tanda-tanda tersebut.

1.10 Validitas
A. Definisi Validitas
Suatu instrument dikatakan valid atau mempunyai vadilitas yang tinggi apabila
alat-alat itu betul mampu mengukur dan menilai apa yang ingin diukur. Konsep
validitas menunjukan kesesuaiaan, kebermaknaan, dan kemamfaatan inferensi yang
didasarkan pada hasil tes. Validitas tes adalah proses mengumpulkan bukti untuk
menunjang inferensi.
Penganalisaan terhadap hasil tes belajar sebagai suatu totalitas dapat dilakukan
dengan dua cara. Pertama, penganalisisan yang dilakukan dengan jalan berpikir
secara rasional atau penganalisian dengan menggunakan logika. Kedua,
penganalisisan yang dilakukan dengan mendasarkan diri kepada kenyataan empiris,
dimana penganalisisannya dilaksanakan dengan menggunakan empirical analysis.

21
1) Pengujian validitas tes secara rasional
Validitas rasional adalah validitas validitas yang diperoleh atas dasar hasil
pemikiran, validitas yang diperoleh dengan berfikir secara logis. Untuk
menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas rasional atau belum,
dapat dilakukan penelusuran dari dua segi, yaitu dari segi isinya (validitas isi) dan
dari segi susunan atau kontruksinya (validitas kontruksi)
a) Validitas isi
Validitas isi merupakan tes yang mempersoalkan apakah isi butir tes yang
diujikan itu mencerminkan isi kurikulum yang seharusnya diukur atau tidak. Cara
untuk menguji validitas ini adalah dengan pendekatan rasional, yaitu
membandingkan antara kisi-kisi soalnya. Dalam kisi-kisi soal dimuat data tentang
pokok bahasan dan sub pokok bahasan serta aspek kepribadian yang akan diukur.
b) Validitas kontruksi
Validitas kontruksi adalah suatu tes dimana butir soal tersebut membangun
setiap aspek berpikir seperti yang dibutuhkan dalam tujuan intruksional khusu
(TIK).
2) Pengujian validitas tes secara empiric
Validitas empiric adalah validitas yang bersumber pada atau memperoleh atas
dasar pengamatan dilapangan. Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar
sudah memiliki validitas empirik ataukah belum, dapat dilakukan penelusuran dari
dua segi, yaitu segi daya ketepatan meramalnya (predictive validity) dan daya
ketepatan bandingannya (concurrent validity).
a) Validitas Ramalan
Validitas Ramalan adalah suatu kondisi yang menunjukan seberapa jauhkah
sebuah tes telah dapat dengan cara tepat menunjukan kemampuannya untuk
meramalkan apa yang bakal terjadi pada masa mendatang. Untuk mengetahui
apakah suatu hasil tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang memiliki

22
validitas ramalan atau belum, dapat ditempuh dengan cara : mencari korelasi
antara tes hasil belajar yang sedang diuji validitas ramalanya dengan kriterium
yang ada.
b) Validitas Bandingan
Tes sebagai alat pengukur dapat dikatakan telah memiliki validitas
bandingan apabila tes tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan secara tepat
telah mampu menunjukan adanya hubungan searah, antara tes pertama dengan tes
berikutnya. Validitas bandingan juga sering dikenal dengan istilah : validitas sama
saat, sebab validitas tes itu ditentukan atas data hasil tes.

B. Menghitung Koefisien Validitas


Validitas instrument dapat diketahui dengan mencari korelasi hasil instrumen
dengan kriteria atau melakukan analisis butir. Apabila data yang digunakan adalah
data interval maka dapat digunakan rumus Product Moment Korelasi, sebagai berikut:
a) Rumus korelasi product moment dengan simpangan

r ∑ xy
xy ¿
√( ∑ X2 )( ∑ Y 2 )
Keterangan :
r xy : Koefisien korelasi antar variable X dan Y, dua variable yang dikorelasikan (
x = X – x dan y = Y – y )

∑ xy : Jumlah perkalian x dan y


X2 : Kuadrat perkalian X

Y2 : Kuadrat perkalian Y

23
b) Rumus korelasi product moment dengan angka kasar

r xy ¿ ¿

Keterangan :

r xy : Koefisien korelasi antara variable X dan Y, dua variable yang


dikorelasikan.

Koefisien negative menunjukan hubungan kebaikan sedangkan hubungan


positif menunjukan adanya kesejajaran untuk mengadakan interprestasi
mengenai besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut :

 Antara 0,800 – 1,00 : sangat tinggi


 Antara 0,600 – 0,800 ; tinggi
 Antara 0,400 – 0,600 ; cukup
 Antara 0,200 – 0,400 ; rendah
 Antara 0,000 – 0,200 ; sangat rendah

2.11 Daya Pembeda


Item yang baik adalah jika item-item itu tidak terlalu sukar dan juga tidak
terlalu mudah. Disamping itu, item tersebut hendaklah mampu membedakan orang
yang pintar dan orang yang kurang pintar. Daya pembeda soal adalah kemampuan
suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pintar dengan siswa yang kurang
pintar. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi,
tingkat D. indeks diskriminasi ini berkisaran antara -1,00 sampai 1,00.
Apabila suatu soal dapat dijawab benar oleh siswa atau antar kelompok pintar
dan kelompok kurang pintar maka soal itu dikattakan tidak baik sebab tidak dapat
membedakan kelompok pintar dan kelompok kurang pintar. Seandainya suatu soal
hanya dapat dijawab oleh kelompok kurang pintar, sedangkah kelompok pintar tidak

24
dapat menjawab soal sama sekali, atau tidak dapat dijawab oleh kelompok pintar atau
kelompok kurang pintar maka soal itu dikatakan kurang baik karena tidak mempunyai
daya pembeda negatif. Soal yang baik adalah apabila soal itu hanya dapat dijawab
oleh kelompok pintar saja.
Untuk mengetahui daya pembeda butir soal tersebut dapat dilakukan dengan
dua cara :
1. Dengan menggunakan kelompok ekstrim, kelompok unggul, dan kelompok
bawah.
2. Dengan mengikut sertakan seluruh testee, yakni dengan teknik korelasi, langkah-
langkah :
a. Tentukan sekor masing-masing siswa sesuai dengan pedoman assesmen
(manual ) yang telah detetapkan.
b. Bagi kelompok itu menjadi dua kelompok berdasarkan skor yang mereka dapat
(kelompok pintar dan kelompok kurang pintar).
c. Apabila jumlah kelompok besar, ambil 27% dari kelompok pintar dan dimulai
dengan nilai tinggi, selanjutnya ambil pula 27% dari kelompok kurang pintar
dan dimulai dari nilai terendah.
d. Tentukan indeks diskriminasi
e. Menentukan daya pembeda
Dalam buku Depiknas (2007:27) untuk mencari daya pembeda soal
objektif digunakan rumus sebagai berikut :

2 ( BA−BB )
DP ¿
N

Keterangan :

DP : Daya Pembeda

BA : Banyaknya kelompok atas yang memiliki jawaban benar

25
BB : Banyaknya kelompok bawah yang memiliki jawaban benar

f. Menentukan daya pembeda soal essay

rerata kelompok atas−rerata kelompok bawah


DP ¿
skor maksimum yang telah ditetapkan

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus diatas dapat


menggambarkan tingkat kemmampuan soal dalam membedakan antar warga
pelajar atau siswa yang sudah memahami materi yang diujikan dengan warga
pelajar atau siswa yang belum atau tidak memahami materi yang diujikan.
Untuk mengklasifikasikan daya pembeda soal dapat digunakan interprestasi
sebagai berikut :

0,40 ≤ DP ≤ 1,00 soal diterima/baik

0,30 ≤ DP < 0,40 soal diterima tapi perlu diperbaiki

0,20 ≤ DP < 0,30 soal diperbaiki

0,00 ≤ DP < 0,20 soal tidak dipakai atau dibuang

2.12 Realibilitas
A. Pengertian realibilitas
Menurut Sukardi (2008: 43) reliabilitas adalah karakter lain dari evaluasi.
Reliabilitas juga dapat diartikan sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu
instrument evaluasi dikatakan mempunyai nilai reliabelitas tinggi, apabila tes yang
dibuat mempunyai hasil konsisten dalam mengukur yang hendak diukur.
Sehubungan dengan reliabelitas ini Scarvia B. Anderson dan kawan-kawan
(dalam Arikunto, 1997) menyatakan bahwa persyaratan bagi tes, yaitu validitas dan
reliabelitas ini penting. Dalam hal ini validitas lebih penting, dan reliabilitas ini perlu,

26
karena menyokong terbentuknya validitas. Sebuah tes mungkin reliable tapi tidak
valid. Sebaliknya tes yang valid biasanya reliable.

Dalam menguji reliabilitas digunkaan uji konsistensi internal dengan

menggunakan rumus Alpha Cronbach sebagai berikut.

2
∑σb
r 11 = [ ][
k
k−1
1− 2
Vt ] , (Arikunto, 1999: 193)

Dimana: r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑ σ 2b = jumlah varian butir/item


2
Vt = varian total

Kriteria suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel dengan menggunakan

teknik ini, bila koefisien reliabilitas (r11) > 0,6

B. Tujuan Realibilitas

Tujuan adanya realibilitas adalah mengkonsep satu variabel dengan jelas. Setiap
pengukuran harus merujuk pada satu dan hanya satu konsep/variabel. Sebuah variabel
harus spesifik agar dapat menguragi intervensi informasi dari variabel lain.
Menggunakan level pengukuran yang tepat. Semakin tinggi atau semakin tepat level
pengukuran, maka variabel yang dibuat akan semakin reliabel karena informasi yang
dimiliki semakin mendetail.
Prinsip dasarnya adalah mencoba melakukan pengukuran pada level paling
tepat yang mungkin diperoleh. Gunakan lebih dari satu indikator. Dengan adanya
lebih dari satu indikator yang spesifik, peneliti dapat melakukan pengukuran dari
range yang lebih luas terhadapkonten definisi konseptual. Gunakan tes pilot, yakni

27
dengan membuat satu atau lebih draftatau dalam sebuah pengukuran sebelum menuju
ke tahap hipotesis (pretest). Dalam penggunaan pilot studies, prinsipnya adalah
mereplikasi pengukuran yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu dari literature-
literatur yag berkaitan.
Selanjutnya, pengukuran terdahulu dapat dipergunakan sebagai patokan dari
pengukuran yang dilakukan peneliti saat ini. Kualitas pengukuran dapat ditingkatkan
dengan berbagai cara sejauh definisi dan pemahaman yang digunakan oleh peneliti
kemudian tetap sama.
Pada konstruksi alat ukur, perhitungan reliabilitas berguna untuk melakukan
perbaikan pada alat ukur yang dikonstruksi. Dimana perbaikan alat ukur dilakukan
melalui analisis butir untuk mengetahui butir mana yang perlu diperbaiki. Namun
pada pengukuran sesungguhnya, perhitungan reliabilitas dilakukan untuk memberi
informasi tentang kualitas sekor hasil ukur kepada mereka yang memerlukannya.
Tentunya perolehan tersebut bisa di jadikan acuan bagi peneliti untuk menghasilkan
penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan di kemudian hari.
Sehingga, jika realibilitas baik, akan menunjukkan kalahan varian yang minim.
Jika tes mempunyai reabilitas tinggi maka pengaruh kesalahan pengukuran telah
terkurangi.
C. Jenis-jenis Reliabilitas Instrumen Pengumpulan Data
a. Reliabilitas Tes-Retes
Reliabilitas tes-retes tidak lain adalah derajat yang menunjukkan konsistensi
hasil sebuah tes dari waktu ke waktu. Tes-retes menunjukkan variasi skor yang
diperoleh dari penyelenggaraan satu tes yang dilakukan dua kali atau lebih,
sebagai akibat kesalahan pengukuran. Dengan kata lain, kita tertarik dalam
mencari kejelasan bahwa skor seseorang mencapai suatu tes pada waktu tertentu
adalah sama hasilnya, ketika orang tersebut dites lagi dengan tes tersebut.
Dengan melakukan tes-retes tersebut kita mengetahui sejauh mana konsistensi
suatu tes mengukur dengan apa yang ingin di ukur.

28
Reliabilitas tes-retes ini penting, khususnya ketika digunakan untuk
menentukan prediktor, misalnya tes kemampuan. Tes kemampuan tidak akan
bermanfaat, jika ternyata menunjukkan hasil yang selalu berubah-rubah secara
signifikan saat diberikan kepada responden. Penentu pemakaian reliabilitas tes-
retes ,juga tepat ketika bentuk alterntif lainnya tidak ada, dan ketika tampak
bahwa orang yang mengambil tes kedua kalinya tidak ingat atas jawaban tes
yang pertama. Para pengambil tes pada umumnya akan terus mengingat
jawabannya, jika item-item yang ada banyak mengandung faktor sejarah,
dibanding bentuk jawaban item ilmu pengetahuan aljabar misalnya.
Reliabilitas tes-retes dapat dilakukan dengan cara seperti berikut :
a. Selenggarakan tes pada grup yang tepat sesuai dengan rencana.
b. Setelah selang waktu tertentu , misalnya satu minggu atau dua minggu,
lakukan kembali penyelenggarakan tes yang sama dengan grup yang sama
tersebut.
c. Korelasikan hasil tes tersebut.

Tes-retes juga mempunyai beberapa permasalahan. Di antaranya


permasalahan tersebut, yaitu faktor waktu tenggang yang diambil ketika
dilakukan tes pertama dengan tes kedua. Jika interval waktu terlalu pendek maka
mahasiswa memiliki kesempatan untuk mengingat jawaban dalam tes, sehingga
tes yang kedua dapat dipastikan lebih baik, karena faktor resistansi atau sia-sia
hafalan yang terjadi pada subjek pelaku. Jika interval waktu terlalu panjang,
kemampuan para pelaku yang mengikuti tes mungkin bertambah, karena dua
kemungkinan, yaitu faktor maturasi atau kedewasaan dan faktor intervensi dari
faktor belajar para subyek.
Faktor-faktor tersebut menjadikan konsistensi tes cenderung artifsial dan
rendah. Mengenai interval waktu yang baik antara tes pertama dengan tes
berikutnya diberikan kepada subjek pelaku pilot study, (Gay, 1983, dalam
Sukardi, 2007) memberikan referensi bahwa satu hari terlalu pendek, sebaliknya

29
satu bulan terlalu panjang. Oleh karena itu, selisih waktu pemberian tes melalui
tes-retes diantara satu atau dua minggu.
b. Reliabilitas Bentuk Ekuivalensi
Sesuai dengan namanya, yaitu ekuivalen maka tes yang hendak diukur
reliabilitasnya dibuat identik. Setiap tampilannya, kecuali subtansi item yang ada
dapat berbeda. Kedua tes tersebut sebaiknya mempunyai karakteristik sama.
Karakteristik yang dimaksud termasuk, misalnya: mengukur variabel yang sama,
mempunyai jumlah item sama, struktur sama, mempunyai tingkatan kesulitan
dan mempunyai petunjuk, cara skoring, dan interpretasi yang sama.
Dari semua kondisi yang direncanakan secara ekuivalen di atas idealnya jika
grup yang sama mengambil dua tes tersebut maka rerata skor maupun
variabilitas skor yang dicapai dari kedua tes yang diambil mestinya sama. Jika
dikehendaki, sebenarnya kita dapat memilih, mengambil sampel, dan item yang
berbeda dari ranah tingkah laku yang sama. Yang perlu diperhatikan mestinya
adalah dalam hal apakah skor tergantung item pilihan atau pada penampilan atas
item-item yang dapat digeneralisasi pada lainnya. Jika item terpilih baik dan
setiap setnya menggambarkan ranah yang setaraf maka penggambaran tersebut
mestinya benar.
Reliabilitas ekuivalen, pada umumnya juga menggambarkan bentuk
konsistensi alternatif, yang dapat mmenunjukkan variasi skor yang terjadi dari
bentuk tes satu dengan bentuk lainnya. Tetapi juga perlu diingat bahwa
pengambilan tes reliabilitas ekuivalen ini akan dapat mencapai hasil yang tepat,
jika pengambilan tes hafal terhadap jawaban tes yang dibuat dalam sesi pertama,
sehingga mereka dapat menjawab kembali tes yang kedua. Ketika dua bentuk
alternatif tes tersedia , yang perlu diketahui dari kedua tes adalah berapa
reliabilitas ekuivalensi. Hal ini perlu diyakinkan kembali agar terjadi bahwa skor
seseorang tidak akan dipengarui oleh cara mengadministrasi tes tersebut.
Implikasi dari analisis di atas ialah bahwa sebuah tes diberikan lebih dari satu
kali pada grup yang sama. Pertama tes diberikan pada grup sebagai proses dan

30
setelah selang waktu tertentu diberikannya untuk yang kedua kalinya sebagai
post- tes. Hal lain yang perlu diketahui yaitu bahwa ada kemungkinan pengaruh
kegiatan intervening, ketika mengukur suatu hal yang esensinya sama dengan
menggunakan tes sama.
Langkah-langkah proses melaksanakan tes reliabilitas secara ekuivalen yaitu:
a. Tentukan subjek sasaran yang hendak dites.
b. Lakukan tes yang dimaksud kepada subjek sasaran tersebut.
c. Administrasi hasilnya secara baik.
d. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, lakukan pengetesan untuk yang kedua
kalinya pada grup terebut.
e. Korelasikan kedua hasil tes skor.
Jika hasil koefisien ekuivalen tinggi, berarti tes memiliki reliabilitas
ekuivalen baik. Sebaiknya apabila ternyata bahwa koefisienya rendah maka
reliabilitas ekuivalen tes rendah. Reliabilitas ekuivalen merupakan salah satu
bentuk yang dapat diterima dan umum dipakai dalam penelitian terutama
penelitian pendidikan.yang perlu juga di ketahui para peneliti adalah bahwa tes
ekuivalen mempunyai kelemahan yaitu bahwa membuat dua buah tes yang
secara esensial ekuivalen adalah sulit. Akibatnya akan selalu muncul terjadinya
kesalahan pengukuran.
c. Reliabilitas Belah Tengah
Reliabilitas belah tengah tergolong dalam jenis reliabilitas yang berdasarkan
konsistensi internal dari instrumen pengukuran. Reliabilitas ini diperlukan jika
tes sangat panjang. Prosedur menentukan reliabilitas belah tengah meliputi
langkah-langkah:
a. Berikan seluruh tes pada satu kelompok.
b. Bagi tes kedalam dua bagian yang sama, dalam bentuk subtes, setengah
bagian pertama berisi item-item yang ganjil, sedangkan item-item yang genap
pada setengah bagian kedua.

31
c. Hitung skor setiap obyek pada kedua sub bagian dimana setiap subjek
mendapat mendapat 2 skor, 1 skor untuk item ganjil, dan 1 skor untuk item
genap.
d. Korelasikan 2 skor himpunan itu.
Hasil korelasi ialah koefisien konsistensi internal, yang bila tingi berarti
instrument itu mempunyai reliabilitas yang tinggi.
d. Reliabiltas Ekuivalen Rasional
Reliabilitas ini tergolong juga dalam reliabilitas berdasarkan konsistensi
internal. Reliabilitas ini diperoleh dengan cara menghitung konsistensi internal
dengan menentukan bagaimana semua item-item saling berhubungan dan
berhubunga denga tes secara keseluruhan.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Reliabilitas Instrumen
Menurut Sukardi (2008:51-52) koefisien reliabilitas dapat dipengaruhi oleh
waktu penyelenggaraan tes-retes. Interval penyelenggaraan yang terlalu dekat atau
terlalu jauh, akan mempengaruhi koefisien reliabilitas. Faktor-faktor lain yang
juga mempengaruhi reliabilitas instrument evaluasi di antaranya sebagai berikut:
a. Panjang tes, semakin panjang suatu tes evaluasi, semakin banyak jumlah item
materi pembelajaran diukur.
b. Penyebaran skor, koefisien reliabelitas secara langsung dipengaruhi oleh
bentuk sebaran skor dalam kelompok siswa yang di ukur. Semakin tinggi
sebaran, semakin tinggi estimasi koefisien reliable.
c. Kesulitan tes, tes normative yang terlalu mudah atau terlalu sulit untuk siswa,
cenderung menghasilkan skor reliabilitas rendah.
d. Objektifitas, yang dimaksud dengan objektif yaitu derajat dimana siswa
dengan kompetensi sama, mencapai hasil yang sama.

32
BAB III
PROSEDUR UJI COBA SOAL

1.1 Persuapan Dalam Menentukan Materi Dan Aspek Kognitif Yang Akan
Diukur
Dalam pembagian tugas, kami memilih tempat untuk mengadakan uji coba
soal di SMK N 1 Koto Baru. Untuk menentukan materi apa yang akan kami uji, kami
mengadakan beberapa kali kunjungan ke sekolah tersebut untuk bekerja sama dengan
guru dan mengetahui indicator yang dipakai guru tersebut dalam mengajar di sekolah
tepatnya materi matematika di kelas XI TKR 1. Setelah melalui kesepakatan yang a
lot, maka kami pun memutuskan untuk membuat soal mengenai perbandingan.
Dengan melakukan uji coba soal tersebut tes ini kami menggunakan taksonomi bloom
karena dalam dunia pendidikan saat ini taksonomi yang cocok digunakan adalah
taksonomi bloom. Maka aspek – aspek kognitif yang menjadi perhatian ada tiga
aspek :
1. Pengetahuan
2. Pemahaman
3. Aplikasi

A. Mentukan Bentuk Tes Dan Alokasi Waktu Untuk Tes


Jenis sekolah :Sekolah Menengah Kejuruan
Mata Pelajaran : Pendidikan Matematika
Kurikulum : K13
Alokasi Waktu : 120 menit
Jumlah soal : 10 menit
Bentuk Soal : Pilihan Ganda

B. Langkah – Langkah pengembangan tes

33
1. Pengembangan spesifikasi tes
a. Menyusun Tujuan
1) Mempelajari kurikulum
Meyer berpendapat dalam merumuskan tujuan pembelajaran harus
mencakup:
a) Kinerja (performance) mencakup sikap pernyataan tentang
kemampuan yang diharapkan dapat dilakukan siswa.
b) Rumusan itu hendaklah menuntut kondisi-kondisi yang dapat
menjelaskan suatu kondisi yang diperlukan untuk terjadinya kinerja.
c) Criteria dapat menjelaskan criteria yang diharapkan dengan
menjelaskan bagaimana criteria dapat diterima sebagai hasil belajar.
2) Rumusan tujuan evaluasi yang dilakukan
a) Mahasiswa mampu merumuskan
b) Mampu menerapkan hasil rumusan
c) Mampu mengelolah
d) Mampu memaknai
b. Menyusun kisi-kisi sebagai tes pembatas
Aspek dalam kisi-kisi:
a) Siswa mampu merumuskan kompetensi
b) Mampu menerapkan hasil rumusan
c) Mampu mengelolah
d) Mampu memaknai
c. Memilih tipe soal
a) Materi
b) Tujuan evaluasi
c) Skorsing
d) Pengolahan hasil tes
e) Dana dan kepraktisan
d. Merencana tingkat kesukaran soal

34
a) Merencanakan banyak sedikitnya soal
b) Melihat rehabilitasnya
c) Bobot seluruh soal
d) Wakyu
e) Uji coba
2. Penulisan soal
Syarat-syarat seseorang dapat menulis soal antara lain:
1. Menguasai materi
2. Memahami karakter siswa
3. Kemampuan membahas gagasan
4. Menguasai teknik penulisan soal
5. Mempunyai kesadaran akan tata nilai pendidikan
6. Sadar akan kelebihan dan kelemahan menulis soal
3. Penelaahan soal
4. Uji coba soal
5. Analisis hasil uji coba soal
6. Mengadministrasikan hasil uji coba soal.

35
BAB IV
HASIL UJI COBA SOAL

4.1 Validitas
Untuk soal-soal objektif skor untuk item bias diberikan dengan nilai
1(jawaban benar) dan 0 (jawaban salah). Sedangkan skor total selanjutnya merupakan
jumlah skor untuk semua item yang membangun soal tersebut. Rumus menentukan
validitas item soal dengan sangka kasar yang terdapat dalam buku arikunto (2001:78)

r xy ¿ ¿

Keterangan :

N : jumlah siswa

∑ X : jumlah yang menjawab benar


∑Y : skor total menjawab soal benar

Koefisien korelasi selalu terdapat antara -1 sampai 1, koefisien negative


menujukan hubungan kebaikan. Sedangkan koefisien positif menunjukan hubungan
kebaikannya adanya kesejajaran korelasi sebagi berikut:

Antara 0,800 - 1,00 ; sangat tinggi

Antara 0,600 – 0,800 ; tinggi

Antara 0,400 – 0,600 ; cukup

Antara 0,200 – 0,400 ; rendah

Antara 0,000 – 0,200 ; sangat rendah

Berikut ini penyajian validitas soal objektif :

36
1. Validitas item nomer 1

∑ X =1
∑ Y =24
∑ XY =24
∑ X 2=1
∑ Y 2=576 N =20

r xy ¿ ¿

20 ( 24 ) −(1)(24)
¿
√( 20 ( 1 )−1 ) ( 20 ( 576 )−( 576 ) )
480−24
¿
√( 19 ) ( 10.944 )
456
¿
√ 207.936
456
¿
456
¿ 1,00

Koefesien validitas item nomer 1 adalah 1,00 , sehingga validitas nomer 1


sangat tinggi.

2. Validitas item nomer 2


∑ X =1

37
∑ Y =24
∑ XY =24
∑ X 2=1
∑ Y 2=576 N =20

r xy ¿ ¿
20 ( 24 ) −(1)(24)
¿
√( 20 ( 1 )−1 ) ( 20 ( 576 )−( 576 ) )
480−24
¿
√( 19 ) ( 10.944 )
456
¿
√ 207.936
456
¿
456
¿ 1,00
Koefesien validitas item nomer 2 adalah 1,00 , sehingga validitas nomer 2 sangat
tinggi.
3. Validitas item nomer 3
∑ X=1
∑ Y =24
∑ XY =24
∑ X 2=1
∑ Y 2=576 N =20

r xy ¿ ¿
20 ( 24 ) −(1)(24)
¿
√( 20 ( 1 )−1 ) ( 20 ( 576 )−( 576 ) )

38
480−24
¿
√( 19 ) ( 10.944 )
456
¿
√207.936
456
¿
456
¿ 1,00

Koefisien validitas item nomer 3 adalah 1,00, sehingga validitas item no.3
sangat tinggi.

4. Validitas item nomer 4

∑ X=0 ∑ Y =24 ∑ XY = 0
∑ X 2=0
∑ Y 2=576
N= 20

r xy ¿ ¿

r XY ¿ ¿

0
¿ =0 , 000
0

Koefisien validitas item nomer 4 adalah 0,000, sehingga validitas item no.4
sangat rendah.
5. Validitas item nomer 5

∑ X =1
∑ Y =24

39
∑ XY =24
∑ X 2=1
∑ Y 2=576 N =20

r xy ¿ ¿

20 ( 24 ) −(1)(24)
¿
√( 20 ( 1 )−1 ) ( 20 ( 576 )−( 576 ) )
480−24
¿
√( 19 ) ( 10.944 )
456
¿
√ 207.936
456
¿
456
¿ 1,00

Koefesien validitas item nomer 5 adalah 1,00 , sehingga validitas nomer 5


sangat tinggi.
6. Validitas item nomer 6

∑ X =4
∑ Y =24
∑ XY =96
∑ X 2=16
∑ Y 2=576 N =20

40
r xy ¿ ¿

20 ( 96 )−( 4)(24)
¿
√( 20 ( 16 ) −16 ) (20 ( 576 ) −( 576 ) )
1920−96
¿
√( 304 )( 10.944 )
1854
¿
√3326976
1824
¿
1824
¿ 1,00

Koefesien validitas item nomer 6 adalah 1,00 , sehingga validitas nomer 6


sangat tinggi.

7. Validitas item nomer 7

∑ X=1
∑ Y =24
∑ XY =24
∑ X 2=1
∑ Y 2=576 N =20

r xy ¿ ¿

20 ( 24 ) −(1)(24)
¿
√( 20 ( 1 )−1 ) ( 20 ( 576 )−( 576 ) )

41
480−24
¿
√( 19 ) ( 10.944 )
456
¿
√207.936
456
¿
456
¿ 1,00

Koefesien validitas item nomer 7 adalah 1,00 , sehingga validitas nomer 7


sangat tinggi.

8. Validitas item nomer 8

∑ X =7
∑ Y =24
∑ XY =168
∑ X 2=49
∑ Y 2=576 N =20

r xy ¿ ¿

20 (168 )−(7)(24)
¿
√( 20 ( 49 )−49 ) (20 ( 576 )−( 576 ))
3360−168
¿
√( 931 ) ( 10.944 )
3192
¿
√ 10188864

42
3192
¿
3192
¿ 1,00

Koefesien validitas item nomer 8 adalah 1,00 , sehingga validitas nomer 8


sangat tinggi.

9. Validitas item nomer 9

∑ X=1
∑ Y =24
∑ XY =24
∑ X 2=1
∑ Y 2=576 N =20

r xy ¿ ¿

20 ( 24 ) −(1)(24)
¿
√( 20 ( 1 )−1 ) ( 20 ( 576 )−( 576 ) )
480−24
¿
√( 19 ) ( 10.944 )
456
¿
√207.936
456
¿
456
¿ 1,00

43
Koefesien validitas item nomer 9 adalah 1,00 , sehingga validitas nomer 9
sangat tinggi.

10. Validitas item nomer 10

∑ X =6
∑ Y =24
∑ XY =144
∑ X 2=36
∑ Y 2=576 N =20

r xy ¿ ¿

20 ( 144 )−(6)( 24)


¿
√( 20 ( 36 ) −36 ) (20 ( 576 )−( 576 ) )
2880−144
¿
√( 684 )( 10.944 )
2736
¿
√ 7485696
2736
¿
2736
¿ 1,00

Koefesien validitas item nomer 10 adalah 1,00 , sehingga validitas nomer 10


sangat tinggi.

44
4.2 Daya Pembeda
Daya pembeda soal objektif
BA BB
PA ¿ PB ¿
JA JB

PA = Proporsi testee kelompok atas yang dapat menjawab dengan betul butir
item yang bersangkutan.
PB = Banyaknya testee kelompok atas yang dapat menjawab dengan betul butir
item yang bersangkutan.
JA = Jumlah testee yang termasuk kedalam kelompok atau atau D = Ra-Rb
Untuk langkah 1 dan 2 lihat pada table lampiran VII
Soal nomer 1
R A −¿ R B 0,17−0
DP= ¿ =0,17
skor 1

Karena Dp = 0 maka soal tidak dipakai atau dibuang

Soal nomer 2
R A −¿ R B 0,67−0
DP= ¿ =0,67
skor 1

Karena Dp = 0,67 maka soal diterima


Soal nomer 3
R A −¿ R B 0,17−0
DP= ¿ =0,17
skor 1

Karena Dp = 0,17 maka soal tidak dipakai atau dibuang


Soal nomer 4

45
R A −¿ R B 0−0
DP= ¿ =0
skor 1

Karena Dp = 0 maka soal tidak dipakai atau dibuang

Soal nomer 5
R A −¿ R B 0,33−0
DP= ¿ =0 , 33
skor 1
Karena Dp = 0,33 maka soal diterima tetapi perlu
diperbaiki.

Soal nomer 6

R A −¿ R B 0,33−0,17
DP= ¿ =0,16
skor 1

Karena Dp = 0,16 maka soal tidak dipakai atau dibuang


Soal nomer 7
R A −¿ R B 0−0,17
DP= ¿ =−0,17
skor 1
Karena Dp = -0,17 maka soal tidak dipakai atau
dibuang.

Soal nomer 8

R A −¿ R B 0,8−0,33
DP= ¿ =0,47
skor 1

Karena Dp = 0,47 maka soal diterima


Soal nomer 9

46
R A −¿ R B 0,17−0
DP= ¿ =0 , 17
skor 1

Karena Dp = 0,17 maka soal tidak dipakai atau dibuang

Soal nomer 10
R A −¿ R B 0,42−0
DP= ¿ =0,42
skor 1

Karena Dp = 0,42 maka soal diterima.

47
Tabel Kesimpulan Data Nilai Objektif.

No
. No.Soal DP Interprestasi
1 1 0,17 Soal tidak dipakai/dibuang
2 2 0,67 soal diterima/baik
3 3 0,17 Soal tidak dipakai/dibuang
4 4 0 Soal tidak dipakai/dibuang
5 5 0,33 soal diterima tapi perlu diperbaiki
6 6 0,16 Soal tidak dipakai/dibuang
7 7 -17 Soal tidak dipakai/dibuang
8 8 0,47 soal diterima/baik
9 9 0,17 Soal tidak dipakai/dibuang
10 10 0,42 soal diterima/baik

4.3 Reliabilitas

Reliabilitas untuk soal objektif

Dari table pada lampiran VII diketahui

∑ X i 1= 1 ∑ X i 2= 4 ∑ X i 3= 1 ∑ X i 4= 0 ∑ X i 5= 2
∑ X i 6= 3 ∑ X i 7= 1 ∑ X i 8= 7 ∑ X i 9= 1 ∑ X i 10= 7
∑ X t= 27 ∑ X t = 73
2

 Langkah 1

JK item1:

= 12+02 +0 2+ 02+ 02 +02 +02 +0 2+ 02+ 02 +02 +02 +0 2+0 2+ 02+ 02 +02 +02 +0 2+ 02 = 1

JK item2:

= 12+12 +02 +02 +12 +02 +0 2+0 2+1 2+0 2+02 +0 2+ 02+ 02 +02 +02 +0 2+ 02+ 02 +02 = 4

JK item3 :

48
= 12+02 +0 2+ 02+ 02 +02 +02 +0 2+ 02+ 02 +02 +02 +0 2+0 2+ 02+ 02 +02 +02 +0 2+ 02 = 1

JK item 4:

= 02 +02 +0 2+ 02+ 02 +02 +02 +0 2+ 02+ 02+02 +02 +0 2+ 02+ 02 +02 +02 +0 2+ 02+ 02 = 0

JK item5 :

= 12+02 +0 2+ 02+ 02 +12+ 02 +02 +02 +0 2+02 +02 +0 2+ 02+ 02 +02 +02 +0 2+ 02+ 02 = 1

JK item6 :

= 02 +12 +12+ 02 +02 +02 +0 2+0 2+ 02 +02 +02+02 +0 2+12 +0 2+ 02+ 02 +02 +02 +0 2 = 3

JK item7 :

= 02 +02 +0 2+ 02+ 02 +02 +02 +0 2+ 02+ 02 +02+02 +0 2+12 +0 2+ 02+ 02 +02 +02 +0 2 = 1

JK item8 :

= 12+12 +12+ 02 +02 +12 +12+ 02+ 02 +02 +12+02 +12 +02 +0 2+ 02+ 02 +02 +02 +0 2 = 7

JK item9 :

= 02 +02 +0 2+12 +0 2+ 02+ 02 +02 +02 +0 2+0 2+02 +0 2+ 02+ 02 +02 +02 +0 2+ 02+ 02 = 1

JK item10 :

= 12+12 +12+ 12+ 02+ 02 +12+12 +0 2+12 +0 2+02 +0 2+ 02+ 02 +02 +02 +0 2+ 02+ 02 = 7

49
 Langkah ketiga

2
(∑ x )
Si = JKi−
2
N
N
(1 )2
1− 1−0,05 0,95
Si 1 =
2 20 = = 20 = 0,04
20
20
( 4 )2
4− 1−0,8 0,2
Si 2 =
2 20 = = 20 = 0,01
20
20
(1 )2
1− 1−0,05 0,95
Si 3 =
2 20 = = 20 = 0,04
20
20
( 0 )2
0− 0−0 0
Si 4 =
2 20 = = =0
20 20
20
( 2 )2
2−0,2 1,8
Si 5 = 2− 20 =
2 = 20 = 0,09
20
20
( 3 )2
3−0,45 2,25
Si 6 = 3− 20 =
2 = 20 = 0,12
20
20
(1 )2
1− 1−0,05 0,95
Si 7 =
2 20 = = 20 = 0,04
20
20
( 7 )2
7− 7−2,45 4,55
Si 8 =
2 20 = = = 0,22
20 20
20
(1 )2
1− 1−0,05 0,95
Si 9 =
2 20 = = 20 = 0,04
20
20
( 7 )2
7− 7−2,45 4,55
Si 10 = 2 20 = = 20 = 0,22
20
20

50
 Langkah keempat

∑ si2
= Si 1 + Si 2 + S i 3 + Si 4 + S i 5 + Si 6 + Si 7 +S i 8 + S i 9 + S i10
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

= 0,04 + 0,01 + 0,04 + 0 + 0,09 +0,12 + 0,04 + 0,22 +0,04+ 0,22


= 0,82

51
 langkah kelima
2

2−
(∑ xt )
N
St =
2 ∑ xt
N
( 27 )2
St = 73− 20
2

20

73−36,45
=
20

36,55
=
20

= 1,82

 langkah keenam

n ∑ Si
( )( )
2
r 11 = 1−
n−1 St 2

20
= ( 20−1 )(1− 0,82
1,82 )

= ( 2019 ) ( 1−0,45 ) = (1,05) (0,55) = 0,57


Jadi, soal objektif tersebut memiliki reliabilitas 0,57 maka soal tersebut Un-reliable

52
53
BAB V
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis 10 soal objektif dapat dibuat klasifikasi sebagai berikut :
1. Menurut hasil validitas
a. Sangat tinggi : 9 soal
b. Tinggi : tidak ada
c. Cukup : tidak ada
d. Rendah :tidak ada
e. Sangat Rendah : 1 soal
2. Menurut hasil daya pembeda, dari 10 soal objektif 3 soal diterima/dipakai, 1 soal
diterima tetapi perlu diperbaiki , dan 6 soal dibuang.
Oleh karena itu, untuk melakukan suatu uji coba soal maka kita harus
mengetahui apa saja tujuanyang ingin dicapai. Semuanya itu sebagai satu kesatuan
yang akan menentukan kualitas pembelajaran, pendidikan dan peserta didik
masing-masing berupaya mensukseskan tugas utama mereka masing-masing.

1.2 Saran
a. Sebagai calon guru, kita harus dibekali dengan ilmu tentang mengevaluasi hasil
belajar siswa.
b. Sebagai calon guru yang professional hendaklah mampu membuat soal atau
instrument yang baik.
c. Untuk mengetahui mutu suatu tes, hendaklah melakukan tes berulang.
d. Pemerintahan hendaklah lebih memperhatikan mutu pendidikan di Indonesia
dengan menciptakan kurikulum yang menjadikan bias siap dipakai.

Dengan dibuat laporan ini semoga pembaca lebih memahami tentang evaluasi
dalam pembelajaran matematika khususnya mengenai prinsip dan prosedur evaluasi

54
dan hasil belajar perserta didik. Penulis menyadari bahwasanya laporan ini masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis meminta saran yang membangun
dalam laporan ini.

55
DAFTAR PUSTAKA

Suhermi (2006). Strategi Pembelajaran Matematika. Pekanbaru : Cendikia Insani


Pekanbaru

Sanjaya, Wina. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Daryanto, H.M. 2005. Evaluasi

Arikunto, Suharsimi. 2005. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi


Askara

Sudijono , Anas.2011.Pengantar Evaluasi Pendidikan.Jakarta:PT Raja Grafindo


Persada

Drs. Zamroni.1997.Teknik Evaluasi Matematika.Pekanbaru

56

Anda mungkin juga menyukai