Anda di halaman 1dari 2

Nama : Rizki Ananda

Npm : 2074201184
Tugas 3

“ BURUH TUNTUT KENAIKAN UPAH “

PERMASALAHAN
BENGKULU, BE – Peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day dimanfaatkan Gubernur
Bengkulu H Junaidi Hamsyah SAg MPd mengundang perwakilan buruh atau pekerja se-Provinsi
Bengkulu ke Gedung Daerah. Pertemuan ini dikemas dalam acara coffee morning dan ramah tamah
dengan Forum Koordinasi Pemerintah Daerah (FKPD) Provinsi Bengkulu. Peringatan Hari Buruh
yang identik dengan demo turun ke jalan pun tak terjadi di Provinsi Bengkulu. Dalam dialog yang
dihadiri pengurus Konfederasi Serikat Pekerja di Seluruh Indonesia (KSPSI) Provinsi Bengkulu,
Asosiasi Pengusuhan Indonesia (Apindo) Bengkulu dan SPSI ini berjalan damai. Buruh pun diberikan
kesempatan untuk menyampaikan sejumlah tuntutannya.
Adapun tuntutan utamanya adalah meminta Pemerintah Provinsi Bengkulu untuk merubah
Peraturan Gubernur yang telah menetapkan Upah Minimum Provinsi (UMP) tahun 2015 ini sebesar
Rp 1,5 juta perbulannya.Upah Rp 1,5 juta perbulan tersebut dinilai jauh dari cukup karena semua
Sembako melambung tinggi akibat kebijakan pemerintah pusat yang menaikkan harga BBM
sesukanya. “Persoalan pekerja di Provinsi Bengkulu ini sangat runyam sekali, pertama masalah upah
yang masih sangat kecil, karena semua saat ini semua harga barang naik 2 kali lipat dibandingkan saat
penetapan UMP Desember 2014 lalu,” kata Ketua KSPSI Provinsi Bengkulu, Aizan Dahlan SH.
Tuntutan lainnya adalah meminta Gubernur Bengkulu menghapus tenaga kerja sistem outsourcing
sehingga merugikan pekerja itu sendiri. “Kami sangat anti sekali dengan outsourcing, namun jumlah
perusahaan yang menerapkannya sangat banyak sekali, terutama di perusahaan pertambangan,”
ungkapnya.Selain itu, Aizan juga meminta peran pemerintah daerah untuk menindak perusahaan yang
lalai akan tanggungjawabnya, seperti membayar upah tidak sesuai UMP, tidak memberikan pelayanan
BPJS kesehatan dan ketenagakerjaan. Hal ini membuat pekerja tidak berani membuka mulut, karena
perusahaan menjadikan karyawannya pekerja harian lepas untuk tidak mau bertanggungjawab atas
pekerjanya tertebut. “Dari sekitar 700 ribu pekerja lepas, sekkitar 40 ribu orang saja yang sudah
diikutsertakan dalam BPJS. Saat kami mendesak perusahaan tersebut, mereka berdalih bahwa pekerja
lepas harian tidak ditanggung oleh perusahaan, karena mereka tidak terdaftar sebagaikaryawan tetap
di perusahaan tersebut,” ucapnya. Senada juga disampaikan Sekretaris KSPSI, Panca Darmawan SH,
yang juga meminta kemurah-hatian gubernur Bengkulu untuk meninjau kembali UMP tersebut.
Mengingat, saat UMP itu dibahas harga BBM Rp 6500 perliternya, sedangkan saat ini sudah berada
diangka Rp 7300 perliter. Kondisi ini dinilai mencekik pekerja, karena terpaksa berhutang untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.Memang selama ini belum ada riak dari anggota yang
terdengar keluar, tapi sebenarnya para pekerja sudah lama ingin turun ke jalan menyuarakan masalah
UMP ini. Tapi sejauh ini masih bisa kami redam, jika permintaan ini tidak digubris, kemungkinan
besar tuntutan ini akan pecah dan turun ke jalan salah satunya jalan,” bebernya dengan nada sedikit
mengancam. Selain itu, ia juga meminta pihak Polda Bengkulu terkait banyaknya pelanggaran yang
dilakukan pihak perusahaan, seperti tidak memberikan upah sesuai UMP, tidak mengikutsertakan
karyawannya dalam BPJS. “Sepengetahuan kami, pelanggaran seperti ini ada sanksinya, jadi mohon
Kapolda tindaklanjuti,” pintanya.Tuntutan berikutnya, pekerja mengeluhkan banyak tenaga kerja
asing di Bengkulu, hingga saat ini jumlahnya mencapai 351 orang sehingga menutup peluang bagi
putra daerah.
Hal tersebut sangat disesalkan, karena putra daerah juga banyak yang mampu. “Kami minta Pak
Gubernur untuk dapat menertibkan tenaga kerja asing. Karena ini mengurangi peluang putra daerah.
Sejauh ini di Bengkulu Tengah saja sudah 50-60 persen tenaga kerja asing,” sambung Anggota KSPSI
Benteng, Edi Haryono.
UPAYAH
Mendapati sejumlah tuntutan tersebut, Gubernur Junaidi berjanji akan menyurati semua
perusahaan yang ada di Bengkulu. Jika surat sudah dilayangkan, ia berencana langsung turun ke
lapangan untuk mengetahui perkembangannya. “Terkait semua pelanggaran itu, seperti tidak
menerapkan UMP, tidak mengikutsertakan dalam program BPJS, tetap menerapkan outsoursing dan
lainnya.
Setelah surat kita layangkan, baru kita pantau perkembangannya,” kata Junaidi. Terkait buruh
meminta meninjau UMP tahun ini sebesar Rp 1,5 juta, Junaidi mengaku belum bisa berbuat banyak,
karena harga BBM selalu berubah-ubah. “Pada dasarnya saya setuju dinaikkan, tapi dengan harga
BBM yang selalu berubah-ubah ini juga membut kita bingung. Jika kita setujui sekarang, bagaimana
saat survei nanti harga BBM turun. Kan merepotkan kita sendiri. Untuk itu, ada baiknya
peninjauannya dilakukan akhir 2015, untuk kenaikan 2016,” jelasnya. (400).

Anda mungkin juga menyukai