Anda di halaman 1dari 26

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Deskripsi Kerja Praktek


Kerja praktek merupakan salah satu mata kuliah wajib yang harus dilalui
oleh setiap mahasiswa jurusan Teknik Sipil dalam menyelesaikan studinya dengan
beban 2 (dua) SKS. Kerja praktek ini dilakukan langsung ke lokasi lapangan
dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.
Menurut ilmusipil.com, beberapa yang dapat di pelajari dari sebuah proyek
tempat kerja praktek di perusahaan kontraktor bangunan antara lain :
1) Sistem manajemen proyek yang baik sehingga dapat menyelesaikan
pembangunan dengan kualitas maksimal serta efektif dalam
penggunaan waktu serta efisien dari segi penggunaan biaya.
2) Metode kerja pelaksanaan pekerjaan.
3) Logistik proyek, yaitu tentang bagaimana pengadaan, penyimpanan
dan proses pemakaian bahan bangunan.
4) Gambar pelaksanaan atau shop drawing.
5) Kesehatan dan keselamatan kerja proyek, dll.

2.2 Pelaksanaan Proyek


Pelaksanaan proyek merupakan bagian terpenting, dengan kegiatan inilah
nantinya diciptakan suatu bangunan yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan
dan mencapai tujuan akhir.
Jelas bahwa jauh sebelum dilaksanakan proyek sudah dilakukan kegiatan-
kegiatan “pra-konstruksi” yang mungkin meliputi kegiatan survey lapangan untuk
mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan lokasi proyek, fasilitas
administratif, pemukiman, penggunaan alat berat serta telekomunikasi, tanah,
survai teknis. Selanjutnya perlu diciptakan struktur organisasi proyek sehingga
pelaksanaannya berjalan lancar, pelaksanaan proyek biasanya dilakukan oleh yang
ahli. Hubungan, wewenang, tanggung jawab dan pelaporan perlu digariskan
sehingga tujuan dapat tercapai dengan efisien dan efektif agar dapat dilihat dengan
jelas pihak siapa saja yang terlibat, proyek apa yang dilaksanakan, kapan kegiatan

Lifia Novianti (16101154330017) 5


Laporan Kerja Praktek

tersebut dimulai, kapan pelaksanaan itu berakhir serta biaya yang dibutuhkan pada
proyek tersebut.
Menurut Azwardi (2013), pelaksanaan proyek dilakukan 2 tahap, yaitu :
1. Tahap lelang atau tender (pra kontrak)
Tahap pra kontrak adalah proses penunjukan perusahaan pelaksana
dan penyusunan ikatan kerja antara pemilik proyek dengan kontraktor.
2. Tahap pelaksanaan kontrak
Tahap pelaksanaan kontrak adalah tahap yang dimulai pada saat
penandatanganan kontrak sampai rahap penyerahan pekerjaan terakhir
dari pihak kontraktor kepada pemberi pekerjaan/owner.

2.3 Pelelangan
Menurut Jefri Hutagalungs blog (2010), Dalam suatu proyek biasanya
terdapat pelelangan (tender), adapun prosedurnya adalah sebagai berikut :
1. Pengambilan Dokumen Lelang
Pengambilan dokumen lelang harus diteliti kebenarannya dan
kelengkapannya dengan memerinci dalam tanda terima dokumen
lelang, ini penting agar dapat dijadikan sebagai dokumen kontrol pada
proses internal perusahaan.
2. Pembentukan Team Pelaksana Lelang (TPL)
Pembentukan Tim Lelang sesuai dengan kebutuhan  SDM yang
memiliki kompetensi sesuai dengan ketrampilan untuk melakukan
kegiatan estimasi biaya sesuai dengan persyaratan yang berlaku.
3. Membaca & Mempelajari Dokumen Lelang
Pada bagian di proses ini merupakan kegiatan penting dalam upaya
memahami dokumen proyek sehingga dapat dibuat catatan-catatan
penting yang perlu dikonfirmasikan pada saat mengikuti penjelasan
(aanwijzing) kantor maupu lapangan berkaitan dengan dokumen-
dokumen sbb :
1) Bill of Quantity (BoQ)
2) Technical Specification (Spek Teknis)
3) Drawings (Gambar)

Lifia Novianti (16101154330017) 6


Laporan Kerja Praktek

4) Agreement, General & Special Condition  of Contract (Surat


Perjanjian, Spek Umum & Khusus)
5) Attachments (Lampiran)
6) Addendum
7) Peraturan terkait
4. Aanwijzing Kantor dan Lapangan
Mengikuti kegiatan aanwijzing merupakan kegiatan penting dalam
rangka mendapatkan kejelasan terhadap hal-hal sbb :
1) Kelengkapan Dokumen yang perlu dipenuhi
2) Konfirmasi hal-hal yang belum jelas agar persamaan persepsi
sama dengan panitia / owner.
3) Usulan adanya perubahan terhadap spek, waktu pelaksanaan
pekerjaan dll sehingga proyek ini dapat dilaksankan dengan
baik.
4) Memahami secara akurat kondisi lapangan dimana proyek
tersebut dibangun, berkaitan dengan hal-hal sbb:
a. Kondisi lingkungan proyek (sosial dan budaya, medan
kerja)
b. Akses jalan masuk proyek
c. Kelayakan Jalan logistik dan upaya untuk memperbaiki
d. Keamanan
e. Kondisi tanah
f. Dll
5. Pelajari lebih mendalam Dokumen lelang
Kegiatan dalam proses ini adalah memahami lebih rinci berkaitan
dengan hal-hal sebagai berikut :
1) Kesesuaian BQ dengan gambar, spek dan dokumen lainnya
2) Identifikasi lingkup pekerjaan (batasan-batasan dalam paket
proyek)
Kegiatan ini dilakukan dengan melalui Work Breakdown Structur
(WBS) sehingga secara akurat dapat diketahui batasan lingkup

Lifia Novianti (16101154330017) 7


Laporan Kerja Praktek

pekerjaan yang ada dalam setiap paket proyek, berkaitan dengan


hal-hal sbb :
a. Rincian BQ / WBS (paket pekerjaan)
b. Penghitungan Volume Pekerjaan
c. Gambar Detail / Sketsa
d. Dokumen untuk proses pengadaan Sub Kontraktor & Supplier.
WBS adalah pedoman pengelompokan dari unsur-unsur
proyek yang mengatur dan menetapkan  lingkup total dari
proyek. Pekerjaan yang diluar WBS adalah diluar lingkup
proyek. Seperti halnya scope statement, WBS seringkali
digunakan untuk mengembangkan atau mengjelaskan
pengertian umum dari lingkup proyek.
6. Survey Lapangan detail
Kegiatan ini merupakan kegiatan survey ulang secara mendalam
setelah mempelajari secara mendalam dokumen lelang seperli
diuraikan pada point. Hasil survey ini akan dijadikan dasar dalam
merumuskan metode pelaksanaan pekerjaan, merencanakan site plan,
mengetahui item-item pekerjaan penunjang yang diperlukan seperti
perlunya jembatan sementara, bangunan bantu lainnya, perbaikan
jalan akses dll. Pada survei ini juga dapat dipakai untuk
mengklarifikasi data-data teknis seperti penyelidikan tanag, komposisi
material di quary, keberadaan sumber daya lainnya seperti alat,
tenaga, bahan material alam, termasuk biaya untuk mendapatkan
sumber daya tersebut (upah tenaga, harga satuan dll).
7. Perhitungan Volume
Kegiatan ini diperlukan untuk melakukan perhitungan dan pengecekan
perhitungan volume pekerjaan terhadap volume scope yang ada dalam
BQ, dan diperlukan perhitungan volume pekerjaan yang merupakan
pekerjaan penunjang seperti jembatan darurat, jalan kerja dll.
Perhitungan volume ini harus dilakukan secara cermat dan akurat serta
tertelusur sesuai WBS yang direncanakan sehingga tidak terjadi
kesalahan berupa kurang perhitungan atau duplikasi perhitungan.

Lifia Novianti (16101154330017) 8


Laporan Kerja Praktek

Apabila ada perubahan gambar / spek maka dengan mudah dapat


ditelusuri perhitungan mana yang diperlukan koreksi / penyesuaian /
perhitungan ulang atas perubahan tersebut. Bila volume pekerjaan ini
dihitung oleh banyak personil harus dapat diidentifikasi siapa
melakukan perhitungan pekerjaan apa, sesuai gambar / spek yang
mana sehingga saat dikonsolidasi dapat dikompilasi dengan akurat.
8. Metode Kerja
Merupakan kegiatan perumusan metode pelaksanaan perjaan dengan
urutan penyusunan sebagai berikut :
1) Difinisi pekerjaan,
a. Penjelasan tentang pekerjaan
b. Spesifikasi, volume pekerjaan
2) Lokasinya
3) Metode kerja/cara kerja
a. Bagaimana caranya
b. Menggunakan alat apa
c. Urutan pekerjaan  (dimulai setelah / sesudah pekerjaan apa)
4) Kebutuhan sumber daya
5) Waktu yang diperlukan
6) Jadwal pelaksanaan
7) Hal-hal penting yg harus diketahui / diperhatikan
8) Gambar-gambar kerja / gambar pelaksanaan

Pekerjaan yang dibuat secara detai metode kerjanya adalah yang


memiliki kriteria sebagai berikut :

1) Yang mempunyai nilai bobot 80% sesuai dengan bobot pareto


2) Yang termasuk dalam  lintasan kritis, sesuai dengan hasil net
work planning.
9. Sub-Kontraktor
Pemilihan pekerjaan yang disub kontrakkan dilakukan dalam rangka
memenuhi kriteria sebagai berikut :
1) Meningkatkan fokus perusahaan

Lifia Novianti (16101154330017) 9


Laporan Kerja Praktek

2) Memanfaatkan kemampuan kelas dunia


3) Mempercepat keuntungan yang diperoleh dari reengineering
4) Membagi resiko
5) Sumber daya sendiri dapat digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan
lain
6) Memungkinkan tersedianya dana kapital
7) Menciptakan dana segar
8) Mengurangi dan mengendalikan biaya operasi
9) Memperoleh sumberdaya yang tidak dimiliki sendiri
10) Memecahkan masalah yang sulit dikendalikan atau dikelola.

Pemilihan Sub Kontraktor / Suplyer dilakukan dengan sangat


selektif agar tujuan tersebut diatas dapat dipenuhi, dan pengendalian
dokumen terhadap pekerjaan yang dikerjakan oleh pihak ketiga ini
merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan, karena kesalahan informasi
/ dokumen akan membuat kekeliruhan dalam menentukan asumsi, sumber
daya dan harga pekerjaan.

Kegiatan dalam proses procurement pada proses tender meliputi :

1) Perencanaan pekerjaan yang akan di Sub Kontrakkan / rencana


pembelian Perencanaan  Kontrak & Pembayaran
2) Pemilihan Vendor yang dinominasikan
3) Permintaan Penawaran
4) Evaluasi Penawan termasuk lingkup yang bersesuaian dengan
paket pekerjaan
5) Penentuan Vendor yang dipilih sehingga dokumen dari vendor
yang dipakai untuk penawaran terdokumentasi dengan baik.
10. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Proses yang dibutuhkan untuk mengelola dan memastikan bahwa
aktivitas proyek konstruksi telah ditangani dengan benar  sebagai
bentuk tindakan pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya
kecelakaan secara ringan  (menyebabkan luka-luka ringan atau parah

Lifia Novianti (16101154330017) 10


Laporan Kerja Praktek

yang masih dapat disembuhkan tanpa cacat) maupun yang berat


(menyebabkan cacat tidak dapat bekerja atau meninggal dunia) yang
akan terjadi baik terhadap karyawan / properti yang ada dengan
demikian proses-proses yang dilakukan berupa :
1) Perencanaan K3 (Safety Plan)
2) Penanganan K3
3) Pelaksanaan Administrasi dan Pelaporan
11. Pembuatan Pra Rencana Mutu Proyek
Yang utama dalam kegiatan ini adalah mlakukan hal-hal sebagai berikut :
1) Memahami spek setiap pekerjaan dan material yang dipakai
2) Memahami persyaratan mutu yang bersesuaian dengan yang sudah
ditetapkan dalam spek, berkaitan dengan upaya untuk melakukan
pemilihan material / metode yang memenuhi syarat
3) Dokumen atas persyaratan yang dipilih menjadi dokumen kontrol
dan didukung oleh data-data yang dapat dipertanggung jawabkan.
12. Plafond Harga Penawaran
Plafon harga yang didasarkan pada Ownwer Estimate merupakan reverensi
tetapi tidak menjadi patokan, melainkan untuk melakukan evaluasi
terhadap harga yang dibentuk dari perhitungan RAP dan Mark Up.
13. Proses Komputer
Merupakan proses perhitungan dengan menggunakan komputer dan
program yang dapat diandalkan ketelusurannya sehingga setiap ada
perubahan formulanya terkait satu sama lain.
File perhitungan dapat menjamin mana data / file yang dipakai dan direvisi
sehingga mudah ditelusuri bila menggunakan alternatif-alternatif RAP /
RAB.
14. Jaminan Bank, Referensi Bank dan Syarat-Syarat Administrasi.
Hasil dari perhitungan RAP / RAB draft dapat dipakai sebagai acuan
untuk menentukan besarnya jaminan pelaksanaan proyek sebagai syarat
administrasi yang harus dipenuhi dan dilampirkan dama penawaran / bid.
Pengurusan atas jaminan ini harus memenuhi ketentuan bank dan
persyaratan dalam administrasi lelang, karena dapat menggugurkan

Lifia Novianti (16101154330017) 11


Laporan Kerja Praktek

penawaran. Pada saat final penawaran besaran dari jaminan ini dichek
kembali apakah sudah sesuai dengan ketentuan / persyaratan lelang yang
berlaku.
15. Memperhitungkan kemampuan Lawan
Perhitungan kemampuan lawan dipakai untuk melakukan evaluasi
terhadap kemungkinan kemenangan tender yang diikuti, dan dapat dipakai
sebagai referensi dalam melakukan keputusan keikut sertaan tender
maupun penetapan harga penawaran yang kompetitif.
16. Perhitungan Mark Up
Perhitungan Mark Up harus didasarkan pada beban-beban kewajiban yang
harus dipenuhi yang menjadi ketentua kantor pusat, kantor cabang dan
proyek termasuk biaya pemasaran, serta keuntungan bersih yang
direncanakan. Murk Up juga sudah memperhitungkan adanya risiko
kenaikan harga, dan risiko lain yang diperhitungkan dalam merespon
risiko.
17. Menyusun, Pengecekan dan Pemasukan Penawaran
Tahapan yang penting pada saat melakukan penyusunan dokumen
penawaran adalah pemenuhan dokumen serta lampiran yang diperlukan
dalam setiap dokumen harus mengikuti ketentuan yang berlaku dan
menjadi persyaratan kelengkapan administrasi. Pengendalian atas
kesesuaian dokumen perlu dilakukan dengan adanya bukti pengecekan
berupa chek list yang ditandatangani oleh tim leader sebagai bukti telah
dilakukan kontrol baik isi dokumen maupun kelengkapannya.
18. Laporan hasil Lelang/Tender
Laporan ini dibuat dalam rangka melakukan evaluasi terhadap hasil tender
dan alasan-alasan terukur yang menjadi penyebab kegagalan serta
kekuatan yang menjadi unggulan dalam persaingan, hal ini dapat
memberikan pembelajaran untuk kegiatan tender yang akan datang.
19. Data-data tetap
Merupakan data-data yang menjadi ketentuan saat menetapkan harga
penawaran / tender sehingga menjadi pertanggung jawaban tim estimating

Lifia Novianti (16101154330017) 12


Laporan Kerja Praktek

kepada manajemen perusahaan. Dokumen ini diperlakukan sebagai


dokumen kontrol.

2.4 Pemilihan Objek KP di Lokasi Proyek


2.4.1 Kondisi Geologi
Geologi adalah ilmu (sains) yang mempelajari bumi, komposisinya,
struktur, sifat-sifat fisik, sejarah, dan proses pembentukannya. (Wikipedia)
Kondisi geologi pada proyek pembangunan apartment oxley convention
city Batam sebelum dikerjakan adalah rawa, oleh karena itu sebelum
dilaksanakannya pembangunan pihak owner melakukan penimbunan terlebih
dahulu. Namun pada kedalaman tertentu dan di zona tertentu juga terdapat lensa
pada tanahnya.

2.4.2 Pondasi
Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi
untuk menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari
struktur atas ke tanah dasar pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya
differential settlement pada sistem strukturnya. Untuk memilih tipe pondasi yang
memadai, Perlu diperhatikan apakah pondasi itu cocok untuk berbagai keadaan di
lapangan dan apakah pondasi itu memungkinkan untuk diselesaikan secara
ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya. Hal-hal berikut perlu dipertimbangkan
dalam pemilihan tipe pondasi:
1. Keadaan tanah pondasi.
2. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya.
3. Keadaan daerah sekitar lokasi.
4. Waktu dan biaya pekerjaan.
5. Kokoh, kaku dan kuat.

Umumnya kondisi tanah dasar pondasi mempunyai karakteristik yang


bervariasi, berbagai parameter yang mempengaruhi karakteristik tanah antara lain
pengaruh muka air tanah yang mengakibatkan berat volume tanah terendam air
berbeda dengan tanah tidak terendam air meskipun jenis tanah sama. Jenis tanah
dengan karakteristik fisik dan mekanis masing-masing memberikan nilai kuat

Lifia Novianti (16101154330017) 13


Laporan Kerja Praktek

dukung tanah yang berbeda-beda. Dengan demikian pemilihan tipe pondasi yang
akan digunakan harus disesuaikan dengan berbagai aspek dari tanah di lokasi
tempat akan dibangunnya bangunan tersebut.

Suatu pondasi harus direncanakan dengan baik, karena jika pondasi tidak
direncanakan dengan benar akan ada bagian yang mengalami penurunan yang
lebih besar dari bagian sekitarnya. Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi dalam
perencanaan suatu pondasi, yakni:
1. Pondasi harus ditempatkan dengan tepat, sehingga tidak longsor akibat
pengaruh luar.
2. Pondasi harus aman dari kelongsoran daya dukung.
3. Pondasi harus aman dari penurunan yang berlebihan.

Pondasi didesain agar memiliki kapasitas dukung dengan penurunan


tertentu oleh para Insinyur geoteknik dan struktur. Desain utamanya
mempertimbangkan penurunan dan daya dukung tanah, dalam beberapa kasus
semisal turap, defleksi/lendutan pondasi juga diikutkan dalam pertimbangan.
Ketika berbicara penurunan, yang diperhitungkan biasanya penurunan total
(keseluruhan bagian pondasi turun bersama-sama) dan penurunan diferensial
(sebagian pondasi saja yang turun/miring). Ini dapat menimbulkan masalah bagi
struktur yang didukungnya.

Daya dukung pondasi merupakan kombinasi dari kekuatan gesekan tanah


terhadap pondasi (tergantung pada jenis tanah, massa jenisnya, nilai kohesi
adhesinya, kedalamannya, dsb), kekuatan tanah dimana ujung pondasi itu berdiri,
dan juga pada bahan pondasi itu sendiri. Dalamnya tanah serta perubahan-
perubahan yang terjadi di dalamnya amatlah sulit dipastikan, oleh karena itu para
ahli geoteknik membatasi beban yang bekerja hanya boleh, biasanya, sepertiga
dari kekuatan desainnya. Macam-macam pondasi yang dipergunakan dalam dunia
konstruksi adalah:
1) Pondasi Telapak (untuk Rumah Panggung)
Pondasi telapak merupakan jenis pondasi sederhana yang telah
digunakan oleh masyarakat indonesia sejak zaman dulu. Pondasi ini

Lifia Novianti (16101154330017) 14


Laporan Kerja Praktek

terbuat dari beton tanpa tulang yang dicetak membentuk lima segi
empat seperti pada gambar disamping. Sistem kerja pondasi ini
menerapkan sistem tanam. Jadi pondasi telapak ini menahan kolom
yang tertanam di dalamnya sehingga tidak masuk dalam tanah. Seperti
halnya ketika kita menggunakan sebuah ganjalan yang pipih atau
ganjalan yang lebih lebar untuk standar motor ketika di tempatkan
pada tanah yang lembek.

Gambar 2.1 : Pondasi Telapak


(Sumber : Ilmu Kontruksi Bangunan, 2013)

2) Pondasi Rollag Bata (untuk Penahan Lantai)


Pada awalnya pondasi rollag bata merupakan pondasi yang
diaplikasikan untuk menopang berat beban pada bengunan. Namun,
pada saat ini pondasi rollag bata telah lama ditinggalkan. Selain mahal,
pemasangan pun membutuhkan waktu yang lama serta tidak memiliki
kekuatan yang biasanya diandalkan. Akan tetapi, pondasi ini tetap
digunakan untuk menahan beban ringan, misalnya pada teras.

Rollag bata merupakan pondasi sederhana yang fungsinya bukan


menyalurkan beban bangunan, melainkan untuk menyeimbangkan
posisi lantai agar tidak terjadi amblas pada ujung lantai.

Lifia Novianti (16101154330017) 15


Laporan Kerja Praktek

Gambar 2.2 : Pondasi Rollag Bata


(Sumber : Project media , 2014)

3) Pondasi Batu Kali (untuk Bangunan Sederhana 1-2 lantai)


Pondasi batu kali merupakan pondasi penahan dinding yang
digunakan pada bangunan sederhana. Pondasi ini terdiri dari batu kali
dan perekat yang berupa campuran pasir dan semen. Biasanya
campuran agregat untuk merekatkan batu kali ini menggunakan
perbandingan 1:3 karena batu kali akan selalu menerima rembesan air
yang berasal dari tanah. Sehingga membutuhkan campuran yang lebih
kuat menahan rembesan.

Pondasi batu kali sering kita temui pada bangunan-bangunan


rumah tinggal. Pondasi ini masih digunakan karena selain kuat pondasi
ini pun masih termasuk murah. Bentuknya yang trapesium dengan
ukuran tinggi 60 - 80 cm, lebar pondasi bawah 60 - 80 cm dan lebar
pondasi atas 25 - 30 cm. Bahan lain yang murah sebagai alternatif
pengganti pondasi batu kali adalah memanfaatkan bongkahan bekas
pondasi tiang pancang (BorePile) atau beton bongkaran jalan. Bekas
bongkaran tersebut cukup kuat digunakan untuk pondasi, sebab mutu
beton yang digunakan ialah K - 250 sampai dengan K - 300.
Permukaanya yang tajam dan kasar mampu mengikat adukan semen
dan pasir. Bila dibandingkan dengan pondasi rollag bata,tentu bekas
beton jauh lebih kuat. Ukuranya rata- rata 30 x 30 cm.

Lifia Novianti (16101154330017) 16


Laporan Kerja Praktek

Gambar 2.3 : Pondasi Batu Kali


(Sumber : Ilmu Konstruksi Bagunan, 2012)

4) Pondasi Batu Bata (untuk Bangunan Sederhana)


Seperti halnya pondasi batu kali, pondasi batu bata memiliki fungsi
sama. Namun yang membedakan keduanya hanyalah bahan yang
digunakan serta kondisi alam di daerah sekitarnya. Dikarenakan batu-
bata merupakan bahan yang rentan terhadap air, maka pemasangan
harus lebih maksimal artinya bata yang dipasang harus dapat
terselimuti dengan baik.

Gambar 2.4 : Pondasi Batu Bata


(Sumber : Ilmu Konstruksi Bagunan, 2012)

5) Pondasi Tapak atau Cakar Ayam (untuk Bangunan bertingkat 2-3


Lantai)
Menurut Wikipedia (2019), konstruksi cakar ayam adalah salah
satu metode rekayasa teknik dalam pembuatan pondasi bangunan.
Teknik konstruksi cakar ayam memungkinkan pembangunan struktur
pada tanah lunak seperti rawa-rawa. Metode ini ditemukan oleh Prof.
Dr. Ir. Sedijatmo pada 1961, dan dikembangkan oleh Prof. Ir.

Lifia Novianti (16101154330017) 17


Laporan Kerja Praktek

Bambang Suhendro, Dr. Harry Christady dan Ir. Maryadi


Darmokumoro, yang dikenal dengan Sistem Cakar Ayam Modifikasi
(CAM). Konstruksi cakar ayam terdiri dari pelat tipis yang didukung
oleh pipa-pipa (cakar) yang tertanam pada bagian bawah pelat.
Hubungan antara pipa-pipa dengan pelat beton dibuat monolit.
Kerjasama sistem meliputi antara pelat–cakar–tanah yang menciptakan
pelat yang lebih kaku dan lebih tahan terhadap beban dan pengaruh
penurunan yang tidak seragam
Banyak bangunan yang telah menggunakan sistem yang di ciptakan
oleh Prof Sedijatmo ini, antara lain: ratusan menara PLN tegangan
tinggi, hangar pesawat terbang dengan bentangan 64 m di Jakarta dan
Surabaya, antara runway dan taxi way serta apron di Bandara Sukarno-
Hatta Jakarta, jalan akses Pluit-Cengkareng, pabrik pupuk di Surabaya,
kolam renang dan tribune di Samarinda, jalan tol palembang-indralaya,
dan ratusan bangunan gedung bertingkat di berbagai kota. Sistem
pondasi cakar ayam ini telah pula dikenal di banyak negara, bahkan
telah mendapat pengakuan paten internasional di 40 negara, yaitu
diantaranya: Indonesia, Malaysia, Singapura.

Gambar 2.5 : Pondasi Tapak atau Cakar Ayam


(Sumber : BesiBeton.net)

Lifia Novianti (16101154330017) 18


Laporan Kerja Praktek

6) Pondasi Sumuran
Pondasi sumuran memiliki fungsi sama dengan pondasi footplat.
Pondasi sumuran merupakan pondasi yang berupa campuran agregat
kasar yang dimasukan kedalam lubang yang berbentuk seperti sumur
dengan besi-besi di dalamnya. Pondasi ini biasanya digunakan pada
tanah yang labil dan memiliki sigma 1,50 kg/cm2. Pondasi sumuran
juga dapat digunakan untuk bangunan beralantai banyak seperti
mediumrise yang terdiri dari 3 - 4 lantai dengan syarat keadaan tanah
relatif keras. Pondasi sumuran menggunakan beton berdiameter 60 - 80
cm dengan kedalaman 1 - 2 meter. Di dalamnya dicor beton kemudian
dicampur dengan batu kali dan sedikit pembesian di bagian atasnya.
Pondasi ini kurang popular sebab banyak kekuranganya, diantaranya
boros adukan beton dan untuk ukuran slof haruslah besar. Hal
tersebutlah yang membuat pondasi ini kurang diminati.

Gambar 2.6 : Pondasi Sumuran


(Sumber : Ilmu Konstruksi Bagunan, 2012)

7) Pondasi Bore Pile atau Strauss Pile (untuk Bangunan Bertingkat)


Bore pile adalah pondasi yang kedalamanya lebih dari 2 - 5 meter.
Pondasi ini ini digunakan pada kondisi geologi tanah yang jelek,
seperti bekas empang atau rawa yang lapisan tanah kerasnya berada
jauh dari permukaan tanah. Ukuran diameter pondasi mulai dari 20,
30, dan 40 cm. Digunakan untuk pondasi bangunan-bangunan tinggi.
Sebelum memasang bore pile, permukaan tanah dibor dengan
menggunakan mesin bor sampai menemukan daya dukung tanah yang

Lifia Novianti (16101154330017) 19


Laporan Kerja Praktek

sangat kuat untuk menopang pondasi. Setelah itu tulang besi


dimasukan kedalam permukaan tanah yang telah dibor, kemudian
dicor dengan beton.

Pondasi ini berdiameter 20 cm keatas. Dan biasanya pondasi ini


terdiri dari 2 atau lebih yang diatasnya terdapat pile cap. Pondasi bore
pile digunakan untuk bangunan berlantai banyak seperti rumah susun
yang memiliki lantai 4 - 8 lantai. Pondasi ini berbentuk seperti paku
yang kemudian ditancapkan kedalam tanah dengan menggunakan alat
berat seperti crane. Di atas pondasi bor mini ada blok beton (pile cap).
Pile cap inilah yang merupakan media untuk mengikat kolom sloof.

Gambar 2.7 : Pondasi Bore Pile atau Stauss Pile


(Sumber : www.amplusltd.com)

8) Pondasi Tiang Pancang atau Paku Bumi (untuk Bangunan Bertingkat)


Pondasi tiang pancang pada dasarnya sama dengan bore pile,
hanya saja yang membedakanya adalah bahan dasarnya. Tiang
pancang menggunakan beton, jadi yang langsung ditancapkan
langsung ke tanah dengan menggunakan mesin pemancang. Karena
ujung tiang pancang lancip menyerupai paku. Oleh karena itu, tiang
pancang tidak memerlukan proses pengeboran.

Pondasi tiang pancang ini merupakan pondasi yang banyak


digunakan untuk pembangunan gedung berlantai banyak seperti
Apartment, Kondominium, Rent Office dan sebagainya. Pondasi ini
hampir sama dengan pondasi bore pile. Namun pondasi tiang pancang

Lifia Novianti (16101154330017) 20


Laporan Kerja Praktek

memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan pondasi


bore pile.

Gambar 2.8 : Pondasi Tiang Pancang


(Sumber : http://zulfahmited.blogspot.co.id/2012)

2.4.3 Pondasi yang digunakan pada proyek pembangunan oxley convention


city Batam
Konstruksi bangunan terdiri dari bagian-bagian yang saling mendukung
satu sama lain. Bagian-bagian tersebut memiliki karakteristik tersendiri karena
memang dibuat untuk tujuan tertentu. Bahan baku pembuatan bangunannya pun
berbeda sesuai dengan pembentukan awalnya.

Pada dasarnya, bagian konstruksi bangunan terdiri dari bangunan bawah


dan bangunan atas. Bangunan bawah adalah bagian bangunan yang terletak di
bawah permukaan tanah yang berguna untuk menopang sehingga harus
mempunyai struktur yang kuat, tidak mudah bergerak, dan kondisinya stabil.
Bagian bangunan bawah meliputi pondasi dan balok beton. Sedangkan bangunan
atas merupakan bagian bangunan yang berada di atas permukaan tanah, yang
berfungsi mendukung maksud pendirian bangunan tersebut. Bagian-bagian
bangunan atas diantaranya dinding, kolom, ventilasi, balok latei, balok ring, kuda-
kuda, dan atap.

Pada proyek pembangunan appartment Oxley Convention City (OCC)


menggunakan pondasi jenis tiang pancang. Tiang pancang menggunakan beton
jadi yang langsung ditancapkan langsung ketanah dengan menggunakan mesin
pemancang. Karena ujung tiang pancang lancip menyerupai paku, oleh karena itu

Lifia Novianti (16101154330017) 21


Laporan Kerja Praktek

tiang pancang tidak memerlukan proses pengeboran. Pondasi tiang pancang


dipergunakan pada tanah-tanah lembek, tanah berawa, dengan kondisi daya
dukung tanah (sigma tanah) kecil, kondisi air tanah tinggi dan tanah keras pada
posisi sangat dalam. Bahan untuk pondasi tiang pancang adalah : bamboo, kayu
besi / kayu ulin, baja, dan beton bertulang. Pada proyek OCC menggunakan tiang
pancang segi empat dengan jenis besi prestress RC Pile 400 x 400 mm, ukuran
besi 13D, dan jumlah besi di dalamnya 8.

Dengan memancang sebanyak 1931 titik, alat yang digunakan untuk


proses pemancangan pada proyek pembangunan OCC adalah Jacking pile dan
Hammer. Alasan pihak kontraktor menggunakan 2 jenis alat yang berbeda pada
proses pelaksanaan pondasi ini adalah untuk menghemat waktu. Dan selain itu ada
beberapa titik yang tidak bisa menggunakan metode jack-in dikarenakan beberapa
hal salah satunya titik yang akan di pancang berada diantara titik yang sudah
terpancang, olehkarenanya alat jack-in pile tidak bisa menjangkau titik tersebut,
maka dari itu digunakan metode hammer. Berikut perbedaan metode Jack-in Pile
dengan Hammer :

A. Metode Jack-in Pile


Jack-in Pile adalah metode pemancangan dengan menggunakan
mesin pancang Hydraulic dimana proses pemancangan tiang pancang
dengan memberikan tekanan beban secara statis (beban tetap, baik
besarnya, titik kerjanya dan arah garis kerjanya) pada tiang pancang.
Penekanan atau pemancangan tiang akan berhenti bila tiang telah
mencapai tanah keras aktual (bisa sesuai data sondir report dan bisa juga
kurang atau lebih dalam dari kedalaman sondir).
Secara garis besar pemancangan dengan Hydraulic Static Pile
Driver untuk operasinya menggunakan sistem jepit kemudian menekan
tiang tersebut. Struktur alat tersebut terdiri dari : Pressing Hydraulic
Cylinder, Clamping Box, dan Claping Hydraulic Cylinder

Lifia Novianti (16101154330017) 22


Laporan Kerja Praktek

a) Metode peleksanaan HSPD sebagai berikut : Metode Kerja Pondasi


Tiang Pancang Sistem Tekan
1) Koordinasikan dengan pemberi tugas (kontraktor) mengenai
urutan-urutan kerja/prioritas kerja dengan mempertimbangkan
urutan penyelesaian pekerjaan yang diminta dan aksesibilitas kerja
agar tercapai produktivitas yang terbaik.
2) Tentukan atau tetapkan penggunaan tanda-tanda yang disepakati
yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan pengukuran dan
pematokan (Uitzet) agar tidak terjadi kerancuan dalam
membedakan titik-titik pemancangan dengan as bangunan atau
titik-titik bantu lainnya.
3) Untuk menghindarkan terjadi pergeseran as tiang dari koordinat
yang telah ditentukan maka gunakan titik bantu (reference point)
selama proses penekanan tiang kedalam tanah. Lakukan
pengukuran as tiang terhadap titik bantu pada kedalaman 2 meter
dengan menggunakan waterpass, apabila terjadi penyimpangan
jarak antara as tiang dan as titik bantu, apabila posisi tiang yang
tertanam masih dapat dilakukan pengangkatan/pencabutan dan
posisikan kembali as tiang tepat pada koordinat yang telah
ditentukan.
4) Check verticality tiang pancang setiap kedalaman 50 cm s/d
kedalaman 2 meter. (verticality tiang, posisi vertical tiang)
5) Proses awal dari pemasangan tiang dengan system tekan, posisikan
alat HSPD unit pada koordinat yang ditentukan, check keadaan
HSPD unit dalam keadaan rata dengan bantuan “alat nivo” yang
terdapat dalam ruangan operator dibantu dengan alat waterpass
yang diletakkan diposisi chasis panjang (Long-Boat).
6) Selanjutnya setelah kondisi HSPD unit tepat pada posisinya, tiang
pancang (yang telah diberi marking skala panjang tiap tiang 500
mm) dimasukkan kedalam alat penjepit (Clamping-Box), kemudian
posisikan tiang pancang tepat pada koordinat yang telah
ditentukan, kontrol posisi tiang pada arah tegak dengan bantuan

Lifia Novianti (16101154330017) 23


Laporan Kerja Praktek

waterpass. Setelah semuanya terpenuhi selanjutnya dilakukan


penjepitan tiang dengan tekanan maksimum ± 20 Mpa dibaca pada
manometer C.
7) Setelah penjepitan pada uraian nomor 5 dilakukan, kemudian
lakukan penekanan tiang pancang dengan mneggunakan 2
Cylinder Jack, selanjutnya dilakukan penekanan dengan
menggunakan 4 Cylinder Jack, sampai mencapai daya dukung
yang diinginkan. Dalam proses pemancangan tiang tersebut harus
dicatat (Pilling Record) tekanan yang timbul vs kedalaman tiang
tertanam. Selama proses pemancangan tersebut lakukan
pengukuran kembali posisi as tiang terhadap titik bantu. (tiap 2
meter kedalaman tiang tertanam).
8) Apabila dalam proses pemcangan tiang ternyata tiang tersebut
tidak dapat ditekan lagi, sehingga mengakibatkan tiang terdapat
sisa diatas permukaan tanah, maka tiang tersebut harus dipotong
rata tanah untuk memberikan jalan kerja bagi HSPD unit untuk
berpindah ke titik yang lain. Untuk mengetahui bahwa
pemancangan tiang sudah sesuai dengan daya dukung yang
diinginkan, kita melakukan pressing sebanyak 2x.
9) Setelah proses tersebut dilakukan secara benar, kemudian lakukan
pengukuran ulang posisi tiang, sehingga apabila terjadi pergeseran
as tiang terpasang dan rencana dapat segera diketahui, yang
selanjutnya akan dibuatkan keputusan cara-cara perbaikan dari
pergeseran.

b) Kelebihan metode Hydraulic Jack-in Pile :


1) Menghasilkan daya dukung gesek tanah yang lebih baik karena
metoda Hydraulic Jack-in Pile (metoda penetrasi tekanan statis)
sehingga tanah yang tadinya mendorong kesamping akibat
penetrasi tiang, dalam beberapa jam tanah yang terdorong akan
kembali menjepit tiang dan memberikan daya dukung tambahan
(friksi tanah terhadap tiang akan semakin besar).

Lifia Novianti (16101154330017) 24


Laporan Kerja Praktek

2) Tidak menghasilkan suara bising seperti pada Hammer (umumnya


menggunakan silent genset sebagai main power untuk aktifitas
mesin Hydraulic Jack-in) sehingga tidak menghasilkan polusi asap
yang cukup berarti.
3) Output pekerjaan atau produktifitas kerjanya lebih baik daripada
Hammer (untuk pekerjaan pemancangan dimana penetrasi
maksimal adalah rata tanah, minimum 300 m’/hari)
4) Tidak menimbulkan getaran di sekeliling sehingga aman buat
bangunan di dekatnya (minim retak struktur pada bangunan
tetangga).
5) Tidak diperlukan loading test beban aksial, karena mesin
Hydraulic Jack-in dilengkapi dengan pressure gauge (MPA)
sehingga beban aksial aktual dapat diketahui dari pembacaan nilai
MPA pada pressure gauge di instrument mesin).

c) Kekurangan metode Hydraulic Jack-in Pile :


1) Pengerjaannya tidak maksimal jika terjadi hujan karena bila tiang
diperlukan weling (pengelasan) sambungan maka proses
penyambungan tiang pancang butuh waktu lama.
2) Jika menggunakan mesin Hydraulic Jack-in ini lambat untuk
berpindah dari satu titik ke titik pemancangan yang lain.

Lifia Novianti (16101154330017) 25


Laporan Kerja Praktek

Gambar 2.9 : Alat Jacking Pile (HSPD)


(Sumber : Proyek Oxley, 2019)

B. Metode Hammer
Hammer adalah proses pemancang tiang pancang dengan
memberikan tekanan beban secara dinamik pada bagian ujung tiang
dengan cara menjatuhkan beban ke tiang pancang seperti di pukul secara
berulang-ulang hingga penetrasi tiang pancang sudah maksimum.

a) Bagian-bagian penting alat pancang :


1) Pemukul (Hammer) Bagian ini biasanya terbuat dari baja
masif/pejal yang berfungsi sebagai palu untuk pemukul tiang
pancang agar masuk ke dalam tanah.
2) Leader bagian ini merupakan jalan (truck) untuk bergeraknya
pemukul (hammer) ke atas dan ke bawah. Macam-macam Leader :
- Fixed Leader (leader Tetap)
- Hanging Leader (Leader Gantung)
- Swinging Leader (Leader yang dapat berputar dalam bidang
vertikal).
3) Mesin uap untuk menggerakkan pemukul (hammer) pada single
atau double acting steam hammer.

Lifia Novianti (16101154330017) 26


Laporan Kerja Praktek

b) Kelebihan metode Hammer :


1) Ekonomis dalam pemakaian
2) Mudah dipakai di daerah terpencil
3) Mudah perawatannya

c) Kekurangan metode Hammer :


1) Menimbulkan getaran di sekelilingnya.
2) Berisik karena suara hentakan beban yang sangat kencang.
3) Kesulitan dalam menentukan energi / blow
4) Sulit / Sukar dalam pengerjaan pada tanah lunak

d) Pengoperasian alat Hammer


Tabung Diesel Hammer beroperasi sebagai berikut:
1) Piston dengan bantuan dari crab dan  pekerja ahli katrol mengemudi
tumpukan khusus, kemudian dinaikkan ke posisi atas dengan crab dan
dijatuhkan ke bawah.
2) Sebelum bawah Ram melewati exhaust port piston mendorong tuas
pompa bahan bakar dan bahan bakar dari pompa dipasok ke landasan.
Dampak energi dibagi antara penguapan bahan bakar dan
pencampuran udara panas dan mengemudi tumpukkan.
3) Setelah singkat waktu, campuran udara – bahan bakar dinyalakan dan
tekanan dari gas buang memperluas piston dibangkitkan dan impuls
mengemudi tambahan ditransmisikan ke tumpukan.

Lifia Novianti (16101154330017) 27


Laporan Kerja Praktek

Gambar 2.10 : Alat Hammer (QUY55)


(Sumber : Proyek Oxley, 2019)

e) Counter Blow
Counter blow adalah alat penghitung ketukan pada proses
pemancangan metode Hammer. Alat ini mempermudah supervisor
menghitung setiap ketukan alat. Biasanya pada proyek oxley, yang
menghitung ketukan alat adalah supervisor ataupun engineer, dan
terkadang juga Project Manager.

Gambar 2.11 : Counter Blow


(Sumber : Proyek Oxley, 2019)

Lifia Novianti (16101154330017) 28


Laporan Kerja Praktek

2.5 Fasilitas dan Perlengkapan.


Fasilitas untuk mendukung jalannya proyek penyelesaian pembangunan
Appartment Oxley Convention City Batam disediakan sendiri oleh PT. Pratama
Widya, fasilitas-fasilitas tersebut antara lain:
1. Kontainer 1 yang berfungsi sebagai kantor tempat pembuatan daily report
beserta tempat pengarsipan dokumen-dokumen, selain itu kontainer juga
digunakan sebagai tempat sholat.
2. Kontainer 2 yang berfungsi sebagai gudang bahan-bahan dan peralatan.
3. Kontainer 3 yang berfungsi sebagai kamar mandi dan toilet. Disana
terdapat 4 bilik yang bisa digunakan oleh para pekerja.
4. Listrik dan penerangan untuk kebutuhan pelaksanaan proyek.
5. Penyediaan air bersih untuk kebutuhan pelaksanaan proyek dan untuk
kebutuhan para pekerja proyek.
6. Alat-alat P3K dan perlengkapan K3.

2.6 Sistem Pengadaan Meterial


Untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan, maka
bahan-bahan haruslah memenuhi persyaratan tertentu. Karena mutu dari hasil
pekerjaan dan biaya yang diperlukan sangat dipengaruhi oleh bahan-bahan
pemancangan tersebut. Bahan pada tahapan pemancangan yang dipergunakan
mutunya haruslah disesuaikan dengan ketentuan yang ada dalam Rencana Kerja
dan Syarat ( RKS ).

Penggunaan bahan hendaknya bahan yang masih baru, sedangkan


pemakaian bahan lama atau bekas hendaknya harus dengan persetujuan pemberi
tugas melalui konsultan manajemen konstruksi. Untuk material tertentu dari
instansi yang ditunjuk oleh konsultan manajemen konstruksi. Oleh karena itu
selain pemeriksaan mutu bahan, harus diperhatikan pula mengenai pengiriman
dan juga penempatan bahan bangunan.

Jika suatu pekerjaan membutuhkan material dan alat tertentu, maka


kuantitas material tersebut dihitung oleh pelaksaaan dan disetujui oleh kepala
pelaksanaan. Setelah itu pelaksanaan menginstruksikan pada bagian logistic untuk

Lifia Novianti (16101154330017) 29


Laporan Kerja Praktek

pemesanan barang. Pemesanan dilaksanakan paling lambat tiga hari sebelum


benda tersebut dibutuhkan. Setelah material didatangkan maka untuk sementara
diletakkan pada tempat penyimpanannya.

Alur kerja dan tanggung jawab dari pengadaan material adalah sebagai
berikut:

a. Staff Logistik Proyek


1. Menetapkan tempat penyimpanan dan mengidentifikasi tempatnya.
2. Membuat kartu stock.
3. Menerima material yang lolos inspeksi.
4. Menerima daftar order terhadap pengiriman order dan menyimpan
daftar order.
5. Membuat berita acara penerimaan material dan meminta persutujuan
pengawas mutu.
b. Pengawas Mutu
1. Menerima berita acara penerimaan material dari staff logistic untuk
disetujui dan diketahui oleh kepala proyek.
2. Mengembalikan berita acara yang telah ditanda tangani oleh kepala
proyek ke staff logistic manajer.
c. Staff Administrasi Logistik
1. Menerima berita yang telah ditanda tangani oleh kepala proyek.
2. Menyimpan material sesuai dengan kebutuhan.
3. Memeriksa stok dan status kelayakan pakai material/barang sesuai
dengan jadwal yang ditetapkan.
4. Memperbaharui kartu stok dan melaporkan hasil pemeriksaan
kepengawas mutu.
d. Unit Peminta
1. Mengajukan permintaan material ke logistic / peralatan.
2. Melaporkan kepada administrasi logistic.
3. Menerima surat permintaan material dari bagian logistic.
4. Mengirim material sesuai dengan surat permintaan material.
5. Memperbaharui kartu stok dan melaporkan hasilnya ke bagian logistic

Lifia Novianti (16101154330017) 30

Anda mungkin juga menyukai