Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

SOSIOLOGI DAN POLITIK


TENTANG POLITIK DI INDONESIA

Disusun oleh:

Nama : Asratul Aini

Nim :Mj.20.01.025

Kelas :manajemen ll C

Dosen:irwansyah S.pd M.pd

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


YAPIS DOMPU (STIE YAPIS)
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas terselesainya makalah ini,
selawat dan salam tak lupa kami sanjungkan kepada Nabi Muhammad Saw.
Makalah ini kami susun dengan tujuan agar memudahkan kita dalam proses
belajar mengajar, guna menambah wawasan bagi rerkan-rekan sehingga kita
semua mampu untuk berfikir agar menjadi lebih maju. Terima kasih kepada guru
pembimbing kami, terima kasih pula kepada rekanrekan yang telah berpartisipasi
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Akhir kata,
tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan makalah ini, masih jauh dari ke
sempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang dapat membangun tetap kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB l PENDAHULUAN

• LATAR BELAKANG

• RUMUSAN MASALAH

• TUJUAN

BAB ll PEMBAHASAN

• PENGERTIAN SISTIM POLITIK

• PROSES POLITIK DI INDONESIA

• MASA KOLONIAL( PENAJAH)

• MASA DEMOKRASI

BAB ll PENUTUP

• KESIMPULAN

• SARAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Akhir-akhir ini Partai Politik di Indonesia semakin marak di kalangan


masyarakat. Hal ini membuktikan bahwa sistim politik di Indonesia telah
berkembang dengan pesat. Dalam sejarah Indonesia, perkembangan sistim
politik mengalamai pasang surut. Suatu sistim politik tersebut merupakan
wadah insan politik dan melakukan partisipasi, politik telah berjalan lama
sejak berdirinya RI, bahkan organisasi ini telah ada sebelum merdeka,
sebagian besar masyarakat beranggapan bahwa politik merupakan organisasi
yang tidak sehat, oleh karena itu diharapkan melalui karya tulis ini kita dapat
mengetahui secara jelas tentang sistim politik di Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH

Untuk mengetahui tujuan pembahasan tentang sistim politik di Indonesia,


maka sebagai perumusan dalam penyusunan adalah sebagai berikut

1. Apa yang dimaksud dengan sistim politik?

2. Bagaimana Proses Politik di Indonesia?

3. Bagaimana Sejarah Politik di Indonesia?

C. TUJUAN

Pembahasan Suatu kegiatan akan lebih bermanfaat jika dalam pembahasan ini
mempunyai tujuan adalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui apakah yang dinamakan dengan sistim politik.


2. Untuk mengetahui bagaimana Proses Politik di Indonesia.
3. Untuk mengetahui sejarah politik di indoneisa.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN SISTEM POLITIK

Sistem adalah suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks dan


terorganisasi. Politik berasal dari bahasa yunani yaitu polis yang artinya Negara
kota. Istilah politik dalam ketatanegaraan berkaitan dengan tata cara
pemerintahan, Politik biasanya menyangkut kegiatan partai politik, tentara dan
organisasi kemasyarakatan. Dapat disimpulkan bahwa politik adalah interaksi
antara pemerintah dan masyarakat dalam rangka proses pembuatan kebijakan
dan keputusan yang mengikat tentang kebaikan bersama masyarakat yang tinggal
dalam suatu wilayah tertentu. Menurut Drs. Sukarno, sistem politik adalah
sekumpulan pendapat, prinsip, yang membentuk satu kesatuan yang
berhubungan satu sama lain untuk mengatur pemerintahan serta melaksanakan
dan mempertahankan kekuasaan dengan cara mengatur individu atau kelompok
individu satu sama lain atau dengan Negara dan hubungan Negara dengan
Negara. Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan atau keseluruhan
berbagai kegiatan dalam Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan
umum termasuk proses penentuan tujuan. Politik adalah semua lembaga-
lembaga negara yang tersebut di dalam konstitusi negara ( termasuk fungsi
legislatif, eksekutif, dan yudikatif ). Dalam Penyusunan keputusan-keputusan
kebijaksanaan diperlukan adanya kekuatan yang seimbang dan terjalinnya
kerjasama yang baik antara suprastruktur dan infrastruktur politik sehingga
memudahkan terwujudnya cita-cita dan tujuantujuan masyarakat/negara. Dalam
hal ini yang dimaksud suprastruktur politik adalah Lembaga-Lembaga Negara.
Lembaga-lembaga tersebut di Indonesia diatur dalam UUD 1945 yakni MPR, DPR,
DPD, Presiden dan Wakil Presiden.
B. PROSES POLITIK DI INDONEISA

Sejarah Sistem politik Indonesia dilihat dari proses politiknya bisa dilihat dari
masa-masa berikut ini:

1. Masa prakolonial

2. Masa kolonial (penjajahan)

3. Masa Demokrasi Liberal

4. Masa Demokrasi terpimpin

5. Masa Demokrasi Pancasila

6. Masa Reformasi aspek:

Masing-masing masa tersebut kemudian dianalisis secara sistematis dari

1. Penyaluran tuntutan

2. Pemeliharaan nilai

3. Kapabilitas

4. Integrasi vertikal

5. Integrasi horizontal

6. Gaya politik

7. Kepemimpinan

8. Partisipasi massa

9. Keterlibatan militer

10. Aparat Negara

11. Stabilitas Bila diuraikan kembali maka diperoleh analisis sebagai berikut :

a .Masa prakolonial (Kerajaan a) Penyaluran tuntutan rendah dan terpenuhi


b. Pemeliharaan nilai disesuikan dengan penguasa

c.Kapabilitas SDA melimpah

d. Integrasi vertikal atas bawah

e .Integrasi horizontal nampak hanya sesama penguasa kerajaan

f. Gaya politik kerajaan

g. Kepemimpinan raja, pangeran dan keluarga kerajaan

h. Partisipasi massa sangat rendah

i. Keterlibatan militer sangat kuat karena berkaitan dengan perang

j. Aparat negara loyal kepada kerajaan dan raja yang memerintah

k. Stabilitas stabil dimasa aman dan instabil dimasa perang

2. Masa kolonial (penjajahan)

a. Penyaluran tuntutan rendah dan tidak terpenuhi

b. Pemeliharaan nilai sering terjadi pelanggaran ham

c. Kapabilitas melimpah tapi dikeruk bagi kepentingan penjajah

d. Integrasi vertikal atas bawah tidak harmonis

e. Integrasi horizontal harmonis dengan sesama penjajah atau elit pribumi

f. Gaya politik penjajahan, politik belah bambu (memecah belah

g. Kepemimpinan dari penjajah dan elit pribumi yang diperalat

h. Partisipasi massa sangat rendah bahkan tidak ada

i.keterlibatan militer yg sangat besar

j. Aparat negara loyal kepada penjajah


k. Stabilitas stabil tapi dalam kondisi mudah pecah

3. Masa Demokrasi Liberal

a.Penyaluran tuntutan tinggi tapi sistem belum memadani

b. Pemeliharaan nilai penghargaan HAM tinggi

c. Kapabilitas baru sebagian yang dipergunakan, kebanyakan masih potensial

d. Integrasi vertikal dua arah, atas bawah dan bawah atas

e. Integrasi horizontal- disintegrasi, muncul solidarity makers dan administrator

f.Gaya politik ideologis

g. Kepemimpinan angkatan sumpah pemuda tahun 1928

h. Partisipasi massa sangat tinggi, bahkan muncul kudeta

i. Keterlibatan militer militer dikuasai oleh sipil

j. Aparat negara loyak kepada kepentingan kelompok atau partai

k. Stabilitas – instabilitas

4. Masa Demokrasi terpimpin

a. Penyaluran tuntutan tinggi tapi tidak tersalurkan karena adanya Frontnas

b.Pemeliharaan nilai Penghormatan HAM rendah

c. Kapabilitas abstrak, distributif dan simbolik, ekonomi tidak maju

d.Integrasi vertikal atas bawah

e.Integrasi horizontal berperan solidarity makers,


f. Gaya politik ideolog, nasakom

g. Kepemimpinan tokoh kharismatik dan paternalistic

h. Partisipasi massa dibatasi

i. Keterlibatan militer militer masuk ke pemerintahan

j. Aparat negara loyal kepada negara

k. Stabilitas – stabil

5. Masa Demokrasi Pancasila

a.Penyaluran tuntutan awalnya seimbang kemudian tidak terpenuhi karena fusi

b.Pemeliharaan nilai terjadi Pelanggaran HAM tapi ada pengakuan HAM

c.Kapabilitas sistem terbuka 49 Kapabilitas sistem adalah kemampuan sistem


untuk menghadapi kenyataan dan tantangan Pandangan mengenai keberhasilan
dalam menghadapi tantangan ini berbeda diantara para pakar politik. Ahli politik
zaman klasik seperti Aristoteles dan Plato dan diikuti oleh teoritisi liberal abad ke-
18 dan 19 melihat prestasi politik diukur dari sudut moral. Sedangkan pada masa
modern sekarang ahli politik melihatnya dari tingkat prestasi (performance level)
yaitu seberapa besar pengaruh lingkungan dalam masyarakat, lingkungan luar
masyarakat dan lingkungan internasional. Pengaruh ini akan memunculkan
perubahan politik. Adapun pelaku perubahan politik bisa dari elit politik, atau dari
kelompok infrastruktur politik dan dari lingkungan internasional. Perubahan ini
besaran maupun isi aliran berupa input dan output. Proes mengkonversi input
menjadi output dilakukan oleh penjaga gawang (gatekeeper).

Terdapat 5 kapabilitas yang menjadi penilaian prestasi sebuah sistem politik:

1. Kapabilitas Ekstraktif, yaitu kemampuan Sumber daya alam dan sumber daya
manusia. Kemampuan SDA biasanya masih bersifat potensial sampai
kemudian digunakan secara maksimal oleh pemerintah. Seperti pengelola
minyak tanah,pertambangan yang ketika datang para penanam modal
domestik itu akan memberikan pemasukan bagi pemerintah berupa pajak.
Pajak inilah yang kemudian menghidupkan negara.

2. Kapabilitas Distributif. SDA yang dimiliki oleh masyarakat dan negara diolah
sedemikian rupa untuk dapat didistribusikan secara merata, misalkan seperti
sembako yang diharuskan dapat merata distribusinya keseluruh masyarakat.
Demikian pula dengan pajak sebagai pemasukan negara itu harus kembali
didistribusikan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.

3. Kapabilitas Regulatif (pengaturan). Dalam menyelenggarakan pengawasan


tingkah laku individu dan kelompok maka dibutuhkan adanya pengaturan.
Regulasi individu sering memunculkan benturan pendapat. Seperti ketika
pemerintah membutuhkan maka kemudian regulasi diperketat, hal ini
mengakibatkan keterlibatan masyarakat terkekang.

4. Kapabilitas simbolik, artinya kemampuan pemerintah dalam berkreasi dan


secara selektif membuat kebijakan yang akan diterima oleh rakyat. Semakin
diterima kebijakan yang dibuat pemerintah maka semakin baik kapabilitas
simbolik sistem.

5. Kapabilitas responsif, dalam proses politik terdapat hubungan antara input dan
output, output berupa kebijakan pemerintah sejauh mana dipengaruhi oleh
masukan atau adanya partisipasi masyarakat sebagai inputnya akan menjadi
ukuran kapabilitas responsive kapabilitas dalam negeri dan internasional. Sebuah
negara tidak bisa sendirian hidup dalam dunia yang mengglobal saat ini, bahkan
sekarang banyak negara yang memiliki kapabilitas ekstraktif berupa perdagangan
internasional. Minimal dalam kapabilitas internasional ini negara kaya atau
berkuasa (superpower) memberikan hibah (grants) dan pinjaman (loan) kepada
negara-negara berkembang.

D. Pendekatan dalam Analisis Sistem Politik

1. Analisis Sistem Politik Menurut David Easton Pendekatan sistem politik pada
mulanya terbentuk dengan mengacu pada pendekatan yang terdapat dalam ilmu
eksakta. Adapun untuk membedakan sistem politik dengan sistem yang lain maka
dapat dilihat dari definisi politik itu sendiri. Sebagai suatu sistem, sistem politik
memiliki ciri-ciri tertentu. Perbedaan pendapat mulai muncul ketika harus
menentukan batas antara sistem politik dengan sistem lain yangterdapat dalam
lingkungan sistem politik. Namun demikian, batas akan dapat dilihat apabila kita
dapat memahami tindakan politik sebagai sebuah tindakan yang ingin berkaitan
dengan pembuatan keputusan yang menyangkut publik Input, Output, dan
Lingkungan dalam Sistem Politik Input dalam sistem politik dibedakan menjadi
dua, yaitu tuntutan dan dukungan. Input yang berupa tuntutan muncul
sebagaikonsekuensi dari kelangkaan atas berbagai sumber-sumber yang langka
dalam masyarakat (kebutuhan). Input tidak akan sampai (masuk)

secara baik dalam sistem politik jika tidak terorganisir secara baik. Oleh sebab
itu komunikasi politik menjadi bagian penting dalam hal ini. Terdapat perbedaan
tipe komunikasi politik di negara yang demokratis dengan negara yang
nondemokratis. Tipe komunikasi politik ini pula yang nantinya akan membedakan
besarnya peranan dari organisasi politik. Output merupakan keputusan otoritatif
(yang mengikat) dalam menjawab dan memenuhi input yang masuk. Output
sering dimanfaatkan sebagai mekanisme dukungan dalam rangka memenuhi
tuntutan-tuntutan yang muncul.

2. Menurut Gabriel Almond Dalam setiap sistem politik terdapat enam struktur
atau lembaga politik, yaitu kelompok kepentingan, partai politik, badan legislatif,
badan eksekutif, birokrasi, dan badan peradilan. Dengan melihat keenam struktur
dalam setiap sistem politik, kita dapat membandingkan suatu sistem politik
dengan sistem politik yang lain. Hanya saja, perbandingan keenam struktur
tersebut tidak terlalu membantu kita apabila tidak disertai dengan penelusuran
dan pemahaman yang lebih jauh dari bekerjanya sistem politik tersebut. Suatu
analisis struktur menunjukkan jumlah partai politik, dewan yang terdapat dalam
parlemen, sistem pemerintahan terpusat atau federal, bagaimana eksekutif,
legislatif, dan yudikatif diorganisir dan secara formal dihubungkan satu dengan
yang lain. Adapun analisis fungsional menunjukkan bagaimana lembaga-lembaga
dan organisasi-organisasi tersebut berinteraksi untuk menghasilkan dan
melaksanakan suatu kebijakan.

E. Sosialisasi, Budaya Politik di Indonesia, dan Ekonomi Politik Indonesia.


1. Sosialisasi Politik di Indonesia Dalam kegiatan belajar ini ada tiga hal yang
dikemukakan. Pertama, mengenai pengertian sosialisasi politik. Kedua, mengenai
proses sosialisasi politik di Indonesia, dan ketiga, mengenai agen-agen sosialisasi
politik yang berperan dalam penyebaran nilai-nilai politik kedalam masyarakat.

bagian pertama dijelaskan mengenai proses sosialisasi secara umum,


kemudian juga dibahas tahapan psikologi politik, dan jugatahapan sosialisasi
politik. Setelah pembahasan sosialisasi politik di Indonesia juga dibahas mengenai
agen-agen sosialisasi politik.

2. Budaya Politik di Indonesia Klasifikasi budaya politik oleh Gabriel A. Almond


dan G. Bingham Powell, terdiri atas budaya politik parokial, budaya politik
subjek/kaula, dan budaya politik partisipan. Sedangkan budaya politik menurut
Austin Ranney dibedakan atas orientasi kognitif dan preferensi politik. Ada
beberapa unsur yang berpengaruh atau melibatkan diri dalam proses
pembentukan budaya politik nasional, yaitu sebagai berikut.

a) Unsur sub-budaya politik yang berbentuk budaya politik asal.

b) Aneka rupa sub-budaya politik yang berasal dari luar lingkungan tempat
budaya politik asal itu berada.

c) Budaya politik nasional itu sendiri. Tahapan perkembangan budaya politik


nasional menurut Sjamsuddin, antara lain sebagai berikut (Rahman, 1998:58).

1.Budaya politik nasional yang tengah berada dalam proses pembentukannya.

2.Budaya politik nasional yang sedang mengalami proses pematangan. Dalam


tahapan ini, pada dasarnya budaya politik nasional sudahada, tetapi masih belum
matang.

3.Budaya politik nasional yang sudah mapan, yaitu budaya politik yang telah
diakui keberadaannya secara nasional.

4. Ada dua sudut pandang untuk melihat budaya politik yang dikaitkan dengan
struktur nasional, yaitu secara vertikal maupun horizontal. Terakhir ada tiga
kelompok yang mempunyai pengaruh yang sangat kuat terhadap sistem politik
Indonesia, yaitu kelompok agama, kelompok suku bangsa, dan kelompok ras.

5. Ekonomi Politik Ilmu ekonomi politik mempelajari tentang hubungan timbal


balik antara transaksi ekonomi dengan perilaku politik. melihat bahwa dalam
hubungan antara negara dan pasar terdapat struktur atau anatomi, nilai-nilai,
kebutuhan, dan kepentingan yang bervariasi, yang pada gilirannya dapat
menimbulkan interaksi yang beragam antara negara dengan pasar. Penjelasan
singkat di atas padadasarnya memberikan gambaran bahwa pembagian sistem
ekonomi ke dalam kapitalisme dan sosialisme merupakan penyederhanaan
masalah (simplifikasi). Dalam praktiknya, sejumlah negara tertentu sulit untuk
dapat dimasukkan ke dalam kategori kapitalisme maupun sosialisme. Di sinilah
letak pentingnya studi tentang ekonomi politik, untuk mendapatkan gambaran
yang menyeluruh mengenai hubungan antara ekonomi dengan politik.

6. Dinamika Ekonomi Politik di Indonesia Dinamika hubungan antara negara


dengan pasar sejak Indonesia berdiri hingga era reformasi diwarnai oleh fluktuasi
penguatan peran negara. Negara sempat memiliki pengaruh dominan di dalam
sistem politik pada masa Demokrasi Terpimpin dan juga pada masa boom minyak
semasa kepemimpinan Orde Baru. Di luar periode tersebut, pasar mampu
mendorong negara membuat kebijakan yang memungkinkan akumulasi kapital
yang cenderung lebih banyak menguntungkan para pemilik modal (investor).
Kekuatan pasar yang luar biasa dalam menghadapi negara dapat ditemukan
dalam kasus krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun
1997 hingga1998.

F. Partisipasi Politik dan Pemilihan Umum di Indonesia

1. Partisipasi Politik Partisipasi politik oleh para sarjana di negara Barat sering
hanya dipandang sebagai kegiatan yang dilakukan untuk memberikan input bagi
pengambil kebijakan menuruti aturan main yang berlaku. Definisi yang demikian
membuat partisipasi politik di negara-negara berkembangsulit dikategorikan
sebagai bentuk partisipasi politik. Untuk mengatasi hal tersebut, Huntington
mencoba mengatasi dengan mengatakan bahwa partisipasi yang tergolong
negatif di mata para sarjana di negara-negara berkembang pada dasarnya
termasuk pula bentuk partisipasi politik. Kecenderungan mobilisasi di masyarakat
negara-negara berkembang menjadi ciri khas yang melekat karena
karakteristiknya yang khas selain tidak bekerjanya sistem politik secara baik untuk
memberikan kesempatan kepada masyarakat memberikan input tanpa takut
diintimidasi oleh pemerintah.

2. Perkembangan Partisipasi Politik di Indonesia Partisipasi politik dipengaruhi


oleh karakteristik masyarakat di suatu negara. Masyarakat Indonesia yang
memiliki karakteristik, seperti pendidikan rendah, ekonomi kurang baik dan
kurang memiliki akses informasi membuat pola partisipasinya cenderung
dimobilisasi. Karakteristik tersebut belum mendorong masyarakat untuk
membangun suatu pola partisipasi yang mandiri. Sejak merdeka, elite-elite partai
cenderung menggunakan cara-cara mobilisasi ataupun penetrasi ke masyarakat
untuk mendukung partai politik tertentu. Demokrasi parlementer yang dinilai
memiliki ruang publik dan kebebasan politik yang memadai juga ditandai dengan
intervensi elite lokal maupun pusat untuk mendapatkan dukungan dari
masyarakat.

G. Partai Politik, Kelompok Kepentingan, dan Kelompok Penekanan dalam Sistem


Politik Indonesia

1. Partai Politik, Kelompok Kepentingan, dan Kelompok Partai politik merupakan


struktur atau lembaga yang menyalurkan dan mengartikulasikan berbagai
kepentingan (tuntutan dan aspirasi) yang berasal dari lingkungan masyarakat
Indonesia ke dalam sistem politik. Kepentingan dan aspirasi yang diajukan partai
politik tersebutmerupakan energi bagi sistem politik untuk membuat berbagai
kebijaksanaan. Jika partai politik ikut dalam Pemilu untuk merebut atau
mempertahankan kekuasaan terutama dalam kaitannya dengan kekuasaan
legislatif maka lain halnya dengan kelompok kepentingan dankelompok penekan.
Kedua aktor politik ini berada di luar sistem politik dan juga tidak bisa mengikuti
pemilu. Walaupun demikian, kelompok ini tidak bisa dipandang remeh dalam
mempengaruhi proses pembuatan undang-undang dan juga pembuatan
kebijakan.
2. Partai Politik, Kelompok Kepentingan, dan Kelompok Penekanan dalam Sistem
Politik Indonesia Peranan partai politik di masa Demokrasi Pancasila tetap sama
seperti pada masa Demokrasi Terpimpin. Partai politik hanya memiliki peranan
yang kecil dalam proses pengambilan keputusan. Hal ini misalnya dapat dilihat
dari sedikitnya anggota partai politik dalam lembaga legislatif maupun lembaga
eksekutif. Bahkan pada Kabinet Pembangunan III sudah tidak ada lagi menteri
yang berasal dari partai politik. Militer dan birokrat merupakan kelompok yang
mendominasi jabatan menteri. Faktorfaktor yang menyebabkan turunnya
peranan partai politik pada masa Demokrasi Pancasila adalah pendekatan
ekonomi yang dipilih oleh Rezim Soeharto, diberlakukannya beberapa peraturan
yang menyangkut kehidupan kepartaian, menguatnya peranan Golkar, dan juga
konflik internal dalam tubuh partai politik.

Sistem Politik Indonesia terdapat 5 kapabilitas yang menjadi penilaian prestasi


sebuah sistem politik:

1. Kapabilitas Ekstraktif, yaitu kemampuan Sumber daya alam dan sumber daya
manusia. Kemampuan SDA biasanya masihbersifat potensial sampai kemudian
digunakan secara maksimal oleh pemerintah. Seperti pengelolaan minyak tanah,
pertambangan yang ketika datang para penanam modal domestik itu akan
memberikan pemasukan bagi pemerintah berupa pajak. Pajak inilah yang
kemudian menghidupkan negara.

2. Kapabilitas Distributif. SDA yang dimiliki oleh masyarakat dan negara diolah
sedemikian rupa untuk dapat didistribusikan secara merata, misalkan seperti
sembako yang diharuskan dapat merata distribusinya keseluruh masyarakat.
Demikian pula dengan pajak sebagai pemasukan negara itu harus kembali
didistribusikan dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah.

3. Kapabilitas Regulatif (pengaturan). Dalam menyelenggaran pengawasan


tingkah laku individu dan kelompok maka dibutuhkan adanya pengaturan.
Regulasi individu sering memunculkan benturan pendapat. Seperti ketika
pemerintah membutuhkan maka kemudian regulasi diperketat, hal ini
mengakibatkan keterlibatan masyarakat terkekang.
4. Kapabilitas simbolik, artinya kemampuan pemerintah dalam berkreasi dan
secara selektif membuat kebijakan yang akanditerima oleh rakyat. Semakin
diterima kebijakan yang dibuat pemerintah maka semakin baik kapabilitas
simbolik sistem.

5. kapabilitas responsif, dalam proses politik terdapat hubungan antara input dan
output, output berupa kebijakan pemerintah sejauh mana dipengaruhi oleh
masukan atau adanya partisipasi masyarakat sebagai inputnya akan menjadi
ukuran kapabilitas responsif. Pengertian Kapabilitas Sistem Politik adalah
Kemapuan sistem politik dalam bidang ekstraktif, distributive, regulative,
simbolik, responsive dan dalam negeri dan internasional untuk mencapai tujuan
nasional sebagai mana termaksuk dalam pembukaan UUD45 13.

Definisi sistem politik Secara Umum adaah Ilmu yang mengakaji tentang
hubungan kekuasaan, baik sesama warga negara, antar warga negara maupun
hubungan sesama negara H. Struktur Politik Politik adalah Alokasi nilai-nilai yang
bersifat otoritatif yang dipengaruhi oleh distribusi serta penggunaan kekuasaan.
Kekuasaan berarti kapasitas dalam menggunakan wewenang, hak dan kekuatan
fisik.ketika berbicara struktur politik maka yang akan diperbincangkan adalah
tentang mesin politik sebagai lembaga yang dipakai untuk mencapai tujuan.
Berdasarkan jenisnya mesin politik terbagi dua yaitu:

1. Mesin politik Informal a) Pengelompokan atas persamaan sosial ekonomi -


Golongan petani merupakan kelompok mayoritas (silent majority) - Golongan
buruh - Golongan Intelegensia merupakan kelompok vocal majority - Persamaan
jenis tujuan seperti golongan agama, militer, usahawan, atau seniman -
Kenyataan kehidupan politik rakyat seperti partai politik, tokoh politik, golongan
kepentingan dan golongan penekan.

2. Mesin politik formal Mesin politik formal berupa lembaga yang resmi
mengatur pemerintahan yaitu yang tergabung dalam trias politika :- Legislatif -
Eksekutif Yudikatif. Demokrasi di Indonesia adalah Bangsa Indonesia sejak dulu
sudah mempraktekkan ide tentang demokrasi walau bukan tingkat kenegaraan,
masih tingkat desa disebut demokrasi desa. Contoh pelaksanaan demokrasi desa
pemilihan kepala desa dan rembug desa. Inilah demokrasi asli. Demokrasi desa
mempunyai 5 ciri. Rapat, mufakat, gotong royong, hak mengadakan protes
bersama dan hak menyingkir dari kekuasaan raja absolut mempergunakan
pendekatan kontekstual, demokrasi di Indonesia adalah demokrasi Pancasila.
Demokrasi Pancasila ini oleh karena Pancasila sebagai ideologi negara, pandangan
hidup bangsa Indonesia, dasar Negara Indonesia dan sebagai identitas nasional
Indonesia. Sebagai ideologi nasional, Pancasila sebagai cita-cita .

masyarakat dan sebagai pedoman membuat keputusan politik. Sebagai


pemersatu masyarakat yang menjadi prosedur penyelesaian konflik. Nilai-nilai
demokrasi yang terjabar dari nilai-nilai Pancasila sebagai berikut:

1. Kedaulatan rakyat

2. Republik

3. Negara berdasar atas hokum

4. Pemerintahan yang konstitusional

5. Sistem perwakilan

6. Prinsip musyawarah

7. Prinsip ketuhanan
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sejarah Sistem Politik Indonesia bisa dilihat dari proses politik yang terjadi
di dalamnya. Namun dalam menguraikannya tidak cukup sekedar melihat
sejarah Bangsa Indonesia tapi diperlukan analisis sistem agar lebih efektif.
Dalam melakukan analisis sistem bisa dengan pendekatan satu segi
pandangan saja seperti dari sistem kepartaian. Kapabilitas sistem adalah
kemampuan sistem untuk menghadapi kenyataan dan tantangan.
Pandangan mengenai keberhasilan dalam menghadapi tantangan ini
berbeda diantara para pakar politik.

B. SARAN
jika ingin menambah wawasan dan ingin mengetahui lebih jauh, maka
penulis mengharapkan dengan rendah hati agar lebih membaca buku-buku
ilmiah dan buku-buku lainnya yang berkaitan dengan judul Sistem Politik
Indonesia. Kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi perbaikan dan kesempurnaan Makalah kami. Jadikanlah makalah ini
sebagai sarana yang dapat mendorong para mahasiswa/i berfikir aktif dan
kreatif.

Anda mungkin juga menyukai