ISLAM KONTEMPORER
Disusun Oleh :
Kelompok 12
Kelas 21071
Puji dan syukur selalu kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Atas berkat, rahmat, dan karunianya
kami dapat Menyusun makalah yang berjudul “ibadah dan syriah” dengan baik. Walaupun ada beberapa
hambatan tetapi kami dapat menyelesaikannya dengan tepat waktu, tidak luput kami sampaikan terima
kasih kepada dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dalam mengerjakan makalah ini .
Penulisan makalah ini adalah salah satu tugas dan persyaratan untuk menyelesaikan mata kuliah dari
ibu Dr, Indah Wigati, M.Pdi selaku dosen Studi Keislaman. Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu
dosen yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat memperluas ilmu wawasan, dan
menambah ilmy pengetahuan, bagi para pembaca ataupun penulis.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar….......................................................................................................................
Daftar Isi….................................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
3. Islam Liberal
Daftar Pustaka…........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Sejak masa klasik, dinamika pemikiran dan gerakan islam selalu dipengaruhi oleh
konfigurasi politik penguasa. Artinya ada pemikiran dan gerakan menjadi ”mazhab”penguasa dan
sebaliknya, ada yang dilarang bahkan dibrangkus dega menjaga “stabilitas”.Mengamati dinamika
pemikiran dan gerakan islam di Indonesia sangat menarik karenaada sejumlah paradoks dan gesekan
yang cukup tajam terutama pasca reformasi sehinggadengan bergulirya era reformasi membutuhkan
pembacaan ulang terhadap pemikiran dangerakan islam indonesia, karena berbagai pemikiran dan
gerakan islam yang padamulanya terbungkam oleh kekuatan orde baru kembali muncul dan
berusahamembangkitkan kembali romantisme masa lalu. Dari sinilah muncul berbagai
kekuatanpemikiran dan gerakan islam, baik islam politik maupun islam kultural sehinggamembentuk
farien yang sangat beragam. Berbagai farian pemikiran dan gerakankeislaman diindonesia sebenarnya
bisa ditelusuri akar-akarnya secara jelas sehingga dapatdipetakkan menjadi dua arus peikiran yang
sangat dominan yakni literalisme danliberalisme.Perkembangan islam di Indonesia memiliki mata rantai
yang cukup berliku.Sementara islam di nusantara ini memiliki kompleksitas persoalan, dan dari sini
islamhadir dengan membawa wajah tatanan baru dalam masyarakat yang tidak terbenturdengan
realitas sosial, budaya, tatanan politik dan tradisi keagamaan.
B.Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Islam secara bahasa artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih. KataIslam terbentuk dari
tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim)yang bermakna dasar“selamat” (Salama).Sedangkan
Kontemporer artinya dari masa atau waktu ke waktu.Menurut istilah, islam kontemporer adalah
gagasan untuk mengkaji islam sebagainilai alternatif baik dalam perspektif interprestasi, tekstual
maupun kajiankontekstualmengenai kemampuan islam memberikan solusi bari kepada temuan-temuan
disemuadimensi kehidupan dari masa lampau hingga sekarang.
Pemikiran Islam kontemporer maksudnya adalah pemikiran Islam yangberkembangpada masa modern
(abad 19 masehi) hingga sekarang. Ciri khas pemikirannya adalahbersifat agresif yang berkembang
dengan metodo pemikiran baru dalam menafsirkan Al-Qur’an dan peradaban Islam.
Peta pemikiran Islam kontemporer di Indonesiasesungguhnya tidak terlepas dari perkembangan Islam
kontemporer di dunia IslamUmumnya. Hal ini disebabkan karena paraintelektual muslim Indonesia
banyak belajar diNegara-negara Islam modern dan juga Negara-negara Barat. Oleh karena itu,
pemikiranIslam kontemporer di Indonesia yang dilakukan olehkaum intelektual muslimnya
terjadielaborasi pemikiran antara pemikiran Islam kontemporeryang berasal dari jazirah Arabdan
pemikiran Islam kontemporer yang dikembangkan oleh paraIslamolog yang ada diUniversitas-universitas
di Barat. Lukman Hakim, Pemikiran Islam Kontemporer diIndonesia; Membaca Masa Depan Gerakan
Islam di Indonesia Sebenarnya,perkembangan pemikiran Islam kontemporer di Indonesia tidak lepas
dariupaya merekadalam menafsirkan kembali Islam Menurut Dawam Rahardjo,kegiatan intelektual di
dunia Islam dewasa ini dikuasai oleh sekitar lima tema sentral,yaitu: Pertama, “interpretasi kembali Al-
Qur‟an”Salah satu latar belakang gagasaninterpretasikembali Al-Qur‟an adalah keinginan untuk
melakukan rekonstruksi terhadapajaran-ajaran Islamsebagai dasar pembinaan suatu masyarakat
modern. Pendekatan yangdiambil adalah mencariesensi-esensi ajaran Islam itu sendiri atau menggali
nilai-nilaiyang paling fundamental. Darititik tolak inilah disusun teori-teori baru atau konsep-konsep
baru di berbagai bidang, misalnyatentang masyarakat, negara, ekonomi,pendidikan, sosiologi,
lingkungan hidup bahkan tentang bidang-bidang yang lebih sempit, seperti administrasi. Tokoh-
tokohnya di antaranya adalahK.H.Imam Ghozali dariSolo, K.H. Maksum dari Yogya, K.H. Moenawar Cholil
sendiri yangmenerbitkan buku berjudul “Kembali kepada Al-Qur‟an dan as-Sunnah” Pada tahun
1956.Kemudian T.M.Hasbi Ash-Shiddieqy yang menggagas fiqih baru dan menyusun tafsir (TafsirAl-
Bayândan Tafsir An-Nûr). Tokoh lainnya adalah Buya Hamka (tokoh Muhammadiyah)yangmenulis Tafsir
Al-Azhar, dan Ustadz A. Hassan Bandung (tokoh Persis) yangmenulis Tafsir Al-Furqan. Tema kedua,
adalah “aktualisasi tradisi”.Tema ini cenderungsebagai reaksi terhadaptema pertama ( Interpretasi
Kembali Al-Qur‟ân). Penganjur tema ini bermaksud juga untukmelakukan pembaharuan pemikiran. Tapi
menurut tema ini,pembaharuan hendaknya ini jangan dilakukan dengan membuat garis demarkasi
dengan Islamsejarah. Pembaharuan bukan harus berarti berimplikasi berputus dengan
sejarah,melainkan justru bertolak dari warisan sejarah.Tokoh terpenting yang mengusung
tema“aktualisasi tradisi” di antaranya adalah Mohammad Natsir yang mengungkapkankembali
kebudayaan Islam klasik pada akhir dasawarsa 30-an.Kemudian NurcholisMadjid yang menghidangkan
kembali fragmen-fragmen pemikiran parafilsuf muslimmasa lalu. Tema ketiga adalah“Islamisasi Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi”.Gagasan iniawalnya dikembangkan oleh Ismail Raji al-Faruqiyang telah
menulis sebuahkaryamonumental yang berjudulThe Cultural Atlas of Islam pada tahun 1986.
Intidaripada gagasanIslamisasi ini adalah memberikan esensi peradaban Islam moderndengan nilai-nilai
tauhid.Gagasan Islamisasi itu sendiri sebenarnya telah dicetuskansecara formal dalam suatu
seminarinternasional tahun 1982 di Islamabad, di mana IsmailRaji Al-Faruqi adalah aktorintelektualnya.
Gema gerakan Islamisasi ini juga masuk keIndonesia. Salah satu tokohnyaadalah A.M. Saefuddin yang
mencoba mengislamisasikanpemikiran ekonomi. Tema keempat adalah mempunyai kaitan tertentu
dengan ideIslamisasi maupun interpretasi kembali Al-Qur'an.Tema ini barangkali hanya terdengar
diIdonesia, melalui suara K.H. Abdurrahman Wahid (GusDur), Ketua Dewan Syura PKBdan mantan Ketua
PBNU, yaitu tema
Di dalam memahami ‘aqidah Islam baik dengan berdialog dan berdiskusi banyak ragammetode yang
dipakai oleh semua aliran ‘aqidah di dalam Islam, diantaranya aliran Mu’tazillah yang menempuh
dengan metode falsafi yang ditiru dari logika Yunani.Dalam penggunaan metode ini mereka juga
didampingi oleh Asy’ariyyah danMaturidiyyah.Kaum salaf datang menentang penggunaan metode
tersebut danmenginginkan agar pengkajian ‘aqidah kembali pada prinsip-prinsip yang dipegang olehpara
sahabat dan tabi’in. Mereka mengambil prinsip- prinsip ‘aqidah dan dalil-dalil yangmendasarinya al-
Qur’an dan Sunnah, serta melarang ulama untuk mempertanyakan dalil-dalil al-Qur’an.Ibnu Taimiyah
yang merumuskan metode pemahaman ini membagi ulama dalma memahami ‘aqidah Islam ke dalam
empat kategori, yaitu:
instruksional dan premis-premis yang dapat diterima masyarakat. Mereka menegaskanbahwa diri
mereka adalah lelompok pakar di bidang argumentasi da keyakinan, sedang
2.Para pakar ilmu Kalam, yaitu Mu’tazilah. Mereka mengemukan berbagai kesimpulan
yang rasionalsebelum mengadakan penalaran terhadap ayat-ayat al-Qur’an. Mereka berpegang pada
dua argumentasi tetapi mendahulukan rasional daripada al-Qur’an.mereka menta’wilkannya sesuai
dengan tuntutan akal, sekalipun mereka tidak keluar dari‘aqidah al-Qur’an.
3.Ulama yang mengadakan penalaran terhadap ‘aqidah yang terdapat di dalam al-Qur’anuntuk diimani,
dan dalil-dalil yang terkandung di dalamnya untuk digunakan. Dalil-dalilitu digunakan bukan karena
merupakan dalil yang memberikan petunjuk dan bimbinganyangmengarahkan akal untuk berbagai
premis disekitarnya, melainkan karena merupakansejumlah ayat formatif yang isinya wajib diimani,
tanpa menjadikannnya sebagai premis
bagi istinbath ‘aqli. Ibnu Taimiyah meletakkan Maturidiyah pada kategori ini, karena
Matur
idiyah mempergunakan akal untuk memahami ‘aqidah yang terdapat dalam al-Qur’an.
4.Kelompok yang beriman kepada al-Qur’an, baik ‘aqidah maupun dalilnya, tetapi mempergunakan dalil
rasional di samping dalil al-Qur’an itu. Ibnu Taimiyah memasukkan Asy’ariyyah ke dala kategori
ini.Setelah pembagian ini Ibnu Taimiyahmenegaskan bahwa metode Salaf bukanlah salah satu dari
empat kategori di atas, karena‘aqidah dan dalilnya hanya dapat diambil dari nash. Mereka itulah
kelompok yang tidak percaya pada akal, sebabakal dapat menyesatkan. Mereka hanya percaya pada
nash dandalil-dalil yang diisyaratkan dari nash, sebab ia merupakan wahyu yang diturunkankepada Nabi.
Mereka juga menegaskan bahwa berbagai pola pemikiran rasional itumerupakan hal yang baru dalam
Islamyang tidak pernah dikenal secara pasti di kalangan para sahabat dan tabi’in. bila kita mengatakan
bahwa metode rasional merupakankebutuhan primer untuk memahami ‘aqidah Islam, maka
konsekuensinya kaum.
Saat ini, Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Islammasuk ke wilayah
Nusantara tergolong paling akhir dibandingkan dengan kawasan lainnyaseperti Persia,Asia Tengah dan
Eropa. Paham keagamaan yang diajarkan dan kemudiandianut oleh mayoritas penduduk adalah ahlus
sunnah waljamaah, sebuah paham moderat.
Secara harfiyah, ahlu sunnah wal jama’ah adalah penganut sunnah, tradisi atau kebiasaan
yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dan kesepakatan para ulama. Watak moderasi
(washatiyah) yang dimiliki oleh faham ini baik dalam sistem keyakinan (aqidah), syari’ah
3.Islam Liberal
Islam liberal mempunyai makna kebebasan Tanpa batas,atau bahkan di setrakandengan sikap permisif
(ibahiyah),yaitu sikap menolerir setiap hal tanpa mengenal batasyang pasti.Dengan cara pandang seperti
itu, Islam liberal di pandang sebagaiancamanterhadap keberagamaan yang sudah terlembaga.Dalam
Islam persoalan batasan antaramana yang boleh dan yang tidak boleh menempati kedudukan yang
sentral.Setiap islamselalu peduli dengan apa yang dia kerjakan, apakah perbuatan itu boleh atau
tidak.Inilahyang kemudian melahirkan suatu bidang kajian yang sangat kaya dan meninggalkan
ribuanliterature yang canggih yaitu bidang Fikih.Setiap pembicaraan tentang hukum selalu sajamerujuk
kepada Fikih.Ketika muncul diskusi yang ramai tentang hukum islam,maka Fikihmenjadi nfokus
perhatian,sebab dalam Fikih lah sebagian besar hukum di rumuskan.Dalam diskusi –diskusi itu,tekanan
di berikan kepada “kewajiban”,yaitu kewajiban muslim terhadap Allah, sesame manusia, dan dirinya
sendiri.Islam liberal muncul untuk menyeimbankan neraca antara bahasa kewajiban dn kebebasan / hak
ini.Tujuan pokok dariagama adalah mengankat martabat kemanusiaan.Fokus pertama dalam agama
adalahmanusia itu sendiri, bukan semata-mata Tuhan.Suatu kesalahan besar anggapan bahwatugas
pokok Manusia adalah menyembah Tuhan.Pandangan ini bersumber dari pemahan
yang salah atas ayat “wa ma kholaqtul jinna wal insa illa liyak’budun”.Dan tidak Aku ciptakan manusia
kececuali untuk menyembah-Ku.ayat ini jika di pahami dalam kerankapopoler yang cendrung anti-
humanistik, yang tidak lain agama itu dalah penundukanmanusia.manusia seolah-olah ancaman bagi
tuhan sehingga harus di tundukan.Pandanganmengenai manusia sebagai Prometheus yang berseteru
dengan Tuhan hanyalah ada dalammitos Yunani kuno.Pandangan popular yang berkembang di kalangan
umat islammengenai ayat tersebut cendrung kepada suatu citra manusia sebagaui
Prometheus.Prometheus versi islam adalah Prometheus yang kalah oleh kehendak TuhanIni jelas suatu
citraan yang tidak sesuai dengan semangat Islam.Penyembahan adalah sebentuk hubungan antara Allah
dan manusia sebagai hubungan “I-it”, “aku dandia”.Allah dalam keranka penyembahan semacam itu,
telah “di bendakan”. Allah yang di sembah adalah Allah yang di berhalakan, yang difiksasi dalam
gambaran yang tetap seperti “Idol”.Kata libebral dalam “Islam Liberal” tidak ada sankut pautnya
dengan‘kebebasan tanpa batas”
BAB III
PENUTUPAN.
Kesimpulan
Pemikiran Islam kontemporer maksudnya adalah pemikiran Islam yang berkembang padamasa modern
(abad 19 masehi) hingga sekarang. Ciri khas pemikirannya adalah bersifatagresif yang berkembang
dengan metodo pemikiran baru dalam menafsirkan Al-Qur’andan peradaban Islam.Manuia adalah
menyembah Tuhan.Pandangan ini bersumber dari pemahan yang salahatas ayat “wa ma kholaqtul jinna
wal insa illa liyak’budun”.Dan tidak Aku ciptakan manusia kececuali untuk menyembah-Ku.ayat ini jika di
pahami dalam keranka popoleryang cendrung anti-humanistik, yang tidak lain agama itu dalah
penundukanmanusia.manusia seolah-olah ancaman bagi tuhan sehingga harus ditundukan.Pandangan
mengenai manusia sebagai Prometheus yang berseteru denganTuhan hanyalah ada dalam mitos Yunani
kuno.Pandangan popular yang berkembang dikalangan umat islam mengenai ayat tersebut cendrung
kepada suatu citra manusiasebagaui Prometheus.
DAFTAR PUSTAKA
Mu’arif. 2005. Muslim Liberal (Membidik Pemikiran Ahmad Wahib). Yogyakarta : Tajidu
PressSyamsuddin Arif. 2008. Orientalis dan Diabolisme Pemikiran. Jakarta : GemaInsani PresUniversitas
Pendidikan Indonesia:Bandung tahun 2010. Hal. 5-6.Akhmal. Kapita Selekta