Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Isim Manshub, Tamyiz


Disusun Untuk Memenuhi Tugas
pada Mata Kuliah Qawaidul Lugah Semester I

Dosen Pengampu:
Rif’iyatul Fahimah, Lc, M.Th.I

Disusun oleh:
Puteri Rahmah Safiira 07020521051
Widiana Putri Wulandari 07020521060

PROGRAM STUDI ILMU HADITS


FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2021

1
KATA PENGANTAR

Bismillah, Alhamdulillah tak henti kami memuji Allah SWT sebagai


bentuk rasa syukur atas limpahan rahmat-Nya. Shalawat serta salam senantiasa
terhaturkan kepada suri tauladan seluruh umat manusia, Rasulullah SAW.
Beliaulah yang telah mengajarkan kepada kita tentang pikiran yang harus
melangit dan hati yang harus tetap membumi.

Tak lupa kami sampaikan terima kasih kepada dosen pengampu mata
kuliah Qawaidul Lughah (Rif’iyatul Fahimah, Lc, M.Th.I), juga kepada semua
pihak yang telah membantu dengan wujud bantuan apa saja dalam proses
penyelesaian makalah ini. Makalah ini akan sedikit mengulas tentang Isim
Manshub, Tamyiz.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki banyak celah yang
harus ditambal. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik yang konstruktif
dari pembaca guna menutupi celah-celah yang ada dalam makalah ini. Demikian
yang dapat kami sampaikan. Akhir al-Kalam, semoga makalah ini bisa diambil
manfaatnya oleh para pembaca.

Surabaya, 21 November 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...............................................................................................2

Daftar Isi..........................................................................................................3

Bab I (Pendahuluan)

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................4


B. Rumusan Masalah.................................................................................4
C. Tujuan Penulisan...................................................................................4

Bab II (Pembahasan)

A. Pengertian Tamyiz................................................................................5
B. Pembagian Tamyiz...............................................................................6
C. Syarat Tamyiz.......................................................................................8

Bab III (Penutup)

A. Kesimpulan...........................................................................................9
B. Saran.....................................................................................................9

Daftar Pustaka................................................................................................10

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa Arab sebagai salah satu bahasa yang diakui secara internasional,
mempunyai keunikan tersendiri, sebab ia menjadi bahasa Al-Qur’an, sebuah
kitab suci yang menjadi pedoman semua umat Islam. Dengan demikian, bahasa
Arab tidak hanya dipakai oleh bangsa Arab sendiri, tetapi dipergunakan juga
oleh bangsa-bangsa lain yang memeluk agama Islam.

Ilmu nahwu sebagai tata bahasa Arab, didalamnya membahas beberapa


kaidah yang dengannya dapat diketahui keadaan bahasa Arab. Salah satu
pembahasan di dalamnya dikenal dengan istilah tamyiz. Berdasarkan uraian di
atas, penulis tertarik untuk menulis makalah dengan judul “Isim Manshub,
Tamyiz”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat di rumuskan masalah


sebagai berikut:

1) Bagaimana pengertian Tamyiz?


2) Bagaimana pembagian Tamyiz?
3) Bagaimana syarat Tamyiz?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Mengetahui pengertian Tamyiz
2) Mengetahui pembagian Tamyiz
3) Mengetahui syarat Tamyiz

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tamyiz
Arti Tamyiz
ِ ‫ه َُو ْا ِال ْس ُم ْال َم ْنصُوْ بُ ْال ُمفَس َِّر لِ َما ا ْنبَهَ َم ِمنَ ال َّذ َوا‬.
َ ِ‫ نَحْ ُو قَوْ ل‬,‫ت‬
‫ك‬

Tamyiz adalah isim manshub yang berfungsi menjelaskan zat yang samar,
seperti dalam contoh perkataan di bawah ini:

‫َّب زَ ْي ٌد َعرْ قًا‬


َ ‫َصب‬
َ ‫ = ت‬Zaid mencucurkan keringat (Kata keringat itu menjelaskan
keadaan diri Zaid).

‫اب ُم َح َّم ٌد نَ ْفسًا‬


َ َ‫ = ط‬Muhammad baik orangnya.

‫ْت ِع ْش ِر ْينَ ِكتَابًا‬


ُ ‫ = إِ ْشت ََري‬Saya membeli dua puluh buku.

Secara etimologi kata tamyiz berasal dari kata َ‫مَيَّز‬, yang merupakan
bentuk masdar dari fi’il tersebut. Sedangkan tamyiz dari segi terminologi
adalah isim nakirah yang dituturkan untuk memperjelas kesamaran suatu zat
atau suatu nisbah. Isim yang diterangkan oleh tamyiz dinamakan mumayyaz (
‫)المميز‬.

Tamyiz adalah masdar atau isim yang dibaca nasab, yang berfungsi untuk
penegas sesuatu hal yang samar, yang ada dalam kalimat sempurna. Biasanya
ِ ‫ تَ ْف‬yaitu ‫أَ ْف َع ُل‬, yang bermakna luwih,
diiringi dengan kaya yang berwazan ْ‫ضيل‬
atau setelah bilangan 11 sampai 99.1

َ ُ‫ = لِيَ ْبلُ َو ُك ْ~م أَيُّ ُك ْم أَحْ َسن‬Allah ingin mencoba padamu semua mana di
Contoh: ً‫ع َمال‬
antara kamu itu terbaik amalnya.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tamyiz adalah isim


nakirah yang disebutkan dengan tujuan menghilangkan kesamaran isim yang
terletak sebelumnya.
1
H. Taufiqul Hakim, Program Pemula Membaca Kitab Kuning (Amtsilati Jilid 4), Jepara: Al-Falah
Offset, 2003, hlm.39

5
B. Pembagian Tamyiz
Tamyiz dibagi menjadi dua, yaitu Tamyiz Dzat (atau yang disebut juga
dengan Tamyiz Mufrad) dan Tamyiz Nisbat (atau disebut juda dengan Tamyiz
Jumlah).2
1. Tamyiz Dzat
Tamyiz dzat adalah tamyiz yang menjelaskan pada isim yang
masih samar (isim mubham) yang dilafalkan atau tamyiz yang jatuh
setelah hitungan.
Isim mubham ada lima macam, yaitu:
َ ‫ْت أَ َح~~ َد ع‬
a. Isim adad (hitungan), seperti ‫َش~~ َر ِكتَابًا‬ ُ ‫“ إِ ْش~~تَ َري‬Saya membeli
sebelas kitab”. Tidak ada bedanya jika adad tersebut sharih, seperti
dalam contoh, atau mubham, seperti ‫“ َك ْم ِكتَابًا ِع ْندَكَ ؟‬Berapa kitab yang
ada padamu?”.
Adad ada dua macam, yaitu adad sharih (yaitu adad yang sudah
diketahui hitungannya), seperti ‫اح ٌد‬
ِ ‫“ َو‬satu” dana dad mubham (yaitu
adad yang tidak diketahui hitungannya), seperti ‫“ َك ْم‬berapa”.
b. Isim yang menunjukkan pada ukuran (sesuatu yang diukur dengan
alat), yaitu adakalanya berupa jarak area, seperti ‫صبَةٌ أَرْ ضًا‬
َ َ‫“ ِع ْن ِديْ ق‬Aku
َ ‫ك قِ ْنطَ~~ا ٌر ع‬
mempunyai sekotak tanah”, atau timbangan, seperti ‫َس~~اًل‬ َ ~~َ‫ل‬
“Kamu mempunyai satu kuintal madu”, atau takaran, seperti ‫أَ ْع ِط ْالفَقِ ْي َر‬
‫صاعًا قُ ْمحًا‬
َ “Berilah orang fakir satu sha’ gandum”, atau ukuran, seperti
ٌ ‫“ ِع ْن ِديْ ِذ َرا‬Ada padakku satu dzira’ kain”.
‫ع جُوْ ًخا‬
c. Isim yang menunujukkan pada perkara yang menyerupai ukuran
(perkara yang menunjukkan pada sesuatu yang tidak tertentu), karena
perkara itu tidak diukur dengan alat khusus.
ً ْ‫ص~ ِر أَر‬
Adakalanya menyerupai jarak area, seperti ‫ض~ا‬ َ َ‫“ ِع ْن ِديْ َم~ ُّد الب‬Ada
padaku tanah sepanjang mata memandang”, atau timbangan, seperti
َ ~َ‫“ َو َم ْن يَ ْع َملْ َم ْثقَا َل َذ َّر ٍة َخ ْيرًا ي‬Barang siapa yang beramal sebesar atom,
ُ‫~ره‬
maka dia akan melihatnya”, atau takaran, seperti ‫“ ِع ْن ِديْ َج َّرةٌ َما ًء‬Ada
padaku satu guci air”, atau ukuran, seperti ‫“ ِع ْن ~ ِديْ َم~ ٌّد يَ ~ ِدكَ َح ْباًل‬Ada
padaku benang sepanjang tanganmu”.
2
https://id.scribd.com/document/441582868/Makalah-Bahasa-Arab-TAMYIZ, (diakses 22
November 2021)

6
d. Isim yang diberlakukan seperti ukuran, yaitu isim mubham yang
membutuhkan pada tamyiz dan penjelas, seperti ‫“ لَنَا ِم ْث ُل َما لَ ُك ْم َخ ْياًل‬Ada
padaku kuda yang seperti yang ada padamu”.
َّ ِ‫ِع ْن~ ِديْ َخ~ اتَ ُم ف‬
e. Perkara yang merupakan cabang dari tamyiz, seperti ‫ض~ ٍة‬
“Ada padaku cincin perak”.
Hukum tamyiz dzat adalah boleh dibaca nasab dan boleh dijarkan
dengan (‫) ِم ْن‬, seperti ‫ت‬ ْ ‫ ِع ْن ِديْ ِر‬, atau dengan di idhafahkan, seperti ‫لَنَا‬
ٍ ‫ط ٌل ِم ْن َز ْي‬
ٍ ْ‫صبَةُ أَر‬
‫ض‬ َ َ‫ق‬, kecuali jika di idhafahkan akan menyebabkan terjadinya dua
idhafah, yaitu ketika mumayyaznya berupa mudhaf, maka pengidhafahan
itu dilarang dan wajib untuk dibaca nasab atau dijerkan dengan ( ‫) ِم ْن‬,
ٍ ‫الس ~ َما ِء قَ ~ ْد ُر َرا َح~ ٍة َس ~ َحابًا أَوْ ِم ْن َس ~ َحا‬
seperti ‫ب‬ َّ ‫ َم~~ا فِ ْي‬. Dikecualikan dari hukum
tersebut adalah tamyiznya adad, karena dia mempunyai hukum tersendiri.
2. Tamyiz Nisbat
Tamyiz nisbat adalah tamyiz yang menjelaskan pada jumlah yang
masih samar nisbatnya, seperti ‫ َحسُنَ َعلِ ٌّي ُخلُقًا‬, karena nisbatnya baik pada
Ali masih samar yang memungkinkan pada banyak keadaan, lalu kita
menghilangkan kesamarannya dengan mengucapkan ‫ ُخلُقًا‬.
Termasuk dalam tamyiz nisbat adalah isim yang jatuh setelah (‫) َما‬
yang berfaedah ta’ajjub, seperti ً‫َما أَ ْش َج َعهُ َر ُجال‬

Tamyiz nisbat terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Tamyiz Muhawwal, yaitu tamyiz yang asalnya adalah fa’il, seperti


‫اش~تَ َع َل ال~ر َّْأسُ َش~ ْيبًا‬
ْ ‫ َو‬yang asalnya adalah ‫س‬ ْ
ِ ‫إِ ْش~تَ َع َل َش~يْبُ ال~رَّأ‬, atau maf’ul,
seperti ‫ض ُعيُوْ نًا‬ َ ْ‫ َوفَجَّرْ نَ~~ا األَر‬yang asalnya adalah ‫ض‬ َ ْ‫فَجَّرْ نَ~~ا ُعيُ~~وْ نَ األَر‬, atau
mubtada’, seperti ‫ أَنَا أَ ْكثَ ُر ِم ْنكَ َماالً َو أَع َُّز نَفَرًا‬yang asalnya adalah ‫َما لِ ْي أَ ْكثَ ُر‬
َ‫ك َو نَفَ ِريْ أَع َُّز ِم ْن نَفَ ِرك‬
َ ِ‫ ِم ْن َما ل‬.
Hukum tamyiz ini adalah selamanya dibaca nasab dan tidak boleh
dijerkan dengan (‫ ) ِم ْن‬atau dengan idhafah.
b. Tamyiz Ghairu Muhawwal, yaitu tamyiz yang bukan pindahan dari
yang lain, seperti ‫َس َموْ تَ أَ ِد ْيبًا‬
Hukum tamyiz ini adalah boleh dibaca nasab dan boleh dibaca jer
ٍ ‫َس َموْ تَ ِم ْن أَ ِد ْي‬
dengan (‫) ِم ْن‬, seperti ‫ب‬

7
Perlu diketahui bahwa lafal yang jatuh setelah isim tafdhil, wajib
dibaca nasab menjadi tamyiz, jika lafal itu bukanlah jenisnya lafal
ِ ~‫ أَ ْنتَ أَ ْعلَى َم ْن‬. Namun, jika termasuk jenisnya lafal
sebelumnya, seperti ً‫~زال‬
sebelumnya, maka wajib dijerkan dengan di idhafahkan kepada ( ‫)أَ ْف َع~ ُل‬,
َ ‫ أَ ْنتَ أَ ْف‬, kecuali jika (‫ )أَ ْف َع ُل‬di idhafahkan kepada selain tamyiz
seperti ‫ض ُل َرج ٍُل‬
maka wajib untuk membaca nasab tamyiz karena sulitnya mengidhafahkan
untuk kedua kalinya, seperti ً‫اس َر ُجال‬ َ ‫أَ ْنتَ أَ ْف‬.
ِ َّ‫ض ُل الن‬

C. Syarat Tamyiz
Syarat tamyiz ada 2, yaitu:
1. Berupa isim nakirah
Artinya, bentuk nisbah harus berupa isim nakirah yang manshub, apabila
ma’rifat harus di ta’wil.
2. Harus sesudah sempurna kalam
Dikatakan sudah sempurna kalam, jika sudah ada didalam sebuah kalimat
tersebut fi’il dan fa’il
‫َواَل يَ ُكوْ نُ اِالَّ نَ ِك َرةً َوالَ يَ ُكوْ نُ اِالَّ بَ ْع َد تَ َم ِام ْال َكالَ ِم‬
Tamyiz tidak akan terjadi, kecuali harus dengan isim nakirah dan tidak
akan terjadi pula, kecuali sesudah tamam atau sempurna (seperti halnya
hal).3

BAB III

PENUTUP

3
K.H. Moch. Anwar. Ilmu Nahwu Terjemah Matan Al-Ajurumiyyah dan ‘Imrity. Bandung: Sinar
Baru Algensindo. 2016. hlm. 140

8
A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada makalah ini, dapat disimpulkan sebagai


berikut:

1. Tamyiz adalah isim nakirah yang disebutkan dengan tujuan


menghilangkan kesamaran isim yang terletak sebelumnya.
2. Tamyiz dibagi menjadi dua, yaitu Tamyiz Dzat (atau yang disebut juga
dengan Tamyiz Mufrad) dan Tamyiz Nisbat (atau disebut juda dengan
Tamyiz Jumlah).
3. Syarat tamyiz ada 2, yaitu berupa isim nakirah dan harus sesudah
sempurna kalam.
B. Saran

Adapun saran yang penulis harapkan dalam penulisan ini agar membawa
manfaat bagi pembaca dan juga bagi penulis khususnya.

DAFTAR PUSTAKA

9
K.H. Anwar, Moch. 2016. Ilmu Nahwu Terjemah Matan Al-Ajurumiyyah dan
‘Imrity. Bandung: Sinar Baru Algensindo
H. Hakim, Taufiqul. 2003. Program Pemula Membaca Kitab Kuning (Amtsilati
Jilid 4). Jepara: Al-Falah Offset
Lia, Asmalia. Makalah Bahasa Arab (Tamyiz).
(https://id.scribd.com/document/441582868/Makalah-Bahasa-Arab-TAMYIZ,
diakses 22 November 2021)
Ghoorib. 2020. Tamyiz Dalam Ilmu Nahwu Lengkap.
(https://www.ghoorib.com/2020/09/tamyiz-dalam-ilmu-nahwu-lengkap.html,
diakses 22 November 2021)

10

Anda mungkin juga menyukai