1. Afifatus sholikhah
2. Ela farera
3. Moh holilurrahaman
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita
nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah keperawatan bedical bedah dengan
judul “perioperative care pada anak”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada guru Bahasa
Indonesia kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi
hampir semua pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan
membahayakan bagi pasien. Maka tak heran jika seringkali pasien dan keluarganya
menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasan yang mereka alami.
Kecemasan yang mereka alami biasanya terkait dengan segala macam prosedur asing
yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat segala
prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan.
Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan
pembedahan baik pada masa sebelum, selama maupun setelah operasi. Intervensi
keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik
maupun psikis. Tingkat keberhasilan pembedahan sangat tergantung pada setiap
tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait
(Dokter bedah, Dokter anestesi da Perawat) disamping peranan pasien yang
kooperatif selamka proses perioperatif
Ada tiga faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu penyakit pasien,
jenis pembedahan yang dilakukan, dan pasien sendiri. Dari ketiga faktor tersebut,
faktor pasien merupakan hal yang paling penting. Karena bagi penyakit tersebut
tindakan pembedahan adalah hal yang baik/benar. Tetapi bagi pasien sendiri
pemebdahan mungkin merupakan hal yang mengerikan yang pernah mereka alami.
Mengingat hal tersebut, maka sangatlah penting untuk melibatkan pasien dalam setiap
langkah-langkah perioperatif. Tindakan perawatan perioperatif yang
berkesinambungan dan tepat akan sangat berpengaruh terhadap suksesnya
pemebdahan dan kesembuhan pasien. Anak adalah individu yang rentan karena masih
dalam proses tumbuh kembang. Kekhawatiran orang tua pada anak ketika anaka
mendapatkan tindakan pembedahan cenderung sangat tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh
kurangnya pengetahuan orang tua dan anak terhadap tindakan pembedahan. Sehingga
peran perawat sangat penting disetiap tahapan operasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Konsep Keperawatan Perioperative pada Anak ?
2. Apa Definisi Keperawatan Perioperatif?
3. Apa saja indikasi pembedahan?
4. Apa saja jenin-jenis pembedahan?
5. Apa saja Fase Terapi Perioperative pada Anak ?
6. Bagaimana pendekatan pada pasien anak sesuai usia perkembangan?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep keperawatan perioperative pada anak
2. Untuk mengetahui definisi keperawatan perioperatif
3. Untuk mengetahui indikasi pembedahan
4. Untuk mengetahui jenin-jenis pembedahan
5. Untuk mrngrtahui fase terapi perioperative pada Anak
6. Untuk mengetahui pendekatan pada pasien anak sesuai usia perkembangan
BAB II
PEMBAHASAN
b. Persiapan penunjang
Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil
pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah tidak mungkin bisa
menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien.
Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai
pemeriksaan pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun
pemeriksaan lain seperti EKG, dan lain-lain.Sebelum dokter
mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada pasien, dokter
melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit
pasien sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit yang diderita
diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan untuk dilakukan
operasi maka dokter anastesi berperan untuk menentukan apakah
kondisi pasien layak menjalani operasi. Untuk itu dokter anastesi
juga memerlukan berbagai macam pemeriksaan laboratorium
terutama pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan masa
pembekuan (clotting time) darah pasien, elektrolit serum,
hemoglobin, protein darah, dan hasil pemeriksaan radiologi berupa
foto thoraks dan berupa foto thoraks dan EKG.
c. Pemeriksaan Status Anastesi
Pemeriksaan status fisik untuk pembiusan perlu dilakukan untuk
keselamatan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi
demi kepentingan pembedahan, pasien akan mengalami
pemeriksaan status fisik yang diperlukan untuk menilai sejauh
mana resiko pembiusan terhadap diri pasien. Pemeriksaan yang
bisa digunakan adalah pemeriksaan dengan menggunakan metode
ASA (American Society of Anasthesiologist). Pemeriksaan ini
dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada umumnya akan
mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf.
Anastesi dibagi menjadi beberapa jenis. Hal ini bergantung pada
jenis operasi. Adapun jenis anastesi adalah anastesi local, umum,
regional.
d. Inform Consent
Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang
terhadap pasien, hal lain yang snagat penting terkait dengan aspek
hukum dan tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu gugat, yaitu
Inform Consent. Baik pasien maupun keluarganya harus menyadari
bahwa tindakan medis, operasi sekecil apapun mempunyai resiko.
Oleh karena itu setiap pasien yang akan menjalani tindakan medis,
wajib menuliskan surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan
medis (pembedahan dan anastesi). Inform consent sebagai wujud
dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek etik hukum, maka
pasien atau orang yang bertanggung bertanggung jawab terhadap
pasien wajib untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan
operasi. Artinya apapun tindakan yang dilakukan pada pasien
terkait dengan pembedahan, keluarga mengetahui manfaat dan
tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya. Pasien maupun
keluarganya sebelum menandatangani surat pernyataan tersebut
akan mendapatkan informasi yang detail terkait dengan segala
macam prosedur pemeriksaan, pembedaha serta yang akan dijalani.
yang akan dijalani. Jika petugas belum menjelaskan menjelaskan
secara detail, maka pihak pasien/keluargannya berhak untuk
menanyakan kembali sampai betul-betul paham. Hal ini sangat
penting untuk dilakukan karena jika tidak maka penyesalan akan
dialami oleh pasien/keluarga setelah tindakan operasi yang
dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran keluarga.
F. Pendekatan pada pasien anak sesuai usia perkembangan
1. Neonatal-infant
Bayi dan toddler tidak memerlukan penjelasan tentang penyakit dan
prosedur
Penuhi kebutuhan dasarnya:kasih-sayang,ASI, kehangatan, suara yang
tenang.
Minimalkan/menurunkan stress/kecemasan pada ibu atau pengasuh:
memvalidasi kecemasan, memberikan dukungan emosional, expres
feeling, supportive listening, kolaborasi dengan psikolog/psikiater.
Jika kondisi memungkinkan gunakan humor.
Berikan usapan lembut, gentle rocking, dot, selimut hangat pada neonatus
dan bayi.
Berikan mainan yang bergerak, berwarna dan menegeluarkan suara untuk
mendistraksi.
Dukungan orang tua untuk selalu bersama anak (meminimaalkan stress
akibat perpisahan}
Meminta pengasuh unruk membawakan benda-benda kesukaan: selimut,
bantal, dot/empeng, gelas anak, boneka dll (mininalkan stress anak akibat
perubahan lingkungan)
2. Toddler
Mendukung ibu untuk melakukan kegiatan dengan anak seperti rutinitas
dirumah. (meminimalkan stress anak akibat perubahan)
Dukungan orang tua untuk selalu bersama anak (meminimaalkan stress
akibat perpisahan)
Orag tua harus menemani anak saat induksi anestesisampai anak tertidur
dan harus disamping anak saat terbangun dari anestesi dirunag PACU.
Gunakan kata kata yang sederhana dan izinkan anak untuk
memegang/menggunakan alat-alat selama pengajian untuk membangun
trust dan comperation.
Saya aakn mendengarkan bunyi jantung adek, bagaimana kalau saya
mendengarkan mama dulu, baaru setelah itu mendengarkan bunyi jantung
adek (anak akan menggunakan ibu mereka sebagai barometer, jika ibunya
mau diperiksa dan tidak apa-apa, tidak takut, makan diapun tidak takut)
Beriksan pilihan pada anak-anak: tangan kiri/kanan, gelas warna apa?
3. Prasekolah
Sudah memiliki kemampuan berbicara yang baik, penting untuk
menggunakan bahasa yang di fahami anak jangan yang abstrak.
Minal penggunaan kata bius, anestesi, atau dibuat pingsan. Gunakanan
kata kita akan membuat anak tertidur.
Jelaskan pada anak kenapa sakit dan harus masuk rumah sakit (bukan
karena nakal, atau membuat kesalahan atau sebgai hukuman bag dia)
Berbicaralah dengan pandangan sejajar dengan anak dan libatkan orang
tua saat berbicra dengan anak.
Penting mnggunakan boneka anatomi dan mainan peraltann-peralatan
medis
Ini stetoskop untuk mendengarkan suara jangtung(dan sambil
mempraktekkan ke boneka)
Sampaikan ke anak bahwa saat dokter melakukan operasi maka adek
sedang tidurdan adek tidak perlu takut karena mama akan selalu menemani
Orang tua harus menemani anak saat induksi anestesi sampai anak tertidur
dan harus di samping anak saat terbangun dari anestesi di ruang PACU
4. Usia sekolah (6-
Sudah memahami konsep sakit dan memiliki toleransi lebih untuk berpisah
dari pengasuh
Mereka mulai menunjukkan kemampuan dan pengetahuan maka
dukunglah untuk menunjukkanya dengan lebih banyak bertanyake anak
ketimbang orang tua : coba adekn sampaikan apa yang membuat adek di
bawa kerumah sakit
Mulai tepapar informasi dari sinetron dan teman bermain: muncul rasa
takut tidak akan bangun lagi setelah dibius
Jelaskan pada anak bahwa tidur dirumah berbeda dengan di bius saat
operasi
Gunangan gambar atau video yang bisa membantu mennjelaskan
Gunakan buku anatomi yang sederhana untuk menjelaskan organ yang
dimaksud dan bagian yang akan dioperasi
Minta izin anak dan berikan pilihan : saya akan mengukur nadi, suhu dan
tekanan darah adek, adek mau yang mana dulu?
Tanyakan pada anak anak terkait strategi koping yang digunakan: bermain
game, melihat kartun, men dengarkan music, menggambar, memegang
tangan orang tua mereka
5. Remaja
Focus lebih pada anak bukan pada orang tua (dukung kehendak dan
kemandirian anak: mandi, memakan)
Ajak untuk mendiskusikan kasusnya dan mengambil keputusan
Jagalah privasi anak
Dukung hubungan dengan teman-temannya: mengizinkan untuk
berkomunikasi baik handphone atau menjenguk dan menemani
Dukung mekanisme koping anak
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Perawatan perioperatif adalah periode sebelum, selama dan
sesudah operasi berlangsung, yang mana tugas seorang perawat
yaitu memberikan kenyamanan terhadap pasien supaya saat
dilaksanakannya operasi hingga paska operasi sampai pemulihan
pasien, sampai anak sembuh, anak merasa nyaman dan tercukupi
kebutuhan – kebutuhannya.
b. Dalam fase penyembuhan apabila anak sudah diperbolehkan
pulang tugas perawat yaitu memberikan penyuluhan tindakan
perawatan diri anak, terhadap keluarga dan pasien itu sendiri,
supaya terjaga kesehatan pasien dan terawat dengan baik, sehingga
anak sehat seperti sediakala.
B. Saran
Diharapkan dengan ditulisnya makalah ini bisa bermanfaat bagi permbaca
khususnya mahasiswa dalam bidang kesehatan untuk lebih bisa mengerti
dan memahami tentang perioperative care pada anak.
Daftar pustaka
Downloads/kupdf.net_perioperative-care-pada-anak-oktav.pdf
Downloads/docdownloader.com-pdf-171886-terapi-perioperative-care-pada-anak-
dd_4233fba8b8d271782409c3cfc9dcaffa%20(1).pdf