Anda di halaman 1dari 17

Bioetika, Humaniora dan Profesionalisme Kedokteran

PEGANGAN MAHASISWA

MODUL BIOETIKA
“DILEMA ETIK”

DIBERIKAN PADA MAHASISWA SEMESTER I


FK - UMI

DISUSUN OLEH :

Dr. dr. H. Nasrudin Andi Mappaware, SpOG(K), MARS

dr. Hj. Shulhana Mokhtar, M.Med.Ed

dr. Muhammad Mursyid Asikin

BLOK BIOETIKA, HUMANIORA DAN


PROFESIONALISME KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2021

Fakultas Kedokteran UMI 1


Bioetika, Humaniora dan Profesionalisme Kedokteran

PENGANTAR
Etika kedokteran merupakan bagian penting dari profesionalisme yang perlu
dikuasai oleh dokter. Pendidikan etika kedokteran seharusnya sudah didapatkan pada
masa pendidikan di fakultas kedokteran. Pada kenyataannya, etika kedokteran baru
mendapatkan porsi pendidikan kedokteran setelah keluarnya Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) yang mendasarkan pendidikan kedokteran pada standar
kompetensi yang ditetapkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) pada tahun
2012. Dalam standar kompetensi tersebut, Etika Kedokteran menjadi satu dari tujuh
area kompetensi yang wajib dimiliki oleh seorang dokter. sehingga materi Bioetika,
Humaniora, dan Profesionalisme Kedokteran diharapkan mampu menjawab
tantangan untuk meningkatkan profesionalisme lulusan pendidikan dokter di
Indonesia.
Ketiadaan pendidikan etika kedokteran yang memadai di masa lalu tidak
berarti bahwa dokter Indonesia tidak beretika. Pun tidak adanya tuntutan terhadap
seorang dokter memastikan bahwa ia adalah dokter yang beretika.
Pembelajaran tentang Etika, Humaniora, dan Profesionalisme Kedokteran
untuk mahasiswa kedokteran dalam masalah yang prularistik seperti di Indonesia
merupakan tugas yang mendesak. Pembelajaran tentang etika kedokteran,
humaniora, dan Profesionalsme dapat membantu siswa mencapai kematangan
secara individual, meningkatkan kewaspadaan etika, mampu bersikap dalam
wilayah moral, yang nantinya akan menghasilkan dokter yang humanis dan
profesional dalam pelayanan kesehatan.
Dalam modul ini, dititikberatkan pada skenario yang mengandung dilema
etik dan moral dalam praktek pelayanan kesehatan sehari-hari. Diberikan beberapa
skenario dan selanjutnya akan dibahas oleh para mahasiswa berdasarkan tujuh
langkah penyelesaian masalah dan analisa berdasarkan Kaidah Dasar Bioetik,
prinsip Etika Klinik menurut Jonsen, Siegler dan Winslade, serta prinsip dasar
Etika Islam. Pembahasan berhubungan dengan aktivitas tutorial yang dilakukan
oleh para mahasiswa. Disamping diskusi, para mahasiswa juga mengasah
keterampilan sesuai dengan tujuan yaitu melatih keterampilan kedokteran dan
sebagai perkenalan terhadap berbagai permasalahan yang akan ditemukan para
siswa nantinya, khususnya dalam menjalin kepercayaan, komunikasi, dan
hubungan yang baik antara pasien dan dokter serta terampil dalam melakukan dan
menerapkan Prinsip / Kaidah Dasar Bioetik terhadap masalah dan keputusan etik
klinik serta masalah humaniora kesehatan, sebagai persiapan untuk terjun ke
masyarakat dan bertanggung jawab sebagai seorang dokter yang profesional.
Blok Bioetik, Humaniora, dan Profesionalisme Kedokteran ini disajikan
pada mahasiswa semester I Fakultas kedokteran Universitas Muslim Indonesia
dengan jumlah beban 4 SKS dan jadwal kegiatan perkuliahan selama 4 minggu.
Kami berterimakasih pada semua orang, bagian terkait dan segala pihak
yang telah membantu menyelesaikan modul ini. Saran dan kritik yang membangun
untuk meningkatkan isi modul ini sangat kami harapkan.

Makassar, September 2021


Penyusun

Fakultas Kedokteran UMI 2


Bioetika, Humaniora dan Profesionalisme Kedokteran

PENDAHULUAN

PETUNJUK TEKNIS TUTORIAL

Pada modul Dilema Etik, terdapat 3 skenario yang akan dibahas oleh para
mahasiswa dalam waktu 1 minggu. Setiap wacana akan diselesaikan dalam 2 kali
pertemuan setiap minggunya.

Mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan setiap kelompok terdiri


dari 10-12 Mahasiswa yang dipandu oleh seorang tutor sebagai fasilitator. Pada
diskusi tutorial dipilih seorang ketua dan sekretaris secara bergantian untuk
memberikan kesempatan kepada setiap siswa untuk memimpin diskusi. Oleh
Karena itu, semua aturan dan tugas harus dilaksanakan dengan baik untuk
mencapai tujan pembelajaran. Sebelum diskusi dimulai, seorang tutor akan
membuka diskusi dengan memperkenalkan dirinya kepada para anggota kelompok
dan perkenalan antara satu mahasiswa dengan mahasiswa lainnya, dilanjutkan
dengan memimpin doa bersama sebelum diskusi dimulai. Setelah itu tutor
menjelaskan aturan dan tujuan pembelajaran. Ketua dengan dibantu sekertaris
akan memulai diskusi menggunakan tujuh lompatan untuk membahas masalah
yang ada dalam skenario. Ketujuh lompatan itu adalah:

1. Klarifikasi istilah dan konsep yang tidak jelas


2. Menentukan permasalahan
3. Analisa masalah
4. Kesimpulan dari lompatan ketiga
5. Menentukan tujuan pembelajaran
6. Mengumpulkan informasi yang mendukung (belajar mandiri)
7. Sintesis/evaluasi informasi yang baru.

Penjelasan tentang ketujuh lompatan tersebut adalah sebagai berikut:

Klarifikasi istilah dan konsep

Istilah atau konsep yang tidak jelas atau yang dapat menyebabkan berbagai
interpretasi perlu untuk ditulis dan diklarifikasi pertama-tama dengan
menggunakan kamus umum, kamus kedokteran dan menanyakan ke tutor.

Menentukan masalah

Masalah dalam wacana diidentifikasi dan diformulasikan dengan jelas.

Menganalisa masalah

Memecahkan masalah melalui analisa dengan cara brain storming. Pada lompatan
ini setiap anggota dapat memberikan penjelasan secara tentatif, mekanismenya,
penyebab yang berhubungan dan kasus lainnya.

Menyimpulkan lompatan ketiga

Analisa masalah pada lompatan ketiga dirangkumkan

Fakultas Kedokteran UMI 3


Bioetika, Humaniora dan Profesionalisme Kedokteran

Menentukan tujuan pembelajaran

Pengetahuan dan informasi lain yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah ini
diformulasikan dan dibuat secara sistematis sebagai tujuan pembelajaran atau
tujuan instruksional khusus.

Mengumpulkan informasi yang mendukung (belajar mandiri)

Pengetahuan yang dibutuhkan sebagai tujuan pembelajaran untuk pemecahan


masalah didapatkan lewat belajar mandiri menggunakan informasi yang diperoleh
dari internet, jurnal, perpustakaan, kuliah, dan konsultasi dengan dokter ahli.

Sintesis/evaluasi informasi yang baru

Sintesis dan eveluasi informasi yang terbaru adalah hasil yang diperoleh setelah
siswa melakukan belajar mandiri.

Setiap skenario dibicarakan setiap minggu dalam dua kali pertemuan.


Lompatan satu sampai lima dibahas pada pertemuan pertama, lompatan enam
dibahas di antara pertemuan pertama dan kedua. Lompatan tujuh dibahas pada
pertemuan kedua. Dua orang tutor bertanggung jawab sebagai fasilitator diskusi
dan membantu siswa memecahkan masalah tanpa memberikan penjelasan ataupun
kuliah singkat.

Pimpinan diskusi, memimpin diskusi dengan memberi kesempatan pada


setiap anggota untuk mengutarakan ide, pertanyaan, mengingatkan bila ada
seorang anggota yang mendominasi diskusi dan memperingatkan anggota yang
pasif selama diskusi. Pimpinan dapat mengakhiri brain storming apabila dirasa
telah cukup dan memastikan bahwa sekertaris telah menulis pokok-pokok bahasan
yang penting dari hasil diskusi. Pimpinan diskusi akan dibantu oleh sekertaris
untuk menuliskan hasil diskusi pada papan tulis atau flip chart.

Selama berlangsungnya diskusi tutorial, keterbukaan dan kebersamaan


harus dimunculkan siswa bebas untuk mengemukakan ide tanpa merasa khawatir
bahwa ide yang akan disampaikannya itu salah atau dianggap tidak penting oleh
siswa yang lain. Karena yang terpenting dalam diskusi tutorial adalah proses
dimana siswa belajar untuk memecahkan masalah dan tidak terfokus pada
ketepatan pemecahan masalah.

Proses tutorial membutuhkan keaktifan siswa dalam mencari informasi atau


belajar mandiri untuk memecahkan masalah. Belajar mandiri dapat didapatan
lewat informasi yang duperoleh dari internet (jurnal-jurnal terbaru), perpustakaan
(text book dan laporan penelitian), kuliah dan konsultasi dengan dokter ahli.

Setiap akhir kegiatan ketua kelompok menyimpulkan hasil diskusi dan memimpin
doa sebagai penutup kegiatan tutorial.

Fakultas Kedokteran UMI 4


Bioetika, Humaniora dan Profesionalisme Kedokteran

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL

Tujuan Instruksional Umum :

Setelah selesai mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu


menganalisis berbagai kasus dilema etik dalam situasi yang “conflicting”, sesuai
dengan tuntutan masyarakat dalam negara berkembang dan bertanggung jawab
sebagai seorang dokter yang profesional.

Tujuan Instruksional Khusus :

Setelah selesai mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu :

 Menganalisis kasus dilema etik berdasarkan prinsip / Kaidah Dasar


Bioetika dalam keputusan etik kedokteran.
 Menganalisis kasus dilema etik berdasarkan prinsip Etika Klinik menurut
Jonsen AR, Siegler dan Winslade dalam keputusan etik kedokteran “The
Four Box Method”.
 Menganalisis kasus dilema etik berdasarkan prinsip etika dasar Islam
dalam keputusan etik kedokteran
 Memahami dan menerapkan Prinsip / Kaidah Dasar Bioetika, Etika Klinik
menurut Jonsen AR, Siegler dan Winslade “The Four Box Method”, dan
prinsip Etika Dasar Islam terhadap dilema etik dan dalam mengambil
keputusan etik kedokteran.

C. TOPIC TREE

Human as Biopschycosocial Creature

Ethics Environmental
Ethics &
Physician- Health Law
Medical Legislations
Colleagues
Research
Ethics Hospital Law
Physician- Regulations
Society Basic
principles of
medical
ethics Works Health
Ethics Law
Physician-
Patients Medico-
ethico-
legal MEDICAL
BIOETHICS LAW
HEALTH
MEDICAL conflict LAW
ETHICS
KUHAP,
KUHP,
Ethical Code, Medical
Administration
KODEKI Forensic

Profession standard,
MEDICAL
Standard Operating
SCIENCE
Procedures
MEDICAL SCHOOL

Professional Physician

SKENARIO

Fakultas Kedokteran UMI 5


Bioetika, Humaniora dan Profesionalisme Kedokteran

Kasus I: Pasien Covid – 19, Ruang Isolasi Covid Penuh

Seorang laki laki (Tn. X) berusia 35 tahun mengeluh flu yang disertai badan pegal-
pegal, demam, batuk, dan sakit tenggorokan. Keluhan sudah dirasakan oleh pasien
sejak 3 hari sebelumnya. Dari anamnesis Tn. X diketahui sering keluar rumah tanpa
memakai masker dan sering makan siang bersama dengan teman kerjanya. Tn. X
memiliki riwayat tekanan darah tinggi. Tn. X kemudian mengkonsumsi obat flu yang
dibeli, namun tidak ada perbaikan bahkan keluhan semakin memberat.

Keluarga kemudian memutuskan untuk membawa Tn.X memeriksakan diri ke dokter


dan melakukan tes laboratorium. Hasil dari tes laboratorium menunjukkan bahwa Tn.
X positif COVID-19. Dokter menjelaskan kepada keluarga bahwa Tn X harus dirawat
namun kondisi ruang perawatan COVID-19 di RS sedang terisi penuh, untuk itu
petugas menjelaskan bahwa pasien akan dirawat di RS sementara dengan
menggunakan bed darurat yang ada di ruang isolasi untuk waktu yang belum
diketahui secara pasti karena ruangan sedang penuh atau mempertimbangkan pasien
dirujuk ke RS rujukan COVID-19 yang lain. Keluarga memutuskan untuk tetap
dirawat di RS ini namun pasienpun bertanya ke dokter apakah perlakuan yang
diberikan akan tetap sama dengan pasien-pasien COVID-19 lain? dokter kemudian
menjelaskan bahwa pasien akan tetap mendapatkan perawatan yang sama. Keluarga
pasienpun menyetujui dan bersedia untuk dirawat di RS tersebut.

***
Pertanyaan :
- Rumuskan beberapa dilema etik pada kasus ini
- Bagaimana anda melihat dilema etik sentral pada kasus ini, dimana
pada satu pihak anda sebagai dokter dan dilain pihak anda sebagai
keluarga pasien .
- Dari dilema etik yang ada, cobalah anda analisis berdasarkan Kaidah
Dasar Bioetik, Etika Klinik Jonsen Siegler “The Four Box Method”
(gunakan tabel kriteria KDB & pertanyaan etik klinik Jonsen S)
- Bagaimana anda melihat kasus ini jika kita melihatnya dalam
perspektif Humaniora dan perspektif Islam.

Kasus II: Korban “ Begal”, Tidak Sadar dan Tidak Di Dampingi Keluarga.

Seorang laki-laki (Tn Y) berusia 23 tahun masuk di IGD Rumah Sakit Harapan di
antar oleh ambulans, pasien tersebut terluka parah dikepala dan dalam kondisi tidak
sadar setelah mengalami perampokan dijalan raya (Begal), Tn Y diduga mengalami
pendarahan di otak dan harus segera mungkin di operasi, jika tidak segera di operasi,
pasien akan meninggal, dan bila segera di operasi pasien ada harapan kembali ke
keadaan normalnya. Untuk tindakan operasi segera dokter sangat berharap bisa
berkomunikasi secara singkat dengan pasien dan atau keluarganya, namun sayangnya
Tn Y dalam keadaan tidak sadar dan tidak ditemani oleh keluarga ataupun temannya,
identitas pasien pun tak diketahui karena pasien juga telah kehilangan dompetnya saat
dirampok, sebagai seorang dokter yang bertugas untuk menyelamatkan nyawa pasien,
apakah tindakan operasi harus sesegera mungkin dilakukan tanpa persetujuan pasien
ataupun keluarganya atau dokter menunggu sampai ada konfirmasi dari petugas Polisi

Fakultas Kedokteran UMI 6


Bioetika, Humaniora dan Profesionalisme Kedokteran

atau keluarga Tn. Y, pertimbangan dokter dan RS adalah jika terjadi masalah dalam
penanganan Tn. Y, dokter dan RS tersebut harus menerima segala konsekuensinya,
namun setelah kasus ini dibahas secara internal oleh pihak RS maka untuk
menyelamatkan jiwa pasien, akhirnya dokter tersebut memutuskan untuk melakukan
tindakan operasi cito.

Pertanyaan :
- Rumuskan beberapa dilema etik pada kasus ini
- Bagaimana anda melihat dilema etik sentral pada kasus ini, dimana
pada satu pihak anda sebagai dokter dan dilain pihak anda sebagai
keluarga pasien .
- Dari dilema etik yang ada, cobalah anda analisis berdasarkan Kaidah
Dasar Bioetik, Prima facia, dan Etika Klinik Jonsen Siegler “The Four
Box Method” (gunakan tabel kriteria KDB & pertanyaan etik klinik
Jonsen S)
- Bagaimana anda melihat kasus ini jika kita melihatnya dalam
perspektif Humaniora dan perspektif Islam.

Kasus III: Konsultasi melalui Telemedicine, Kondisi Pasien Memberat.

Seorang perempuan (Ny C) berusia 28 tahun saat ini hamil anak pertama (G1P0A0),
usia kehamilan saat ini 10 minggu. Ada keluhan mual dan muntah disertai sakit
kepala sejak 1 minggu terakhir, Ny C sangat sulit makan dan minum. Pertimbangan
kondisi Ny C saat ini oleh suaminya ingin dibawa kontrol ke dokter untuk dilakukan
pemeriksaan kehamilan sekaligus pengobatan terhadap keluhan mual dan muntah
tersebut di Klinik atau RS. Ny C dan keluarga yang lain bersikeras untuk tidak
kontrol ke Klinik atau RS dengan berbagai alasan, terutama bahwa saat ini dengan
kondisi Pandemi COVID-19. Pasien dan keluarga lain sangat takut terhadap
penyebaran COVID-19 apalagi jika harus ke Klinik atau RS, saran kelurga baiknya
menggunakan fasilitas telemedicine (HelloDoc). Setelah melakukan konsultasi
melalui Hellodoc, Ny C mendapatkan obat, setelah mengkomsumsi obat tersebut
keluhan mual muntah semakin bertambah bahkan disertai diare, karena kondisi ini
suami Ny C keberatan dengan Hellodoc dan segera membawa istrinya ke RS untuk
mendapatkan pengobatan lanjut

Pertanyaan :
- Rumuskan beberapa dilema etik pada kasus ini
- Dari dilema etik yang ada, cobalah anda analisis berdasarkan Kaidah
Dasar Bioetik, Prima facia, dan Etika Klinik Jonsen Siegler “The Four
Box Method” (gunakan tabel kriteria KDB & pertanyaan etik klinik
Jonsen S)
- Bagaimana anda melihat kasus ini jika kita melihatnya dalam
perspektif humaniora dan perspektif Islam.

D. JADWAL KEGIATAN

Fakultas Kedokteran UMI 7


Bioetika, Humaniora dan Profesionalisme Kedokteran

Kegiatan pembelajaran pada Problem Based Learning (PBL) sangat


menentukan keaktifan peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran dari
modul yang telah disiapkan pada Blok Bioetika, Humaniora Kesehatan, dan Hak
Asasi Manusia. Proses pembelajaran dalam hal ini meliputi :

Pertemuan pertama : dalam kelas besar dengan tatap muka satu arah untuk
penjelasan dan tanya jawab. Tujuannya adalah menjelaskan tentang modul dan
cara menyelesaikan modul, serta membagi kelompok diskusi. Pada pertemuan
pertama buku modul dibagikan.

Pertemuan kedua : Diskusi tutorial I dipimpin oleh mahasiswa yang terpilih


menjadi ketua dan sekretaris serta difasilitasi oleh tutor. Tujuannya adalah
memilih ketua dan sekretaris kelompok, Brain-storming untuk proses 1-3, dan
membagi tugas

Belajar mandiri, Tujuannya adalah untuk mencari informasi baru yang diperlukan.

Pertemuan ketiga : Diskusi tutorial II seperti pada tutorial I. Tujuannya adalah


melaporkan hasil diskusi yang diperoleh dari pembelajaran mandiri dan
melakukan klasifikasi, analisis, dan sintesisari semua informasi

Diskusi mandiri : dengan proses yang sama dengan diskusi tutorial, bila
informasi telah cukup, diskusi mandiri digunakan untuk membuat laporan
penyajian dan laporan tertulis. Diskusi mandiribisa dilakukan berulang-ulang di
luar jadwal.

Pertemuan terakhir : Diskusi panel dan tanya pakar. Tujuannya untuk


melaporkan hasil analisa dan sintesa informasi yang ditemukan untuk
menyelesaikan masalah pada skenario. Bila ada masalah yang belum jelas atau
terdapat kesalahan persepsi, bisa diselesaikan oleh para pakar yang hadir pada
pertemuanitu. Laporan penyajian dibuat oleh kelompok dalam bentuk sesuai
urutan yang yercantum pada buku kerja.

Masing-masing mahasiswa membuat laporan tentang hasil diskusi kasus dalam


kelompoknya dan laporan penyajian kelompok dikumpulkan pada koordinator
PBL MEU melalui ketua kelompok.

TIME TABLE

I II III IV V VI VII

Pertemuan Tutorial I Belajar Tutorial II Diskusi Diskusi Laporan


I mandiri mandiri, panel / Tugas
(penjelasan) (Brain- (mencari (laporan kuliah, & &
storming, informasi informasi konsultasi tanya
klasifikasi, tambahan) baru, pakar
analisis, & klasifikasi,
sintesis analisis
&sintesa

E. STRATEGI PEMBELAJARAN

Fakultas Kedokteran UMI 8


Bioetika, Humaniora dan Profesionalisme Kedokteran

 Diskusi kelompok yang difasilitasi oleh tutor


 Diskusi kelompok mandiri tanpa tutor
 Konsultasi pada narasumber yang ahli (pakar) pada permasalahan yang
dimaksud untuk memperoleh pengertian yang lebih mendalam.
 Kuliah khusus dalam kelas
 Aktivitas pembelajaran individual diperpustakaan dengan menggunakan
buku ajar, majalah, slide, tape atau video dan internet

F. SUMBER INFORMASI

1. Al Qur’an dan Sunnah Rasullah SAW


2. Bertens. K. Etika. Seri filsafat Atma Jaya : 15. Cetakan kesembilan.
Gramedia pustaka utama. Jakarta. Desember 2005.
3. Guwandi J. Hukum Medik (Medical Law). Balai penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2005.
4. Guwandi J. Informed Consent. Balai penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 2004.
5. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Indonesia (MKEK) & Ikatan Dokter
Indonesia(IDI). Kode Etik Kedokteran Indonesia dan Pedoman
pelaksanaan KODEKI. Jakarta. 2002
6. Beauchamp TL, Childress JF. Principles of biomedical ethics. 4th ed.
London, Oxford University Press, 1994
7. Jonsen AR, Siegler M, Winslade WJ. Clinical Ethics : A Practical
Approach to ethical decisions in clinical medicine. 7th ed. New York, NY:
McGraw-Hill. 2010
8. Nasrudin AM, Purwadianto A. Pengantar bioetika, hukum kedokteran, dan
hak asasi manusia. Konsep dasar bioetika – hukum kedokteran dalam
penerapan masa kini dan kesehatan sebagai hak asasi manusia. UMI TOHA.
2011
9. Nazif Amru H. Bioetika dan Hak-hak Asasi Manusia menuju standar
pengaturan Nasional. Komisi Bioetika Nasional. Jakarta. 2007.
10. Purwadianto A. Kaidah dasar moral dan teori etika dalam membingkai
tanggungjawab profesi kedokteran. Makalah penyegaran etika kedokteran,
FKUI dalam rangka modul EPC II, Jakarta 18 Februari 2003.
11. Robert M Veatch, Laura K. The Basics of Bioethics. 4th ed. Routledge.
2019
12. Samil RS. Etika Kedokteran Indonesia, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Ul, Jakarta, 1994
13. Samil RS. Etika Kedokteran Penerapan Masa Kini. Kuliah umum pada
Kongres Obstetri dan Ginekologi Indonesia ketigabelas, Manado, 7-12
Juli 2006
14. Samil RS. Etika Kedokteran Indonesia, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, 2001
15. Sampurna B, Syamsu Z, Siswaja TD. Bioetik dan Hukum Kedokteran ;
Pengantar bagi mahasiswa kedokteran dan hukum. Cetakan pertama.
Pustaka Dwipar. Jakarta. 2005
16. Saifuddin AB, Adriaansz G, Wiknjosastro GH, Waspodo D. Persetujuan
tindakan medik (Informed consent). Buku acuan nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Cetakan kedua. Yayasan bina pustaka
Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2001.
17. POKJA Infeksi Saluran Reproduksi. 2020. Rekomendasi Penanganan Infeksi
Virus Corona (Covid-19)Pada Maternal(Hamil, Bersalin Dan Nifas). POGI
18. WHO Coronavirus Disease (COVID-19) Dashboard. Available from :
https://covid19.who.int/
19. Situasi virus covid -19 di Indonesia. Available from : https://covid19.go.id
20. WHO. Novel Coronavirus (2019-nCoV) Situation Report-1. Januari 21, 2020.

Fakultas Kedokteran UMI 9


Bioetika, Humaniora dan Profesionalisme Kedokteran

21. Royal College of Obstetricians & Gynaecologists. 2020. Coronavirus


(COVID-19) Infection in Pregnancy.Version 7: Published Thursday 9 April
2020
22. Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. Jakarta. 2020 Pedoman
Tatalaksana COVID-19.
23. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). Pneumonia Covid-19 Diagnosis
& Penatalaksanaan Di Indonesia. 2020.
24. Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19. Jakarta. 2020. Petunjuk
Praktis Layanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Selama Masa Pandemi
COVID-19
25. Martaadisoebrata D. 2011. Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial :
Strategi Pendekatan Risiko. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo :
Jakarta.p.247.
26. Prasetyawati E. 2006. Kedokteran keluarga dan wawasannya. Universitas
Sebelas Maret.
27. Thomas, Julia. 2019. Understanding The Stages Of Grief. Available from :
https://www.betterhelp.com/advice/grief/understanding-the-stages-of-grief.
28. Dean A, Willis S. 2016. The use of protocol in breaking bad news: evidence
and ethos. International Journal of Palliative Nursing 2016, Vol 22, No 6.
29. Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 61 Tahun 2004 tentang wabah penyakit menular. Jakarta .1984
30. Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009
tentang kesehatan kesehatan. Jakarta .2009
31. Presiden Republik Indonesia. Keputusan Presiden Republik IndonesiaNomor
12 Tahun 2020TentangPenetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona
Virus Disease 2019 (Covid-19) Sebagai Bencana Nasional. Jakarta. 2020
32. Yusuf T. 2020. Gaya hidup orang percaya berlandaskan Mazmur 91 : 1-16
dalam menyikapi masalah virus corona (Covid-19) masa kini. Institut Agama
Kristen Negeri Toraja.
33. Supriatna W. 2020. Wabah Corona Virus Disease Covid 19 Dalam Pandangan
Islam. Jurnal Sosial & Budaya Syar-iFSH UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Vol. 7 No. 6 (2020), pp.555-564
34. YS Febriyandi F. 2020. Penanganan Wabah Covid-19 Dengan Pendekatan
Budaya. Available from :
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbkepri/penanganan-wabah-covid-19-
dengan-pendekatan-budaya/
35. Nasrudin AM, Mursyid M, Erlin S, Syatirah R. Childbirth During Atterm
Pregnancy with Covid-19 in a Medical, Bioethical and Islamic Perspective.
WOSQUAL, 2020
36. Kusmaryanto CB. 2016. Bioetika. Jakarta: Kompas
37. Nasrudin AM. Buku Ajar Etika dan Medikolegal. Fakultas Kedokteran
Universitas Hasanuddin. Makassar. 2018
38. Nasrudin AM, Erlin S, Marpaung NLE, Wirawan H, Farah E, Dian FU.
Tindakan Seksio Sesaria pada Kehamilan dengan Covid-19 dalam Perspektif
Medis dan Bioetika. Wal’afiat Hospital Journal. 2020
39. Nasrudin AM, Mursyid M, Erlin S, FW Syam. Kehamilan 33-34 Minggu
dengan Covid-19 dalam Perspektif Medis, Bioetik, dan Islam. Jurnal
Kesehatan Reproduksi. 2020
LAMPIRAN

BAHAN DISKUSI 1 :

KAIDAH DASAR BIOETIK I ( ALTRUISME DALAM BERPRAKTEK )

Fakultas Kedokteran UMI 10


Bioetika, Humaniora dan Profesionalisme Kedokteran

BENEFICENCE

Kriteria Ada Tidak


ada

1) Mengutamakan altruisme yaitu menolong tanpa pamrih,


rela berkorban untuk kepentingan orang lain.

2) Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia.

3) Memandang pasien / keluarga/ sesuatu tak hanya sejauh

Menguntungkan dokter.

4) Mengusahakan agar kebaikan /manfaatnya lebih banyak

dibandingkan dengan keburukannya.

5) Paternalisme bertanggung jawab/berkasih saying

6) Manjamin kehidupan- baik- minimal manusia

7) Pembatasan goal-based.

8) Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien.

9) Minimalisasi akibat buruk.

10) Kewajiban menolong pasien gawat – darurat.

11) Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan.

12) Tidak menarik honorarium diluar kepantasan.

13) Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan.

14) Mengembangkan profesi secara terus-menerus.

15) Memberikan obat berkhasiat namun murah.

16) Menerapkan Golden Rule Principle.

BAHAN DISKUSI 2 :

KAIDAH DASAR BIOETIK 2 ( DO NO HARM DALAM SITUASI


EMERGENSI DAN PRAKTEK KLINIK )

NONMALEFICENCE

Kriteria Ada Tidak

Fakultas Kedokteran UMI 11


Bioetika, Humaniora dan Profesionalisme Kedokteran

ada

1) Menolong pasien emergensi.

2) Kondisi untuk menggambarkan criteria ini adalah : pasien


dalam keadaan amat berbahaya atau berisiko hilangnya
sesuatu yang penting (gawat), dokter sanggup mencegah
bahaya atau kehilangan tersebut, tindakan kedokteran
teresebut terbukti efektif, manfaat bagi pasien > kerugian
dokter atau hanya mengalami risiko minimal.

3) Mengobati pasien yang luka.

4) Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia).

5) Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien.

6) Tidak memandang pasien hanya sebagai objek.

7) Mengobati secara tidak proporsional.

8) Tidak mencegah pasien dari bahaya.

9) Menghindari misrepresentasi dari pasien.

10) Tidak membahayakan kehidupan pasien karena


kelalaian.

11) Tidak memberikan semangat hidup.

12) Tidak melindungi pasien dari serangan.

13) Tidak melakukan white collar crime dalam bidang


kesehatan/kerumah sakitan yang merugikan pihak pasien
dan Keluarganya.

BAHAN DISKUSI 3 :

KAIDAH DASAR BIOETIK 3 ( OTONOMI PASIEN DALAM BERBAGAI


SITUASI )

AUTONOMI

Kriteria Ada Tidak


ada

Fakultas Kedokteran UMI 12


Bioetika, Humaniora dan Profesionalisme Kedokteran

1) Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai


martabat pasien.

2) Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan


(pada kondisi elektif).

3) Berterus terang.

4) Menghargai privasi.

5) Menjaga rahasia pesien.

6) Menghargai rasionalitas pasien.

7) Melaksanakan Informed consent.

8) Membiarkan pasien dewasa dan kompeten megambil


keputusan sendiri.

9) Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien.

10) Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam


membuat keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri.

11) Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien


pada kasus non emergensi

12) Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan


pasien

13) Menjaga hubungan (kontrak).

BAHAN DISKUSI 4 :

KAIDAH DASAR BIOETIK 4 ( PRINSIP KEADILAN DALAM KONTEKS


HUBUNGAN DOKTER – PASIEN )

JUSTICE

Kriteria Ada Tidak


ada

1) Memberlakukan segala sesuatu secara universal.

Fakultas Kedokteran UMI 13


Bioetika, Humaniora dan Profesionalisme Kedokteran

2) Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah


ia lakukan.

3) Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam


posisi yang sama.

4) Menghargai hak sehat pasien (affordability, equality,


accessibility, availability, and quality).

5) Menghargai hak hukum pasien.

6) Manghargai hak orang lain.

7) Menjaga kelompok yang rentan (yang paling dirugikan).

8) Tidak melakukan penyalahgunaan.

9) Bijak dalam makro alokasi.

10) Memberikan kontribusi yang relative sama dengan


kebutuhan pasien.

11) Meminta partisipasi pasien sesuai dengan


kemampuannya.

12) Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian


(biaya, beban, dan sanksi) secara adil.

13) Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang


tepat dan kompeten.

14) Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alas
an sah/tepat.

15) Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan

penyakit/gangguan kesehatan.

16) Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA,


status sosial, dan lain-lain.

BAHAN DISKUSI 5 :

DINAMIKA KEPUTUSAN KLINIS YANG ETIS ( KONSEP PRIMA FACIE )

General benefit result, most of people Elective, educated, bread-winner,


mature person

AUTONOMY
BENEFICENCE

Fakultas Kedokteran UMI 14


Bioetika, Humaniora dan Profesionalisme Kedokteran

Vulnerables, emergency, life saving, > 1 person, others similarity,


minor community / social’s rights

NON MALEFICENCE JUSTICE

DAFTAR TILIK PERTANYAAN ETIKA KLINIK JONSEN, SIEGLER


DAN WINSLADE ” THE FOUR BOX METHOD”

1. MEDICAL INDICATION

NO PERTANYAAN ETIK ANALISA

1 Apakah masalah medis pasien ? Riwayat ? Diagnosis ?


Prognosis ?

2 Apakah masalah tersebut akut ? kronik ? kritis ? gawat


darurat ? masih dapat disembuhkan ?

3 Apakah tujuan akhir pengobatannya ?

4 Berapa besar kemungkinan keberhasilnanya ?

5 Adakah rencana lain bila terapi gagal ?

6 Sebagai tambahan, bagaimana pasien ini diuntungkan


dengan perawatan medis, dan bagaimana kerugian dari
pengobatan dapat dihindari ?

2. PATIENT PREFERRENCES

NO PERTANYAAN ETIK ANALISIS

1 Apakah pasien secara mental mampu dan kompeten


secara legal ? apakah ada keadaan yang menimbulkan
ketidakmampuan ?

2 Bila berkompeten, apa yang pasien katakan mengenai


pilihan pengobatannya ?

3 Apakah pasien telah diinformasikan mengenai


keuntungan dan risikonya, mengerti atau tidak terhadap
informasi yang diberikan dan memberikan persetujuan ?

Fakultas Kedokteran UMI 15


Bioetika, Humaniora dan Profesionalisme Kedokteran

4 Bila tidak berkompeten, siapa yang pantas


menggantikannya ? apakah orang yangberkompoten
tersebut menggunakan standar yang sesuai dalam
pengambilan keputusan ?

5 Apakah pasien tersebut telah menunjukkan sesuatu yang


lebih disukainya?

6 Apakah pasien tidak berkeinginan / tidak mampu untuk


bekerja sama dengan pengobatan yang diberikan ? kalau
iya, kenapa?

7 Sebagai tambahan, apakah hak pasien untuk memilih


untuk dihormati tanpa memandang etnis dan agama ?

3. QUALITY OF LIFE

NO PERTANYAAN ETIK ANALISA

1 Bagaimana prospek, dengan atau tanpa pengobatan


untuk kembali ke kehidupan normal ?

2 Apakah gangguan fisik, mental, dan social yang pasien


alami bila pengobatannya berhasil?

3 Apakah ada prasangka yang mungkin menimbulkan


kecurigaan terhadap evaluasi pemberi pelayanan
terhadap kualitas hidup pasien ?

4 Bagaimana kondisi pasien sekarang atau masa depan,


apakah kehidupan pasien selanjutnya dapat dinilai
seperti yang diharapkan?

5 Apakah ada rencana alasan rasional untuk pengobatan


selanjutnya ?

6 Apakah ada rencana untuk kenyamanan dan perawatan


paliatif ?

4. CONTEXTUAL FEATURES

NO PERTANYAAN ETIK ANALISIS

1 Apakah ada masalah keluarga yang mungkin


mempengaruhi pengambilan keputusan pengobatan ?

2 Apakah ada masalah sumber data (klinisi dan perawat)


yang mungkin mempengaruhi pengambilan keputusan
pengobatan ?

3 Apakah ada masalah factor keuangan dan ekonomi ?

Fakultas Kedokteran UMI 16


Bioetika, Humaniora dan Profesionalisme Kedokteran

4 Apakah ada factor relegius dan budaya ?

5 Apakah ada batasan kepercayaan ?

6 Apakah ada masalah alokasi sumber daya ?

7 Bagaimana hukum mempengaruhi pengambilan


keputusan pengobatan ?

8 Apakah penelitian klinik atau pembelajaran terlibat ?

9 Apakah ada konflik kepentingan didalam bagian


pengambilan keputusan didalam suatu institusi ?

DAFTAR TILIK PRINSIP ETIKA DASAR ISLAM

NO PRINSIP ETIKA ANALISIS

1 Prinsip niat / Intention (qa'idat al qasd)

2 Prinsip kepastian / Certainty (qa'idat al yaqeen)

3 Prinsip kerugian / Harm (qa'idat al dharar)

4 Prinsip kesukaran / Difficulty (qa'idat al mashaqqat)

Fakultas Kedokteran UMI 17

Anda mungkin juga menyukai