Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HUKUM ARCHIMENDES

Nama : wisnu hamdani azizi

Nim : 1705030023

PROGRAM STUDI PETERNAKAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PERJUANGAN TASIKMALAYA
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hukum archimedes adalah hukum tentang gaya apung suatu benda pada fluida
cair. archimedes seorang ilmuan, filsuf, dan insinyur yang tinggal di itali ketika
yunani kuno berkuasa pada abad ke 2 sebelum masehi. Diceritakan bahwa dalam
menemukan prinsipnya ini Archimedes diperintahkan oleh raja untuk melakukan
penyelidikan apakah mahkotanya benar-benar logam mulia asli atau tidak tanpa
merusak mahkota tersebut.
Singkat cerita Archimedes berpikir keras atas perintah raja tersebut.
Diceritakan bahwa dia menemukan jawabannya ketika akan berendam untuk mandi,
dia melihat bahwa saat tubuhnya masuk ke air, ada sebagian air yang tertumpah
keluar. Dari situ dia mendapat ide dan langsung berteriak “Eureka!” atau aku
menemukannya dan langsung keluar rumah tanpa mengenakan busana. Kelak idenya
tersebut dinamakan hukum Archimedes. Hukumnya adalah berat fluida cair yang
dipindahkan sama dengan gaya apung yang mengenai benda.

B. Rumusan masalah
1. bagaimana bunyi hukum archimedes ?
2. apa saja hukum archimedes ?
3. bagaimana aplikasi hukum archimedes ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Bunyi hukum archimedes

Suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhya kedalam zat cair akan mengalami
gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkan oleh benda tersebut”

Rumus Hukum Archimedes

FA = ρa x Va x g

Keterangan:

FA = Gaya keatas yang dialami benda(N)


ρa= Massa Jenis zat cair (kg/m3)
Va= Volume air yang terdesak (m3)
g = Percepatan Gravitasi (m/det2)

Berdasarkan bunyi dan rumus hukum Archimede diatas, suatu benda yang akan
terapung, tenggelam atau melayang didalam zat cair tergantung pada gaya berat dan gaya
keatas. Maka dari itu, berdasarkan hukum diatas, terciptalah 3 hukum turunan dari Hukum
Archimedes Yang Berbunyi:

1. Benda akan terapung jika massa jenis benda yang dimasukan kedalam air lebih kecil
dari massa jenis zat cairnya
2. Benda akan melayang jika massa jenis benda yang dimasukan kedalam air sama
dengan massa jenis zat cairnya
3. Benda akan tenggelam jika massa jenis benda yang dimasukan kedalam air lebih
besar dari pada massa jenis zat cairnya.

B. Hukum archimedes

Menurut Archimedes, benda menjadi lebih ringan bila diukur dalam air dari pada
di udara karena dalam air, benda mendapat gaya ke atas. Sementara ketika di udara,
benda memiliki berat yang sesungguhnya.
Wu=Mg

Ketika dalam air, benda dikatakan memiliki berat semu, dinyatakan dengan:

Ws=Wu-Fa
Keterangan :
ws = berat semu (N)
wu = berat sesungguhnya (N)
Fa = gaya angkat ke atas (N)

Gaya angkat ke atas ini disebut juga gaya apung.

A. Rumus Gaya Apung


Fa = Mfg
Fa = pfVbfg
Secara sistematis, hukum archimedes dapat ditulis sebagai berikut :
Fa = gaya angkat ke atas pada benda (N)
ρa = massa jenis zat cair (kg/m3)
Va = volume zat cair yang terdesak (m3)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
Fa = ρa Va g
B. Keadaan benda
Ada Tiga keadaan benda di dalam zat cair, yaitu :
Melayang
pb = pf
w = Fa
Keterangan :
pb = massa jenis benda
pf = massa jenis fluida
w = berat benda
Fa = gaya Apung
C. Tenggelam
pb, rata-rata > pf
w > Fa
Keterangan :
pb = massa jenis benda
pf = massa jenis fluida
w = berat benda
Fa = gaya Apung
D. Terapung
pb, rata-rata < pf
w = Fa
Keterangan :
pb = massa jenis benda
pf = massa jenis fluida
w = berat benda
Fa = gaya Apung

C. Aplikasi Hukum archimedes


 Hidrometer

Hidrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur massa jenis zat cair. Proses
pengukuran massa jenis zat cair menggunakan hidrometer dilakukan dengan cara
memasukkan hidrometer ke dalam zat cair tersebut. Angka yang ditunjukkan oleh hidrometer
telah dikalibrasi sehingga akan menunjukkan nilai massa jenis zat cair yang diukur. Berikut
ini prinsip kerja hidrometer.

Hidrometer

Gaya ke atas = berat hidrometer


FA = whidrometer
ρ1V1g = mg
Oleh karena volume fluida yang dipindahkan oleh hidrometer sama dengan luas
tangkai hidrometer dikalikan dengan tinggi yang tercelup maka dapat dituliskan
ρ1(Ah1) = m
dengan:
m = massa hidrometer (kg),
A = luas tangkai (m2),
hf= tinggi hidrometer yang tercelup dalam zat cair (m), dan
ρf = massa jenis zat cair (kg/m3).
Hidrometer digunakan untuk memeriksa muatan akumulator mobil dengan cara
membenamkan hidrometer ke dalam larutan asam akumulator. Massa jenis asam untuk
muatan akumulator penuh kira-kira = 1,25 kg/m3 dan mendekati 1 kg/m3 untuk muatan
akumulator kosong.
 Kapal laut
Kapal yang sama pada saat kosong dan penuh muatan. Volume air yang di pindahkan
oleh kapal ditandai dengan tenggelamnya kapal hingga batas garis yang ditunjukkan oleh
tanda panah. Balok besi yang dicelupkan ke dalam air akan tenggelam, sedangkan balok besi
yang sama jika dibentuk menyerupai perahu akan terapung.
Hal ini disebabkan oleh jumlah fluida yang dipindahkan besi yang berbentuk perahu
lebih besar daripada jumlah fluida yang dipindahkan balok besi. Besarnya gaya angkat yang
dihasilkan perahu besi sebanding dengan volume perahu yang tercelup dan volume fluida
yang dipindahkannya. Apabila gaya angkat yang dihasilkan sama besar dengan berat perahu
maka perahu akan terapung. Oleh karena itu, kapal baja didesain cukup lebar agar dapat
memindahkan volume fluida yang sama besar dengan berat kapal itu sendiri.
 Kapal selam

Kapal selam merupakan sebuah wahana yang unik karena bisa mengapung dan
menyelam di air sesuai kebutuhan, pembuatan kapal selam pertama kali di gunakan untuk
keperluan perang dan masih berbentuk sangat sederhana ( turtle). Namun pada masa sekarang
selain untuk perang, kapal selam juga di gunakan sebagai wahana rekreasi dan juga penelitian
bawah air (ocean research).

Kita pasti tahu bahwa Hukum Archimedes (+250 sebelum Masehi) adalah “Jika suatu
benda dicelupkan ke dalam sesuatu zat cair, maka benda itu akan mendapat tekanan keatas
yang sama besarnya dengan beratnya zat cair yang terdesak oleh benda tersebut”. Dan itu
berlaku pada setiap kapal konvensional. Sedangkan untuk menyelam kapal selam memakai
Hukum Boyle dan Hukum Boayancy (pengapungan).

 Galangan kapal

prinsip kerja Hampir sama dengan kapal laut. Pertama-tama galangan kapal diisi dengan air
laut, kemudian ditempatkan tepat dibawah kapal laut, lalu air nya disedot dan galangan kapal
naik ke atas dan muncul ke purmukaan air. Akhirnya air disekeliling kapal hilang dan kapal
siap di perbaiki. Setelah kapal diperbaiki galangan kapal diisi kembali oleh air laut dan mulai
tenggelam. Dan kapal siap kembali ke laut.

 Balon udara

Gaya apung yang diterima oleh suatu benda yang melayang di suatu fluida sama dengan berat
fluida yang dipindahkannya. Fa = ρƒ. Vbƒ. g Dengan ρƒ adalah massa jenis udara. Balon
menggunakan prinsip yang sama dengan kapal laut.

Hanya saja, karena kita menginginkan balon naik ke udara dan melayang pada ketinggian
tertentu, maka yang dilakukan adalah mengisi balon sehingga berat udara yang dipindahkan
lebih berat dari berat balon.

Hingga kemudian mencapai titik ketinggian yang diinginkan. Untuk mencapai hal tersebut,
prinsip kimia mengajarkan kita tentang mengisi balon dengan gas yang massa molekulnya
lebih kecil dari massa rata-rata di udara atau dengan gas panas. Tidak semua gas memenuhi
persyaratan itu, apalagi jika ada pertimbangan harga dan keselamatan. Beberapa di antaranya
adalah gas Hidrogen(H2) dan Helium (He).

 Jembatan ponton

Jembatan ponton adalah kumpulan drum-drum kosong yang berjajar sehingga menyerupai
jembatan. Drum-drum itu biasanya terbuatdari besi dan di dalamnya diisi dengan udara
sehingga massa jenisnya lebih kecil dari massa jenis zat cair. Jembatan ponton merupakan
jembatan yang dibuat berdasarkan prinsip benda terapung. Drumdrum tersebut harus tertutup
rapat sehingga tidak ada air yang masuk ke dalamnya. Jembatan ponton digunakan untuk
keperluan darurat. Apabila air pasang, jembatan naik. Jika air surut, maka jembatan turun.
Jadi, tinggi rendahnya jembatan ponton mengikuti pasang surutnya air.

VISKOSITAS

Viskositas (kekentalan) dapat dianggap suatu gesekan dibagian dalam suatu fluida.
Karena adanya viskositas ini maka untuk menggerakkan salah satu lapisan fluida diatasnya
lapisan lain haruslah dikerjakan gaya. Karena pengaruh gaya k, lapisan zat cair dapat
bergerak dengan kecepatan v, yang harganya semakin mengecil untuk lapisan dasar sehingga
timbul gradien kecepatan. Baik zat cair maupun gas mempunyai viskositas hanya saja zat cair
lebih kental (viscous) dari pada gas tidak kental (Mobile ) (Martoharsono, 2006).
Suatu jenis cairan yang mudah mengalir dapat dikatakan memiliki viskositas yang
rendah, dan sebaliknya bahan – bahan yang sulit mengalir dikatakan memiliki viskositas yang
tinggi. Pada hukum aliran viskositas, Newton menyatakan hubungan antara gaya – gaya
mekanika dari suatu aliran viskos sebagai geseran dalam (viskositas) fluida adalah konstan
sehubungan dengan gesekannya. Hubungan tersebut berlaku untuk fluida Newtonian, dimana
perbandingan antara tegangan geser (s) dengan kecepatan geser (g) nya konstan. Parameter
inilah yang disebut dengan viskositas. Aliran viskos dapat digambarkan dengan dua buah
bidang sejajar yang dilapisi fluida tipis diantara kedua bidang tersebut.

Suatu bidang permukaan bawah yang tetap dibatasi oleh lapisan fluida setebal h,
sejajar dengan suatu bidang permukaan atas yang bergerak seluas A. Jika bidang bagian atas
itu ringan, yang berarti tidak memberikan beban pada lapisan fluida dibawahnya, maka tidak
ada gaya tekan yang bekerja pada lapisan fluida. Suatu gaya F dikenakan pada bidang bagian
atas yang menyebabkan bergeraknya bidang atas dengan kecepatan konstan v, maka fluida
dibawahnya akan membentuk suatu lapisan – lapisan yang saling bergeseran. Setiap lapisan
tersebut akan memberikan tegangan geser (s) sebesar F/A yang seragam dengan kecepatan
lapisan fluida yang paling atas sebesar v dan kecepatan lapisan fluida paling bawah sama
dengan nol, maka kecepatan geser (g) pada lapisan fluida di suatu tempat pada jarak y dari
bidang tetap dengan tidak adanya tekanan fluida (Kanginan, 2006).

Lapisan-lapisan gas atau zat cair yang mengalir saling berdesakan karena itu terdapat
gaya gesek yang bersifat menahan aliran yang besarnya tergantung dari kekentalan zat cair.
Gaya gesek tersebut dapat dihitung dengan menggunakan rumus: G = ŋ A (Ginting, 2011).

Adapun jenis cairan dibedakan menjadi dua tipe, yaitu cairan newtonian dan non newtonian.

1. Cairan Newtonian

Cairan newtonian adalah cairan yg viskositasnya tidak berubah dengan berubahnya


gaya irisan, ini adalah aliran kental (viscous) sejati. Contohnya : Air, minyak, sirup, gelatin,
dan lain-lain. Shear rate atau gaya pemisah viskositas berbanding lurus dengan shear stresss
secara proporsional dan viskositasnya merupakan slope atau kemiringan kurva hubungan
antara shear rate dan shear stress. Viskositas tidak tergantung shear rate dalam kisaran aliran
laminar (aliran streamline dalam suatu fluida). Cairan Newtonian ada 2 jenis, yang
viskositasnya tinggi disebut “Viscous” dan yang viskositasnya rendah disebut “Mobile”
(Dogra, 2006).
2. Cairan Non-Newtonian

yaitu cairan yang viskositasnya berubah dengan adanya perubahan gaya irisan dan
dipengaruhi kecepatan tidak linear.

Metode Penentuan Kekentalan

Untuk menentukan kekentalan suatu zat cair dapat digunakan dengan cara :

1. Cara Ostwalt / Kapiler

Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan
tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika mengalir karena gravitasi melalui viskometer
Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi
suatu zat yang viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat 2 tanda tersebut
(Lutfy, 2007).

Berdasarkan hukum Heagen Poiseuille.

ŋ = Π P r4

8 VL

Hukum poiseuille juga digunakan untuk menentukan distribusi kecepatan dalam arus
laminer melalui pipa slindris dan menentukan jumlah cairan yamg keluar perdetik (Sarojo,
2006).

2. Cara Hopper

Berdasarkan hukum Stokes pada kecepatan bola maksimum, terjadi keseimbangan


sehingga gaya gesek = gaya berat – gaya archimides. Prinsip kerjanya adalah
menggelindingkan bola ( yang terbuat dari kaca ) melalui tabung gelas yang berisi zat cair
yang diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola merupakan fungsi dari harga resiprok sampel.
Berdasarkan hukum stoke yaitu pada saat kecepatan bola maksimum,terjadi kesetimbangan
sehingga gaya gesek sama dengan gaya berat archimedes. Dalam fluida regangan geser selalu
bertambah dan tanpa batas sepanjang tegangan yang diberikan. Tegangan tidak bergantung
pada regangan geser tetapi tergantung pada laju perubahannya. Laju perubahan regangan juga
disebut laju regangan ( D. Young , 2009).

Laju perubahan regangan geser = laju regangan


Rumus yang di atas dapat defenisikan viskositas fluida, dinotasikan dengan η (eta), sebagai
rasio tegangan geser dengan laju regangan :

η = Tegangan geser

Laju regangan

Mempelajari gerak bola yang jatuh ke dalam fluida kental, walaupun ketika itu hanya
untuk mengetahui bahwa gaya kekentalan pada sebuah bola tertentu di dalam suatu fluida
tertentu berbandingan dengan kecepatan relatifnya. Bila fluida sempurna yang viskositasnya
nol mengalir melewati sebuah bola, atau apabila sebuah bola bergerak dalam suatu fluida
yang diam, gari-garis arusnya akan berbentuk suatu pola yang simetris sempurna di sekeliling
bola itu. Tekanan terhadap sembarang titik permukaan bola yang menghadap arah alir datang
tepat sama dengan tekanan terhadap titik lawan. Titik tersebut pada permukaan bola
menghadap kearah aliran, dan gaya resultan terhadap bola itu nol (Sudarjo, 2008)

LISTRIK SEDERHANA

1. Rangkaian listrik merupakan suatu lintasan yang dapat diairi oleh muatan listrik
(arus). Suatu rangkaian listrik umumnya terdiri dari banyak komponen listrik.
Komponen-komponen listrik tersebut terdiri dari komponen pen-supply energi listrik
(seperti batterai) dan komponen pengguna energi listrik (seperti bola lampu –
resistor). Arus listrik akan mengalir dalam suatu rangkaian yang setidaknya :

 memiliki sumber tegangan untuk membuat arus mengalir,

 memiliki komponen pengguna energi yang di-supply sumber tegangan, dan

 merupakan rangkaian tertutup.

Rangkaian Tertutup dan Terbuka


Bola lampu akan menyala jika saklar dalam keadaan tertutup. Rangkaian ini disebut
rangkaian tertutup. Sebaliknya, jika saklar terbuka, bola lampu tidak akan menyala.
Rangkaian ini disebut rangkaian terbuka.

Rangkaian Hambatan Seri


Komponen-komponen listrik dinyatakan dirangkai secara seri pada saat komponen-
komponen tersebut dihubungkan secara berturutan dalam satu jalur rangkaian. Karakteristik
dari rangkaian seri yaitu :
 Arus listrik hanya memiliki satu jalur untuk mengalir. Hal ini berarti arus listrik yang
mengalir pada tiap komponen listrik dalam rangkaian seri memiliki besar yang sama.

 Arus listrik yang mengalir dihambat oleh hambatan pertama, setelah melewati
hambatan pertama, arus yang sama dihambat oleh hambatan kedua, hambatan ketiga,
dan seterusnya. Sehingga Hambatan total pada rangkaian seri merupakan jumlah dari
tiap hambatan sepanjang rangkaian listrik.

 Energi listrik yang diberikan sumber tegangan untuk membuat arus mengalir,
didisipasi oleh tiap hambatan pada rangkaian. Hal ini berarti jumlah tegangan pada
tiap komponen listrik pada rangkaian seri sama dengan tegangan pada sumber
tegangan.

 Karena hambatan total pada rangkaian seri merupakan jumlah dari tiap hambatan
pada rangkaian, maka rangkaian seri biasanya ditujukan untuk memperbesar
hambatan pada rangkaian.

Hukum Ohm

Pada dasarnya, bunyi dari Hukum Ohm adalah :

“Besar arus listrik (I) yang mengalir melalui sebuah penghantar atau Konduktor akan
berbanding lurus dengan beda potensial / tegangan (V) yang diterapkan kepadanya dan
berbanding terbalik dengan hambatannya (R)”.

Secara Matematis, Hukum Ohm dapat dirumuskan menjadi persamaan seperti dibawah ini :

V=IxR

I=V/R

R=V/I

Dimana :

V = Voltage (Beda Potensial atau Tegangan yang satuan unitnya adalah Volt (V)

I = Current (Arus Listrik yang satuan unitnya adalah Ampere (A)

R = Resistance (Hambatan atau Resistansi yang satuan unitnya adalah Ohm (Ω).
Rangkaian Hambatan Paralel

Apabila komponen-komponen listrik dihubungkan pada dua titik yang sama dalam rangkaian
listrik, maka dapat dinyatakan bahwa komponen-komponen listrik tersebut dirangkai secara
paralel. Karakteristik dari rangkaian paralel yaitu :

1. Tiap komponen terhubung pada dua titik yang sama dalam rangkaian. Sehingga
tegangan tiap hambatan memiliki besar yang sama.

2. Arus total dalam rangkaian terbagi pada cabang-cabang paralel dengan jumlah arus
yang mengalir pada tiap cabang sama dengan arus total pada rangkaian.

3. Tegangan pada hambatan dalam tiap cabang paralel besarnya sama, namun arus yang
mengalir pada tiap cabang berbeda. Sehingga besarnya arus pada tiap cabang
berbanding terbalik dengan besarnya hambatan pada cabang tersebut.

4. Penambahan jumlah cabang paralel menyebabkan hambatan total semakin kecil,


sehingga rangkaian paralel ditujukan untuk memperkecil hambatan.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Hukum archimedes adalah hukum tentang gaya apung suatu benda pada fluida cair.
archimedes seorang ilmuan, filsuf, dan insinyur yang tinggal di itali ketika yunani kuno
berkuasa pada abad ke 2 sebelum masehi. Diceritakan bahwa dalam menemukan prinsipnya
ini Archimedes diperintahkan oleh raja untuk melakukan penyelidikan apakah mahkotanya
benar-benar logam mulia asli atau tidak tanpa merusak mahkota tersebut.

Viskositas (kekentalan) dapat dianggap suatu gesekan dibagian dalam suatu fluida.
Karena adanya viskositas ini maka untuk menggerakkan salah satu lapisan fluida diatasnya
lapisan lain haruslah dikerjakan gaya. Karena pengaruh gaya k, lapisan zat cair dapat
bergerak dengan kecepatan v, yang harganya semakin mengecil untuk lapisan dasar sehingga
timbul gradien kecepatan. Baik zat cair maupun gas mempunyai viskositas hanya saja zat cair
lebih kental (viscous) dari pada gas tidak kental (Mobile ) (Martoharsono, 2006).

Rangkaian listrik merupakan suatu lintasan yang dapat diairi oleh muatan listrik
(arus). Suatu rangkaian listrik umumnya terdiri dari banyak komponen listrik. Komponen-
komponen listrik tersebut terdiri dari komponen pen-supply energi listrik (seperti batterai)
dan komponen pengguna energi listrik (seperti bola lampu –resistor). 
DAFTAR PUSTAKA

Dogra. 2006. Kimia Fisika dan Soal-Soal. Malang. Universitas Malang

D . Young, Hugh. 2009. Fisika Universitas. Erlangga. Jakarta.

Ginting, Tjurmin. 2011. Penuntun Praktikum Kimia Dasar. LDB UNSRI. Indralaya.

Kanginan, Marthen. 2006. Fisika. Erlangga. Jakarta.

Lutfy, Stokes. 2007. Fisika Dasar I. Erlangga. Jakarta.

Martoharsono, Soemanto. 2006. Biokimia I. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Sarojo, Ganijanti Aby. 2006. Seri  Fisika Dasar Mekanika. Salemba Teknika. Jakarta.

Sudarjo, Randy. 2008. Modul Praktikum Fisika Dasar I. Universitas Sriwijaya. Inderalaya.

https://monochromerainbow21.wordpress.com/2013/05/08/listri-dinamis-3-rangkaian-listrik-
seri-paralel/

Anda mungkin juga menyukai