Anda di halaman 1dari 33

11

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Konsep Teoritis

1. Model Pembelajaran

Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan

guru mengembangkan model-model pembelajaran yang berorientasi pada

peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses

pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada

dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang

memungkinkan siswa dapat belajar secara aktif dan menyenangkan

sehingga siswa dapat meraih hasil belajar dan prestasi yang optimal.25

Mills dalam Agus berpendapat bahwa “model adalah bentuk

representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang

atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu”. Model

merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang

diperoleh dari beberapa sistem.26

Model adalah suatu bentuk tiruan (replika) dari suatu benda yang

sesungguhnya. Sedangkan model pembelajaran adalah suatu contoh

konseptual atau prosedural dari suatu program, sistem, atau proses yang

dapat dijadikan acuan atau pedoman dalam mencapai tujuan. Atau suatu

25
Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta, 2012, hlm. 140
26
Agus Suprijono, Op. Cit., hlm. 45.

11
12

contoh bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang

disajikan secara khas oleh guru di kelas.27

Model pembelajaran dapat diartikan pula sebagai pola yang

digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi

petunjuk kepada guru di kelas. Model pembelajaran ialah pola yang

digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas

maupun tutorial. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada

pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan

pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan

pembelajaran dan pengelolaan kelas.28

Model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yang

membedakan dengan strategi, metode, atau prosedur. Ciri-ciri tersebut

ialah:29

a. Rasional teoritis logis yang disusun oleh para pencipta atau

pengembangannya.

b. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar

(tujuan pembelajaran yang akan dicapai).

c. Tingkah laku pembelajaran yang diperlukan agar model tersebut dapat

dilaksanakan dengan berhasil.

d. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat

tercapai.

27
Miterianifa, Op. Cit., hlm. 14
28
Agus Suprijono, Op. Cit., hlm. 46
29
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013, hlm. 14
13

Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model adalah “each model guides

us as we design instruction to help students achieve various objectives”.

Melalui model pembelajaran guru dapat membantu siswa mendapatkan

informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide.

Model pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar

mengajar.30 Salah satu contoh yang termasuk kedalam model

pembelajaran adalah Predict Observe Explain atau yang disingkat dengan

POE.

2. Model Pembelajaran Predict Observe Explain (POE)

Menurut Indrawati dan Wawan Setiawan dalam Juniari menyatakan

bahwa “POE adalah singkatan dari Predict Observe Explain. POE ini

sering juga disebut suatu model pembelajaran dimana guru menggali

pemahaman peserta didik dengan cara meminta mereka melaksanakan

tiga tugas utama yaitu meramalkan, mengamati, dan memberikan

penjelasan”.31

Model pembelajaran Predict Observe Explain merupakan suatu

langkah yang efisien untuk menciptakan diskusi para siswa mengenai

konsep ilmu pengetahuan. Model ini melibatkan siswa dalam memprediksi

suatu fenomena yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, melakukan

observasi untuk membuktikan prediksi sebelumnya sehingga pada

30
Agus Suprijono, Op. Cit., hlm. 46
31
Ni Kadek Juniari, Pengaruh Model Pembelajaran POE dan Motivasi Belajar terhadap
Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD, Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha Vol:
2 No: 1 Tahun 2014, Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha, 2014.
14

akhirnya siswa mampu menjelaskan ketepatan atau ketidaktepatan prediksi

dengan hasil observasi. Cara yang seperti ini, menjadikan konsep yang

diperoleh siswa akan melekat dalam ingatannya, serta siswa akan

memahami materi yang dipelajarinya sehingga siswa merasakan proses

belajarnya lebih bermakna dan hasil belajarnya juga meningkat.32

Pembelajaran model POE mempunyai kriteria antara lain:33

a. mempunyai prosedur yang sistematis sesuai metode ilmiah,

b. model POE merupakan kegiatan pembelajaran berbasis laboratorium,

c. kegiatan pembelajaran di mulai dari sudut pandang siswa,

d. pembelajaran bersifat konstruktif.

Istilah POE sengaja diambil dari prinsip pembelajaran sains berbasis

pengalaman pembelajaran yang meliputi langkah-langkah predict observe

explain.

Predict, memulai pembelajaran dengan mengahadapkan siswa

dengan seperangkat alat dan bahan percobaan, kemudian guru menjelaskan

apa saja yang harus dilakukan siswa terkait peralatan tersebut. Para siswa

kemudian membuat suatu prediksi apa yang dapat terjadi, hasil apa yang

32
Putu Edi Sastrawan, Pengaruh Metode Predict Observe Explain terhadap Prestasi
Belajar IPS Siswa Kelas IV SD di Gugus II Santalia Kecamatan Kubutambahan. Jurnal Mimbar
PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Vol: 2 No: 1 Tahun 2014, Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha, 2014
33
Obimita Ika Permatasari, Keefektifan Model Pembelajaran Predict Observe Explain
(POE) Berbasis Kontekstual dalam Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa SMP Kelas
VIII pada Pokok Bahasan Tekanan, Skripsi Online, Semarang: Universitas Negeri Semarang,
2011.
15

bakal diperoleh dengan bereksperimen menggunakan alat dan bahan

tersebut.34

Observe, dilakukan demonstrasi atau percobaan, kemudian diamati.35

Mengamati adalah tahap penting dari urutan POE, karena tahap ini

memberikan umpan balik kepada siswa setelah membuat prediksi, tahap

ini juga membentuk hubungan antara prediksi dan tahap menjelaskan. 36

Dari sini dapat diketahui prediksi mana yang paling benar, dan prediksi

mana saja yang ternyata salah. Dapat saja terjadi beberapa prediksi yang

ternyata benar, sebaliknya dapat juga terjadi bahwa seluruh prediksi yang

dibuat sebelumnya ternyata keliru seluruhnya. Tidak jadi masalah, yang

paling penting adalah pemberian kesempatan kepada seluruh siswa untuk

mengalami sendiri segala sesuatunya dan memperoleh hikmah

pembelajarannya sendiri.37

Explain, kelas sebagai kelompok mencoba melakukan dekonstruksi

hasil demonstrasi atau percobaan dan menjelaskan mengapa hal yang

didemonstrasikan tersebut terjadi.38

34
Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2014, hlm. 41
35
Ibid., hlm. 41
36
Dian Ma’rifatun, Op. Cit., hlm. 12
37
Suyono dan Hariyanto, Op. Cit., hlm. 41
38
Ibid., hlm. 42
16

Tabel II.1 Aktivitas Guru dan Siswa dalam Model Pembelajaran POE
(di kutip dari Liew)39
Langkah Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Pembelajaran
Tahap 1 Memberikan apersepsi Memberikan hipotesis
Meramalkan terkait materi yang akan bedasarkan permasalahan
(Predict) di bahas. yang diambil dari
pengalaman siswa, atau buku
panduan yang memuat suatu
fenomena terkait materi yang
akan dibahas.
Tahap 2 Sebagai fasilitator dan Mengobservasi dengan
Mengamati mediator apabila siswa melakukan eksperimen atau
(Observe) mengalami kesulitan demonstrasi berdasarkan
dalam melakukan permasalahan yang dikaji dan
pembuktian. mencatat hasil pengamatan
untuk direfleksikan satu sama
lain.
Tahap 3 Memfasilitasi jalannya Mendiskusikan fenomena
Menjelaskan diskusi apabila siswa yang telah diamati secara
(Explain) mengalami kesulitan. konseptual-matematis, serta
membandingkan hasil
observasi dengan hipotesis
sebelumnya bersama
kelompok masing-masing.
Mempresentasikan hasil
observasi di kelas, serta
kelompok lain memberikan
tanggapan, sehingga
diperoleh kesimpulan dari
permasalahan yang sedang
dibahas.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam model pembelajaran POE

adalah sebagai berikut:

a. Masalah yang diajukan sebaiknya masalah yang memungkinkan

terjadi konflik kognitif dan memicu rasa ingin tahu.

39
Kurnia Novita Sari, Keefektifan Model Pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain)
terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Materi Perubahan Sifat Benda pada Siswa Kelas V SD
Negeri Kejambon 4 Kota Tegal, Skripsi Online, Semarang: Universitas Negeri Semarang, 2014,
hlm. 78
17

b. Prediksi harus disertai alasan yang masuk akal. Prediksi bukan

sekedar menebak saja tetapi disertai dengan alasan yang logis.

c. Percobaan harus bisa diamati dengan jelas oleh siswa dan dapat

memberi jawaban terhadap masalah. Siswa bertugas mengamati,

menganalisis, dan menyimpulkan hasil pengamatan percobaan dengan

cermat. Guru berperan sebagai fasilitator.

d. Siswa terlibat langsung dalam tahap eksplanasi. Siswa menjelaskan

hasil pengamatan kepada siswa lain sekaligus menyelidiki

kesesuaian prediksi sebelumnya dan akhirnya diperoleh konsep

materi yang benar.

Seperti yang dikemukakan Kearney yang dikutip dari Sari

keuntungan terbesar dari penggunaan POE yaitu ketika POE digunakan

sebagai alat untuk mendeteksi kemampuan dan konsep awal siswa. POE

membantu guru merancang pembelajaran selanjutnya untuk mencapai

tujuan pembelajaran pada pertemuan berikutnya sesuai dengan

kemampuan siswa. Selanjutnya, jika diskusi diantara siswa digunakan

semestinya pada langkah dimana siswa mencoba menjelaskan

ketidaksesuaian antara prediksi dan observasi, proses POE dapat menjadi

model pembelajaran yang efektif untuk memfasilitasi kematangan konsep

siswa.
18

Manfaat yang diperoleh dari implementasi model pembelajaran POE

adalah sebagai berikut: 40

a. dapat digunakan untuk menggali gagasan awal yang dimiliki oleh

siswa.

b. memberikan informasi kepada guru tentang pemikiran siswa.

c. membangkitkan diskusi baik antara siswa dengan siswa maupun

antara siswa dengan guru.

d. memberikan motivasi kepada siswa untuk menyelidiki konsep yang

belum dipahami.

e. membangkitkan rasa ingin tahu siswa untuk menyelidiki.

3. Aktivitas Belajar

Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh

pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap

dan mengokohkan kepribadian.41 Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari

segi proses dan segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan

berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau sebagian besar peserta

didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses

pembelajaran, disamping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi,

semangat belajar yang besar, dan percaya pada diri sendiri. Dari segi hasil

pembelajaran dikatakan efektif apabila terjadi perubahan tingkah laku

yang positif, tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Lebih

lanjut, proses pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila


40
Warsono dan Hariyanto, Pembelajaran Aktif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012,
hlm. 93
41
Suyono dan Hariyanto, Op. Cit., hlm. 9
19

masukan merata, menghasilkan output yang banyak dan bermutu tinggi,

serta sesuai dengan kebutuhan, perkembangan masyarakat, dan

pembangunan.42

Dalam proses mengajar belajar, guru perlu menimbulkan aktivitas

siswa dalam berpikir maupun berbuat. Penerimaan pelajaran jika dengan

aktivitas siswa sendiri kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi

dipikirkan, diolah kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk yang berbeda.

Atau siswa akan bertanya, mengajukan pendapat menimbulkan diskusi

dengan guru. Dalam berbuat siswa dapat menjalankan perintah,

melaksanakan tugas, membuat grafik, diagram, inti sari dari pelajaran yang

disajikan oleh guru. Bila siswa menjadi partisipasi yang aktif, maka ia

memiliki ilmu atau pengetahuan itu dengan baik.43

Penggunaan asas aktivitas besar nilainya bagi pengajaran para

siswa, oleh karena:44

a. Para siswa mencari pengalaman sendiri dan langsung mengalami

sendiri.

b. Berbuat sendiri akan mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa

secara integral.

c. Memupuk kerja sama yang harmonis di kalangan siswa.

d. Para siswa bekerja menurut minat dan kemampuan sendiri.

e. Memupuk disiplin kelas secara wajar dan suasana belajar menjadi

demokratis.
42
Ahmad Susanto, Op. Cit., hlm. 53-54
43
Slameto, Op. Cit., hlm. 36
44
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2010, hlm.175-176
20

f. Mempererat hubungan sekolah dan masyarakat, dan hubungan antara

orang tua dengan guru.

g. Pengajaran diselenggarakan secara realistis dan konkret sehingga

mengembangkan pemahaman dan berpikir kritis serta menghindarkan

verbalistis.

h. Pengajaran di sekolah menjadi hidup sebagaimana aktivitas dalam

kehidupan di masyarakat.

Diedrich menyatakan bahwa aktivitas belajar dibagi ke dalam

delapan kelompok, yaitu sebagai berikut:45

a. Kegiatan-kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar,

mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran dan mengamati orang

lain bekerja atau bermain.

b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yaitu mengemukakan suatu fakta atau

prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan,

memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi dan

interupsi.

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian

bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok,

mendengarkan suatu permainan atau mendengarkan radio.

d. Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan,

memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau

rangkuman dan mengerjakan tes serta mengisi angket.

45
Nanang Hanafiah dan Cucu Suhana, Op. Cit., hlm. 24-25
21

e. Kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu menggambar, membuat grafik,

chart, diagram, peta dan pola.

f. Kegiatan-kegiatan metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-

alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan

permainan, serta menari dan berkebun.

g. Kegiatan-kegiatan mental, yaitu merenungkan, mengingat,

memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-

hubungan dan membuat keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, berani,

tenang dan lain-lain.

Menurut Taslimuharrom, sebuah proses belajar dikatakan aktif

(active learning) apabila mengandung:46

a. Keterlekatan pada tugas (Commitment)

Dalam hal ini, materi, metode dan strategi pembelajaran hendaknya

bermanfaat bagi siswa (meaningful), sesuai dengan kebutuhan siswa

(relevan) dan bersifat/memiliki keterkaitan dengan kepentingan pribadi

(personal).

b. Tanggungjawab (Responsibility)

Dalam hal ini, sebuah proses belajar perlu memberikan wewenang

kepada siswa untuk berpikir kritis serta bertanggung jawab, sedangkan

guru lebih banyak mendengar dan menghormati ide-ide siswa, serta

46
Mohammad Jauhar, Op. Cit., hlm. 156-157
22

memberikan pilihan dan peluang kepada siswa untuk mengambil

keputusan sendiri.

c. Motivasi (Motivation)

Proses belajar hendaknya lebih mengembangkan motivasi intrinsic

siswa. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari

dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan

belajar.

Guru mendorong siswa untuk aktif mencari, menemukan dan

memecahkan masalahnya sendiri. Ia tidak hanya menyuapi siswa, juga

tidak seperti orang yang menuangkan air ke dalam ember.

Di sisi lain, siswa aktif antara lain dalam hal:47

a. Bertanya/meminta penjelasan

b. Mengemukakan gagasan, dan

c. Mendiskusikan gagasan orang lain dan gagasannya sendiri.

4. Ilmu Kimia

Ilmu kimia merupaka bagian ilmu pengetahuan alam, mempelajari

komposisi dan struktur zat kimia, serta hubungan keduanya dengan sifat

zat tersebut.48 Ilmu kimia adalah ilmu yang berlandaskan eksperimen.

Oleh karena itu, laboratorium akan sangat membantu dalam mempelajari

ilmu kimia. Untuk siswa SMA, laboratorium akan membantu memahami

47
Ibid., hlm. 157
48
Syukri S, Op. Cit., hlm. 1
23

konsep-konsep kimia, membuktikan berbagai konsep dan melakukan

penelitian sederhana.49

Adapun karakteristik materi kimia yaitu:50

a. Ilmu kimia termasuk ilmu pengetahuan alam, sehingga pada

pembelajarannya diperlukan contoh-contoh objek nyata yang ada di

alam.

b. Ilmu kimia dibangun dengan metode ilmiah yang terdiri dari tahapan

proses-proses ilmiah untuk mendapatkan produk ilmiah (konsep,

prinsip, aturan dan hukum).

c. Sebagian besar bahan kajian kimia bersifat abstrak oleh sebab itu

dalam proses pembelajarannya guru harus bisa mengkonstruksi

model-model atau analogi-analogi yang tepat sehingga ilmu kimia

mudah diterima oleh siswa.

d. Ilmu kimia mengkaji pula soal hitungan, namun hitungan dalam ilmu

kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal-soal yang terdiri dari

angka-angka, tetapi soal tersebut berkaitan dengan fakta, aturan dan

hukum-hukum tersebut.

e. Konsep-konsep ilmu kimia dipelajari dengan urutan tertentu, mulai

yang paling sederhana atau mendasar sampai pada yang kompleks.

49
Michael Purba, Kimia 1 untuk SMA Kelas X, Jakarta: Erlangga, 2006, hlm.9
50
Miterianifa, Op. Cit., hlm. 2
24

5. Larutan Elektrolit dan Non-elektrolit

Larutan adalah campuran yang homogen dari dua atau lebih zat.

Zat yang jumlahnya lebih sedikit disebut zat terlarut, sedangkan zat yang

jumlahnya lebih banyak disebut pelarut.51

a. Pengertian Larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit

Larutan elektrolit adalah larutan yang menghantarkan listrik dan

larutan non-elektrolit, yaitu larutan yang tidak menghantarkan listrik.

Senyawa elektrolit membentuk ion dalam larutan sedangkan senyawa

non-elektrolit dalam bentuk molekul netral. Pembentukan ion

dipengaruhi oleh jenis pelarut, contohnya HCl membentuk ion dalam

air, tetapi tidak dalam benzena.

Alat untuk menguji larutan apakah elektrolit atau tidak disebut

elektrolit tester. Masukkan dua batang logam, (misal tembaga)

kedalam larutan. Keduanya tidak bersentuhan dan masing-masing

dihubungkan dengan kutub arus listrik searah. Bola akan hidup atau

jarum akan bergerak untuk larutan elektrolit dan mati untuk non-

elektrolit.52

Umumnya air adalah pelarut (solven) yang baik untuk senyawa

ion dan larutan air yang mengandung zat-zat ini akan mempunyai

sifat-sifat yang khas, salah satunya adalah dapat menghantarkan arus

listrik. Apabila elektrode dicelupkan ke dalam air murni, bola lampu

tidak akan menyala karena air adalah konduktor listrik yang sangat
51
Raymond Chang, Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1, Jakarta:
Erlangga, 2003, hlm. 90
52
Syukri S, Op. Cit., hlm. 378
25

buruk. Akan tetapi, apabila suatu senyawa ion yang larut seperti NaCl

ditambahkan pada air, setelah zat terlarutnya larut, bola lampu mulai

menyala dengan terang.

Ketika zat larut dalam air, ion-ion yang tadinya terikat kuat

dalam zat padatnya akan lepas dan melayang-layang dalam larutan,

bebas satu dengan yang lain. Senyawa dikatakan telah terdisosiasi atau

melepaskan diri menghasilkan ion-ion. Oleh karena adanya ion-ion

bebas inilah yang menyebabkan larutan menjadi konduktor listrik.53

Banyak juga zat-zat yang berbentuk molekul apabila dilarutkan

dalam air sama sekali tidak mempunyai kemampuan untuk terionisasi.

Contohnya alkohol dan gula. Apabila senyawa-senyawa ini dilarutkan

dalam air, molekul-molekulnya hanya bercampur dengan molekul-

molekul air membentuk larutan yang homogen, tetapi larutannya tidak

mengandung ion-ion karena zat terlarutnya tidak bereaksi dengan air.

Oleh karena zat terlarut ini tidak menghasilkan ion dalam larutan,

larutannya tidak menghantarkan listrik. Zat terlarut semacam ini

dinamakan non-elektrolit.54 Adapun zat non-elektrolit dalam larutan

tidak terurai menjadi ion-ion, tetapi tetap berupa molekul.

b. Pembentukan Ion

Seperti telah dinyatakan bahwa senyawa elektrolit dalam larutan

terurai menjadi ion-ion. Pelarut memisahkan ion positif dan negatif

53
James E. Brady, Kimia Universitas: Asas dan Struktur Jilid Satu, Jakarta: Binarupa
Aksara, hlm. 191
54
Ibid., hlm. 194
26

karena terjadi ikatan antara ion dengan pelarut yang disebut solvasi.

Jika pelarutnya air disebut proses hidrasi.55

Menurut Arrhenius, larutan elektrolit dapat menghantarkan arus

listrik karena mengandung ion-ion yang dapat bergerak bebas. Ion-ion

itulah yang menghantar arus listrik melalui larutan. NaCl, HCl,

NaOH, dan CH3COOH tergolong elektrolit. Zat-zat ini dalam air

terurai menjadi ion-ion sebagai berikut:56

NaCl → Na+ (aq) + Cl- (aq)

HCl (g) → H+ (aq) + Cl- (aq)

NaOH (s) → Na+ (aq) + OH- (aq)

CH3COOH (l) → CH3COO- (aq) + H+ (aq)

Ion dalam air dapat terbentuk dengan tiga cara:57

1) Zat terlarut senyawa ion, seperti NaCl(s) dan K2SO4(s).

NaCl(s) + air → Na+(aq) + Cl-(aq)

K2SO4(s) + air → 2K+(aq) + SO4=(aq)

2) Zat terlarut senyawa kovalen, tetapi dalam air terurai menjadi ion

seperti HCl(g) dan H2SO4(g).

HCl(g) + air → H+(aq) + Cl-(aq)

H2SO4(g) + air → H+(aq) + SO4-(aq)

3) Zat terlarut senyawa kovalen, tetapi bereaksi dengan air sehingga

membentuk ion positif dan negatif seperti NH3(g) dan CO2(g).

NH3(g) + H2O (aq) → NH4+ (aq) + OH- (aq)


55
Syukri S, Op. Cit., hlm. 379
56
Michael Purba, Op. Cit., hlm. 167-168
57
Syukri S, Op. Cit., hlm. 379-380
27

CO2(g) + H2O (aq) → 2H+ (aq) + CO3= (aq)

c. Elektrolit Senyawa Ion dan Senyawa Kovalen Polar

Teori Arrhenius dapat menjelaskan bagaimana larutan elektrolit

menghantar listrik, yaitu karena adanya ion-ion yang bergerak bebas

dalam larutan. Namun demikian, masih ada pertanyaan lain, yaitu

mengapa sebagian zat dapat menghasilkan ion, sedangkan yang lain

tidak?

Hal itu dapat di jelaskan dengan memperhatikan jenis ikatan

dalam senyawa elektrolit. Dalam kaitan ini, kita dapat membedakan

elektrolit ke dalam senyawa ion atau senyawa kovalen yang polar.

Elektrolit dapat berupa senyawa ion atau senyawa kovalen polar yang

dapat terhidrolisis.58

1) Senyawa Ion

Senyawa ion dibentuk oleh perpindahan elektron di antara

atom untuk membentuk partikel yang bermuatan listrik dan

mempunyai gaya tarik-menarik.59 Senyawa ion terdiri atas ion-

ion, misalnya NaCl dan NaOH. NaCl terdiri atas ion-ion Na+ dan

Cl-, sedangkan NaOH terdiri atas ion Na+ dan OH-. Dalam kristal

(padatan), ion-ion itu tidak dapat bergerak bebas, melainkan diam

pada tempatnya. Oleh karena itu, padatan senyawa ion tidak

menghantar listrik. Akan tetapi, jika senyawa ion dilelehkan atau

58
Michael Purba, Op. Cit., hlm. 168
59
James E. Brady, Op. Cit., hlm. 347
28

dilarutkan, maka ion-ionnya dapat bergerak bebas, sehingga

lelehan dan larutan senyawa ion dapat menghantar listrik.60

Gambar II.1 Larutan NaCl dalam air

Ketika senyawa ionik seperti natrium klorida larut dalam

air, jaringan tiga dimensi dari ion-ion dalam padatan akan rusak,

dan ion-ion Na+ dan Cl- terpisahkan satu sama lain. Dalam

larutan, setiap ion Na+ dikelilingi oleh sejumlah molekul air yang

mengarahkan ujung negatifnya ke arah kation. Hal yang serupa,

setiap ion Cl- dikelilingi oleh molekul air yang ujung positifnya

diarahkan pada anion (Gambar II.1).61

2) Senyawa Kovalen Polar

Ikatan kovalen terbentuk dari pemakaian bersama elektron

di antara atom-atom. Dengan perkataan lain, gaya tarik-menarik

inti atom pada elektron yang dipakai bersama di antara elektron

itu merupakan suatu ikatan kovalen.62 Molekul bersifat netral dan

tidak dapat menghantar listrik. Sebagian molekul bersifat polar,

misalnya molekul air, HCl dan CH3COOH, sedangkan sebagian

60
Michael Purba, Op. Cit., hlm. 168-169
61
Raymond Chang , Op. Cit., hlm.91
62
James E. Brady, Op. Cit., hlm. 347
29

lain bersifat nonpolar, misalnya CH4. Oleh karena bersifat polar,

maka air kita sebut sebagai pelarut polar.63

Berbagai zat dengan molekul polar, seperti HCl dan

CH3COOH, jika dilarutkan dalam air, dapat mengalami ionisasi

sehingga larutannya dapat menghantar listrik. Hal itu terjadi

karena antarmolekul polar tersebut terdapat suatu gaya tarik

menarik yang dapat memutuskan ikatan-ikatan tertentu dalam

molekul tersebut. Perhatikanlah kembali ionisasi HCl dan

CH3COOH berikut:

HCl (g) → H+ (aq) + Cl- (aq)

CH3COOH (l) → CH3COO- (aq) + H+(aq)

Meskipun demikian, tidak semua molekul polar dapat

mengalami ionisasi dalam air. Molekul nonpolar, sebagaimana

dapat diduga, tidak ada yang bersifat elektrolit.64

Tabel II.2 Perbedaan antara elektrolit senyawa ion dengan

senyawa kovalen polar.65

Daya Hantar
Jenis Elektrolit Padatan Lelehan Larutan
Senyawa ion nonkonduktor Konduktor Konduktor
Senyawa kovalen nonkonduktor Nonkonduktor Konduktor

63
Michael Purba, Op. Cit., hlm.169
64
Loc. Cit.
65
Loc. Cit.
30

d. Elektrolit Kuat dan Elektrolit Lemah

Zat elektrolit yang mempunyai derajat ionisasi besar (mendekati

1) disebut elektrolit kuat, sedangkan yang derajat ionisasinya kecil

(mendekati 0) disebut elektrolit lemah.66 Ciri elektrolit kuat adalah

apabila zat terlarut dianggap telah 100 persen terdisosiasi menjadi ion-

ionnya dalam larutan. (Disosiasi adalah penguraian senyawa menjadi

kation dan anion).67

Elektrolit kuat mempunyai daya hantar yang relatif baik,

meskipun konsentrasinya relatif kecil, sedangkan elektrolit lemah

mempunyai daya hantar yang relatif buruk, meskipun konsentrasinya

relatif besar. Pada konsentrasi sama elektrolit kuat mempunyai daya

hantar yang lebih baik daripada elektrolit lemah.68

Asam dan basa juga merupakan elektrolit. Beberapa asam,

termasuk asam klorida (HCl) dan asam nitrat (HNO3), merupakan

elektrolit kuat. Asam-asam ini mengalami ionisasi sempurna dalam

air; sebagai contoh, pada saat gas asam klorida larut dalam air, maka

akan terbentuklah ion-ion H+ dan Cl-.

HCl(g) H2O H+ (aq) + Cl- (aq)

Dengan kata lain, semua molekul HCl yang terlarut akan terpisah

menjadi ion-ion H+ dan Cl- yang terhidrasi dalam larutan. Oleh karena

itu ketika kita menuliskan HCl (aq), hal ini berarti bahwa larutan

tersebut hanya mengandung ion-ion H+ (aq) dan Cl- (aq) dan tidak ada
66
Ibid., hlm. 171
67
Raymond Chang, Op.Cit., hlm. 91
68
Michael Purba, Op. Cit., hlm. 171
31

molekul HCl yang terhidrasi. Di lain pihak, beberapa asam tertentu,

seperti asam asetat (CH3COOH), yang ditemukan dalam cuka,

mengalami ionisasi sebagian. Ionisasi asam asetat dapat dinyatakan

dengan:

CH3COOH (aq) ⥨ CH3COO- (aq) + H+ (aq)

Dimana CH3COO- disebut ion asetat. Panah rangkap ⥨ dalam

persamaan reaksi diatas berarti bahwa reaksi tersebut reversibel yaitu

reaksi dapat berlangsung dalam dua arah. Awalnya, sejumlah molekul

CH3COOH terurai menghasilkan ion-ion H+ dan CH3COO-. Seiring

berjalannya waktu beberapa ion H+ dan CH3COO- bergabung kembali

membentuk molekul CH3COOH. Oleh karena itu, asam asetat

merupakan elektrolit lemah sebab ionisasi yang dialaminya dalam air

tidak sempurna. Sebaliknya, dalam larutan asam klorida, ion-ion H+

dan Cl- tidak memiliki kecenderungan untuk bergabung kembali

membentuk molekul HCl. Oleh karena itu kita menggunakan tanda

panah tunggal untuk menunjukkan ionisasi sempurna.69

Tabel II.3 Penggolongan Zat Terlarut dalam Larutan Berair70

Elektrolit Elektrolit Lemah Nonelektrolit


Kuat
HCl CH3COOH (NH2)2CO (urea)
HNO3 HF CH3OH (metanol)
HClO4 HNO2 C2H5OH (etanol)
H2SO4 NH3 C6H12O6 (glukosa)
Ba(OH)2 C12H22O11 (sukrosa)

69
Raymond Chang, Op. Cit., hlm. 91-92
70
Ibid., hlm. 91
32

6. Hubungan antara Model Pembelajaran POE dengan Aktivitas

Belajar Kimia Siswa

Ada empat masalah pokok yang sangat penting yang dapat dan

harus dijadikan pedoman buat pelaksanaan kegaiatan belajar mengajar

agar berhasil sesaui dengan yang diharapkan:71

a. Spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku yang bagaimana

diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan.

b. Memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat

dan efektif untuk mencapai sasaran.

c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar

yang dianggap paling tepat dan efektif.

d. Menerapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru

mempunyai pegangan yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai

sampai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah dilakukannya.

Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara

guru dengan siswa dengan bahan sebagai perantaranya.72 Melakukan

kegaiatan yang sama secara terus menerus bisa menimbulkan kebosanan

dan dapat menurunkan semangat belajar.73

Menurut Soetomo dalam Abdul Majid, mengadakan variasi dalam

proses pembelajaran dapat diartikan sebagai perubahan cara atau gaya

penyampaian yang satu kepada cara atau gaya penyampaian yang lain,

71
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka
Cipta, 2010, hlm. 6-8
72
Ibid., hlm. 114
73
Abdul Majid, Op. Cit., hlm. 261
33

dengan tujuan menghilangkan kebosanan atau kejenuhan siswa saat

belajar, sehingga menjadi aktif berpartisipasi dalam belajarnya.74

Tujuan mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran menurut

Julaiha adalah:75

a. Menghilangkan kebosanan siswa dalam belajar

b. Meningkatkan motivasi belajar siswa

c. Mengembangkan keingintahuan siswa terhadap hal-hal baru

d. Melayani gaya belajar siswa yang beraneka ragam

e. Meningkatkan keaktifan atau keterlibatan siswa dalam proses

pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka guru bisa menerapkan

model pembelajaran Predict Observe Explain (POE). Model pembelajaran

POE merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan

siswa karena pada model pembelajaran ini siswa tidak hanya

mendengarkan tetapi juga mengamati peristiwa yang terjadi melalui

eksperimen, kemudian menjelaskan hasil dari pengamatan yang dilakukan

tersebut.

Penerapan model pembelajaran POE, pembelajaran dimulai dengan

penyajian masalah. Siswa diarahkan untuk memberi dugaan sementara

terhadap kemungkinan yang akan terjadi, dilanjutkan dengan observasi

atau pengamatan terhadap masalah, kemudian siswa membuktikan

dugaannya dengan melakukan percobaan untuk menemukan kebenaran

74
Ibid., hlm. 262
75
Ibid., hlm. 262-263
34

dari dugaan sementara dalam bentuk penjelasan mengapa hal itu bisa

terjadi. Dengan cara demikian konsep yang diperoleh siswa akan melekat

dalam ingatannya. Siswa akan memahami materi yang dipelajarinya

sehingga siswa akan merasakan proses belajarnya lebih bermakna dan

menyenangkan.76

Model pembelajaran POE bertolak dari teori konstruktivisme yang

menekankan individu yang diharuskan secara aktif membangun

pengetahuan dan keterampilannya.77 Konstruktivisme menyatakan bahwa

pengetahuan dikonstruksi sendiri oleh individu dan pengalaman

merupakan kunci utama dari belajar bermakna. Belajar bermakna tidak

akan terwujud hanya dengan mendengarkan ceramah atau dengan

membaca buku tentang pengalaman orang lain. Memahami sendiri

merupakan kunci utama kebermaknaan dalam pembelajaran.78

Menurut teori ini, satu hal yang paling penting dalam psikologi

pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan

pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan

di benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini dengan

memberikan kesempatan untuk menerapkan dan menemukan ide-ide

mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar

menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.79

76
Ni Kadek Juniari, Op. Cit.,
77
Santhiy, Op. Cit., hlm. 141
78
Ahmad Susanto, Op. Cit., hlm. 95
79
Ibid., hlm. 96
35

Tasker mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar

konstruktivisme sebagai berikut:80

a. Peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan secara

bermakna.

b. Pentingnya membuat kaitan antara gagasan dalam pengkonstruksian

secara bermakna.

c. Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.

Wheatley mendukung pendapat Tasker dengan mengajukan dua

prinsip utama dalam pembelajaran sesuai konstruktivisme. Pertama,

pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh

struktur kognitif siswa. Kedua, fungsi kognisi bersifat adaptif dan

membantu pengorganisasian skema melalui pengalaman nyata anak.81

Keadaan inilah yang memberikan peluang bahwa penerapan model

pembelajaran POE dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini membahas tentang pengaruh penerapan model pembelajaran

Predict Observe Explain (POE) terhadap aktivitas belajar kimia siswa pada

materi larutan Elektrolit dan Non-Elektrolit di Madrasah Aliyah Negeri Kuok,

setelah membaca dan mempelajari beberapa karya ilmiah sebelumnya,

penelitian yang relevan dengan ini diantaranya adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Desi Nur Anisa pada tahun 2013

menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh signifikan model Pembelajaran

80
Suyono dan Hariyanto, Op. Cit., hlm. 108
81
Ibid., hlm. 108
36

POE dengan metode eksperimen dan demonstrasi terhadap prestasi belajar

siswa pada materi pokok asam, basa dan garam siswa kelas VII SMP N 1

Jaten.82

Persamaan dengan penelitian ini yaitu pada variabel bebas (variabel X1)

menggunakan model pembelajaran POE dan perbedaannya pada varibel

terikat (variabel Y), penelitian yang dilakukan Desi Nur Anisa terhadap

prestasi belajar siswa sedangkan penelitian ini terhadap aktivitas belajar

siswa.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Dian Ma’rifatun pada tahun 2014

menyimpulkan bahwa metode eksperimen memberikan prestasi belajar

lebih tinggi dibandingkan dengan metode demonstrasi pada penerapan

model pembelajaran POE untuk pokok bahasan larutan penyangga.83

Persamaan dengan penelitian ini pada variabel terikat (variabel X) yaitu

model pembelajaran POE sedangkan perbedaannya penelitian yang

dilakukan Dian Ma’rifatun merupakan penelitian komparasi atau

perbandingan antara model pembelajaran menggunakan metode

eksperimen dan demonstrasi sedangkan penelitian ini hanya menggunakan

metode eksperimen. Selain itu, pada variabel bebas (variabel Y) juga

82
Desi Nur Anisa, Pengaruh Model Pembelajaran POE (Predict, Observe and
Explanation) dan Sikap Ilmiah Siswa terhadap Prestasi Belajar Siswa pada Materi Asam, Basa dan
Garam Kelas VII Semester 1 SMP N 1 Jaten Tahun Pelajaran 2012/2013, Jurnal Pendidikan
Kimia (JPK), Vol. 2 No. 2 Tahun 2013. Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2013.
83
Dian Ma’rifatun, Pengaruh Model Pembelajaran Predict Observe Explain (POE)
menggunakan Metode Eksperimen dan Demonstrasi terhadap Prestas Belajar Siswa pada Pokok
Bahasan Larutan Penyangga Kelas XI SMA Al-Islam 1 Surakarta, Jurnal Pendidikan Kimia
(JPK), Vol. 3 No. 3 Tahun 2014, Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2014.
37

terdapat perbedaan yaitu terhadap prestasi belajar sedangkan variabel

bebas pada penelitian ini terhadap aktivitas belajar.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Santhiy pada tahun 2015 menyimpulkan

bahwa penerapan model pembelajaran Predict Observe Explain (POE)

pada materi pokok larutan penyangga kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 2

Sukoharjo tahun pelajaran 2014/2015 dapat meningkatkan aktivitas dan

prestasi belajar siswa.84

Persamaan dengan penelitian ini pada variabel terikat (variabel X)

menggunakan model pembelajaran POE dan pada variabel bebas (varibel

Y1) untuk meningkatkan aktivitas belajar dan perbedaannya penelitian

yang dilakukan Santhiy menggunakan tiga variabel yaitu model

pembelajaran POE (variabel X), aktivitas belajar (variabel Y1) dan

prestasi belajar siswa (variabel Y2) sedangkan penelitian ini hanya

menggunakan dua variabel yatiu model pembelajaran POE (variabel X)

dan aktivitas belajar siswa (variabel Y).

C. Konsep Operasional

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam 2 variabel, yaitu:

a. Variabel bebas (variabel independen) merupakan variabel yang

mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat).

84
Santhiy, Penerapan Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain (POE) untuk
Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Siswa pada Materi Pokok Larutan Penyangga Kelas
XI MIPA 1 SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun Pelajaran 2014/2015, Jurnal Pendidikan Kimia
(JPK), Vol. 4 No. 4 Tahun 2015, Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2015.
38

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebasnya adalah model

pembelajaran Predict Observe Explain (POE).

b. Variabel terikat (variabel dependen) merupakan variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.85

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah aktivitas

belajar siswa, aktivitas belajar ini dapat dilihat dari hasil observasi yang

dilakukan oleh observer di setiap pertemuannya.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

desain kuasi eksperimen (Quasi Experimental Design). Desain ini

mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya

untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi

pelaksanaan eksperimen.86

Pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran Predict

Observe Explain (POE). Sedangkan kelas kontrol tidak diterapkan model

pembelajaran Predict Observe Explain (POE) atau menggunakan model

pembelajaran konvensional atau ceramah. Pada setiap pembelajaran

kedua kelas akan diamati aktivitas belajar siswa oleh observer.

2. Prosedur Penelitian

a. Tahap Persiapan

1) Memilih pokok bahasan untuk penerapan model pembelajaran

Predict Observe Explain yaitu larutan elektrolit dan non-elektrolit.

85
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &D,
Bandung: Alfabeta, 2008, hlm. 61
86
Ibid., hlm. 114
39

2) Mempersiapkan perangkat pembelajaran berupa silabus, Program

Semester, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja

Siswa (LKS) serta Penuntun Praktikum Siswa

3) Mempersiapkan instrumen pengumpulan data yaitu lembar observasi

aktivitas belajar siswa.

4) Menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan yang

direkomendasikan guru mata pelajaran kimia.

b. Tahap Pelaksanaan

1) Membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 5

sampai 6 orang yang heterogen.

2) Memberitahukan pada kedua kelas yaitu kelas eksperimen maupun

kelas kontrol bahwa setiap pertemuan akan diadakan praktikum

secara berkelompok di laboratorium dan memberikan informasi

kepada kedua kelas sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol

mengenai tugas yang akan diberikan pada setiap kegiatan

pembelajaran.

3) Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk

praktikum.

4) Membawa tiga orang observer untuk mengamati aktivitas belajar

siswa selama proses pembelajaran berlangsung di setiap pertemuan

dengan memberikan skor aktivitas yang dilakukan oleh siswa pada

lembar observasi aktivitas belajar siswa.


40

5) Pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran Predict

Observe Explain (POE), sedangkan pada kelas kontrol menggunakan

metode ceramah dan tanya jawab dengan materi yang sama yaitu

pokok bahasan larutan elektrolit dan non-elektrolit. Adapun langkah-

langkah pelaksanaannya adalah sebagai berikut:

a) Kelas Eksperimen

(1) Melaksanakan proses belajar mengajar yang diawali dengan

doa.

(2) Siswa duduk sesuai dengan kelompok yang sudah ditentukan.

(3) Membagikan petunjuk praktikum dan Lembar Kerja Siswa

(LKS). LKS digunakan untuk siswa memprediksikan secara

berkelompok tentang materi yang akan di praktikumkan.

Prediksi yang dibuat siswa harus disertai dengan alasan

(Predict).

(4) Mengumpulkan LKS untuk mengetahui sejauh mana

pemahaman konsep siswa tentang materi yang akan

dipelajari.

(5) Menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan cara

kerja yang ada pada petunjuk praktikum dan apa-apa saja

yang harus dilakukan siswa.

(6) Siswa mulai melakukan praktikum.

(7) Siswa mengamati apa yang terjadi guna menggali informasi

tentang materi yang dipelajari dan mencatat hasil


41

pengamatan. Guru mengamati dan mengontrol cara kerja

siswa (Observe).

(8) Siswa melakukan diskusi mengenai hasil dari pengamatan

yang dilakukan dan mencocokkannya dengan prediksi yang

telah dibuat sebelumnya.

(9) Perwakilan kelompok menjelaskan hasil pengamatan yang

dilakukan dengan prediksi yang dibuat (Explain).

(10) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengemukakan pendapat, memberikan sanggahan maupun

bertanya hal-hal yang belum dipahami.

(11) Meluruskan kesalahpahaman konsep, baik dari hasil diskusi

yang sedang berlangsung dikelas maupun dari prediksi yang

dibuat siswa sebelumnya.

(12) Guru memberikan tugas yaitu membuat laporan praktikum

untuk di kumpulkan pada pertemuan berikutnya.

(13) Membimbing siswa untuk menyimpulkan inti sari materi

yang dipelajari.

b) Kelas Kontrol

(1) Melaksanakan proses belajar mengajar yang diawali dengan

doa.

(2) Siswa duduk sesuai dengan kelompok yang sudah ditentukan.


42

(3) Membagikan petunjuk praktikum dan menjelaskan cara kerja

yang ada pada petunjuk praktikum dan apa-apa saja yang

harus dilakukan siswa.

(4) Menyampaikan tujuan pembelajaran.

(5) Siswa mulai melakukan praktikum.

(6) Siswa mengamati apa yang terjadi guna menggali informasi

tentang materi yang dipelajari dan mencatat hasil

pengamatan. Guru mengamati dan mengontrol cara kerja

siswa.

(7) Guru menjelaskan materi pelajaran.

(8) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan

pendapat dan bertanya hal-hal yang belum dipahami.

(9) Guru memberikan tugas yaitu membuat laporan praktikum

untuk di kumpulkan pada pertemuan berikutnya.

(10) Membimbing siswa untuk menyimpulkan inti sari materi

yang dipelajari.

c. Tahap Akhir

1. Data akhir (lembar observasi aktivitas belajar siswa) yang

diperoleh bersamaan dengan pelaksanaan tindakan selama proses

pembelajaran berlangsung dari 3 kali pertemuan di kelas

eksperimen dan 3 kali pertemuan di kelas kontrol dianalisis dengan

menggunakan rumus statistik.

2. Pelaporan.
43

D. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini dirumuskan menjadi Ha (Hipotesis Alternatif)

dan H0 (Hipotesis Nol) yaitu sebagai berikut:

Ha: Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Predict Observe

Explain (POE) terhadap aktivitas belajar siswa pada materi larutan

elektrolit dan non-elektrolit di Madrasah Aliyah Negeri Kuok.

H0: Tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Predict Observe

Explain (POE) tehadap aktivitas belajar siswa pada materi larutan

elektrolit dan non-elektrolit di Madrasah Aliyah Negeri Kuok.

Anda mungkin juga menyukai