Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH ASUHAN KESEHATAN REPRODUKSI

“Konsep Fisiologi Menopause dan Ketidaknyamanan Umum Pada Masa


Perimenopause”

Dosen Pengajar:
Ernawati Anggraeni, SST.,M.M

Disusun oleh:
Kelompok 2

1. Alifia Novretta Afdani (19050004) 8. Rofiqa Agustiqa (19050039)


2. Anisah Triyas Kamilah (19050006) 9. Umi Syahira (19050042)
3. Dela Rosa Dianita P (19050011) 10. Siti Halimatuzzahro (19050040)
4. Gempita Gusti Bunga A (19050018) 11. Ina Jami’atul F (19050046)
5. Kunis Lili Windari (19050020) 12. Intan Riska Ariani (19050020)
6. Naila Adhani (19050030) 13. Afii Faturrohmah (19050003)
7. Rensa Nor Janah (19050038) 14. Natasyah Divani (19050031)

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI JEMBER
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Tantangan EBP di Rumah
Sakit ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen
Ernawati Anggraeni, SST.,M.M pada bidang studi Asuhan Kesehatan Reproduksi. Selain itu,
makalah ini disusun berdasarkan beberapa literatur yang kami ambil dan bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Konsep Fisiologi Menopause dan Ketidaknyamanan Umum Pada
Masa Perimenopause bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Ernawati Anggraeni, SST.,M.M selaku
Dosen Asuhan Kesehatan Reproduksi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami
nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, terutama mahasiswi Kebidanan.
           

Jember, 29 Oktober 2021


                       

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................i


Kata Pengantar ...................................................................................................ii
Daftar Isi ..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Fisiologi Menopause...................................................................3
2.2 Periode Menopause..................................................................................5
2.3 Ketidaknyamanan Umum pada Masa Perimenopause.............................7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...............................................................................................12
3.2 Saran .........................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) menunjukan pertambahan
jumlah wanita yang memasuki fase klimakterium yang diperkirakan meningkat hingga lebih
satu miliar di tahun 2030. Proporsi di Asia diperkirakan akan mengalami peningkatan dari
107 juta menjadi 373 juta di tahun 2025. Sedangkan menurut Badan Sensus Penduduk, di
Indonesia jumlah setiap tahunnya mencapai 5,3 juta orang dari jumlah total penduduk
perempuan Indonesia yang berjumlah 118.010.413 juta jiwa (Pusat data dan Informasi
Kesehatan RI, 2013).
Fase klimakterium menurut Varney dalam buku saku kebidanan mendefinisikan sebagai
proses penuaan wanita dari tahap reproduktif ke non reproduktif, melalui tahapan fase awal
pramenopause, menopause dan post menopause. Pendapat lainnya dari Dennerstein,
mengatakan bahwa awal periode fase klimakterium diawali dengan penurunan kadar estrogen
dan progesterone yang dapat memicu berbagai gejala fisik dan psikologis pada wanita.
Biasanya gejala yang muncul dapat mempengaruhi aktivitas harian hingga berpengaruh
terhadap kualitas hidup.
Menurut Glasier (2006) kondisi menopause pada seseorang dapat menimbulkan
perubahan psikologi sebagai gejala jangka panjang berupa depresi, post power syndrome,
emptiness syndrome, dan loneliness. Selain menimbulkan gejala psikologis juga
menimbulkan perubahan fisik seperti osteoporosis, penyakit jantung koroner, peningkatan
berat badan, peningkatan tekanan darah tinggi, peningkatan kadar kolesterol dalam darah
tinggi, perkapuran dinding pembuluh darah (aterosklerosis), sistitis dan uretritis atrofik,
kanker, serta mengalami dementia tipe alzheimer (Kasdu, 2004).
Berdasarkan beberapa hasi survey dan penelitian di Indonesia, 70% para wanita yang
berusia 45 sampai dengan 54 tahun cenderung mengalami berbagai gejala seperti hot flushes,
jantung berdebar debar, gangguan tidur, depresi, mudah tersinggung, merasa takut, gelisah
dan lekas marah, sakit kepala, cepat lelah, sulit berkonsentrasi, mudah lupa, kurang tenaga,
berkunang kunang, kesemutan, gangguan libido, obstipasi, berat badan bertambah, dan nyeri

1
tulang dan otot. Penting dilakukan penatalaksaan dalam upaya pengananan berbagai gejala
yang muncul dalam meminimalisir munculnya resiko masalah akibat mengalami menopause,
melalui penanganan farmakologi maupun non farmakologi. Salah satu alternatif sebagai
upaya pencehagan terhadap timbulnya ketidaknyamanan pada fase menopause adalah
melalui penanganan non farmakologi, meliputi pengaturan nutrisi, pengaturan aktivitas fisik,
pengaturan aktifitas seksual, istirahat, relaksasi dan manajemen stress serta emosi.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana konsep fisiologis menopause?
1.2.2 Apa saja periode dalam masa menopause
1.2.3 Apa saja ketidaknyamanan umum yang terjadi pada masa perimenopause?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1 Mengetahui konsep fisiologis masa menopause.
2.3.1 Mengetahui periode dalam masa menopause.
3.3.1 Memahami ketidaknyamanan yang terjadi pada masa perimenopause.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Konsep Fisiologi Menopause


Menopause adalah suatu masa berhentinya siklus menstruasi yang akan dialami
oleh semua wanita dan tidak dapat dihindari. Beberapa gejala menopause akan dialami
oleh perempuan dari gejala ringan sampai hal yang dapat mengganggu hidup. Setelah
masa menopause berlangsung juga akan memberikan akibat lanjut menopause dengan
berbagai keluhan penyakit dari ringan sampai berat. Faktor pemicu menopause dapat
dibedakan menjadi alami (karena perubahan hormon ) dan buatan (misal paska tindakan
bedah / surgical menopause misal histerekomi/ pengangkatan rahim karena kanker, pola
hidup tidak sehat) (Andra, 2007).
Perubahan kondisi lingkungan berpengaruh pada pola kehidupan masyarakat,
Dari pola hidup tradisional ke pola kehidupan modern. Pola kehidupan modern yang
menuntut serba cepat, didukung meningkatkan teknologi yang meghasilkan barang-
barang dan alat-alat serba otomatis, mengakibatkan perubahan kebiasaan hidup menjadi
kurang gerak dan santai. Akibat perubahan pola kebiasaan hidup yang santai, kurang
gerak dan olah ragadan pola makan yang menjurus pada sajian siap santap dengan
kandungan lemak, protein dan garam namun rendah serat, membawa konsekuensi
terhadap berkembangannya penyakit degeneratif seperti obesitas, diabetes militus,
kanker, osteoporosis, penyakit jantung koroner (PJK), dan hipertensi (Astawan, 2003).
Kata “Menopause” berasal dari bahasa Yunani, yaitu men yang berati ‘bulan’ dan
peusis artinya ‘penghentian sementara’ yang digunakan untuk menggambarkan
berhentinya haid. Sebenarnya secara linguistik yang lebih tepat adalah ‘Menocease’ yang
berarti berhentinya masa menstruasi Menopause diartikan sebagai suatu masa ketika
secara fisiologis siklus menstruasi berhenti, hal ini berkaitan dengan tingkat lanjut usia
perempuan (Smart, 2010, p.17).
Penyebab menopause adalah “matinya” (burning out) ovarium. Sepanjang
kehidupan seksual seorang wanita kira kira 400 folikel primodial tubuh menjadi folikel
vesikuler dan berevulasi. Sementara beratus ratus dan ribuan ovum berdegenerasi. Pada
usia sekitar 45 tahun, hanya tinggal beberapa folikel primodial tetap tertinggal untuk

3
dirangsang oleh FSH dan LH, dan pembentukan estrogen oleh ovarium berkurang bila
jumlah folikel primodial mendekati nol. Bila pembentukan estrogen turun sampai tingkat
kritis, estrogen tidak dapat lagi menghambat pembentukan FSH dan LH yang cukup
untuk menyebabkan siklus ovulasi.(Zaitun et al. 2020)
Wanita dalam kehidupannya memiliki hormon estrogen yang berpengaruh pada
perkembangan seksual tubuh wanita atau yang memberikan ciri khas pada wanita
(Retnowati, 2005). Penurunan bahkan berhentinya estrogen akan mengakibatkan dinding
liang rahim menjadi kering dan kaku, payudara menjadi lembek, kulit berkeriput, rambut
menjadi kering dan berkeriput, timbul kantung di bawah mata serta perasaan
kewanitaannya yang berubah. Penurunan ini terjadi saat wanita mengalami menopause.
Ada sebagian wanita yang mengeluh setelah menopause gairah seksual menurun. Salah
satu fungsi dari hormon estrogen adalah bertanggung jawab atas sebagian besar
karakteristik wanita, sehingga menurunnya hormone estrogen mengakibatkan hilangnya
jaringan di vagina yang berarti terjadi pengerutan. Keadaan ini menyebabkan saat
bersenggama terjadi rasa sakit. Bukan berarti wanita yang mengalami menopause harus
menghindari hubungan seksual. Elastisitas jaringan genital dapat dikembalikan yaitu
dengan memberikan hormon pengganti estrogen. Di samping itu, penurunan drastis kadar
hormone estrogen dan progesteron akan diikuti berbagai perubahan fisik seperti kulit
mengendur, inkontinensia (gangguan kontrol berkemih) pada waktu beraktivitas, jantung
berdebar-debar, hot flushes (peningkatan suhu tubuh secara tiba-tiba), sakit kepala,
mudah lupa, sulit tidur, rasa semutan pada tangan dan kaki, nyeri pada tulang dan otot.
Jangka panjang tinggi dan rendahnya kadar hormon estrogen setelah menopause
menimbulkan ancaman yaitu berupa osteoporosis (pengeroposan tulang) yang membuat
mudah patah tulang serta peningkatan resiko terjadinya gangguan
kardiovaskuler(Taviyanda and Erawati n.d.). Semua gejala tersebut dapat menimbulkan
kecemasan pada semua wanita yang akan menghadapi menopause karena wanita usia 45-
55 tahun tersebut sudah membayangkan bagaimana bila sudah tidak menstruasi lagi,
merasa tidak nyaman, khawatir dan gemetaran berlebihan saat menghadapi
menopause(Retnowati, 2005).
Tanda dan Gejala Menopause menurut Ali baziad, 2003, p.7, tanda-tanda dan
gejalanya adalah sebagai berikut:

4
a. Gejolak panas
b. Jantung berdebar-debar
c. Gangguan tidur
d. Depresi
e. Mudah tersinggung, merasa takut,gelisah dan mudah marah
f. Sering sakit kepala
g. Cepat lelah,sulit berkonsentrasi,mudah lupa,kurang tenaga
h. Kesemutan
i. Gangguan libido
j. Obstipasi
k. Berat badan bertambah
l. Nyeri tulang dan otot

Perubahan Tubuh atau dampak pada Saat Menopause. Perubahan –perubahan


yang terjadi akibat berhentinya haid,sebagai berikut :

 Uterus : Uterus mengecil selain disebabkan oleh menciutnya selaput lendir rahim
(Atrofi endometrium ) juga disebabkan hilangnya cairan dan perubahan bentuk
jaringan ikat antar sel.
 Tuba falopi : Lipatan-lipatan tuba menjadi lebih pendek, menipis, dan mengerut ,
endosalping menipis, mendatar serta rambut getar dalam tuba (silia) menghilang
 Ovarium (indung telur) : Semakin tua jumlah folikel primodial tersebut akan
makin berkurang sehingga siklus haid menjadi anovulasi
 Serviks : Servik akan mengerut sampai terselubung oleh dinding vagina, kripea
servikal menjadi atropik, kanalis servikalis memendek.

2.2 Periode Menopause


a. Pre menopause (klimakterium)
Merupakan masa perubahan antara pramenopause dan pasca menopause.
Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur. Pada kebanyakan wanita
siklus haidnya >38 hari dan sisanya <18 hari. Sebanyak 40% wanita mengalami
siklus haid yang anovulatorik.

5
Wanita yang mengalami masa menopause, baik menopause dini, pre-
menopause dan post menopause, umumnya mengalami gejala puncak
(klimakterium) dan mempunyai masa transisi atau masa peralihan. Fase ini
disebut dengan periode klimakterium (climacterium= tahun perubahan, pergantian
tahun yang berbahaya). Periode klimakterium ini disebut pula sebagai periode
kritis yang ditandai dengan rasa terbakar (hot flush), haid tidak teratur, jantung
berdebar dan nyeri saat berkemih. Hal ini disebabkan karena keluarnya hormon
dari ovarium (indung telur) berkurang, masa haid menjadi tidak teratur dan
kemudian hilang sama sekali. Perubahan-perubahan dalam system hormonal ini
mempengaruhi segenap konstitusi psikosomatis (rohani dan jasmani),sehingga
berlangsung proses kemunduran. Banyaknya perubahan dan kemunduran tersebut
menimbulkan krisis dalam kehidupan psikis
b. Menopase
Jumlah folikel yang mengalami atresia semakin meningkat. Hingga pada
suatu ketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup. Produksi estrogen berkurang
dan haid tidak terjadi lagi. Yang berakhir dengan terjadinya menopause. Setelah
memasuki usia menopause selalu ditemukan kadar FSH yang tinggi (>35
mIU/ml). Perubahan dan keluhan psikologi baik fisik makin menonjol. Terjadi
pada usia 56-60 tahun
 Pada Fisik terjadi : ketidakteraturan siklus haid, gejolak panas, kekeringan
vagina, perubahan kulit, keringat dimalam hari, sulit tidur, perubahan pada
mulut, kerapuhan tulang, penyakit mulai muncul.
 Pada psikologis terjadi : Ingatan menurun, kecemasan, mudah
tersinggung, stress, depresi. Terjadi pada usia 56-60 tahun. Tanda- tanda
terjadinya menopause antara lain Perdarahan, Rasa panas dan keringat
malam, gangguan berkemih, gejala emosional, perubahan fisik yang lain
( Baziad, 2008, p.116).
c. Pasca Menopause
Adalah setelah menopause sampai senium yang dimulai setelah 12 bulan
amenorea. Kadar FSH dan LH sangat tinggi (>35mIU) dan kadar estradiol sangat

6
rendah (<30pg/ml). Rendahnya kadar estradiol mengakibatkan endometrium
menjadi atropi sehingga haid tidak mungkin terjadi lagi (Baziad, 2008, p.117).
d. Senium
Seorang wanita dikatakan senium bila telah memasuki usia
pascamenopause lanjut sampai usia >65 tahun. (Ali baziad, 2008, p117).

2.3 Ketidaknyamanan Umum pada Masa Perimenopause


Mencatat berbagai masalah fisik dan psikis yang dikeluhkan oleh para wanita
pada masa perimenopause seperti :
 Hipertensi
 peningkatan berat badan
 myalgia atau badan terasa pegal pegal
 rematisme tidak spesifik
 sulit tidur
 lebih sensitive dan mudah marah
 gangguan pada kulit
 arthritis dan gangguan lain pada kulit
 ketidakpuasan atau mengalami kesulitan dalam mencapai orgasme dalam
aktivitas seksualnya.
Para wanita mengatakan minat dan gairah seksualitas menjadi berkurang sehingga
jarang melakukan aktivitas seksual. Sebagai upaya untuk mengurangi ketidaknyamanan
akibat perubahan yang terjadi, sebagian kecil para ibu hanya melakukan penanganan
yang disarankan oleh tenaga kesehatan dan berdasarkan informasi yang diperoleh dari
beberapa sumber, namun sebagian besarnya para ibu tidak melakukan aktivitas apapun.
Adapun aktivitas yang dilakukan oleh kelompok kecil para ibu tersebut berupa
melakukan senam, mengkonsumsi kacang kedelai, dan menggunakan cairan lubrikasi
pada saat melakukan hubungan seksual untuk mencegah nyeri saat berhubungan seksual.
Faktor – factor yang menunjang terjadinya ketidaknyamanan pad masa
perimenopause antara lain:
1) Pengaturan nutrisi yang kurang baik

7
Hasil penelitian pada variabel adaptasi gejala pada wanita
perimenopause menunjukan bahwa sebagian besar dari responden
menunjukan gambaran pengaturan nutrisi tidak baik. Adaptasi gejala
perimenopause didominasi pada kategori penanganan tidak baik, hal
tersebut menunjukan bahwa para wanita tidak mengatur asupan nutrisi
yang seimbang. Wanita tidak terlalu mengatur pola konsumsi hariannya.
Sumber protein berupa kacang kedelai dapat terpenuhi dari tempe
sebagaimakanan olahan dan kebutuhan akan vitamin D dapat terpenuhi
dengan mengkonsumsi ikan dan telur. Keseimbangan zat gizi
makronutrien dan makronutrien dapat mempengaruhi terhadap pengaturan
hormone estrogen.
2) Kurang berolahraga
Pada pengaturan aktivitas olahraga pun menunjukkan hasil tidak
baik. Fenomena masyarakat di Indonesia, masih menganggap aktifitas
olah raga bukan sebagai prioritas utama dalam aktifitas fisik hariannya.
Hal tersebut ditunjukan dengan antusias yang rendah dalam mengikuti
kegiatan senam yang rutin diadakan dibalai desa, mereka lebih memilih
berkegiatan didalam rumah karena dianggap pekerjaan rumah tangga
sebanding dengan aktivitas olah raga.
3) Melakukan pekerjaan yang terlalu berat
Para wanita mengatakan dengan melakukan pekerjaan rumah
tenaga mereka sudah habis, sehingga sering merasa mudah lelah.
Pernyataan para wanita tersebut bertentangan dengan dengan pendapat
ahli, karena berdasarkan teori Brashers (2008) bahwa melakukan latihan
aerobik secara rutin selama 45 menit merupakan akan menstimulasi
diproduksinya endofin. Endorfin ini akan memberi rasa segar, nyaman dan
gembira. Dengan demikian juga akan mengurangi stress dan kekacauan
yang ditimbulkan oleh perubahan-perubahan hormonal, selain olahraga
aktivitas fisik juga dapat dipertahankan melalui latihan fisik dengan
berkegiatan di rumah.

8
4) Pengaturan aktivitas seksual
Melihat aspek pengaturan aktivitas seksual pun menunjukan hasil
tidak baik. Mereka sudah jarang melakukan hubungan seksual dengan
pasangan, tidak pernah menggunakan pelumas atau gel saat akan
melakukan aktivitas seksual, serta jarang melakukan foreplay. Hal tersebut
dikarenakan merasa sudah tua sehingga tidak perlu dilakukan. Padahal
menurut Sites dalam bukunya yang direlease tahun 2012 mengatakan
bahwa terpenuhinya kebutuhan seksual pada masa perimenopause
merupakan faktor penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan secara
fisik dan psikis, Dikarenakan pada usia klimakterium bukan merupakan
pertanda berakhirnya kepuasan seksual sehingga dalam pengaturan
seksual, sebaiknya melakukan foreplay terlebih dahulu serta menggunakan
pelumas agar menghindari nyeri saat berhubungan. Selainitu penting
kiranya membasuh daerah kewanitaan dengan menggunakan air hangat
untuk menghindari resiko infesksi pada saluran reproduksi.
5) Tidak mengetahui bagaimana melakukan relaksasi, mengatasi stress dan
emosi
6) Sebagian besar wanita tidak mengetahui bagaimana melakukan relaksasi,
mengatasi stress dan emosi. Hal tersebut dapat memberikan dampak
negative bagi kualitas kehidupan para wanita perimenopause di masa yang
akan datang. Menurut Heinemann (2004) seorang wanita pramenopause
cenderung lebih mudah merasa tertekan (mudah sedih, mudah menangis,
tidak bergairah atau lesu dan mood yang berubah ubah), mudah marah
(merasa gugup, rasa marah dan agresif) dan rasa lelah (meliputi rasa
gelisah dan panik), ini merupakan gejala fisik jangka pendek dari
menopause. Dengan demikian penting kiranya para wanita tersebut
diajarkan terkait cara relaksasi dan manajemen stress. Berdasarkan teori
Umland (2008) dalam jurnal yang berjudul “Treatment Strategies for
Reducing the Burden of Menopause-Associated Vasomotor Symptoms”
bahwa melakukan relaksasi seperti menarik napas berguna untuk
membantu meredakan stress dan mengurangi rasa cemas. Selain itu dapat

9
memperbaiki sirkulasi darah, membantu detoksifikasi, menurunkan
tekanan darah.
7) Istirahat yang kurang
Dalam pengaturan istirahat menunjukan hasil tidak baik, mereka
mengatakan tidak pernah mengatur pola istirahat tidur hariannya seperti
mematikan lampu, menggunakan pakaian longgar saat tidur, minum susu
hangat serta membaca doa. Sehingga tidak jarang mereka mengalami
gangguan dalam pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur,seperti
terbangun tengah malam atau dini hari dan tidak dapat tertidur lagi.
Sebaiknya untuk mengatasi masalah gangguan sulit tidur sebaiknya
dilakukan pengaturan istirahat meliputi menetapkan jadwal tidur,
menetapkan jadwal bangun dan menciptakan lingkungan tempat tidur
yang nyaman. Hal ini sesuai dengan anjuran dari Australasian Menopause
Society (2013) dalam jurnal yang berjudul “Sleep Disturbance And The
Menopause” .
8) Kurang informasi dan pelayanan kesehatan
Aspek pengaturan pencarian informasi dan pelayanan kesehatan
pun menunjukkan hasil tidak baik, minim mendapatkan informasi seputar
masa perimenopause. Sedangkan Pemenuhan kebutuhan akan informasi
merupakan faktor yang penting sebagai salah satu faktor agar seseorang
mampu untuk berperilaku sehat.
Periode perimenopause yang diawalai saat sebelum menstruasi terakhir hingga
melampaui satu tahun setelah menstruasi berhenti secara permanen akibat penurunan
fungsi estrogen secara tajam, dan lazim terjadi pada wanita usia 50 dan 55 tahun pada
kebanyakan wanita, dengan usia rata-rata 51 tahun. Akibatnya terjadi perubahan
metabolisme tubuh yang ditandai dengan menurunnya pengeluaran hormon lainnya
hingga menurunnya fungsi tubuh dan menimbulkan gejala fisik dan psikis. Perubahan
tersebut muncul sebagai keluhan dan mencapai puncaknya pada saat sebelum dan
sesudah menopause. Seiring dengan pertambahan usia, biasanya gejala yang dialami akan
semakin jarang dirasakan. (Koeryaman and Ermiati 2018)

10
Berdasarkan hasil penelitian, bahwa sebagian besar wanita berpotensi untuk
mengalami dampak yang kurang baik sebagai akibat dari pengalamannya mengalami
menopause. Sangat penting untuk melakukan penatalaksanaan yang ideal bagi para
wanita pada fase perimenopause sebagai upaya mengurangi ketidaknyamanan dalam
jangka waktu yang panjang akibat perubahan fisik maupun psikologis yang dialami.
Selain itu penting kiranya untuk memberikan pemahaman terkait pemenuhan kebutuhan
seksual, sebagai upaya preventif dalam peningkatan life expectancy para wanita masa
perimenopause. Dimana hubungan seksual bukan merupakan satu-satunya cara
ungkapkan seksual yang dapat memberikan kepuasan semata yang diberikan oleh
pasangannya terhadap istrinya. Melainkan komunikasi yang baik antara suami dan istri
diperlukan sebagai salah satu upaya meningkatkan harmonisasi dan kualitas hubungan.
Karena komunikasi yang kurang terbina bahkan disampaikannya permasalahan terkait
penurunan fungsi seksual kepada pasangannya berpotensi menurunkan kualitas
pemenuhan kebutuhan seksual pasangannya.

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menapouse adalah masa dimana seorang wanita akan berhenti mengalami menstruasi,
yang dimana ovarium tidak lagi melepaskan ovum dikarenakan terjadinya penurunan hormon
estrogen. Menapouse sendiri merupakan suatu keadaan alamiah yang akan dialami oleh setiap
wanita diseluruh dunia. Ada 4 fase dalam periode manapouse yaitu pra-Menapouse, menapouse,
pasca-menapouse, senium. Banyak perubahan yang akan dialami oleh wanita saat sudah
memasuki masa menapouse baik fisik maupun psikis, hal itulah yang menjadi ciri bagi wanita
yang sudah menapouse.
3.2 Saran
Ketidak nyamanan yang dialami oleh wanita pada masa menapouse dapat diatasi dengan
tetap menjalankan pola hidup sehat. Maka dari itu sebelum wanita memasuki masa menapouse
akan lebih baiknya sudah mempersiapkan diri dengan mempelajari tentang masa menapouse
sejak dini, agar nantinya tidak terlalu terbebani bila ada perubahan yang terjadi saat masa
menapouse tiba. Sebagaimana kami sebagai penyusun makalah ini mengharapkan kepada
pembaca untuk memberikan kritik dan saran terhadap hasil kerja kelompok kami yang berjudul
“Konsep Fisiologi Menopause dan Ketidaknyamanan Umum Pada Masa Perimenopause”.
Akhirnya kami berharap agar makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kami serta bagi
para pembaca pada umumnya. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih.

12
DAFTAR PUSTAKA

Koeryaman, Mira Trisyani, and Ermiati Ermiati. 2018. “Adaptasi Gejala Perimenopause Dan
Pemenuhan Kebutuhan Seksual Wanita Usia 50-60 Tahun.” Medisains 16(1): 21.

Taviyanda, Dian, and Erawati. “Gambaran Tingkat Pendidikan Dan Tingkat Kecemasan Pada
Wanita Usia 45-55 Tahun Menghadapi Perubahan Fisiologis.” : 9–15.

Zaitun et al. 2020. “Penerapan Dalam Menghadapi Menopause Pada Ibu Usia 40-45 Tahun Di
Kemukiman Unoe Kecamatan Glumpang Baro Kabupaten Pidie.” Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat (Kesehatan) 2(1): 61–68.

13

Anda mungkin juga menyukai