Anda di halaman 1dari 11

Dosen Pengampu : A.Nurhabibi Marwil, S.P.d., M.P.d.

“FONOLOGI BAHASA INDONESIA”

Nama : Fajar Alam

Nim : 320021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BONE

TAHUN AKADEMIK 2021/2022


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan mengucap puji dan syukur kepada Allah Swt. yang Maha Esa karena berkat
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya memberikan penulis kemudahan sehingga dapat menyusun dan
menyelesaikan tugas mata kuliah Fonologi Bahasa Indonesia mengenai hasil pembuatan makalah yang
berjudul “Fonologi” yang telah penulis selesaikan pada hari Minggu, 27 Juni 2021. Tanpa pertolongan-
Nya mungkin penyusun tidak dapat menyelesaikannya dengan baik. Salawat dan salam semoga selalu
tercurahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad Saw.

Ibarat tiada gading yang tak retak dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis
hadapi. Namun, penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan dan bimbingan dosen pembimbing dan rekan – rekan mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Bone sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.

Watampone, 27 Juni 2021

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang dipakai manusia untuk tujuan komunikasi. Oleh karena
itu pengajaran Bahasa Indonesia pada hakekatnya mempunyai ruang lingkup dan tujuan yang
menumbuhkan kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan menggunakan bahasa yang
baik dan benar agar seseorang dapat berkomunikasi dengan baik dan benar.

Dalam kehidupan sehari-hari masih banyak masyarakat yang memakai bahasa Indonesia tetapi tuturan
atau ucapan daerahnya terbawa ke dalam tuturan bahasa Indonesia. Tidak sedikit seseorang yang
berbicara dalam bahasa Indonesia, tetapi dengan lafal atau intonasi Jawa, Batak, Bugis, Sunda dan lain-
lain. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar bangsa Indonesia memposisikan bahasa Indonesia
sebagai bahasa kedua. Sedangkan bahasa pertamanya adalah bahasa daerah masing-masing. Bahasa
Indonesia hanya digunakan dalam komunikasi tertentu, seperti dalam kegiatan-kegiatan resmi.

Selain itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di Sekolah Dasar, istilah yang dikenal dan
lazim digunakan guru adalah istilah “huruf” walaupun yang dimaksud adalah “fonem”. Mengingat
keduanya merupakan istilah yang berbeda, untuk efektifnya pembelajaran, tentu perlu diadakan
penyesuaian dalam segi penerapannya. Oleh karena itu, untuk mencapai suatu ukuran lafal atau fonem
baku dalam bahasa Indonesia, sudah seharusnya lafal-lafal atau intonasi khas daerah itu dikurangi jika
mungkin diusahakan dihilangkan.

Banyak kajian teori mengenai bahasa ini. Salah satunya kajian tentang fonologi. Sebagai calon pendidik
selayaknya memahami kajian tentang fonologi ini untuk dijadikan pedoman mengajarkan pelajaran
Bahasa Indonesia. Penulis merasa perlu untuk menyusun makalah ini agar dapat membantu penulis
pada khususnya dan pembaca pada umumnya untuk mengetahui tentang batasan dan kajian fonologi,
beberapa pengetian mengenai tata bunyi, kajian fonetik, kajian fonemik, gejala fonologi Bahasa
Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalahnya, yaitu:

1. Apakah yang dimaksud dengan fonologi?

2. Apa saja alat-alat artikulasi manusia?

3. Bagaimanakah ketidak lancaran berujar yang berkaitan dengan kajian fonetik?

4. Apa saja manfaat ilmu fonologi bagi bidang lain?

5. Apa saja jenis-jenis fonetik?

6. Bagaimanakah bunyi rangkap dan bunyi tunggal?


7. Apa itu semivokal?

8. Bagaimana hubungan konsonan dan penggolongannya?

C. Tujuan Penulisan

Adapun beberapa tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu:

1. Menjelaskan pengertian fonologi,

2. Menjelaskan alat-alat artikulasi manusia,

3. Menjelaskan bagaimana ketidaklancaran berujar yang berkaitan dengan kajian Fonetik,

4. Menjelaskan manfaat ilmu fonologi bagi bidang lain,

5. Menjelaskan jenis-jenis Fonetik,

6. Menjelaskan bunyi rangkap dan bunyi tunggal,

7. Menjelaskan apa itu semivokal,

8. Menjelaskan hubungan konsonan dengan penggolongannya.

BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Fonologi

Fonologi adalah cabang linguistik yang menganalisa bunyi-bunyi bahasa secara umum. Fonologi terbagi
dua yaitu fonetik dan fonemik. Fonetik menyelidik bunyi bahasa dri sudut tuturan atau ujaran suatu
bahasa tanpa melihat bunyi itu sebagai pembeda arti atau makna, sebab fonetik terfokus pada
bagaimana bunyi bahasa muncul dan bagaimana bunyi bahasa itu dihasilkan oleh alat ucap atau
artikulasi. Fonemik menyelidiki bunyi bahas sebagai pembeda arti melalui fonem yang mewakili bunyi
tersebut yang dihasilkan oleh artikulasi.

B.Alat-alat artikulasi manusia

1. Labium (bibir)

2. Dentum (gigi)

3. Alveolum

4. Palatum (langit-langit kera)

5. Velum (langit-langit lunak)

6. Uvula (anak tekak)

7. Faring

8. Glotis

9. Epiglot

10. Radiks (akar lidah)

11. Dorsum (pangkal lidah)

12. Medium(tengah lidah)

13. Lamina (daun lidah)

14. Apeks (ujung lidah)

15. Paru2

16. Pita suara (vocal cords)

17. Gigi atas dan gigi bawah (dental)

18. Mulut (mouth)

19. Bibir atas dan bawah (labia)

20. Ringga mulut (oral cavity)

21. Rongga hidung (nasal cavity).

C.Ketidak Lancaran Berujar Berkaitan Dengan Kajian Fonetik.


Dalam linguistik, ketidak lancaran berujar dalam kaitannya dgn bahasa lisan merujuk pada kegagalan
atau kekurang mampuan seseorang untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa lisan secara
lancar dan berkesan (Lahey,1988:20-21)

Masalah ini bisa jadi akibat kelemahan organ penuturnya, keadaan suaranya, kegagapan, kelumpuhan
saraf otak, afasia, disleksia, disatria, belahan langit-langit (sengau) dan rusak pendengaran atau tuli
sehingga bisu. Hal semacam ini perlu diketahui oleh peneliti bidang fonetik karena bunyi-bunyi bahas
merupakan bahan mentah penelitian dan ini ada kaitannya dgn alat ucap (artikulasi). Harus dipahami
bahwa dalam proses komunikasi ada dua tahapan yang terjadi yaitu tahapan linguistik dan tahapan
fisiologis. Pada tahapan linguitik, otak terhubung pada saraf motoris dan alat ucap sehingga
mengeluarkan bunyi bahasa. Suara yg keluar dari mulut kemudian didengar atau ditangkap oleh alat
dengar dan saraf sensorik untuk diteruskan ke otak untuk mengolah bunyi bahasa yang ditangkapnya,
sehingga terjadi komunikasi karena adanya kesamaan pemahaman atas bunyi yang didengarnya.

Bunyi-bunyi bahasa yg kita dengar, dalam fonologi dapat diklasifikasikan menjadi; Bunyi Vokal, Bunyi
Konsonan, dan Bunyi semi vokal.

a) Bunyi vokal BI terdiri atas: /a,i,u,o,e,e'/ dan semua bunyi ini adalah bersuara. Hambatan yg
terjadi saat bunyi2 ini dilafalkan hanya terjadi pd pita suara. Dalam masyarakat, fonem
(a,i,u,o,e,e') yg dihasilkan dari bunyi bahasa biasa disebut huruf hidup.
b) Bunyi disebut konsonan,bila arus udara yang keluar dari paru-paru melalui rongga hidung atau
rongga mulut mengalami proses hambatan dan disertai bergetar atau tidaknya pita suara. Jika
pita suara bergetar, maka yg terbentuk adalah konsonan bersuara. Sebaliknya, jika pita suara
tidak bergetar maka yang terbentuk adalah konsonan tdk bersuara.
c) Bunyi semi vokal adalah bunyi yg secara praktis termasuk konsonan, tetapi saat diartikulasikan/
diucapkan belum membentuk konsonan murni, misalnya bunyi /w/ dan bunyi/y/ pada kata
(waktu) dan (yaitu). Kata (waktu) saat diucapkan seperti bunyi vokal /u/ dan kata (yaitu) saat
diucapkan seperti bunyi vpkal /i/, sebab itulah sehingga /w/ dan /i/ disebut dengan bunyi semi
vokal.

D. Manfaat Ilmu Fonologi Bagi Bidang Lain

1.Manfaat Hasil Penelitian Fonologi Bagi Bidang Ilmu Morfologi

Bidang morfologi yang kosentrasinya pada tataran struktur internal kata sering memanfaatkan
hasil studi fonologi, misalnya ketika menjelaskan morfem dasar {butuh} diucapkan secara
bervariasi antara [butUh] dan [bUtUh] serta diucapkan [butuhkan] setelah mendapat proses
morfologis dengan penambahan morfem sufiks {-kan}.

2. Manfaat Hasil Penelitian Fonologi Bagi Bidang Ilmu Sintaksis

Bidang sintaksis yang berkosentrasi pada tataran kalimat, ketika berhadapan dengan kalimat
kamu berdiri. (kalimat berita), kamu berdiri? (kalimat tanya), dan kamu berdiri! (kalimat
perintah) ketiga kalimat tersebut masing-masing terdiri dari dua kata yang sama tetapi
mempunyai maksud yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat dijelaskan dengan memanfaatkan
hasil analisis fonologis, yaitu tentang intonasi, jedah dan tekanan pada kalimat yang ternyata
dapat membedakan maksud kalimat, terutama dalam bahasa Indonesia.

3. Manfaat Hasil Penelitian Fonologi Bagi Bidang Ilmu Leksikologi

Bidang leksikologi atau juga leksokografi, yang berkonsentrasi pada persoalan perbendaharaan
kata suatu bahasa, baik dalam rangka penyusunan kamus maupun tidak, sering memanfaatkan
hasil kajian fonologi. Cara-cara pengucapan yang khas suatu kata dan variasi pengucapan hanya
bisa dideskripsikan secara cermat lewat transkripsi fonetis.

4.Manfaat Hasil Penelitian Fonologi Bagi Bidang Ilmu Dialektologi

Bidang dialektologi, yang bermaksud memetakan “wilayah” pemakaian dialek atau variasi
bahasa tertentu yang sering dimanfaatkan untuk kajian fonologi, terutama variasi-variasi ucapan
bahasa, baik secara geografis. Variasi-variasi ucapan hanya bisa dijelaskan dengan tepat kalu
memanfaatkan hasil analisis fonologi.

E. Jenis-jenis Fonetik

1. Fonetik artikulatoris atau fonetik organis atau fonetik fisiologi mempelajari bagaimana
mekanisme alat-alat bicara manusia bekerja dalam menghasilkan bunyi bahasa serta
bagaimana bunyi-bunyi itu di klasifikasikan.
2. Fonetik akustik mempelajari bunyi bahasa sebagai peristiwa fisis atau fenomena alam
(bunyi-bunyi itu diselidiki frekuensi getaran nya, amplitudo nya dan intensitasitasnya alam.
3. Fonetik audiotoris mempelajari bagaimana mekanisme penerimaan bunyi bahasa itu oleh
telinga kita.

Bunyi Nasal (Sengau) dan Oral,Perbedaan bunyi nasal dan oral didasarkan pada keluarnya arus udara.
Bila arus udara yang keluar dihambat dengan cara menurunkan langit-langut lunak beserta ujung anak
tekak, sehingga arus udara yang keluar itu melalui rongga hidung, maka bunyi yang dihasilkan disebut
bunyi nasal atau sengau. Dalam bahasa Indonesia yang termasuk bunyi sengau yaitu / m,n, ny,ng/.

Jika arus udara yang keluar melalui mulut dengan cara menghambat arus udara yang keluar dengan cara
langit-langit lunak dan anak tekak dinaikkan sehingga menutup arus udara yang akan melalui hidung,
bunyi yang dihasilkan disebut bunyi oral. Dalam bahasa Indonesia contohnya yaitu bunyi/p,b,k,g,t,d/.

Atas dasar dua bunyi itu sehingga dalam bahasa Indonesia, kita juga mengenal adanya konsonan Nasal
dan konsonan oral.

F. Bunyi Rangkap Dan Bunyi Tunggal

Bunyi rangkap atau bunyi padu atau bunyi ganda merupakan bunyi yang terdiri dari dua bunyi pada satu
suku kata. Bunyi rangkap vokal biasa disebut dengan diftong, sedangkan bunyi tunggal konsonan disebut
monoftong. Contoh diftong dalam bahasa Indonesia yaitu /oi, al, aU/ misalnya pada kata sebagai berikut
: damai, harimau, amboi, dan lain-lain.

Berikut Struktur Suku Kata yang ada dalam Bahasa Indonesia :

1. V ( a+ku)

2. KKV (pro+tes)

3. KVKK (Seks)

4. KV

5. KKVK(prak+tis)

6. KKKV (stra+te+gi)

7. VK (em+ber)

8. KKVKK(kom+pleks)

9. KKKVK

10. KVK

11. VKK

Selain bunyi diftong, ada juga bunyi klaster atau biasa disebut bunyi rangkap konsonan atau gugus
konsonan. Contoh dalam bahasa Indonesia yaitu bunyi /pr, kr, tr, bl, kl/ misalnya pada kata" pramuka,
kriteria, transkripsi" dan lain sebagainya.

G.Semivokal

Bila anda mengucapkan sebuah suku kata, maka akan terasa dan terdengar adanya sebuah bunyi yang
paling keras, dan paling jelas yang biasa disebut dgn puncak bunyi atau disebut dengan puncak suku
kata. Jika bunyi vokal tidak lagi menjadi yang paling puncak, maka vokal tersebut akan berubah menjadi
bunyi semivokal. Kualitas bunyi semivokal tidak hanya ditentukan oleh tempat artikulasinya, tetapi juga
ditentukan oleh sikap atau posisi mulut sewaktu mengucapkan bunyi tersebut.

Berikut Klasifikasi dari bunyi semivokal

1. Vokal u adalah vokal tinggi, belakang, bundar. Jika vokal u diucapkan dengan posisi bibir yang
sempit, akan terbentuk bunyi /w/. Bunyi /w/ yang terbentuk itulah yang kemudian disebut
2. Dengan bunyi semivokal. Contoh yang dapat dirasa terdapat pada kata"kuat","buat". Pada
kedua kata ini yaitu diantara vokal u dan vokal a seperti ada bunyi w saat kedua kata itu
diucapkan. Bunyi w yanfg terbentuk diantara vokal u dan vokal a, itulah yang disebut dengan
bunyi semivokal.
3. Selain bunyi semivokal w, dalam bahasa Indonesia terdapat juga bunyi semivokal y, yang
terbentuk diantara vokal i dan vokal a, misalnya pada kata" dia, manusia. Pada saat kedua kata
ini diucapkan, terasa bahwa diantara vokal i dan vokal a terdapat bunyi y. Bunyi y yang
dihasilkan itulah yang disebut dengan bunyi semivokal.

Jadi, dalam bahasa Indonesia kita mengenal bunyi semivokal "w" dan "y" dan bisa jadi masih ada bunyi
semivokal lainya.

H.Batasan Konsonan Dan Penggolongannya.

Menurut Lubis(1994:91) bahwa bunyi konsonan itu adalah bunyi bahasa yang dihasilkan dengan cara
menghambat aliran udara pada salah satu tempat artikulasi kita. Lain dengan Martin(1980: 57) yang
menyatakan bahwa bunyi konsonan itu kurang dapat didengar atau ditangkap tanpa ada dukungan
vokal pendahu atau sesudahnya. Namun hakekatnya bunyi konsonan itu dapat dihasilkan dengan
adanya penghambatan pada daerah artikulasi.

Dilihat dari cara pengucapannya bunyi konsonan itu dapat dibagi atas konsonan tertutup, yaitu yang
mendapat hambatan secara menyeluruh dan konsonan terbuka, yang penghambatannya hanya
sebagian saja.

Konsonan terbuka dapat dibagi atas konsonan Geser atau Spiran, konsonan Nasal, dan konsonan Likwida
(terdiri atas konsonan Likwida terdiri atas konsonan Lateral dan Getar).

Sesuai dengan artikulasinya, konsonan dlm Bahasa Indonesia dapat dikategorikan berdasarkan; keadaan
pita suara, daerah artikulasi, dan cara artikulasi.

1. Berdasarkan daerah artikulasi, konsonan dapat bersifat Bilabial, Labodental, Palatal, Velar atau Glotal.

2. Berdasarkan keadaan pita suara, konsonan itu ada yang bersuara dan tidak bersuara.

3. Berdasarkan cara artikulasi atau pengucapannya, konsonan terdiri atas konsonan hambatan, frikatif,
nasal, getar atau lateral dan semivokal.

1. Berdasarkan cara artikulasi, konsonan terbagi ke dalam tujuh kelompok:

- Konsonan hambat: p [p], b [b], t [t], k [k], d [d], j [ʤ], g [g].

- Konsonan frikatif: f [f], v[v], s [s], sy [ʃ], h [h]

- Konsonan afrikatif: z [z], c [c]

- Konsonan sengau: m [m], n [n], ny [ɳ], ng [ŋ]

- Konsonan getar: r [r]

- Konsonan lateral: l [l]

- Konsonan semivokal: w [w], y [j]


2. Berdasarkan letak artikulasi, konsonan terbagi ke dalam enam kelompok:

- Konsonan bilabial: p [p], b [b], m [m], w [w]

- Konsonan labiodental: f [f], v [v]

- Konsonan alveolar: t [t], d [d], s [s], z [z], n [n], r [r], l [l]

- Konsonan palatal: j [ʤ], sy [ʃ], c [c], ny [ɳ], y [j]

- Konsonan velar: k [k], g [g], ng [ŋ]

- Konsonan faringal: h [h]

3. Pengontrasan bunyi konsonan dalam bahasa Indonesia terletak pada kelompok

konsonan berdasarkan posisi pita suara. Yakni konsonan bersuara dan tidak bersuara.

Ada 11 konsonan bersuara, yakni: b [b], d [d], j [ʤ], g [g], v [v], m [m], n [n], ny [ɳ],

ng [ŋ], r [r], l [l]. Dan 11 konsonan tak bersuara adalah: p [p], t [t], k [k], f [f], s [s], sy

[ʃ], h [h], z [z], c [c], w [w], y [j].

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fonologi adalah cabang ilmu bahasa (linguistik) yang mengkaji bunyi-bunyi bahasa, proses terbentuknya
dan perubahannya. Fonologi mengkaji bunyi bahasa secara umum dan fungsional.

Istilah fonem dapat didefinisikan sebagai satuan bahasa terkecil yang bersifat fungsional, artinya satuan
fonem memiliki fungsi untuk membedakan makna. Varian fonem berdasarkan posisi dalam kata, misal
fonem pertama pada kata makan dan makna secara fonetis berbeda. Variasi suatu fonem yang tidak
membedakan arti dinamakan alofon.

Kajian fonetik terbagi atas klasifikasi bunyi yang kebanyakan bunyi bahasa Indonesia merupakan bunyi
egresif. Dan yang kedua pembentukan vokal, konsonan, diftong, dan kluster.

Dalam hal kajian fonetik, perlu adanya fonemisasi yang ditujukan untuk menemukan bunyi-bunyi yang
berfungsi dalam rangka pembedaan makna tersebut. Dengan demikian fonemisasi itu bertujuan untuk

1.) Menentukan struktur fonemis sebuah bahasa, dan


2.) Membuat ortografi yang praktis atau ejaan sebuah bahasa.

Gejala fonologi Bahasa Indonesia termasuk di dalamnya yaitu penambahan fonem, penghilangan fonem,
perubahan fonem, kontraksi, analogi, fonem suprasegmental. Pada tataran kata, tekanan, jangka, dan
nada dalam bahasa Indonesia tidak membedakan makna. Namun, pelafalan kata yang menyimpang
dalam hal tekanan, dan nada kan terasa janggal.

B. Saran

Adapun saran yang dapat penulis sampaikan yaitu kita sebagai calon pendidik, harus selalu menggali
potensi yang ada pada diri kita. Cara menggambarkan potensi dapat dilakukan salah satunya dengan
cara mempelajari makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta

Widodo. 2004. Fonologi Bahasa Jawa. Semarang

Alwi, Hasan (Peny.) 1993. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Kridalaksana, Harimurti, 1982. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.

Lass, Roger. 1988. Fonologi (Terj.) Warsono. Cambridge: Cambridge University Press.

Marsono, 1986. Fonetik. Yogyakarta: UGM Press.

Parera, Jos Daniel. 1983. Fonetik dan Fonemik. Ende, Flores: Nusa Indah.

Samsuri, 1978. Analisa Bahasa. Jakarta: Erlangga.

Yakop Colin and John Clark, 1991. Introduction to Phonetics and Phonemics. Cambridge: Basil Black
Well, Ltd.

Anda mungkin juga menyukai