183-Article Text-196-1-10-20171116
183-Article Text-196-1-10-20171116
RAHMAWATI
RUKIAH
HJ. RUSDAYA BASRI
Abstract
Contextualization fiqh women are more dominant on fiqh issues including family muamalah. Therefore, knowledge
and experience possessed religious different then the understanding is quite varied and patterned into a semi -
contextual, contextual and contextual moderate liberal. When viewed from a gender committee analysis of the
understanding of women in the teaching of fiqh in the town of Parepare yet or no impact on the birth manipestasi
gender inequality. Eventhoughthere is a difference between the law of men and women in the areas of worship
mahdah and can not be understood contextually but it does not potentially give injustice.Implementation of the
study fiqh women basically do not lead to the birth of a gender gap. However manipestasi gender inequality is
mainly a culture or tradition of women who have been accustomed charged domestic roles. As a result , the role of
dual or double burden always looked at relationships between men and women in the family. Such as the role of
domestic and child education played a more dominant women/mothers.
Keyword: Gender and women fiqh.
Abstrak
Kontekstualisasi wanita fiqh yang lebih dominan pada isu-isu fiqh muamalah termasuk keluarga. Oleh karena
itu, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki agama yang berbeda maka pemahaman yang cukup bervariasi
dan bermotif ke semi - kontekstual, kontekstual dan kontekstual liberal moderat. Bila dilihat dari analisis komite
gender dari pemahaman perempuan dalam ajaran fiqh di kota Parepare belum atau tidak berdampak pada
manipestasi kelahiran ketidaksetaraan gender. Meskipun perbedaan antara hukum pria dan wanita di bidang
ibadah Mahdah dan tidak dapat dipahami secara kontekstual tetapi tidak berpotensi memberikan injustice.
Implementation studi perempuan fiqh pada dasarnya tidak menyebabkan kelahiran kesenjangan gender. Namun
manifestasi ketidaksetaraan gender terutama budaya atau tradisi dari perempuan yang telah terbiasa dibebankan
peran domestik. Akibatnya, peran beban ganda atau double selalu memandang hubungan antara pria dan
wanita dalam keluarga. Seperti peran pendidikan dalam negeri dan anak memainkan wanita lebih dominan ibu.
Kata Kunci: Gender dan fiqh wanita.
[ 61 ]
Kuriositas, Edisi VI, Vol. 2, Desember 2013
sementara masyarakat. Bahkan pandangan bias gender. Di antara contoh hadis yang
masyarakat terhadap perempuan sebagai dimaksud adalah :
makhluk yang memiliki derajat di bawah laki-
ٌ َ َ ُْ ْ َ ََّ َ ُ َ ه
laki seringkali didasarkan pada ajaran agama. قال َرسول اللِ صىل اهلل عليه وسلم لن يفلِح ق ْوم
Tafsiran keagamaan yang bias gender disebabkan ً َ َ ْ ُ ُ َ ْ َ ْ َّ َ
oleh faktor kedangkalan pengetahuan ولواأمرهم امرأة
keagamaan terutama pada pemahaman ajaran-
Artinya: Rasulullah bersabda: “tidak
ajaran agama yang bersumber dari hadis-hadis akan jaya suatu kaum apabila urusannya
yang dikategorikan oleh kelompok feminis diserahkan kepada perempuan”.
sebagai hadis “misoginis”.
Hadis diatas diriwayatkan oleh 4 penyusun
Selain itu, fiqh sebagai salah satu bentuk
kitab hadis, yaitu al-Bukhari, al-Turmidzi, an-
pemahaman keagamaan yang berkenaan
Nasa’i, dan Ahmad bin Hanbal.lihat Imam
dengan hukum dan menjadi bagian dari
Bukhari, Shahih Bukhari, Bab Kitab an-Nabi
tafsir agama dipahami sebagai aturan agama
Ila Kisra, Juz 14, h. 365. Dan Bab Kitab an-
yang baku. Atho Mudzar menilai bahwa pada
Nabi Saw, juz 4 h. 1610. Bab al-Fitnah an-
umumnya masyarakat memandang fikih
Nabi al-latiy tamuju al-Bahri, Juz 6, h. 2600,
identik dengan hukum Islam dan hukum
Bab Haddasana Usman bin Haitsam, Juz 23,
Islam identik dengan aturan Tuhan. Dengan
h. 300. Imam at-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi,
cara pandang itu, maka kitab-kitab fiqh
Bablan yuflihu wa lau amrahu, Juz 9, h. 9.
klasik dipandang sebagai kumpulan hukum
Imam an-Nasai, Sunan an-Nasai, Bab an-
Tuhan, dan karena hukum Tuhan adalah
Nahyu an Istikmal an-Nisa’ fi al-Hukmi Juz 8,
hukum yang paling benar dan tidak bisa
h.227. Juz 16, h. 341. Imam Ahmad bin Hanbal,
dirubah maka kitab-kitab fiqh bukan saja
Musnad Ahmad Bin Hanbal, Bab Hadis Abu
dipandang sebagai produk keagamaan, tapi
BakrahNafi’ bin al-Haris bin Kildah, Juz 5, h.
sebagai buku agama itu sendiri. Padahal
38, 47, dan 51. CD Maktabah Syamilah.
fiqh merupakan salah satu produk pemikiran
Kedua, pemahaman yang kurang
hukum Islam yang tidak pernah terlepas dari
proporsional dalam memahami fiqh
pengaruh sosial budaya yang mengitarinya.
perempuan akan berdampak pada lahirnya
Dan bahkan bentuk pemikiran hukum Islam
ketidakadilan gender. Pada dasarnya hadis-
apapun pada hakekatnya merupakan hasil
hadis tersebut tidak menjadi persoalan ketika
dari adanya interaksi antara si pemikir hukum
disampaikan dalam ceramah keagamaan/
Islam baik berupa individu maupun institusi
pengajian dan bahkan dapat dijadikan sebagai
formal dengan lingkungan sosial kultural
sumber apabila hadis tersebut dikategorikan
maupun sosial politik di mana pemikiran itu
sahih karena ditransmisikan oleh sanad
dihasilkan (Cipto Sembodo)
yang sahih. Permasalahannya adalah ketika
Oleh karena itu, mengkaji ulang fiqh
hadis yang menyinggung pola relasi laki-
perempuan penting dilakukan karena selain
laki dan perempuan dan disampaikan oleh
materi fiqh ini disinyalir memuat pemahaman
ustadz dengan pemahaman tekstual dan
yang bias jender juga sering dijadikan rujukan
tidak imbang tentu akan berimplikasi pada
dalam materi ceramah dalam pengajian
perilaku keagamaan yang bias jender dalam
keagamaan terutama pada majelis taklim.
masyarakat. Ketakutan ibu-ibu akan dosa,
Ada beberapa alasan persoalan ini penting
dan pemahaman tentang peran domestik
diteliti. Pertama, pemahaman terhadap ajaran
merupakan bagian dari kewajiban perempuan
Islam terutama hadis yang berkenaan dengan
dan doktrin agama menunjukkan bahwa ada
eksistensi perempuan dan pemaknaannya
keterpengaruhan pemahaman keagamaan
secara tekstual melahirkan pemahaman yang
[ 62 ]
Rahmawati, Rukiah, dan Hj. Rusdaya Basri – Studi Analisis Gender Terhadap Materi Fiqh Perempuan...
terhadap lahirnya ketidakadilan gender. Sebuah pembedaan secara gender (gender differences)
penelitian menyebutkan bahwa pemahaman sangat potensial melahirkan ketidakadilan
tekstual terhadap hadis yang menyinggung gender (gender inequalities). Oleh karena itu,
eksistensi perempuan dan disampaikan langkah selanjutnya yang dilakukan analisis
dalam dakwah/ceramah keagamaan akan gender adalah menggugat pembedaan gender,
berpotensi melahirkan fiqh yang bias jender khususnya yang melahirkan ketidakadilan.
(Rahmawati,2011). Menurut analisis gender, ketidakadilan
gender bisa diidentifikasi melalui berbagai
Rumusan Masalah Penelitian manifestasi ketidakadilan, yakni: marginalisasi
Berdasarkan latar belakang di atas, maka (proses pemiskinan ekonomi), subordinasi
fokus permasalahan dalam penelitian ini (anggapan tidak penting), pelabelan negatif
adalah di antaranya bagaimana gambaran (stereptype), kekerasan (violence), dan beban
materi fiqh perempuan pada pengajian majelis kerja ganda (double burden) (Mansour Fakih,
taklim di kota Parepare, selanjutnya bagaimana 1996).
pemahaman fiqhnya ditinjau dari analisis 2) Fiqh Perempuan
gender dan apakah pemahaman tersebut
Istilah fiqh itu menunjuk kepada
berdampak lahirnya ketidakadilan gender
pengetahuan tentang hukum agama, hukum-
dan yang terakhir bagaimana implementasi
hukum syariat (knowledge of the law). Abdul
pemahaman fiqh perempuan pada kehidupan
Wahhab Khallaf mendefinisikan bahwa fikih
beragama dan bermasyarakat dan apakah
adalah ilmu tentang hukum-hukum syariat
berimplikasi pada lahirnya manifestasi
yang bersifat amaliyah, yang diambil dari
ketidakadilan gender?
dalil-dalilnya yang terperinci (Abdul Wahhab
Signifikansi Penelitian Khallaf,,1968). Dalam terminologi ushuluyyin
(pakar Ushul Fiqh), Menurut Muhammad Abu
Penelitian ini bertujuan untuk
Zahrah, fiqh didefinisikan :
mengungkapkan gambaran mengenai materi
fiqh perempuan pada pengajian majelis taklim
di kota Parepare, menganalisis tidak hanya
العلم باألحاكم الرشعية العملية املكتسب من
pada pemahaman terhadap fiqh perempuan
dari perspektif gender tetapi mengungkapkan
أدلة اتلفصيلية
dampak negatif dari pemahaman yang bias (Ilmu tentang hukum-hukum syara’ yang
gender, dan mengetahui implementasi bersifat praktis yang digali dari dalil-dalil
pemahaman fiqh perempuan pada pengajian yang terperinci).
majelis taklimserta implikasinya pada lahirnya Dengan demikian, batasan yang dimaksud
manifestasi ketidakadilan gender. tentang fikih perempuan adalah hukum-
hukum amaliyah yang berkaitan dengan
Tinjauan Pustaka
perempuan dalam melaksanakan syariat,
1). Analisis gender yang diambil dari dalil-dalil yang bersifat
Analisis gender adalah serangkaian universal maupun partikular untuk merespon
kriteria yang digunakan gerakan feminisme persoalan-persoalan yang berkembang.
untuk mempertanyakan ketidakadilan sosial Karena fikih perempuan berkaitan dengan
dari aspek hubungan antar jenis kelamin hukum syara’ dan dalil naqli maupun aqli,
(Acep Sugiri,2009). Pada prinsipnya, analisis maka secara esensial fikih perempuan dalam
gender tidak mempermasalahkan pembedaan- arti pemahaman tentang eksistensi kaum
pembedaan itu selama tidak melahirkan perempuan merupakan hasil ijtihad yang
ketidakadilan. Akan tetapi, analisis ini melihat disebut dengan fikih ijtihādiy. Oleh karena itu,
[ 63 ]
Kuriositas, Edisi VI, Vol. 2, Desember 2013
tidak mengherankan jika dalam memahami Dalam kaitan ini H.M. Arifin mengatakan:
suatu obyek hukum, hasil pemahaman (fikih) “.Jadi peranan secara fungsional majelis ta’lim
yang dihasilkan oleh seorang mujtahid adalah mengokohkan landasan hidup manusia
terkadang bertentangan atau berbeda dengan muslim Indonesia pada khususnya di bidang
pemahaman (fikih) yang diperoleh mujtahid mental spiritual keagamaan Islam dalam
lainnya (Aisyah,2012). upaya meningkatkan kualitas hidupnya secara
Dalam beberapa karya, ada beberapa integral, lahiriah dan batiniahnya, duniawi
materi fiqh yang mengkaji mengenai eksistensi dan ukhrawiah bersamaan (simultan), sesuai
perempuan, yaitu; fiqh ibadah, fiqh kehidupan tuntunan ajaran agama Islam yaitu iman dan
bermasyarakat (muamalah), dan fiqh keluarga, taqwa yang melandasi kehidupan duniawi
Ketiga fiqh ini menjadi dasar dalam memetakan dalam segala bidang kegiatannya. Fungsi
materi fiqh perempuan dalam pengajian demikian sejalan dengan pembangunan
majelis taklim. nasional kita (Siti Muthia)
3). Majelis Taklim dan Peranannya
Metode Penelitian
Majelis taklim (Al-Munawir Kamus
Lokasi penelitian adalah kota Parepare
Bahasa Indonesia,1997) adalah salah satu
dengan obyek atau sasaran pada majelis taklim
lembaga pendidikan diniyah non formal
yang ada di kota Parepare
yang bertujuan meningkatkan keimanan dan
ketakwaan kepada Allah SWT dan akhlak mulia Jenis dan Sumber Data
bagi jamaahnya, serta mewujudkan rahmat Jenis penelitian ini adalah field researh
bagi alam semesta. Berdasarkan pengertian karena data diperoleh dari lapangan. Sedangkan
terminology, majelis adalah “tempat duduk sumber data diperoleh dari data primer,
melaksanakan pengajaran atau pengajian yakni data empiris yang bersumber atau yang
agama Islam” dari pengertian ini dapat didapatkan secara langsung dari pengurus
disimpulkan bahwa majelis taklim adalah majelis taklim, para muballigh (penceramah)
tempat perkumpulan orang banyak untuk atau pemateri fiqh perempuan dan peserta
mempelajari agama Islam melalui pengajian yang aktif mengikuti pengajian majelis taklim
yang diberikan oleh guru-guru dan ahli agama sedangkan data sekunder, yaitu data pendukung
Islam. yang bersumber dari dokumen-dokumen/
Secara strategis majelis-majelis ta’lim arsip organisasi. Data kepustakaan digunakan
menjadi sarana dakwah dan tabligh yang untuk menelusuri kerangka konseptual yang
berperan sentral pada pembinaan dan terkait dengan permasalahan. Pentingnya data
peningkatan kualitas hidup umat agama Islam kepustakaan agar diketahui kesesuaian antara
sesuai tuntunan ajaran agama. Majelis ini harapan dalam teori dan kenyataan yang ada
menyadarkan umat Islam untuk memahami di lapangan. Selain data ini dipakai juga untuk
dan mengamalkan agamanya yang kontekstual memonitor posisi penelitian dalam rangka
di lingkungan hidup sosial budaya dan alam menguatkan validitas penelitian ini belum
sekitar masing-masing, menjadikan umat pernah dikaji oleh peneliti sebelumnya juga
Islam sebagai ummatan wasathan yang digunakan sebagai landasan berpikir dalam
meneladani kelompok umat lain. Untuk mengembangkan teori yang sudah dibangun
tujuan itu, maka pemimpinnya harus berperan oleh peneliti sebelumnya.
sebagai penunjuk jalan ke arah kecerahan
sikap hidup Islami yang membawa kepada
Tehnik Pengumpulan Data
kesehatan mental rohaniah dan kesadaran Tehnik pengumpulan data yang digunakan
fungsional selaku khalifah dibuminya sendiri. adalah metode trianggulasi: observasi,
[ 64 ]
Rahmawati, Rukiah, dan Hj. Rusdaya Basri – Studi Analisis Gender Terhadap Materi Fiqh Perempuan...
[ 65 ]
Kuriositas, Edisi VI, Vol. 2, Desember 2013
[ 66 ]
Rahmawati, Rukiah, dan Hj. Rusdaya Basri – Studi Analisis Gender Terhadap Materi Fiqh Perempuan...
Tehnik dokumentasi digunakan untuk materi fiqh dibahas tidak secara sistematis. Hal
mendapatkan data berupa dokumen/arsip ini disebabkan materi ini tidak dijadwalkan
mengenai materi fiqh serta gambar dan foto dalam jangka waktu tertentu selama satu
kegiatan selama pengajian berlangsung. Selain tahun. Penjadwalan materi pengajian tidak
itu, tehnik ini dipakai juga pada saat proses dilakukan karena selain materi tersebut dapat
wawancara dilakukan melalui video camera. dikembangkan secara lebih fleksibel mengikuti
Data informan telah terdokumentasi pada perkembangan zaman juga memberikan
saat melakukan wawancara dengan beberapa kebebasan bagi ustadz/ah menyampaikan
muballigh seperti Hj. Andi Fatimah, Iriani materi sesuai keilmuan yang mereka miliki.
Ambar, Ustadz Maskun, Iskandar dll. Data Fleksibilitas materi pengajian ini
inilah yang digunakan untuk menganalisis lebih berdampak positif bagi peserta pengajian
jauh tentang materi fiqh yang disampaikan misalnya terakomodasinya persoalan/
serta pemahaman mereka yang memungkinkan permasalahan yang dihadapi peserta. Selain
berpotensi melahirkan ketidakadilan jender. itu, permasalahan yang dihadapi antar
satu majelis taklim dengan yang lain juga
Analisis Data berbeda sehingga setiap majelis taklim bebas
Penelitian ini menggunakan analisis data menentukan materi apa yang saat itu penting
deskriptif kualitatif, yaitu melukiskan secara diangkat. Sebagaimana yang disampaikan oleh
sistematis, faktual dan akurat mengenai ibu Nimas:
fakta-fakta yang diperoleh. Proses analisis “materi pengajian itu tidak ditentukan
dimulai dengan menelaah seluruh data berdasarkan jadwal karena disesuaikan
yang tersedia dari berbagai sumber. Atas dengan kebutuhan. Bahkan dalam moment
data yang diperoleh dari hasil wawancara tertentu seperti menjelang Ramadhan,
topik yang diangkat berkaitan dengan
digunakan untuk menguraikan secara naratif puasa baik itu dikaji dari aspek hukum/
temuan penelitian. Sedangkan memahami fiqhnya, keutamaannya, hikmahnya dan
dasar epistemologi yang dibangun dalam lain-lain. Dan pada masa dan suasana
memahami fiqh diperlukan analisis yang lebih lebaran Idul Fitri, topiknya tentang
pentingnya bersilaturrahim, serta masa
mendalam sesuai kerangka teori yang sudah idul Adha banyak menyinggung tentang
ada agar diketahui pemahaman fiqh yang bias keutamaan berkurban”( Pengurus Bidang
gender. Dakwah Majelis Taklim al-Barkah,2012).
Hal senada juga disampaikan oleh Hj.
Pembahasan Zaenab dan Hj.Suwetha (Pengurus BKMT,
Pada umumnya materi pengajian Majelis 2013) yang menyebutkan bahwa materi yang
Taklim di kota Parepare muatannya lebih disampaikan tergantung kebutuhan dan
bersifat keagamaan. Apabila ditelusuri majelis taklimnya. Pada hari AIDS misalnya
beberapa arsip pengajian majelis taklim dan kadang-kadang menyinggung tentang anak
hasil wawancara pada beberapa informan dan bahaya Aids. Berbeda dengan majelis
pengurus Majelis Taklim maka materi tersebut Taklim al-Ihsan, Iriani ambar menyebutkan
dapat diklasifikasikan menjadi 3 bidang yaitu bahwa materi yang diangkat pada pengajian al-
aqidah, syariah, dan akhlak. Sedangkan materi Ihsan disesuaikan dengan silabus yang sudah
fiqh masuk dalam klasifikasi bidang syariah. disusun dan kebanyakan materinya bermuatan
Materi fiqh yang diangkat dalam pengajian fiqh yang berhubungan dengan ibadah seperti
Majelis Taklim pada dasarnya berkisar pada 5 shalat, wudhu dan lain-lain (Pengurus Mt. al-
rukun Islam seperti shalat, puasa, zakat dan Ihsan,2013) yang bersumber dari Ensiklopedi
haji. Sebagaimana dengan materi lain yang Fiqh Wanita (Abu Malik Kamal bin as-Sayyid
berhubungan dengan aqidah dan akhlak, Salim,2011) Buku ini menjadi rujukan karena
[ 67 ]
Kuriositas, Edisi VI, Vol. 2, Desember 2013
[ 68 ]
Rahmawati, Rukiah, dan Hj. Rusdaya Basri – Studi Analisis Gender Terhadap Materi Fiqh Perempuan...
[ 69 ]
Kuriositas, Edisi VI, Vol. 2, Desember 2013
berpandangan bahwa boleh melakukan suami isteri tetap seimbang. Ustadz Munir
poligami meskipun tanpa seizin isteri pertama Kadir mengemukakan bahwa dalam keluarga,
asalkan mampu berlaku adil (Hasil wawancara antara hak dan kewajiban suami isteri harus
Tanggal 15 November 2012). seimbang bahkan dalam pembagian peran
Apa yang disampaikan oleh beberapa diperlukan kesepakatan dengan berdasarkan
informan tersebut sejalan dengan Undang- prinsip “al-Muasyarah bil Ma’ruf” (saling
undang perkawinan yang berlaku di Indonesia. bergaul dengan baik) (Hasil Wawancara
Kesesuaian tersebut dapat dilihat pada pasal Tanggal 15 November 2012) Bahkan menurut
5 yang menyebutkan bahwa pengadilan ustadz Maskun, kewajiban mengurus rumah
dapat memberikan izin bagi laki-laki untuk tangga harus kedua-duanya terutama jika
berpoligami dengan salah satu jaminannya isterinya juga punya kesibukan di luar
adalah suami akan berlaku adil terhadap (Wawancara Tanggal 22 Oktober 2012)
isteri-isteri dan anak-anak mereka dengan 3) Fiqh kehidupan bermasyarakat
pernyataan atau janji dari suami yang dibuat
Dirkursus Fiqh perempuan yang berkaitan
dalam bentuk yang ditetapkan untuk itu
dengan persoalan kehidupan bermasyarakat
(Lihat PP RI No. 9/1975 tentang pelaksanaan
kebanyakan berkaitan dengan masalah
UU. Perkawinan no 1 tahun 1974, pasal 41d.
kepemimpinan perempuan dalam dunia
Sedangkan persoalan pembagian peran antara
politik. Berdasarkan data dilapangan, hampir
laki-laki dan perempuan dalam keluarga
semua muballigh yang menjadi narasumber
lebih mengarah pada sistem sosial yang
dalam pengajian tidak mempersoalkan
membedakan peran publik dan domestik.
kepemimpinan perempuan dalam politik.
Bahkan pembedaan peran ini telah terbakukan
Menurut Ust. Munir Kadir, kepemimpinan
dalam peraturan perundangan-undangan.
perempuan dalam politik dibolehkan.
Misalnya UU Perkawinan No. 1 1974 Bab
Megawati menjadi presiden karena merupakan
VI tentang Hak dan Kewajiban Suami Isteri
amanat rakyat yang dipilih sesuai mekanisme
terutama pada pasal 31 (3) menyebutkan
yang berlaku di Indonesia (Hasil Wawancara
bahwa suami adalah kepala keluarga dan
Tanggal 15 November 2012).
isteri ibu rumah tangga. Konsekwensi aturan
Demikian pula Ust Maskun yang
ini berimplikasi pada kewajiban suami adalah
menyetujui kepemimpinan perempuan dengan
mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
syarat memiliki kemampuan. Kepemimpinan
rumah tangga sedangkan isteri berkewajiban
yang dimaksud di sini hanya dibatasi dalam
mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya
lingkup publik bukan dalam keluarga.
(Lihat pasal 34 UU Perkawinan no. 1/1974) Hal
Menurutnya:
inilah yang terdogma dalam sistem kehidupan
“bagaimanapun tingginya kemampuan
keluarga.
seorang perempuan tetapi laki-laki/
Berdasarkan data melalui angket suami tetap menjadi kepala dalam rumah
diperoleh 35 orang atau 70% beranggapan tangga. Contohnya: Hj. Andi Rasydianah
bahwa pekerjaan rumah tangga itu adalah menjadi pemimpin/rektor dalam suatu
lembaga pendidikan sedangkan suaminya
pekerjaan perempuan. Data ini merupakan
menjadi bawahannya sebagai dekan. Akan
hasil akumulasi dari 50 responden dengan tetapi dalam rumah tangganya, suaminya
perincian: 10 responden masing-masing di tetap menjadi kepala” (Hasil Wawancara
Kec. Bacukiki, Kec. Ujung, Kec. Bacukiki Barat Tanggal 22 Oktober 2012).
dan 20 responden di Kec. Soreang. Berbeda dengan pandangan ust. Amin.
Meskipun data di atas mengarah pada Menurutnya kepemimpinan perempuan
peran domestik dibebankan kepada isteri atau dimungkinkan dapat diwujudkan pada
perempuan, akan tetapi hak dan kewajiban semua lini dan tidak tetutup kemungkinan
[ 70 ]
Rahmawati, Rukiah, dan Hj. Rusdaya Basri – Studi Analisis Gender Terhadap Materi Fiqh Perempuan...
bisa juga terjadi dalam rumah tangga. Hal siapapun yang memiliki kemampuan baik laki-
ini disebabkan karena dominasi perempuan laki maupun perempuan (Hasil Wawancara
sudah semakin kuat. Terlebih lagi ketika Tanggal 13 februari 2013).
kondisi suaminya memiliki penyakit menahun Pandangan ini relatif berbeda dengan
yang tidak memungkinkan menjalankan Ust. Iskandar. Menurutnya, pada dasarnya
fungsinya sebagai pencari nafkah maka kepemimpinan perempuan hanya bersifat
dalam hal ini, perempuanlah atau isteri yang daruriy (mendesak). Dalam konteks politik,
mengambil alih fungsinya sebagai kepala laki-laki tetap memiliki kewenangan yang
rumah tangga. Adapun hadis yang menyatakan lebih dominan. Bahkan dalam rumah tangga,
bahwa “tidak akan jaya suatu kaum apabila perempuan tidak diperkenankan menjadi
urusan (kepemimpinan) itu diserahkan kepala dalam keluarga (Hasil Wawancara
kepada perempuan” itu harus dipahami Tanggal 22 Oktober 2012). Dengan demikian,
secara kontekstual dimana perempuan saat pandangan ini menunjukkan bahwa
itu tidak memiliki kekuatan atau “power” perempuan masih memiliki keterbatasan
yang mampu memikul tanggung jawab dalam berkarya.
kepemimpinan. Dengan demikian, hadis ini Secara umum, pandangan para muballigh
sangat dipengaruhi oleh sistem sosial pada saat mengenai fiqh perempuan relatif beragam
hadis ini disabdakan di mana laki-laki sangat namun dari aspek lain memiliki persamaan.
dominan sehingga kepemimpinan perempuan Untuk memahami aspek adanya manipestasi
tidak dapat diterima oleh masyarakat. Secara ketidakadilan gender dalam materi fiqh
sosiologis, perempuan pada saat itu tidak perempuan yang disampaikan pada pengajian
memiliki kewibawaan. Bahkan tidak tertutup majelis taklim di kota Parepare maka sisi
kemungkinan, perempuan bisa saja menjadi keberagaman dan persamaan tersebut akan
pemimpin dalam rumah tangganya bilamana dianalisis lebih jauh dalam pembahasan
perempuan itu memiliki peran yang lebih selanjutnya.
dominan dalam keluarga (Hasil Wawancara
Tanggal 08 Oktober 2012) Tinjauan Analisis Gender terhadap
Meskipun relatif sama, pandangan Ibu Sri Pemahaman Fiqh Perempuan pada
Muliana lebih bersifat moderat. Menurutnya, Majelis Taklim.
kepemimpinan dapat saja dimiliki oleh siapapun Pada dasarnya, pemahaman materi fiqh
tanpa memandang jenis kelamin. Adapun ayat perempuan yang disampaikan oleh Muballigh
yang ,membicarakan kepemimpinan laki-laki pada pengajian Majelis Taklim di kota Parepare
seperti dalam QS: an-Nisa’: 34 tidak harus cukup beragam. Keberagamaan tersebut
dipahami dengan arti laki-laki secara biologis tidak serta merta melahirkan atau berpotensi
karena kata ar-rijal pada ayat : menimbulkan ketidakadilan gender. Alasannya,
analisis gender tidak mempertanyakan dan
الرجال قوامون ىلع النساء بما فضل اهلل بعضهم mempersoalkan perbedaan relasi laki-laki dan
perempuan. Karena perbedaan itu, baik secara
ىلع بعض وبما انفقوامن امواهلم kodrati dan biologis maupun gender selalu
ada bahkan sudah menjadi sunnatullah yang
lebih dipahami laki-laki dalam arti
tidak dapat diganggu gugat. Apalagi adanya
realitas jender bukan pada biologisnya. Itulah
perbedaan peran laki-laki dan perempuan baik
sebabnya Allah tidak menggunakan kata az-
dalam lingkup keluarga maupun masyarakat
zakar dan al-unsa yang berkonotasi pada arti
justru melahirkan harmonisasi dalam menjalin
laki-laki dan perempuan secara biologis. Oleh
hubungan sesama manusia. Oleh karena
karena itu, kepemimpinan dapat dimiliki oleh
itu, peran analisis gender bukan menggugat
[ 71 ]
Kuriositas, Edisi VI, Vol. 2, Desember 2013
pembedaan itu tetapi menganalisis pembedaan laki-laki dan perempuan (Hasil Wawancara
tersebut dalam prosesnya melahirkan Tanggal 08 Oktober 2012 ).
ketidakadilan gender. Pandangan ini cukup liberal bahkan
Apabila ditelusuri pandangan beberapa sangat liberal sehingga pemahaman ini jarang
muballigh yang banyak mengkaji fiqh berkaitan disampaikan pada pengajian Majelis taklim
keperempuanan maka pemahaman materi karena menurut Amin, tidak cocok diangkat
tersebut pada umumnya dapat dikategorikan pada forum non akademik dan itu hanya
pada pemahaman kontekstual. Akan tetapi sebatas wacana.
tingkat kontekstualisasi pemahaman mereka Pemahaman lain yang cenderung moderat
cenderung berbeda. Berdasarkan olahan adalah berasal dari beberapa informan yang
data dari para informan mengarahkan pada mayoritas dari kalangan perempuan yang
perbedaan pemahaman yang kemudian aktif dalam kegiatan dan gerakan perempuan
dapat diklasifikasikan menjadi 2 kategori, seperti Hj. Hamdanah Said, Sri Muliana,
yaitu: pemahaman kontekstual dan semi Iriani Ambar, Hj. Andi Fatimah, Hj. Zaenab,
kontekstual. Hj. Suwaeta. Hampir semuanya menyetujui
1. Pemahaman Kontekstual bahwa perbedaan peran dan relasi laki-laki dan
perempuan lebih disebabkan konstruksi sosial
Pemahaman ini cenderung menerima
budaya sehingga perbedaan tersebut bukan
perubahan secara luas dan terbuka.
sesuatu yang kodrati dan senantiasa mengalami
Perbedaan peran gender lebih disebabkan
perubahan sesuai sikon, situasi dan kondisi.
oleh konstruksi sosial budaya bukan dari
Apabila perempuan yang memiliki kesibukan di
agama. Apabila ada pembedaan peran relasi
dunia publik, maka tidak ada salahnya laki-laki
laki-laki dan perempuan disebabkan oleh
yang menyelesaikan urusan domestik. Apabila
ajaran agama maka perbedaan itu timbul
kedua-duanya punya kesibukan atau karir di
bukan berdasarkan ajaran agama akan tetapi
luar rumah maka kedua-duanya juga punya
lebih banyak disebabkan atas tafsiran atas
tanggung jawab yang sama mengurus rumah
ajaran agama yang sangat dipengaruhi oleh
tangga berdasarkan kesepakatan berdasarkan
sosial-kultur yang berjalan pada masyarakat
prinsip al-Muasyarah bil Ma’ruf.Dengan
setempat. Oleh karena itu, pemahaman yang
demikian, relasi laki-laki dan perempuan dalam
masuk kategori ini sangat fleksibel menerima
rumah maupun di luar rumah merupakan
perubahan. Bahkan fleksibilitas pemahaman
makhluk Allah yang memiliki potensi yang
ini mampu mendekonstruksi dogma-dogma
sama dalam mengembangkan kualitas dirinya.
agama yang selama ini disakralkan. Misalnya
Selain itu, laki-laki dan perempuan juga
kepemimpinan perempuan dalam shalat
merupakan dua jenis makhluk Allah yang
dibolehkan meskipun ada laki-laki yang lebih
memiliki ketergantungan satu sama lain dalam
senior. Bahkan perbedaan secara kodrati pun
membangun peradaban. .
memungkinkan dapat digugat.
Ust. Muh. Amin menegaskan bahwa tidak 2. Pemahaman Semi-kontekstual
tertutup kemungkinan, suatu saat ada laki- Pemahaman semi kontekstual merupakan
laki yang melahirkan bila kemajuan ilmu pemahaman yang sudah berusaha beranjak
pengetahuan dan tekhnologi semakin canggih. dari pemahaman tekstual mengikuti perubahan
Karena kecanggihan dan kepintaran manusia untuk menyesuaikan perkembangan zaman.
dalam bidang ilmu pengetahuan, apa yang Dapat dikatakan bahwa pemahaman ini berada
tidak terpikirkan saat ini dan mustahil ada, antara pemahaman tekstual dan kontekstual.
suatu saat semuanya bisa saja terjadi. Sehingga Dikatakan demikian karena para muballigh
dengan demikian tidak ada lagi perbedaan kadang-kadang masih mempertahankan tradisi
[ 72 ]
Rahmawati, Rukiah, dan Hj. Rusdaya Basri – Studi Analisis Gender Terhadap Materi Fiqh Perempuan...
[ 73 ]
Kuriositas, Edisi VI, Vol. 2, Desember 2013
Pada umumnya, penerapan materi fiqh Insya Allah hal itu saya jalankan (Wawancara
yang berkaitan dengan ibadah mahdah seperti Tanggal 22 Oktober 2012).
shalat, puasa, haji dan zakat tidak menimbulkan Hal yang sama juga ditegaskan ustadz
persoalan karena perbedaan syariat antara Iskandar, salah satu informan yang tekstual
laki-laki dan perempuan dalam bidang ibadah cenderung kontekstual. Bahkan kecenderungan
merupakan hal yang qat’i. Sedangkan dalam pihak laki-laki menjalankan urusan domestik
bidang muamalah sering dipersoalkan karena berdasarkan pengalaman peserta majelis
sifat dzanni, selalu mengalami perubahan taklim memperlihatkan tingkat persentasi
termasuk di dalam fiqh munakahat. yang tinggi bahkan ada yang menjalankan
Berdasarkan data yang diperoleh, secara bersama-sama. Berdasarkan angket
kecenderungan peran domestik masih yang disebarkan pada 50 responden, sebanyak
didominasi oleh perempuan. Sebagaimana 88% menyatakan bahwa peran domestik biasa
disebutkan sebelumnya, sebagian besar juga dilakukan oleh pihak laki-laki, 2% yang
responden mengakui bahwa pekerjaan rumah menyatakan bahwa peran itu dijalankan secara
tangga adalah pekerjaan perempuan. Bahkan bersama-sama.
ketika ditanyakan apakah pembagian peran Pada implementasinya, pendidikan anak
tersebut merupakan hal yang biasa dan sudah lebih banyak dibebankan oleh ibunya dan hanya
adil maka 70% peserta majelis taklim mengakui 10% yang menyatakan peran itu dijalankan
hal tersebut. secara seimbang. Data tersebut menunjukkan
Data di atas menunjukkan bahwa 19 bahwa peran domestik dalam hal mendidik
responden pada Majelis Taklim di Kecamatan anak masih didominasi oleh pihak ibu. Hampir
Soreang menyatakan pemahamannya tentang 80% peran itu dijalankan oleh ibu sedangkan
peran domestik bagi perempuan dan peran 14% dominan diperankan oleh bapak dan 10%
publik bagi laki-laki adalah hal yang biasa dijalankan secara seimbang. Dalam al-Qur’an,
dan sudah adil, 6 responden di kec. Ujung, Islam tidak memetakan peran itu dibebankan
10 responden di kec. Bacukiki dan 4 di kec. sepenuhnya oleh ibu. Konsep yang ditawarkan
Bacukiki barat. Sehingga jumlah total adalah Islam dalam membangun peran dan hubungan
35 orang/70 % menyetujui pembagian peran suami-isteri adalah al-muasyarah bil-ma’ruf.
tersebut. Pada implementasinya menunjukkan Konsep ini akan melahirkan harmonisasi
92% pihak laki-laki membantu mengurus dalam kehidupan rumah tangga. Apabila ada
pekerjaan rumah tangganya apabila isteri klasifikasi peran dan didominasi oleh pihak
memiliki kesibukan di luar. tertentu maka perlu dikembangkan kesadaran
Data ini menunjukkan bahwa peran gender agar tidak menimbulkan peran yang
domestik yang dilabelkan pada perempuan tidak imbang. Prinsip yang dikehendaki ajaran
tidak serta merta laki-laki tidak dapat Islam adalah keadilan. Dalam QS. Al-Maidah
menjalankan peran itu. bahkan ustadz Maskun (5): 8, disebutkan:
menyatakan peran itu semestinya dijalankan
َ ْ َّ ُ َ ْ َ َ ُ ُ ْ
oleh laki-laki karena hal itu bukan sesuatu yang اع ِدلوا هو أقرب ل ِلتقوى
kodrati. Oleh karena itu, menurutnya, isteri itu
Terjemah:
sebetulnya bukan bawahan dan bukan pula
raja tapi adalah mitra. Dalam menyelesaikan ”berlaku adillah karena itu lebih dekat
pada ketaqwaan” ,
pekerjaan domestik misalnya; tidak ada
salahnya apabila isteri yang mencuci, suami Keadilan yang dimaksud pada ayat
yang menjemur atau bahkan mencuci dan tersebut tidak hanya dimaksudkan pada
menjemur semuanya dikerjakan suami. Dan aspek penegakan hukum tapi juga pada aspek
kehidupan bermasyarakat dan termasuk di
[ 74 ]
Rahmawati, Rukiah, dan Hj. Rusdaya Basri – Studi Analisis Gender Terhadap Materi Fiqh Perempuan...
[ 75 ]
Kuriositas, Edisi VI, Vol. 2, Desember 2013
[ 76 ]
Rahmawati, Rukiah, dan Hj. Rusdaya Basri – Studi Analisis Gender Terhadap Materi Fiqh Perempuan...
[ 77 ]