Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TINDAKAN INFASIF SAAT BERPUASA

Dosen Pembimbing: Zarkasyi SHI.MH


Disusun oleh:

Sri Wahyuni 13404221085


Jumira Marini 13404221011
Tutia Rahmi 13404221026

KELOMPOK : 14
TINGKAT 1 A

AKPER KESDAM ISKANDAR MUDA


LHOKSEUMAWE
KATA PENGANTAR

Puji syukur dengan mengucapkan Alhamdulillah rahmat, taufiq serta


hidayah Allah SWT penulis dapat menyelesaikan makalah ini dalam waktu yang
telah ditentukan. Sholawat serta salam semoga sanantiasa dilimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang
yang mengikuti jejaknya.
Dan tak lupa penulis ucapkan banyak terima kasih kepada
1 Dosen Pembina: Zarkasyi SHI.MH
2. Semua pihak yang selalu membantu penulis dalam
penyusunan makalah ini.
Tanpa bantuan beliau-beliau penulis tidak akan pernah bisa menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah
ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala kritik dan saran konstruktif
penulis terima dengan terbuka. Semoga karya ini bermanfaat dan menjadi
motivasi bagi pembaca yang budiman.

Lhoksumawe , 25 November 2021


DAFTAR ISI

Cover…………………………………………………………………… i
Kata Pengantar…………………………………………………………. ii
Daftar Isi……………………………………………………………….. iii
Bab I Pendahuluan…………………………………………………….. 1
a.       Latar Belakang…………………………………………...……. 1
b.      Rumusan Masalah………………………………………...…… 2
c.       Tujuan Penulisan……………………………………...……… 2
Bab II Pembahasan……………………………………………….......... 3
a.       Pengertian Puasa …………………………………………........ 3
b.      Pembagian jenis injeksi yang membatalkan dan yang tidak 4
membatalkan puasa …………………......
c.       Pembagian suntikan  ………………………………………. 5
Bab III Penutup………………………………………………………… 9
a.       Kesimpulan…………………………………………………..... 9
c.       Daftar Pustaka……………………………………………........ 10

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Puasa merupakan suatu tindakan menghindari makan, minum, serta segala
hal lain yang dapat memuaskan hasrat-hasrat psikis maupun fisik yang dilakukan
pada masa tertentu. Makna dan tujuannya secara umum adalah untuk menahan
diri dari segala hawa nafsu, merenung, mawas diri, dan meningkatkan keimanan
terhadap Allah SWT. Salah satu hikmah puasa ialah melatih manusia untuk
meningkatkan kehidupan rohani. Nafsu jasmani yang terdapat dalam diri tiap
individu harus diredam, dikendalikan, dan diarahkan dengan sungguh-sungguh
untuk mencapai tujuan yang mulia. Setiap orang yang menjalankan puasa pada
hakekatnya sedang memenjarakan dirinya dari berbagai nafsu jasmani. Puasa juga
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan taraf kehidupan, baik yang
duniawi maupun akhirat. Karena puasa telah dilakukan di setiap syariat agama.
Pada sebuah hadist dikatakan bahwa “Semua amal anak adam itu untuk
dirinya sendiri,kecuali puasa. Karena puasa itu dikerjakan untuk-Ku, maka Aku-
lah yang akan member balasannya”. Puasa merupakan salah satu bentuk ritual
agama yang dapat meningkatkan kualitas spiritual manusia dan sebagai wahana
pensucian diri guna mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Pengaruh puasa bagi diri umat islam terutama ketika bulan Ramadhan dapat
dirasakan oleh fisik maupun jiwa. Hal ini dapat dilihat dari berbagai segi. Dalam
segi kesehatan, justru sangat bermanfaat. Kalaupun ada yang menemui
permasalahan kesehatan pada saat berpuasa, maka permasalahan itu muncul
akibat yang bersangkutan tidak menjaga aturan kesehatan dalam mengkonsumsi
makanan.
Ada beberapa aktivitas medis yang bisa membatalkan puasa Ramadan.
Namun, tindakan seperti donor darah atau meneteskan obat ke mata tidak
tergolong dalam aktivitas yang membatalkan tersebut. Dalam Surah al-
Baqarah:187, tercantum tiga hal yang membatalkan puasa, yaitu aktivitas makan,
minum, dan hubungan badan. Allah berfirman, "Dihalalkan bagimu pada malam
hari bulan puasa bercampur dengan istri-istrimu; mereka pakaian bagimu, dan
kamu pakaian bagi mereka. dan makan minumlah hingga terang bagimu benang
putih dari benang hitam.

B.     Rumusan Masala
Dari uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang hendak kami bahas
adalah sebagai berikut :
1.      Apa pengertian dari puasa ?
2.      Apasaja jenis injeksi yang membatalkan dan yang tidak membatalkan puasa ?
3.      Apakah injeksi melalui kulit ( intra kutan) membatalkan puasa ?
4.      Apakah injeksi melalui otot ( intra muskular) membatalkan puasa?
5.      Apakah injeksi melalui pembuluh darah ( intra vena) membatalkan puasa?
C.    Tujuan Pembahasan

Tujuan dari pembahasan adalah :


1.      Untuk menjelaskan pengertian dari puasa
2.      Untuk menjelaskan pembagian jenis injeksi yang membatalkan dan yang tidak
membatalkan puasa
3.      Untuk menjelaskan injeksi melalui kulit ( intra kutan) membatalkan puasa
4.      Untuk menjelaskan injeksi melalui otot ( intra muskular) membatalkan puasa
5.      Untuk menjelaskan melalui pembuluh darah ( intra vena) membatalkan puasa

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Puasa
Secara umum, puasa berarti ‘menahan’ sebagaimana firman Allah SWT,
“…Aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan Yang Maha Pengasih…”
Maksudnya adalah menahan diri dari berbicara, sedangkan menurut istilah
adalah menahan diri dari segala yang membatalkan puasa, sejak terbit fajar hingga
terbenam matahari dengan disertai niat.

B. Pembagian jenis injeksi yang membatalkan dan yang tidak membatalkan


puasa
Lebih jauh, dalam praktik sehari-hari, ada berbagai kegiatan, termasuk tindakan
medis yang perlu mendapatkan kejelasan hukum, apakah berpotens membuat
puasa pelakunya batal atau tidak. Dalam "Tindakan Medis yang Membatalkan dan
Tak Membatalkan Puasa" oleh Husnul Haq,
Terdapat 5 kriteria (kaidah) yang ditetapkan oleh para ulama, untuk
mengukur apakah sesuatu dapat membatalkan puasa.
1. Dalam Bada’ius Shana’i (juz 2, hlm. 92) oleh Imam Kasani, dasar utama
puasa seseorang batal adalah jika ada sesuatu yang masuk ke dalam tubuh,
bukan sesuatu yang keluar dari tubuh.
2. Dalam Raudhatut Thalibin karya Imam Nawawi (juz 2, hlm 356) patokan
aktivitas tertentu membatalkan puasa atau tidak, adalah sampainya sesuatu
akibat aktivitas tersebut ke dalam rongga perut atau otak melalui lubang
asli selain mulut, seperti hidung, telinga, atau dubur.
3. Menurut Imam Nawawi dalam Al-Majmu' Syarh al-Muhadzab (juz 6
hlm. 315), aktivita tertentu akan membatalkan puasa jika ada bentuk
kegiatan makan, sekalipun hal tersebut tidak biasa dimakan atau tidak
dapat memperkuat tubuh.
4. Menurut Al-Syairozi dalam Al-Tanbih (juz 1, hlm. 66) dalam tindakan
jima' (berhubungan badan), jika suami menggauli istri pada selain
kemaluan, yang berujung dengan keluarnya sperma, maka puasanya batal.
5. Dalam Raudhatut Thalibin oleh Imam Nawawi (juz 2, hlm. 357) efek
sesuatu (bukan dzatnya) jika sampai ke tenggorokan, tidak membatalkan
puasa.
Berdasarkan lima kaidah di atas, Muhammad Shahjahan dalam penelitiannya
berjudul “Qadhaya Haditsah Muta’alliqah bi al-Shaum” memisahkan tindakan
medis yang membatalkan puasa dan tidak, sebagai berikut.
Jenis-Jenis Tindakan Medis dan Hukumnya Saat Puasa Obat Semprot
Asma Penggunaan metode pengobatan ini membatalkan puasa karena obat
tersebut masuk ke tenggorokan kemudian ke dalam perut. Metode pengobatan
ini tidak dapat disamakan dengan jika seseorang menggunakan inhaler yang
digunakan misalnya untuk meredakan pilek, karena orang menggunakan
inhaler jenis ini untuk sekadar menghirup aroma.
Injeksi (Menyuntik) Menurut mayoritas ulama, injeksi (menyuntik) tidak
membuat puasa seseorang batal, karena obat atau nutrisi tidak masuk melalui
lubang terbuka (manfadz maftuh) yaitu mulut, telinga, dubur, kemaluan, dan
hidung. Selain itu, suntik tidak membuat lapar atau haus seseorang hilang.
Yusuf Qardhawi berpendapat suntik obat dan nutrisi sama-sama tidak
membatalkan puasa. Ia merujuk pada hadis riwayat Abu Dawud, "Sungguh,
aku melihat Rasulullah di Al ‘Aroj mengguyur kepalanya karena keadaan
yang sangat haus atau sangat terik dengan air sedangkan beliau dalam keadaan
berpuasa." Dalam hal ini, Yusuf Qardhawi mengqiyaskan suntik seperti
mandi. Suntik ketika puasa dapat menyegerkan, tetapi tidak mengenyangkan
seperti mandi siang hari dapat menghilangkan rasa panas dan haus.
Namun, sebagian ulama membedakan antara injeksi nutrisi dan obat.
Dalam pendapat ini, injeksi nutrisi dikategorikan sama dengan makan atau
minum, sehingga membatalkan. Sedangkan injeksi obat tidak membatalkan.
Sebagian ulama lain, menganggap injeksi nutrisi dan obat sama-sama
membatalkan puasa. Dalam kitab Al-Muhadzzab Fi Fiqh al-Imam asy-Syafi’i
oleh ulama salaf Al-Fairuzzabadi, "Jika orang yang berpuasa melakukan
suntikan, maka batallah puasanya. Jika puasa seseorang batal karena sesuatu
yang masuk ke dalam otak melalui lubang hidung, maka tentu sesuatu yang
masuk kedalam tubuh melalui suntikan lebih membatalkan puasanya.:
Hal-hal yang Membatalkan Puasa Ramadhan dan Dalilnya Endoskopi
Endoskopi adalah prosedur pemeriksaan pasien untuk melihat keadaan organ
tubuh tertentu secara visual. Dalam praktiknya, endoskopi ini menggunakan
alat khusus, endoskop, yaitu tabung lentur dengan kamera. Menurut para
ulama, terutama mazhab Hanafi, tindakan ini tidak membatalkan puasa.
Oksigen untuk Penderita Asma Oksigen hanyalah berupa udara, sehingga
hukumnya sama seperti bernapas, yaitu tidak membatalkan puasa, kecuali jika
oksigen tersebut dicampur dengan obat. Donor Darah Donor darah tidak
membatalkan puasa, sebab puasa batal karena masuknya sesuatu ke dalam
tubuh melalui lubang terbuka. Meneteskan Obat ke Mata Menggunakan obat
tetes mata tidak membatalkan puasa, karena tidak ada lubang penghubung
antara mata, perut, dan otak.

C. PEMBAGIAN SUNTIKAN
Perlu diketahui suntikan ada tiga jenis:
1.suntikan melalui kulit (Intra cutan) misalnya suntikan Insulin
2.suntikan melalui otot (Intra muscular) misalnya suntik antihistamin dan
beberapa vaksinasi
3.suntikan melalui pembuluh darah (intra vena) misalnya antinyeri, infus dan
vitamin
Berdasarkan yang materi disuntik ada dua jenis:
1.suntikan bukan makanan misalnya antinyeri dan antihistamin
2.suntikan yang mengandung makanan misalnya suntikan glukosa atau infus
elektrolit
Kita akan bahas, apakah membatalkan puasa atau tidak.
1.suntikan melalui kulit (Intra cutan)
Suntikan melalui kulit TIDAK membatalkan puasa, karena tidak ada saluran
khusus ke organ pencernaan atau tidak menimbulkan energi dan tidak
mengeyangkan.Karena kaidah umumnya yang lebih shahih mengenai pembatal
puasa adalah bukan semata-mata sesuatu yang masuk di organ pencernaan akan
tetapi bisa menguatkan badan dan hakikatnya sama dengan makan dan minum.
DR. Ahmad bin Muhammad Al-Khalil hafidzahullah berkata,
‫ بل حصول ما يتقوى به الجسم ويتغذى‬a،‫أن علة التفطير ليست وصول الشيء إلى الجوف من المنفذ المعتاد‬
“Alasan membatalkan bukanlah semaat-mata sampainya sesuatu (makanan)
menuju lambung (saluran pencernaan) akan tetapi bisa menguatkan badan dan
mengeyangkan (menghasilkan tenaga).”[1]
Syaikh Al-Utsaimin rahimahullah menukil perkataan Ibnu Taimiyyah
rahimahullah mengenai kaidah ini,

، ‫ ال لغة‬، ‫ ال فطر باحلقنة ؛ ألنه ال يطلق عليها اسم األكل والشرب‬: ‫وقال شيخ اإلسالم ابن تيمية رمحه اهلل‬

: ‫ ولو كان لقلنا‬، ‫ وليس هناك دليل يف الكتاب والسنة أن مناط احلكم وصول الشيء إىل اجلوف‬، ً‫وال عرف ا‬

‫ لكن الكتاب والسنة دالَّ على شيء معني وهو األكل‬، ‫كل ما وصل إىل اجلوف من أي منفذ كان فإنه مفطر‬

‫والشرب‬

“Tidak batal dengan suntikan (perkataan beliau masih global, pent), karena
suntikan bukanlan “makan dan minum” baik secara bahasa maupun ‘urf
/kebiasaan. Tidak ada dalil dalam kitab dan sunnah bahwa kaidah
hukum(membatalkan) adalah masuknya sesuatu ke lambung. Sedandainya kita
katakan, semua yang masuk ke lambung dengan cara apapun membatalkan, akan
tetapi AL-Quran dan Sunnah menunjukkan pembatal itu adalah sesuatu yang
sudah ditentukan yaitu makan dan minum.”[2]
Jadi suntikan melalui kulit TIDAK membatalkan puasa karena tidak
mengeyangkan dan tidak memberi energi
2.suntikan melalui otot (Intra muscular)
Ini juga TIDAK membatalkan puasa karena sama dengan suntikan melalui kulit,
yaitu tidak tidak ada saluran khusus ke organ pencernaan atau tidak menimbulkan
energi dan tidak mengeyangkan.

Syaikh Shalih AL-Fauzan hafidzahullah berkata,


، ‫أما إذا كانت اإلبرة في العضل وليست في الوريد فهذه لعلها ال تفطر‬
“adapun suntikan pada otot, bukan pada pembuluh darah maka semoga tidak
membatalkan puasa.”[3]
Dan Fatwa Al-Lajnah Ad-Daimah (Komite Fatwa di Saudi),
‫ وال جيوز للصائم تعاطي حقن التغذية يف‬. ‫” جيوز التداوي باحلقن يف العضل والوريد للصائم يف هنار رمضان‬

، ‫ فتعاطي تلك احلقن يعترب حيلة على اإلفطار يف رمضان‬، ‫هنار رمضان ؛ ألنه يف حكم تناول الطعام والشراب‬

‫وإن تيسر تعاطي احلقن يف العضل والوريد ليال فهو أوىل ” انتهى‬

“Boleh berobat dengan disuntik di lengan atau pembuluh darah, bagi mereka yang
puasa di siang hari Ramadhan. Namun, orang yang sedang berpuasa tidak boleh
diberi suntikan nutrisi (infus) di siang hari Ramadhan karena ini sama saja dengan
makan atau minum. Oleh sebab itu, pemberian suntikan infus disamakan dengan
pembatal puasa Ramadhan. Kemudian, jika memungkinkan untuk melakukan
suntik lengan atau pembuluh darah di malam hari maka itu lebih baik.” [4]
3.suntikan melalui pembuluh darah (intra vena)
Maka ini dirinci:
a.suntikan yang mengandung bahan makanan misalnya suntik vitamin C dan
suntik infus, ini MEMBATALKAN puasa
b. suntikan yang tidak mengandung bahan makanan misalnya suntik antinyeri dan
antihistamin, ini TIDAK MEMBATALKAN puasa
syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah berkata,
‫ا‬aa‫ أحدهما ما يقصد به التغذية ويستغنى به عن األكل والشرب ألنها بمعناه فتكون… أم‬:‫اإلبر العالجية قسمان‬
‫ا النص‬a‫ه ال يناله‬aa‫القسم الثاني وهو اإلبر التي ال تغذي أي ال يستغنى بها عن األكل والشرب فهذه ال تفطر ألن‬
‫لفظا وال معنى فهي ليست أكالً وال شربا ً وال بمعنى األكل والشرب‬
“Suntikan pengobatan ada dua macam:
Pertama: bisa memberikan tenaga dan mengeyangkan serta bisa menggantikan
makan dan minum, maka ini semakna dengan pembatal puasa…
Kedua: tidak bisa memberikan tenaga dan mengeyangkan serta bisa menggantikan
makan dan minum, maka ini tidak membatalkan puasa. Karena tidak didapati dalil
nash ataupun makna akan hal ini. Dan suntikan bukanlah semakna dengan makan
dan minum.”[5]
Catatan:
Jika ada yang mangatakan bahwa meskipun suntikan intavena yang tidak
mengandung bahan makanan, akan tetapi ada cairan yang masuk, misalnya
suntikan ketorlac 1 ml atau ranitidin 2 ml. Maka kita katakan bahwa cairan yang
masuk lewat suntik pembuluh darah tersebut sangat sedikit yaitu 1 ml atau 2 ml.
Hal ini sebagaimana berkumur-kumur ketika bersiwak. Otomatis pasti ada
sisa cairan/air ketika berkumur-kumur yang menempel di lidah, mukosa mulut
dan gigi. Terkadang sisa cairan ini bercampur dengan air ludah dan bisa jadi
masuk ke kerongkongan. Akan tetapi karena jumlahnya sedikit maka tidak
teranggap. Demikian juga cairan yang masuk 1 ml atau 2 ml.
Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat sering bersiwak dan berkumur-
kumur ketika berpuasa. dari ‘Amir bin Rabi’ah, ia berkata,
ِ ْ‫صائِ ٌم َما الَ أُح‬
‫صى أَوْ أَ ُع ُّد‬ ُ ‫َرأَي‬
َّ ِ‫ْت النَّب‬
ُ ‫ى – صلى هللا عليه وسلم – يَ ْستَا‬
َ ‫ َوه َُو‬، ‫ك‬
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersiwak saat puasa dan jumlahnya tak
terhitung.”[6]
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1.      Pengertian dari puasa ialah :
·      Secara umum, puasa berarti ‘menahan’
·      Menurut istilah adalah menahan diri dari segala yang membatalkan
puasa, sejak terbit fajar hingga terbenam matahari dengan disertai niat.
2. Pembagian suntikan ada 3:
1. suntikan melalui kulit (Intra cutan) TIDAK membatalkan puasa, karena
tidak ada saluran khusus ke organ pencernaan atau tidak menimbulkan
energi dan tidak mengeyangkan
2.suntikan melalui otot (Intra muscular) TIDAK membatalkan puasa
karena sama dengan suntikan melalui kulit, yaitu tidak tidak ada saluran
khusus ke organ pencernaan atau tidak menimbulkan energi dan tidak
mengeyangkan.
3.suntikan melalui pembuluh darah (intra vena)
a.suntikan yang mengandung bahan makanan misalnya suntik vitamin C
dan suntik infus, ini MEMBATALKAN puasa
b. suntikan yang tidak mengandung bahan makanan misalnya suntik
antinyeri dan antihistamin, ini TIDAK MEMBATALKAN puasa
DAFTAR PUSTAKA

Sabiq, Sayyid. 2006. Fiqih sunnah Jilid 2. Jakarta: Pena Pundi Aksara


Rasjid, Sulaiman. 1994. Fiqih Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Supiana dkk. 2001. Materi Pendidikan Islam. bandung : Remaja Rosdakarya

[1] Sayyid Sabiq, Fiqih sunnah Jilid 2 ( Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2006), Hal.
25.
[2] H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam ( Bandung : Sinar Baru Algensindo, 1994),
Hal. 220.
[3] Ibid., hal. 227.
[4] Ibid., hal. 229
[5] Sayyid Sabiq, Fiqih sunnah Jilid 2 ( Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2006), Hal.
61.
[6] H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam ( Bandung : Sinar Baru Algensindo, 1994),
Hal. 233.
[7] Sabiq, Fiqih sunnah Jilid 2 ( Jakarta : Pena Pundi Aksara, 2006), Hal. 67.
[8] H. Sulaiman Rasjid, Fiqih Islam ( Bandung : Sinar Baru Algensindo, 1994),
Hal. 230
[9]  Supiana dkk, Materi Pendidikan Islam (bandung : Remaja Rosdakarya,
2001), Hal.94

Anda mungkin juga menyukai