Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Hexagro. Vol. 1. No.

2 Agustus 2017 ISSN 2459-2691

PRODUCING ETHANOL EXTRACT AND PHYTOCHEMICAL SCREENING


OF SINTOK’S BARK ETHANOL EXTRACT (Cinnamomum sintoc BL.)

PEMBUATAN EKSTRAK ETANOL DAN PENAPISAN FITOKIMIA


EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG SINTOK (Cinnamomun sintoc Bl.)

Srie Rezeki Nur Endah1)


E-mail : srierezekine@gmail.com
Universitas Perjuangan, Jl. Peta No.177, Kota Tasikmalaya

ABSTRACT
Sintok (Cinnamomum sintoc Bl.) is one of the traditional Indonesian Lauraceae plants which
are empirically used as a refresher, treating syphilis, for treating bites of animals and
venomous insects. The benefits of sintok’s bark that have been trusted by the community
and are suspected of having biological aids based on their chemical content require a
scientific proof. The study of ethanol extract and phytochemical screening of sintok’s bark
ethanol extract (Cinnamomum sintoc Bl.) has been done. The extraction was carried out by
cold method with maseration to avoid the destruction of chemical compounds contained
therein by high temperature. Ethanol extract of sintok’s bark obtained as much as 158,83
grams with yield of 14,36%. The aim of phytochemical screening to determine the groups of
alkaloids, tannins-polyphenols, flavonoids, monoterpenoid-seskuiterpenoid, steroids,
triterpenoid, quinine, saponins. The results of phytochemical screening on bark of sintok
showed polyphenols, monoterpenoid, sesquiterpenoid, steroids and quinons

Keyword : bark of sintok, extraction, screening.

ABSTRAK
Sintok (Cinnamomum sintoc Bl.) adalah salah satu tanaman tradisional Indonesia suku
Lauraceae yang secara empiris digunakan sebagai penyegar, merawat penyakit sifilis,
untuk merawat gigitan hewan dan serangga berbisa. Khasiat kulit batang sintok yang telah
dipercaya oleh masyarakat dan diduga neniliki ajtivitas biologis berdasarkan kandungan
kimianya memerlukan suatu pembuktian ilmiah. Telah dilakukan penelitian mengenai
pembuatan ekstrak etanol dan penapisan fitokimia ekstrak etanol kulit batang sintok
(Cinnamomum sintoc Bl.). Pembuatan ekstrak dilakukan secara metode dingin dengan
maserasi untuk menghindari rusaknya senyawa kimia yang terkandung didalamnya oleh
suhu tinggi. Ekstrak etanol kulit batang sintok yang diperoleh sebanyak 158,83 gram
dengan rendemen 14,36%. Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan
senyawa alkaloid, tannin-polifenolat, flavonoid, monoterpenoif-seskuiterpenoid, steroid-
triterpenoid, kuinon, saponin. Hasil penapisan fitokimia terhadap ekstrak etanol kulit
batang sintok menunjukkan adanya polifenol, monoterpenoid, seskuiterpenoid, steroid
dan kuinon.

Kata Kunci: Penapisan Fitokimia, Ekstraksi, Kulit Batang Sintok

PENDAHULUAN Sintok merupakan obat yang


Sintok (Cinnamomum sintoc baik sekali, sehingga perlu lebih
Bl.) adalah salah satu tanaman banyak dikenal dan digunakan.
tradisional Indonesia suku Sintok dapat dipakai sebagai obat
Lauraceae yang secara empiris luar maupun dalam. Secara empirik
digunakan sebagai penyegar, kulit batang sintok dapat dipakai
merawat penyakit sifilis, untuk untuk pengobatan cacing dalam
merawat gigitan hewan dan serangga perut, juga terhadap tusukan dan
berbisa. Untuk merawat gigitan gigitan binatang,.
hewam dam serangga berbisa, kulit Khasiat kulit batang sintok
batang sintok berperan sebagai yang telah dipercaya oleh
antiinflamasi. masyarakat dan diduga memiliki
aktivitas antiinflamasi yang dapat

29
Jurnal Hexagro. Vol. 1. No. 2 Agustus 2017 ISSN 2459-2691

dikembangkan menjadi obat untuk 2. Cara panas


manusia ataupun hewan ternak. Hal 2.1. Refluks
ini memerlukan suatu pembuktian Refluks adalah ekstraksi dengan
ilmiah untuk membuktikan menggunakan pelarut pada
kandungan kimia yang terdapat di temperatur titik didihnya, selama
dalamnya. Maka perlu dilakukan waktu tertentu dan jumlah pelarut
penelitian mengenai pembuatan terbatas yang relatif konstan dengan
ekstrak dan penapisan fitokimia adanya pendingin balik.
ekstrak kulit batang sintok sebagai 2.2. Sokletasi
pendahuluan dalam upaya Sokletasi adalah ekstraksi dengan
identifikasi kandungan metabolit menggunakan pelarut yang selalu
sekunder kulit batang sintok sebagai baru dan yang umumnya dilakukan
obat. dengan alat khusus sehingga terjadi
ekstrak kontinu dengan jumlah
Materi dan Metode pelarut relatif konstan dengan
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan adanya pendingin balik.
kandungan kimia yang dapat larut 2.3. Digesti
sehingga terpisah dari bahan yang Digesti adalah maserasi kinetik
tidak larut dengan pelarut cair. (dengan pengadukan kontinu) pada
Senyawa aktif yang terdapat dalam temperatur yang lebih tinggi dari
berbagai simplisia dapat digolongkan temperatur ruangan, yaitu secar
ke dalam golongan minyak atsiri, umum dilakukan pada temperatur
alkaloid, flavonoid dan lain-lain. 40-50ºC.
Dengan diketahuinya senyawa aktif 2.4. Infundasi
yang dikandung simplisia akan Infundasi adalah proses penyarian
mempermudah pemilihan pelarut yang umumnya dilakukan untuk
dan cara ekstraksi yang tepat (Ditjen menyari zat kandungan aktif yang
POM, 2000). larut dalam air dari bahan-bahan
Pembagian metode ekstraksi nabati. Proses ini dilakukan pada
menurut Ditjen POM (2000) yaitu: temperatur 90ºC selama 15 menit.
2.5. Dekok
1. Cara dingin Dekok adalah infus pada waktu yang
1.1. Maserasi lebih lama dan temperatur sampai
Maserasi adalah proses titik didih air, yakni 30 menit pada
pengekstrakan simplisia dengan suhu 90-100ºC.
menggunakan pelarut dengan
beberapa kali pengocokan atau Determinasi dan Pengumpulan
pengadukan pada temperatur Bahan Tanaman
ruangan (kamar). Cairan penyari Kulit batang sintok yang
akan menembus dinding sel dan digunakan dalam penelitian ini
masuk ke dalam rongga sel yang adalah kulit batang sintok kering
mengandung zat aktif yang akan yang beredar di pasaran yaitu
larut, karena adanya perbendaan diperoleh dari Pasar Baru Bandung
konsentrasi antara larutan zat aktif pada bulan maret 2006. Determinasi
di dalam sel dan di luar sel maka tanaman telah dilakukan oleh
larutan terpekat didesak keluar. penelitian terdahulu (Sunardi C.,
1.2. Perkolasi dkk, 2005)
Perkolasi adalah ekstraksi dengan
pelarut yang selalu baru sampai Pembuatan Serbuk Simplisia dan
sempurna yang umumnya dilakukan pemeriksaan Karakteristik
pada temperatur ruangan. Proses Mikroskopik
terdiri dari tahapan pengembangan, Simplisia yang baru dibeli
tahap maserasi antara, tahap dicuci terlebih dahulu sampai
perkolasi sebenarnya terus-menerus bersih. Setelah dikeringkan di udara
sampai diperoleh ekstrak (perkolat) terbuka dan terlindung dari cahaya
matahari langsung, simplisia

30
Jurnal Hexagro. Vol. 1. No. 2 Agustus 2017 ISSN 2459-2691

dihaluskan dengan alat penggiling bagian ketiga ditambah pereaksi


hingga menjadi serbuk. Mayer. Adanya endapan kuning-
Pemeriksaan mikroskopik jingga (dengan pereaksi Dragendorff),
dilakukan pada serbuk simplisia endapan coklat-hitam (dengan
kulit batang sintok untuk melihat pereaksi Bourchardat) dan endapan
karakteristik dari kulit batang sintok putih (dengan pereaksi Mayer)
dan dibandingkan dengan pustaka menunjukkan adanya alkaloid.
untuk melihat kebenaran bahan. b. Golongan Tanin/Polifenolat
Sampel ditambah larutan
Ekstraksi Simplisia dengan besi(III) klorida. Adanya senyawa
Menggunakan Etanol 70% polifenolat ditandai dengan warna
Metode ekstraksi yang hijau-biru-hitam hingga hitam.
digunakan adalah maserasi dengan Untuk membedakan tannin dengan
menggunakan pelarut etanol 70%. senyawa polifenolat, maka dalam
Penggantian pelarut dilakukan sampel tersebut ditambahkan
setiap 24 jam sebanyak tiga kali. larutan gelatin 1%. Adanya endapan
Bahan berupa serbuk simplisia kulit putih menunjukkan senyawa tannin.
batang sintok dimasukkan ke dalam c. Golongan flavonoid
maserator kemudian ditambah Sampel dicampur dengan
pelarut etanol 70% sampai seluruh serbuk magnesium dan asam klorida
serbuk terendam dan di diamkan 2N. campuran dipanaskan di atas
selama 24 jam sambil sering diaduk- penangas air, lalu ditambah
aduk. Setelah 24 jam maserat amilalkohol dan dikocok kuat-kuat.
ditampung dan dilakukan Adanya warna kuning hingga merah
remaserasi kembali. Maserat yang yang dapat ditarik oleh amilalkohol
diperoleh dipekatkan dengan menunjukkan flavonoid.
menggunakan rotary evaporator d. Golongan monoterpenoid dan
pada tekanan rendah dan suhu 40°C seskuiterpenoid
sampai terbentuk ekstrak kental. Sampel dilarutkan dengan
Ekstrak tersebut kemudian eter, disaring, lalu lapisan eter
dituangkan ke dalam cawan diuapkan. Kepada hasil pengeringan
penguap yang telah ditara, lalu ditambahkan larutan vanilin 10%
diuapkan di atas waterbath dan dalam asam sulfat pekat. Terjadinya
hasilnya ditimbang. warna-warna menunjukkan adanya
senyawa monoterpenoid dan
Penapisan fitokimia seskuiterpenoid.
Penapisan fitokimia e. Golongan Steroid dan
dilakukan untuk mengetahui Triterpenoid
golongan senyawa apa saja yang Sampel dilarutkan dengan
terkadnung dalam ekstrak etanol eter, disaring, lalu lapisan eter
dari simplisia kulit batang sintok. diuapkan. Kepada hasil pengeringan
Golongan senyawa yang akan ditambah pereaksi Lieberman-
diperiksa meliputi golongan alkaloid, Burchard. Terjadinya warna ungu
kuinon, saponin, flavonoid, tannin- menunjukkan senyawa triterpenoid
polifenolat, monoterpenoid- dan warna hijau biru menunjukkan
seskuiterpenoid, steroid- senyawa steroid.
triterpenoid. Prosedur penapisan f. Golongan Kuinon
fitokimia dijelaskan sebagai berikut: Sampel ditambah larutan
a. Golongan Alkaloid kalium hidroksida 5%. Adanya
Sampel ditambah kloroform senyawa kuinon ditunjukkan
amoniakal dan asam klorida 2N. dengan terjadinya warna kuning
campuran dikocok kuat. Lapisan hingga merah.
asam diambil lalu dibagi menjadi 3 g. Golongan Saponin
bagian. Bagian pertama ditambah Sampel ditambah air, lalu
pereaksi Dragendorff, bagian kedua dipanaskan dan dikocok kuat-kuat.
ditambah pereaksi Bourchardat, dan Adanya busa yang stabil selama 30

31
Jurnal Hexagro. Vol. 1. No. 2 Agustus 2017 ISSN 2459-2691

menit menunjukkan senyawa 𝐽𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑠𝑒𝑛𝑦𝑎𝑤𝑎


𝑅𝑓 =
saponin (Harborne, 1987). 𝑗𝑎𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑝𝑢ℎ 𝑓𝑎𝑠𝑒 𝑔𝑒𝑟𝑎𝑘

Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak HASIL DAN PEMBAHASAN


Evaluasi kromatografi lapis Ekstraksi
tipis ekstrak etanol kulit batang Kulit batang sintok yang akan
sintok yang diperoleh dari hasil digunakan untuk ekstraksi terlebih
maserasi dilakukan dengan prosedur dulu dicuci sampai bersih, kemudian
sebagai berikut: dikeringkan di udara terbuka
a. Tangki pengembang dengan cara diangin-anginkan di
kromatografi lapis tipis diisi luar pengaruh cahaya matahari
dengan larutan pengembang langsung. Pengeringan dilakukan
(toluene : etil asetat = 93 : 7) dan utuk menghentikan reaksi enzimatis
dibiarkan hingga bagian dalam atau hidrolisis yang terjadi pada sel
tangki jenuh dengan uap larutan atau jaringan tumbuhan, dan untuk
pengembang. menguapkan air yang terdapat pada
b. Lempeng KLT silica gel GF 254 jaringan tumbuhan. Setelah
ditandai batas bawahnya seaga dikeringkan, simplisia tersebut
garis awal dengan jarak lebih dihaluskan untuk memudahkan
kurang 1 cm dari tepi lempeng. dalam proses ekstraksi.
c. Larutan ekstrak ditotolkan pada Pada proses ekstraksi
garis bawah dan dibiarkan digunakan metode maserasi dengan
mongering. cairan pelarut etanol 70%. Etanol
d. Lempeng KLT tersebut dipilih sebagai pelarut karena etanol
dimasukkan tegak lurus ke ini merupakan pelarut yang relative
dalam tangki pengembang yang aman dan diperbolehkan menurut
berisi larutan pengembang yang peraturan pemerintah, dapat
telah jenuh dan dibiarkan melarutkan hamper semua metabolit
bebeapa saat hingga larutan sekunder yang terkandung dalam
pengembang mencapai batas simplisia, tidak toksik seperti pelarut
lebih kurang 1 cm dari tepi atas lain misalnya methanol yang dapat
lempeng kromatografi. menyebabkan kebutaan. Jumlah
e. Lempeng diangkat dari tangki volume total etanol yang digunakan
pengembang, dibiarkan keri di adalah 10 liter. Maserat yang
udara terbuka, lalu diamati. diperoleh selama proses maserasi
Bercak yang terlihat di bawah adalah 9,5 liter. Kemudian maserat
sinar ultraviolet 254 nm dan 366 tersebut dievaporasi dan diperoleh
nm ditandai. Setelah itu lempeng ekstrak kental sebanyak 158,83
disemprot dengan vanilin dalam gram.
asam sulfat sebagai penampak Kadar ekstrak total yang
bercak, lalu diamati dan bercak diperoleh dari ekstraksi secara
yang terlihat ditandai. maserasi dengan pelarut etanol 70%
f. Nilai Rf dihitung dengan data dilihat pada Tabel 1.
persamaan rumus sebaga
berikut

Tabel 1. Hasil Ekstraksi Simplisia Kulit Batang Sintok secara Maserasi dengan
Etanol 70%
Kulit Batang Sintok Hasil
Berat Simplisia (gram) 1106,21
Berat Ekstrak Total (gram) 158,83
Rendemen 14,36 %

Pemeriksaan Karakteristik Hasil pemeriksaan karakteristik


Mikroskopik mikroskopik serbuk kulit batang
sintok menunjukkan adanya sel

32
Jurnal Hexagro. Vol. 1. No. 2 Agustus 2017 ISSN 2459-2691

batu, Kristal oksalat, sel minyak, mikroskopik menurut pustaka


serabut sklerenkim dan sklereida. (Sunardi C., dkk, 2005). Gambar
Hasil tersebut sesuai dengan dapat dilihat pada Gambar 1.
pemeriksaan karakteristik berikut.

Gambar 1 Mikroskopik serbuk kulit batang sintok perbesaran 400X


Keterangan: Penapisan Fitokimia
1 = Sel batu Hasil penapisan fitokimia yang
2 = Kristal oksalat dilakukan terhadap ekstrak etanol
3 = Sel Minyak kulit batang sintok memberikan
4 = Serabut sklerenkim hasil sebagaimana tercantum pada
5 = Sklereida Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Hasil Penapisan Fitokimia Ekstrak Etanol Kulit Batang Sintok.


Golongan Senyawa Keterangan
Alkaloid -
a. Mayer -
b. Dragendorff -
c. Bouchardat -
Tanin -
Polifenol +
Flavonoid -
Monoterpenoid +
Seskuiterpen +
Steroid +
Triterpenoid -
Kuinon +
Saponin -

Keterangan : polifenol, monoterpenoid,


Positif (+) = terdeteksi seskuiterpenoid, steroid, dan
Negatif (-) = tidak terdeteksi kuinon.
Berdasarkan tabel di atas dapat
disimpulkan bahwa ekstrak etanol
kulit batang sintok mengandung

33
Jurnal Hexagro. Vol. 1. No. 2 Agustus 2017 ISSN 2459-2691

Kromatografi Lapis Tipis Ekstrak toluene-etil asetat 93 : 7. Profil


Pemilihan fase gerak pada kromatogram ekstrak etanol batang
evaluasi kromatografi lapis tipis sintok dapat dilihat pada Gambar 2.
dilakukan berdasarkan pustaka berikut.
(Sunardi C., dkk, 2005) yaitu

Gambar 2. Hasil kromatografi lapis tipis ekstrak etanol kulit batang sintok

Hasil perhitungan nilai hRf dapat dilihat pada Tabel 3. berikut.


Tabel 3. Nilai hRf Kromaografi Lapis Tipis Ekstrak Etanol Kulit Batang Sintok
Warna bercak
Vanilin-asam
hRf UV 254 nm UV 366 nm
sulfat
43 - Hijau -
42 - - Coklat jingga
48 - - Coklat jingga

Profil kromatogram sesuai pada ekstrak etanol kulit batang


dengan pustaka yang menunjukkan sintok mengandung polifenol,
adanya spot dengan hRf = 43 monoterpenoid, seskuiterpenoid,
berfluoresensi hijau di bawah sinar steroid, dan kuinon.
UV 366 nm dan spot dengan hRf = 42
dan 48 berwarna coklat jingga DAFTAR PUSTAKA
setelah disemprot vanilin-asam Block JH. Jr., Beale JM. editor. 2011.
sulfat. Wilson dan Gisvold Buku Ajar
Kimia Medisinal Organik dan
Kesimpulan Kimia Farmasi. Edisi 11. alih
Berdasarkan hasil penelitian bahasa, A. A. Kd. Harmita.
didapatkan ekstrak sebanyak 158,83 dkk. Jakarta: EGC.
gram dengan rendemen 14,36%. Dahlan S. 2008. Statistik untuk
Kandungan senyawa yang terdapat Kedokteran dan Kesehatan.

34
Jurnal Hexagro. Vol. 1. No. 2 Agustus 2017 ISSN 2459-2691

Jakarta: Salemba Medika. Sampurno. 2000.. Parameter


Harborne, J.B, 1987. Metode Standar Umum Ekstrak
Fitokimia. Terbitan Kedua. Tumbuhan Obat.
Bandung: ITB. Hal 1415. Departemen Kesehatan
Dalimartha S. 2009. Atlas Republik Indonesia. Jakarta.
Tumbuhan Obat Indonesia hlm: 16.
Jilid 1. Jakarta: Trubus Soedibyo, B.R.A.M. 1998. Manfaat
Agriwidya Heyne, K. 1987. dan Kegunaan Alam Sebagai
Tumbuhan Berguna Indonesia Sumber Kesehatan. Jakarta.
II. Jakarta: Departemen Soh Wuu Kang. 2011. Taxonomic
Kehutanan. Hal: 805-806. Revision of Cinnamomum
F. Fiya, Tri W. A., Widodo F. M. (Lauraceae) in Borneo.
Ekstraksi senyawa bioaktif Blumea.
sebagai antioksidan Sunardi, Clara, Yoppi I., dkk. 2005.
alamiSpirulina platensis Laporan Pengujian
Segar dengan Pelarut yang Laboratorium Untuk
Berbeda. JPHPI, 2015, 18(1): Penetapan Mutu dan
33-34 Keamanan Ekstrak Obat Asli
Indraswari A. Optimasi Pembuatan Indonesia Cinnamomum
Ekstrak Daun Dewandaru sintok Bl. Jurusan Farmasi.
(Eugenia uniflora L.) Fakultas Matematika dan
Menggunakan Metode Ilmu pengetahuan Alam.
Maserasi dengan Parameter Universitas Padjadjaran.
Kadar Total Senyawa Fenolik Bandung.
dan Flavonoid. Farmasi Syamsuhidayat, S. S. & Hutapea, J.
Universitas Muhammadiyah R. 1991. Inventaris Tanaman
Surakarta. 2008. Hal: 6 Obat (I). Badan Penelitian dan
Loomis, T.A. 1986. Obat Tradisional Pengembangan Kesehatan
Dan Fitoterapi: Uji Departmen Kesehatan RI.
Toksikologi. Yogyakarta: Jakarta.
Fakultas Farmasi UGM. hal. Gaspersz, V. 1995. Teknik Analisis
233-238. dalam Penelitian Percobaan.
Tarsito. Bandung.

35

Anda mungkin juga menyukai