Anda di halaman 1dari 2

SULARSO SOPATER

A. Ciri-ciri Sularso Sopater mengikut roh kudus adalah ia tetap melaksanakan perintah
ibunya yang menginginkan dia menjadi pendeta. Padahal ia ingin menjadi seorang
insinyur pertanian, ia tetap terus bersabar dan menjalankan kewajibannya yaitu
memenuhi wasiat mendiang ayahnya.

B. Takdir Sularso Sopater menjadi gembala, pelayan umat Kristiani, adalah ketentuan-
Nya.

Ibunya, R Ngt Soekinah sebagai perantara-Nya.

Ibunyalah yang mengarahkan jalan hidup Sularso, putra bungsu dari tujuh bersaudara,
agar melanjutkan kependetaan Ponidi.

Lalu, sebagai anak yang berbakti kepada orangtua, Sularso mengesampingkan cita-
citanya semula untuk menjadi insinyur pertanian.

Sebenarnya keinginan menjadi insinyur pertanian juga terinspirasi dari bakat ibunya
yang bertangan dingin berolah tanam.

Namun, lantaran penyakit ginjal yang menyerang Sularso – akibat sudah banyak kerja
keras semasa remaja – ibunya melontarkan wasiat Ponidi agar salah seorang anaknya
melanjutkan perjuangan sang ayah menjadi pendeta.

Rentang waktu antara Sularso dengan ayahnya, dalam pengabdian hidup menjadi
pendeta, berlangsung dalam kurun tiga dasawarsa.

Ponidi menjadi pendeta pribumi pertama di GKJ Gondokusuman yang ditahbiskan


pada 1926 dan juga pendeta pribumi pertama di lingkungan Sinode GKJ.

Berselang 34 tahun kemudian, Sularso ditahbiskan sebagai pendeta pada Maret 1960
di usia 26 tahun.

Kenyataan tersebut tentu menarik.

Sularso meneruskan kependetaan ayahnya dan menjadi saksi peringatan 100 tahun
GKJ Gondokusuman pada November 2013.

Sularso pun salah seorang pendeta yang ditulis profilnya di buku Menjadi Garam dan
Terang Kehidupan (2013) karya Agoes Widhartono yang mencatat kesejarahan GKJ
Gondokusuman Yogyakarta.
Tiga tahun berselang, proses pemaknaan kembali dilakukan Sularso melalui buku
memoar ini (2016).

Publik luas pun mendapatkan hasil pemaknaan lebih lengkap lagi.

Anda mungkin juga menyukai