Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

PENELITIAN, PENULISAN ILMIAH, HAKIKAT DAN KEGUNAAN


ILMU

Dosen Pengampu:

Muliono,M.Si.

Disusun oleh kelompok 8

Moh. Ahyari (20862321066)


M. Khoirul ulum (20862321056)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDA’IYAH

FAKULTAS ILMU KEISLAMAN

UNIVERSITAS ISLAM RADEN RAHMAT MALANG

OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nyatentunyakamitidakakansanggupuntukmenyelesaikanmakalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhiratnanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat- Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah untuk memenuhi tugas kuliah
ILMU FILSAFAT.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan
didalamnya.Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar- besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya
kepada Dosen kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Malang, 11 Oktober 2021

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …...……………………………………………………… i


DAFTAR ISI ……………..………………………………………………...…… ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang...………………………………………………...………….. 1
2. Rumusan masalah.………………………………………………………….. 1
3. Tujuan …………………...………………………………..…………….........2
BAB II PEMBAHASAN

PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH


A. Stuktur penelitian danpenulisan ilmiah …………………………...……... 3
B. Teknik penulisan ilmiah…….……………….…………..……………....… 9
C. Teknik notasi ilmiah……….……………………...………………...……. 10
HAKIKAT DAN KEGUNAAN ILMU
A. Hakikat ilmu…………………………………..…………………….…..….. 12
B. Syarat-syarat ilmu….…………………………………………………….… 14
C. Karakteristik ilmu…………….………………………………………….… 15
D. Kegunaan ilmu……...………….…………………………………………… 16
PENUTUP
A. Kesimpulan ……………...……………………….………………...…....…. 18
B. Saran dan kritik…......…………………………….………......................... 19
DAFTAR PUSTAKA ……………..…………………………………………... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sejak abad ke-18, ilmu pengetahuan telah berkembang pesat dan
melahirkan teknologi canggih yang berperan penting dalam kehidupan manusia.
Perkembangan ilmu pengetahuan telah mengubah sejarah peradaban manusia
menjadi lebih modern. Para ilmuan berhasil mengembangkan mengembangkan
ilmu pengetahuan karena mereka bekerja secara sistematis, jujur dan disiplin.
Mereka mengembangkan semua keterampilan yang mereka miliki. Keterampilan
itu dinamakan keterampilan proses.Seseorang yang ingin mempelajari sains
diharapkan dapat menggunakan dan melatih keterampilan proses yang dimilikinya
sehingga akan terbentuk suatu sikap ilmiah dalam menjawab berbagai pertanyaan-
pertanyaan di alam.
Metode ilmiah adalah langkah-langkah sistematis dan teratur yang
digunakan dalam rangka mencari kebenaran ilmu pengetahuan. Metode ilmiah
diperlukan dalam melakukan suatu penelitian. Mengapa kita harus melakukan
penelitian ? Penelitian dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan rasa
ingin tahu manusia terhadap suatu kejadian atau gejala alam tertentu. Ilmu
pengetahuan terus berkembang karena para ilmuan tak berhenti mencari tahu dan
meneliti mengenai gejala-gejala alam yang terjadi. Berdasarkan uraian diatas
penulis akan membahas mengenai struktur penelitian dan penulisan ilmiah, teknik
penulisan ilmiah,teknik notasi ilmiah.
Sedangkan Hakikat Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha
sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia
dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar
dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan
membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari
keterbatasannya

B. Permasalahan
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

1
1. Bagaimana struktur penelitian dan penulisan ilmiah ?
2. Bagaimana teknik penulisan ilmiah ?
3. Bagaimana teknik notasi ilmiah ?
4. Apa itu hakekat ilmu?
5. Apa saja syarat-syarat ilmu?
6. Bagaimana karakteristik ilmu?
7. Apa saja kegunaan Ilmu?

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah :
1. Memberikan penjelasan mengenai struktur penelitian dan penulisan ilmiah
2. Memberikan penjelasan mengenai teknik penulisan ilmiah
3. Memberikan penjelasan mengenai teknik notasi ilmiah
4. Memberikan penjelasan mengenai hakekat ilmu
5.Memberikan penjelasan tentang syarat-syarat ilmu
6. Memberikan penjelasan bagaimana karakteristik ilmu
7. Memberikan penjelasan apa saja kegunaan ilmu

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Struktur Penelitian dan Penulisan Ilmiah
Sebenarnya banyak sekali bentuk dan cara penulisan keilmuan yang dapat
kita temui dalam berbagai pedoman penulisan. Bentuk luarnya bias berbeda
namun jiwa dan penalarannya adalah sama. Dengan demikian maka yang lebih
penting adalah bukan saja mengetahui teknik-teknik pelaksanaannya melainkan
memahami dasar pikiran yang melandasinya. Bagi seorang maestro penelitian
ilmiah pada hakikatnya merupakan operasionalisasi metode ilmiah dalam kegiatan
keilmuan. Demikian juga penulisan ilmiah pada dasarnya merupakan argumentasi
penalaran keilmuan yang dikomunikasikan lewat bahasa tulisan. Untuk itu mutlak
diperlukan penguasaanyangbaikmengenaihakikat.keilmuan agar dapat melakukan
penelitian dan sekaligus mengkomunikasikannya secara tertulis. Demikian juga
bagi seorang penulis ilmiah yang baik, tidak jadi masalah apakah hipotesis ditulis
langsung setelah perumusan masalah, ditempat mana akan dinyatakan postulat,
asumsi atau prinsip, sebab dia tahu benar hakikat dan fungsi unsur-unsur tersebut
dalam keseluruhan struktur penulisan ilmiah
Untuk itu maka dibawah ini akan dibahas struktur penulisan ilmiah yang
secara logis dan kronologis mencerminkan kerangka penalaran ilmiah.
Pembahasan ini ditujukan bagi mereka yang sedang menulis tesis, disertasi,
laporan penelitian atau publikasi ilmiah lainnya, dengan harapan agar mereka
lebih memahami logika dan arsitektur penulisan ilmiah. Dengan mengenal
kerangka berpikir filsafati maka kita secara lebih mudah akan menguasai hal-hal
yang bersifat teknis.
Pengajuan Masalah
Langkah pertama dalam suatu penelitian ilmiah adalah mengajukan
masalah. Satu hal yang harus disadari bahwa pada hakikatnya suatu masalah tidak
pernah berdiri sendiri dan terisolasi dari faktor-faktor lain. Selalu terdapat
konstelasi yang merupakan latar belakang dari suatu masalah tertentu. Secara
operasional suatu gejala baru dapat disebut masalah bila gejala itu terdapat dalam
satu situasi tertentu.
3
Dalam konstelasi yang bersifat situsional inilah maka kita dapat
mengidfentifikasikan objek yang menjadi masalah. Identifikasi masalah
merupakan suatu tahap permulaan dari penguasaan masalah dimana suatu objek
dalam suatu jalinan situasi tertentu dapat kita kenali sebagai suatu masalah.
Ternyata identifikasi masalah memberikan kepada kita sejumlah
pertanyaan yang banyak sekali. Dalam kegiatan ilmiah berlaku semacam asas
bahwa bukan kuantitas jawaban yang menentukan mutu keilmuan suatu penelitian
elainkan kualitas jawabannya. Lebih baik sebuah penelitian yang menghasilkan
dua atau tiga hipotesis yang teruji dan terandalkan dari pada sebuah penemuan
yang kurang dapat dipertanggungjawabkan. Ilmu merupakan pengetahuan ilmiah
yang dikembangkan secara kumulatif di mana setiap permasalahan dipecahkan
tahap demi tahap dan sedikit demisedikit. Permasalahan harus dibatasi ruang
lingkupnya, pembatasan masalah merupakan upaya untuk untuk menetapkan
batas-batas permasalahan dengan jelas, yang memungkinkan kita untuk
mengidentifikasikan faktor mana saja yang termasuk ke dalam lingkup
permasalahan, dan faktor mana yang tidak.
Perumusan masalah merupakan upaya untuk menyatakan secara tersurat
pertanyaan-pertanyaan apa saja yang ingin kita carikan jawabannya. Perumusan
masalah dijabarkan dari identifikasi dan pembatasan masalah, atau dengan
katalain perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan terperinci
mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti berdasarkan identifikasi
dan pembatasan masalah. Massalah yang dirumuskan dengan baik, berarti sudah
setengah dijawab. Perumusan masalah yang baik bukan saja membantu
memusatkan pikiran namun sekaligus mengarahkan juga cara berpikir kita. Bagi
kita sendiri sebaiknya logika berpikir ilmiah itulah yang didahulukan dan dengan
demikian maka struktur penulisannya mencerminkan alur jalan berpikir. Jika
postulat, asumsi dan prinsip dipergunakan dalam penyusunan kerangka teoritis
dalam pengajuan hipotesis maka ketiga pikiran dasar tersebut sebaiknya
dinyatakan dalam bagian kajian teoritis itulah diperlukan pernyataan secara
tersurat mengenai pikiran-pikiran dasar yang melandasi kerangka argumentasi
kita.
4
Masalah yang dirumuskan dengan baik, berarti sudah setengah dijawab.
Perumusan masalah yang baik bukan saja membantu me musatkan pikiran namun
sekaligus mengarahkan juga cara berpikir kita. Umpamanya studi perbandingan
antara pendidikan formal dan pendi dikan nonformal setelah dibatasi masalahnya
dapat dirumuskan sebagai berikut :
(1) Dalam mata pelajaran IPA di SD, metode pendidikan manakah yang
menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik, formal atau nonformal?
(2) Dalam mata pelajaran IPS di SD, metode pendidikan manakah yang
menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik, formal atau non formal?
(3) Dalam mata pelajaran matematika di SD, metode pendidikan manakah yang
menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik, formal atau nonformal?
(4) Dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, metode pendidikan mana kah yang
menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik, formal atau nonformal?
Setelah masalah dirumuskan dengan baik maka seorang peneliti
menyatakan tujuan penelitiannya. Tujuan penelitian ini adalah pernyataan
mengenai ruang lingkup dan kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan masalah
yang telah dilursuskan. Setelah itu maka dibahas kemungkinan kegunaan
penelitian yang merupakan manfaat yang dapat dipetik dari pemecahan masalah
yang didapat dari penelitian.
Dengan demikian maka secara kronologis dapat kita simpulkan enam
kegiatan dalam langkah Pengajuan Masalah sebagai mana tampak di bawah ini:
PENGAJUAN MASALAH
1. Latar belakang masalah
2. Identifikasi masalah
3. Pembatasan masalah
4. Perumusan masalah
5. Tujuan penelitian
6. Kegunaan penelitian.

5
Penyusunan Kerangka Teoritis

Setelah masalah berhasil dirumuskan dengan baik maka langkah kedua


dalam metode ilmiah adalah mengajukan hipotesis. Hipotesis merupakan dugaan
atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang diajukan. Cara ilmiah dalam
memecahkan persoalan pada hakikatnya adalah mempergunakan pengetahuan
ilmiah sebagai dasar argumentasi dalam mengkaji persoalan agar kita
mendapatkan jawaban yang dapat diandalkan. Hal ini berarti bahwa dalam
menghadapi permasalahan yang diajukan maka kita mempergunakan teori-teori
ilmiah sebagai alat yang membantu kita dalam menemukan pemecahan.

Agar sebuah kerangka teoritis dapat meyakinkan maka argumuntasi yang


disusun tersebut harus dapat memenuhi beberapa syarat. Pertama, teori-teori yang
dipergunakan dalam membangun kerangka berpikir harus merupakan pilihan dari
sejumlah teori yang dikuasai secara lengkap dengan mencakup perkembangan-
perkembangan terbaru.

Pengetahuan filsafati tentang suatu teori adalah pengetahuan tentang


pikiran-pikiran dasar yang melandasi teori tersebut dalam bentuk postulat, asumsi
atau prinsip yang sering kurang mendapatkan perhatian dalam proses belajar
mengajar. Kedua, Analisis filsafati dari teori-teori keilmuan yang mendasari
pengetahuan tersebut dengan pembahasan eksplisit mengenai postulat, asumsi,
dan prinsip yang mendasarinya. Ketiga, mampu mengidentifikasikan masalah
yang timbul sekitar disiplin keilmuan tersebut.

Pada hakikatnya kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis didasarkan


pada argumentasi berpikir deduktif dengan mempergunakan pengetahuan ilmiah,
sebagai premis-premis dasarnya. Mempergunakan pengetahuan ilmiah sebagai
premis dasar dalam kerangka argumentasi akan menjamin dua hal. Pertama,
karena kebenaran pernyataan ilmiah telah teruji lewat proses keilmuan maka kita
merasa yakin bahwa kesimpulan yang ditarik merupakan jawaban yang
terandalkan. Kedua, dengan mempergunakan pernyataan yang secara sah diakui
sebagai pengetahuan ilmiah maka pengetahuan baru yang ditarik secara deduktif
akan bersifat konsisten dengan tubuh pengetahuan yang telah disusun.
6
Kerangka teoritis suatu penelitian dimulai dengan mengidentifikasi dan
nengkaji berbagai teori yang relevan serta diakhiri dengan pengajuan hipotesis.
Bahwa produk akhir dari proses pengkajian kerangka teoritis ini adalah
perumusan hipotesis harus merupakan pangkal dan tujuandariseluruhanalisis.
Metodologi Penelitian
Setelah kita berhasil merumuskan hipotesis yang diturunkan secara
deduktif dari pengetahuan ilmiah yang relevan maka langkah berikutnya adalah
menguji hipotesis tersebut secara empiris. Artinya kita melakukan verifikasi
apakah pernyataan yang dikandung oleh hipotesis yang diajukan tersebut
didukung atau tidak oleh kenyataan yang bersifat faktual. Masalah yang dihadapi
dalam proses verifikasi ini adalah bagaimana prosedur dan cara dalam
pengumpulan dan analisis data agar kesimpulan yang ditarik memenuhi
persyaratan berpikir induktif. Penetapan prosedur dan cara ini disebut metodologi
penelitian yang pada hakikatnya merupakan persiapan sebelum verifikasi
dilakukan.
Metodologi adalah pengetahuan tentang metode-metode, jadi metodologi
penelitian adalah pengetahuan tentang berbagai metode yang dipergunakan dalam
penelitian. Setiap penelitian mempunyai metode penelitian masing-masing dan
metode penelitian tersebut ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian.
Pada hakikatnya proses verifikasi adalah mengumpulkan dan menganalisis
data dimana kesimpulan yang ditarik kemudian dibandingkan dengan hipotesis
untuk menentukan apakah hipotesis yang diajukan tersebut ditolak atau diterima.
Dengan demikian maka teknik-teknik yang tergabung dalam metode penelitian
harus dipilih yang bersifat cocok dengan perumusan hipotesis.
Penyusunan metodologi penelitian mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
1. Tujuan penelitian secara lengkap dan operasional dalam bentuk pernyataan
yang mengidentikasikan variable-variabel dan karakteristik hubungan yang
akan diteliti.
2. Tempat dan waktu penelitian di mana akan dilakukan generalisasi mengenai
variable-variabel yang diteliti

7
3. Metode penelitian yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian dan tingkat
generalisasi yang diharapkan
4. Teknik pengambilan contoh yang relevan dengan tujuan penelitian, tingkat
keumuman dan metode penelitian.
5. Teknik pengumpulan data yang mencakup identifikasi variable yang akan
dikumpulkan, sumber data, teknik pengukuran, instrument dan teknik
mendapatkan data.
6. Teknik analisis data yang mencakup langkah-langkah dan teknik analisis yang
dipergunakan yang ditetapkan berdasarkan pengajuan hipotesis.
Hasil Penelitian
Dalam membahas hasil penelitian tujuan kita adalah membandingkan
kesimpulan yang ditarik dari data yang telah dikumpulkan dengan hipotesis yang
diajukan. Secara sistematik dan terarah maka data yang telah di kumpulkan
diolah, deskripsikan, bandingkan dan evaluasi yang semuanya diarahkan pada
sebuah penarikan kesimpulan apakah data tersebut data tersebut mendukung atau
menolak hipotesis yang diajukan. Hasil penelitian dapat dilaporkan dalam
kegiatan sebagai berikut :
1. Menyatakan variabel-variabel yang diteliti
2. Menyatakan teknik analisis data
3. Mendeskripsikan hasil analisis data
4. M.emberikan penafsiran terhadap kesimpulan analisis data
5. Menyimpulkan pengujian hipotesis apakah ditolak atau diterima
Ringkasan dan Kesimpulan
Kesimpulan penelitian merupakan sintesis dari keseluruhan aspek
penelitian yang terdiri dari masalah, kerangka teoritis, hipotesis, metodologi
penelitian dan penemuan penelitian. Sintesis ini membuahkan kesimpulan yang
ditopong oleh suatu kajian yang bersifat terpadu dengan meletakkan berbagai
aspek penelitian dalam perspektif yang menyeluruh. Kesimpulan dapat diperinci
ke dalam langkah-langkah sebagai berikut :

8
1. Deskripsi singkat mengenai masalah, kerangka teoritis, hipotesis, metodologi
dan penemuan penelitian
2. Kesimpulan penelitian yang merupakan sistesis berdasarkan keseluruhan
aspek
3. Pembahasan kesimpulan penelitian dengan melakukan perbandingan terhadap
penelitian lain dan pengetahuan ilmiah yang relevan
4. Mengkaji implikasi penelitian
5. Mengajukan saran
Abstrak
Abstrak merupakan ringkasan seluruh kegiatan penelitian yang paling
banyak terdiri dari tiga halaman. Keseluruhan abstrak merupakan sebuah eseiyang
utuh dan tidak dibatasi oleh sub judul.

Daftar Pustaka
Pada hakikatnya daftar pustaka merupakan inventarisasi dari seluruh
publikasi ilmiah maupun nonilmiah yang digunakan sebagai dasar bagi
pengkajian yang dilakukan.
Riwayat Hidup
Sebuah tulisan ilmiah kadang-kadang disertai riwayat hidup penulisnya.
Riwayat hidup ini biasanya merupakan deskripsi dari latar belakang pendidikan
dan pekerjaan yang mempunyai hubungan dengan penulisan ilmiah yang
disampaikan.
Usulan Penelitian
Usulan penelitian hanya mencakup langkah pengajukan masalah,
penyusunan kerangka teoritis dan pengajuan hipotesis serta metodologi penelitian.
Usulan penelitian biasanya dilengkapi dengan jadwal kegiatan, personalia peneliti
serta aspek-aspek lainnya yang berhubungan dengan penelitian umpamanya
pembiayaan.
B. Teknik Penulisan Ilmiah
Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yaitu gaya penulisan
dalam bentuk pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam menyebutkan sumber
dari pengetahuan ilmiah yang dipergunakan dalam penulisan.
9
Komunikasi ilmiah harus bersifat jelas dan tepat yang memungkinkan proses
penyampaian pesan yang bersifat reproduktif dan impersonal. Bahasa yang
dipergunakan harus jelas di mana pesan mengenai objek yang ingin
dikomunikasikan mengandung informasi yang disampaikan sedemikian rupa
sehingga sipenerima betul-betul mengerti akan isi pesan yang disampaikan
kepadanya.
Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sebuah
kalimat yang tidak bias diidentifikasikan mana yang merupakan subjek dan mana
yang merupakan predikat serta hubungan yang terkait antara subjek dan predikat
kemungkinan besar akan merupakan informasi yang tidak jelas. Dalam menulis
karangan ilmiah penggunaan kata harus dilakukan secara tepat artinya kita harus
memilih kata-kata yang sesuai dengan pesan apa yang ingin disampaikan.
Komunikasi ilmiah harus bersifat reproduktif, artinya bahwasipenerima
pesan mendapatkan kopi yang benar-benar sama dengan prototipe yang
disampaikan sipemberi pesan, seperti fotokopi. Dalam komunikasi ilmiah tidak
boleh terdapat penafsiran yang lain selain isi yang dikandung oleh pesan tersebut,
sedangkan dalam komunikasio estetik sering terdapat penafsiran yang berbeda
terhadap objek komunikasi yang sama, yang disebabkan oleh penjiwaan yang
memang tidak ditujukan kepada penjiwaan melainkan kepada penalaran dan oleh
sebab itu harus dihindarkan bentuk pernyataan yang tidak jelas atau bermakna
jamak.
C. Teknik Notasi Ilmiah
Pernyataan ilmiah yang kita pergunakan dalam tulisan harus mencakup
beberapahal. Pertama, harus dapat kita identifikasikan orang yang membuat
penyataan tersebut. Kedua, harus dapat kita identifikasikan media komunikasi
ilmiah di mana pernyataan itu disampaikan apakah itu makalah, buku, seminar,
lokakarya dan sebagainya. Ketiga, harus dapat kita identifikasikan lembaga yang
menerbitkan publikasi ilmiah tersebut beserta tempat berdomisili dan waktu
penerbitan itu dilakukan. Cara mencantumkan hal tersebut dalam tulisan ilmiah
disebut teknik notasi ilmiah.
10
Terdapat bermacam-macam teknik notasi ilmiah yang pada dasarnya
mencerminkan hakikat dan unsur yang sama meskipun dalam format dan simbol
yang beerbeda-beda. Dibawah ini akan dipelajari teknik notasi ilmiah yang
menggunakan catatan kaki (footnote). Tanda catatan kaki diletakkan diujung
kalimat yang kita kutip dengan mempergunakan angka arab yang diketik naik
setengah spasi. Catatan kaki pada tiap bab diberi nomor urut mulai dari angka 1
sampai habis dan diganti dengan nomor 1 kembali pada bab yang baru. Beberapa
contoh cara penulisan catatan kaki :
Jika satu kalimat terdiri dari beberapa catatan kaki, tanda catatan kaki
diletakkan di ujung kalimat yang dikutip sebelum tanda baca penutup. Sedangkan
satu kalimat yang seluruhnya terdiri dari satu kutipan tanda catatan kaki
diletakkan sesudah tanda baca penutup kalimat. Contoh : Larrabe mendefinisikan
ilmu sebagai pengetahuan yang dapat diandalkan1 sedangkan Ricther melihat ilmu
sebagai sebuah metode2 dan Conant mengidentifikasikan ilmu sebagai
serangkaian konsep sebagai hasil dari pengamatan dari percobaan3. Kalimat yang
kita kutip harus dituliskan secara tersurat dalam catatan kaki sebagai berikut ;
1
Harlod A. Larrabe, Reliable Knoeledge (Boston : Houghton miffin,1964),hlm,4.
2
Maurice N. Ricther, Jr. Science as a Cultural Process (Cambrige : Schenkman,
1972), hlm.15.
3
James B. Connant, Science and Common Sence (New Haven : yale University
press, 1961),hlm. 25.
Jika pengarang yang jumlahnya sampai tiga orang dituliskan lengkap
sedangkan jumlah pengarang yang lebih dari tiga orang hanya ditulis nama
pengarang pertama ditambah kata et al. (et all : dan lain-lain)
4
William S. Shakian and Mabel L. Sahakian, Realms of Philosophy (Cambrige :
Schkenkman, 1965).
5
Sukarno et all., Dasar-DasarPendidikan Science (Jakarta : Bhrata,1973)
Kutipan yang diambil dari halaman tertentu disebutkan halamannya
dengan singkatan p (pagina) atau hlm. (halaman). Jika nama pengarang tidak ada
langsung saja dituliskan nama buku atau dituliskan.

11
6
James R. Newman (ed), What is Science? (New York : Simon and Schuster,
1995).
Jika sebuah makalah yang dipublikasikan dalam majala, Koran, kumpulan
karangan atau disampaikan dalam forum ilmiah dituliskan dalam tanda kutip yang
disertai dengan informasi mengenai makalah tersebut.
7
Karlina,”Sebuah Tanggapan: Hipotesis dan Setengah Ilmuan”. Kompas 12
Desember 1981, hlm. 4.
Jika pengulangan kutipan dengan sumber yang sama dilakukan dengan
memakai notasi op. cit ( opera citato : dalam karya yang telah dikutip), loc. Cit
(loco citato : dalam tempat yang telah dikutip) dan ibid (ibid : dalam tempat yang
sama). 8Ibid, hlm. 131.
Semua kutipan tersebut, baik yang dikutip secara langsung maupun tidak
langsung, sumbernya kemudian kita sertakan dalam daftar pustaka.

HAKIKAT DAN KEGUNAAN ILMU


A. Hakikat Ilmu
Ilmu (atau ilmu pengetahuan) adalah seluruh usaha sadar untuk
menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai
segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan
rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi
lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya
Dewasa ini ilmu bahkan sudah berada di ambang kemajuan yang
mempengaruhi reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri. Jadi ilmu bukan
saja menimbulkan gejala Dehumanisasi namun bahkan kemungkinan mengubah
hakikat kemanusiaan itu sendiri, atau dengan perkataan lain ilmu bukan lagi
merupakan sarana yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun
bahkan kemungkinan mengubah hakikat manusia itu sendiri atau dengan
perkataan lain ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia
mencapai tujuan hidupnya namun juga menciptakan hidup itu sendiri.
Menghadapi kenyataan ini ilmu pada hakikat nya mempelajari alam sebagaimana
adanya mulai mempertanyakan hal-hal yang bersifat seharusnya. untuk apa
12
sebenarnya ilmu itu harus dipergunakan? dimana batas kewenangan penjelajahan
keilmuan? kearah mana perkembangan keilmuan harus diarahkan? pertanyaan
semacam ini jelas tidak merupakan urgenci bagi ilmuan seperti coperngicus,
Galileo, ilmuan seangkatannya. Ontology diartikan sebagai pengkajian mengenai
hakikat realitas dari objek yang di telaah dalam membuahkan pengetahuan,
aksiologi di artikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari
pengetahuan yang di peroleh. Pertanyaan mengenai hakikat nilai dapat di jawab
dengan tiga macam cara orang dapat mengatakan bahwa:
1). Nilai sepenuhnya berhakikat subjektif. Ditinjau dari pandang ini nilai-nilai
merupakan reaksi-reaksi yang di berikan oleh manusia sebagai pelaku dan
keberaan nya tergantung pada pengalaman-pengalaman mereka. Yang demikian
ini dapat dinamakan “ subjektifitas “. Atau dapat pula orang mengatakan,
2). Nilai-nilai merupakan kenyataan-kenyataan di tinjau dari segi ontology,
namun tidak terdapat dalam ruang dan waktu. Nilai-nilai tersebut merupakan
esensi logis dan dapat di ketahui melalui akal. Pendirian ini
dinamakan “Objektivisme Logis“ dan akhirnya orang dapat mengatakan bahwa,
3). Nilai-nilai merupakan unsur-unsur objektif yang menyusun kenyataan.
Dan demikian ini disebut “Objektivisme Metafisik“
Selain itu ada pula pembicaraan mengenai apakah hakikat pengalaman
mengenai nilai? Apakah pengalaman tersebut semata-mata merupakan respon
perasaan terhadat keadaan tertentu seperti yang dikatakan oleh sejumlah aktifis?
Apakah pengalaman tersebut merupakan hasil pengenalan nilai itu sendiri secara
lansung seperti yang di katakana oleh FILSUF BRITANIA, A.C EWING? Atau
apakah pengalaman tadi merupakan pembuktian bahwa objek yang di nilai
merupakan sarana untuk mencapai suatu tujuan atau akibat seperti yang dikatakan
oleh John Dewy? Sedangkan masalah lain yang dapat timbul adalah bagaimana
cara orang mengetahui nilai? Atau secara logika pertanyaan ini menjadi
bagaimana : bagaimanaka caranya membuat tanggapan-tanggapan penilan?
Sejumlah makna nilai secara singkat dapat dikatakan, perkataan ”nilai” kiranya
mempunyai macam makna seperti yang tampak dalam contoh-contoh berikut ini :

13
1. Mengandung nilai (artinya,berguna)
2. Merupakan nilai (artinya,baik atau benar atau indah)
3. Mempunyai nilai (artinya,merupakan objek keinginan,mempunyai kualitas
yang dapat menyebabkan orang mengambil sikap ”menyetujui”, atau
mempunyai sifat nilai tertentu)
4. Memberi nilai (artinya menanggapi sesuatu sebagai hal yang diinginkan atau
sebagai hal yang menggambarkan nilai tertentu.
Dari pengertian ilmu di atas dapat diperoleh gambaran bahwa pada
prinsipnya ilmu merupakan suatu usaha untuk mengorganisasikan dan
mensistematisasikan pengetahuan atau fakta yang berasal dari pengalaman dan
pengamatan dalam kehidupan sehari-hari, dan dilanjutkan dengan pemikiran
secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode yang biasa
dilakukan dalam penelitian ilmiah (observasi, eksperimen, survai, studi kasus dan
lain-lain)
B. Syarat-Syarat Ilmu
Menurut Sudrajat (2008), suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu apabila
dapat memenuhi persyaratan-persyaratan, sebagai berikut :
1. Ilmu mensyaratkan adanya obyek yang diteliti, baik yang berhubungan dengan
alam (kosmologi) maupun tentang manusia (Biopsikososial). Ilmu
mensyaratkan adanya obyek yang diteliti. Lorens Bagus (1996) menjelaskan
bahwa dalam teori skolastik terdapat pembedaan antara obyek material dan
obyek formal. Obyek formal merupakan obyek konkret yang disimak ilmu.
Sedang obyek formal merupakan aspek khusus atau sudut pandang terhadap
ilmu. Yang mencirikan setiap ilmu adalah obyek formalnya. Sementara obyek
material yang sama dapat dikaji oleh banyak ilmu lain.
Ilmu mensyaratkan adanya metode tertentu, yang di dalamnya berisi
pendekatan dan teknik tertentu. Metode ini dikenal dengan istilah metode
ilmiah. Dalam hal ini, Moh. Nazir, (1983:43) mengungkapkan bahwa metode
ilmiah boleh dikatakan merupakan suatu pengejaran terhadap kebenaran yang
diatur oleh pertimbangan-pertimbangan logis. Karena ideal dari ilmu adalah
untuk memperoleh interrelasi yang sistematis dari fakta-fakta, maka metode
14
ilimiah berkehendak untuk mencari jawaban tentang fakta-fakta dengan
menggunakan pendekatan kesangsian sistematis. Almack (1939) mengatakan
bahwa metode ilmiah adalah cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap
penemuan, pengesahan dan penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle (1975)
berpendapat bahwa metode ilmiah adalah pengejaran terhadap sesuatu untuk
memperoleh sesutu interrelasi. Selanjutnya pada bagian lain Moh. Nazir
mengemukakan beberapa kriteria metode ilmiah dalam perspektif penelitian
kuantitatif, diantaranya:
(a) berdasarkan fakta
(b) bebas dari prasangka
(c) menggunakan prinsip-prinsip analisa
(d) menggunakan hipotesa
(e) menggunakan ukuran obyektif dan menggunakan teknik kuantifikasi.
Belakangan ini berkembang pula metode ilmiah dengan pendekatan
kualitatif. Nasution (1996:9-12) mengemukakan ciri-ciri metode ilimiah dalam
penelitian kualitatif, diantaranya :
(a) sumber data ialah situasi yang wajar atau natural setting
(b) peneliti sebagai instrumen penelitian
(c) sangat deskriptif
(d) mementingkan proses maupun produk
(e) mencari makna
(f) mengutamakan data langsung
(g) triangulasi
(h) menonjolkan rincian kontekstual
(i) subyek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti
(j) mengutama- kan perspektif emic,
(k) verifikasi
(l) sampling yang purposif
(m) menggunakan audit trail
(n)partisipatipatif tanpa mengganggu
(o) mengadakan analisis sejak awal penelitian
14
(p) disain penelitian tampil dalam proses penelitian.
2. Pokok permasalahan (subject matter atau focus of interest). ilmu
mensyaratkan adanya pokok permasalahan yang akan dikaji. Mengenai focus
of interest ini Husein Al-Kaff dalam Kuliah Filsafat Islam di Yayasan
Pendidikan Islam Al-Jawad menjelaskan bahwa ketika masalah-masalah itu
diangkat dan dibedah dengan pisau ilmu maka masalah masalah yang
sederhana tidak menjadi sederhana lagi. Masalah-masalah itu akan berubah
dari sesuatu yang mudah menjadi sesuatu yang sulit, dari sesuatu yang
sederhana menjadi sesuatu yang rumit (complicated). Oleh karena masalah-
masalah itu dibawa ke dalam pembedahan ilmu, maka ia menjadi sesuatu yang
diperselisihkan dan diperdebatkan. Perselisihan tentangnya menyebabkan
perbedaan dalam cara memandang dunia (world view), sehingga pada
gilirannya muncul perbedaan ideologi (Husein Al-Kaff, Filsafat Ilmu,)
C. Karakteristik Ilmu
Di samping memiliki syarat-syarat tertentu, ilmu memiliki pula
karakteristik atau sifat yang menjadi ciri hakiki ilmu. Randall dan Buchler
mengemukakan beberapa ciri umum ilmu, yaitu
(1) hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama
(2) Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan, dan
(3) obyektif tidak bergantung pada pemahaman secara pribadi.
Pendapat senada diajukan oleh Ralph Ross dan Enerst Van den Haag
bahwa ilmu memiliki sifat-sifat rasional, empiris, umum, dan akumulatif.
Sementara, dari apa yang dikemukakan oleh Lorens Bagus (1996:307-308)
tentang pengertian ilmu dapat didentifikasi bahwa salah satu sifat ilmu adalah
koheren yakni tidak kontradiksi dengan kenyataan. Sedangkan berkenaan dengan
metode pengembangan ilmu, ilmu memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat yang reliable,
valid, dan akurat. Artinya, usaha untuk memperoleh danmengembangkan ilmu
dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang memiliki
keterandalan dan keabsahan yang tinggi, serta penarikan kesimpulan yang
memiliki akurasi dengan tingkat siginifikansi yang tinggi pula. Bahkan dapat
memberikan daya prediksi atas kemungkinan-kemungkinan suatu hal.
15
Sementara itu, Ismaun (2001) mengetengahkan sifat atau ciri-ciri ilmu sebagai
berikut :
(1) Obyektif; ilmu berdasarkan hal-hal yang obyektif, dapat diamati dan tidak
berdasarkan pada emosional subyektif
(2) Koheren; pernyataan/susunan ilmu tidak kontradiksi dengan kenyataan
(3) Reliable; produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur
dengan tingkat keterandalan (reabilitas) tinggi
(4) Valid; produk dan cara-cara memperoleh ilmu dilakukan melalui alat ukur
dengan tingkat keabsahan (validitas) yang tinggi, baik secara internal maupun
eksternal
(5) Memiliki generalisasi; suatu kesimpulan dalam ilmu dapat berlaku umum
(6) Akurat; penarikan kesimpulan memiliki keakuratan (akurasi) yang tinggi
(7) Dapat melakukan prediksi; ilmu dapat memberikan daya prediksi atas
kemungkinan-kemungkinan suatu hal.
Hakikat ilmu itu disebut baik manakala ia tenteram dalam kebajikan
ilmu. Sedangkan hakikat ilmu itu disebut buruk manakala, ia keluar dari ilmu itu.
Ilmu itu bagi hati ibarat dirham-dirham dan dinar-dinar di tangan. Bisa
bermanfaat bagimu bisa pula membahayakanmu.
Ilmu yang hakiki adalah ilmu yang tidak dicampuri oleh kontradiksi dan
bukti-bukti yang menafikan contoh dan keraguan, sebagaimana Ilmu Rasul saw,
Ilmu orang yang benar, serta ilmu Wali. Siapa pun yang
memasuki medan tersebut ibaratnya seperti orang yang tenggelam dalam
samudera, kemudian ia ditelan oleh ombak, lalu kontradiksi manakah yang
muncul (dalam situasi seperti itu) yang bisa didapatkan, dicampurkan, didengar
atau dilihat. Sedangkan siapa yang tidak memasuki medan tersebut ia sangat
membutuhkan ayat “Tiada satu pun yang menyamai-Nya”.
D. Kegunaan Ilmu
Sekurang-kurangnya ada tiga manfaat kegunaan ilmu.
1. Ilmu sebagai alat Eksplansi
Berbagai ilmu yang berkembang dewasa ini, secara umum berfungsi
sebagai alat untuk membuat ekspalanasi kenyataan yang ada. Filsafat ilmu dapat
16
dianggap sebagai suatu studi tentang masalah-masalah eksplanasi.
Menurut T Jacob yang dikutip Ahmad Tafsir, “sain merupakan suatu
sistem eksplanasiyang paling dapat diandalkan dibanding dengan sistem lain
dalam memahami masa lampau, sekarang, serta mengubah masa depan.Sebagai
contoh, ketika itu ada sebuah sepeda motor tua, dengan kenalpot yang berasap
tebal berwarna putih dengan jalan terseok seok dan tidak bisa berlari kencang.
Dari gejala yang timbul ini seorang mekanik yang memiliki ilmu tentang
perbengkelan, bisa membuat eksplanasi atau penjeleasan kepada pemilik motor
mengapa begitu. Itulah manfaat ilmu sebagai eksplanasi.
2. Ilmu sebagai alat Peramal
Tatkala membuat ekplanasi, biasanya ilmuan telah mengetahui juga faktor
penyebab gejala tersebut. Dengan menganalisis faktor dan gejala yang muncul,
ilmuwan dapat melakukan ramalan. Dalam term ilmuwan ramalan disebut
prediksi untuk membedakan ramalan embah dukun. Sebagai contoh, motor tadi,
seorang mekanik bisa memprediksi jika pemilik motor tidak mau merawat motor
dan lalai mengganti oli, maka ring sehernya akan cepat menipis dan oli mesin
akan terbakar dan menyebabkan asap menjadi tebal dan berwarna putih.
3. Ilmu sebagai alat Pengontrol
Eksplanasi sebagai bahan membuat prediksi dan kontrol. Ilmuan selain
mampu membuat ramalan berDasar kan eksplanasi gejala, juga dapat membuat
kontrol. Contoh : Agar motor kita awet, motor kita harus diservis dan ganti oli tiap
2000 km, sehingga tingkat keausan mesin dapat ditekan dan diperlambat.
Sehingga motor kita awet.

17
PENUTUP
A. Kesimpulan
Struktur penulisan ilmiah yang secara logis dan kronologis mencerminkan
kerangka penalaran ilmiah. Pembahasan ini ditujukan bagi mereka yang sedang
menulis tesis, disertasi, laporan penelitian atau publikasi ilmiah lainnya, dengan
harapan agar mereka lebih memahami logika dan arsitektur penulisan ilmiah.
Dengan mengenal kerangka berpikir filsafati maka kita secara lebih mudah akan
menguasai hal-hal yang bersifat teknis. Struktur penulisan dan penelitian ilmiah
yaitu :
1. Pengajuan masalah
2. Penyusunan kerangka teori dan pengajuan hipotesis
3. Metodologi penelitian
4. Hasil penelitian
5. Ringkasan dan Kesimpulan
Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yaitu gaya penulisan
dalam bentuk pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam menyebutkan sumber
dari pengetahuan ilmiah yang dipergunakan dalam penulisan. Komunikasi ilmiah
harus bersifat jelas dan tepat yang memungkinkan proses penyampaian pesan
yang bersifat reproduktif dan impersonal. Bahasa yang dipergunakan harus jelas
di mana pesan mengenai objek yang ingin dikomunikasikan mengandung
informasi yang disampaikan sedemikian rupa sehingga sipenerima betul-betul
mengerti akan isi pesan yang disampaikan kepadanya.
Salah satu teknik notasi ilmiah yang digunakan adalah catatan
kaki(footnote). Catatan kaki adalah keterangan tambahan yang terletak di bagian
bawah halaman dan dipisahkan dari teks karya ilmiah oleh sebuah garis sepanjang
dua puluh ketukan.
Ilmu bukan saja menimbulkan gejala Dehumanisasi namun bahkan
kemungkinan mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri, atau dengan perkataan
lain ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia mencapai tujuan
hidupnya, namun bahkan kemungkinan mengubah hakikat manusia itu sendiri
atau dengan perkataan lain ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu
18
manusia mencapai tujuan hidupnya namun juga menciptakan hidup itu sendiri.
Menghadapi kenyataan ini ilmu pada hakikat nya mempelajari alam
sebagaimana adanya mulai mempertanyakan hal-hal yang bersifat seharusnya.
untuk apa sebenarnya ilmu itu harus dipergunakan? dimana batas kewenangan
penjelajahan keilmuan ? kearah mana perkembangan keilmuan harus diarahkan?
B. Kritik dan Saran
Kami merasa bahwa pada makalah ini banyak sekali kekurangan, oleh
karena kurangnya pengetahuan pada saat pembuatan makalah, kami sebagai
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun kepada pembaca agar
kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ismaun, (2001), Filsafat Ilmu, (Diktat Kuliah), Bandung : UPI Bandung.


Sukardi, (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta : Bumi Aksara
Suriasumantri, Jujun. 1993. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
__________________(2001). Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan
Universitas Sriwijaya. 2009. Pedoman umum Format Penulisan Tesis. Universitas
Sriwijaya : Program Pascasarjana.
Sudrajat, Ahmad (2008). Hakikat Ilmu : Pengertian, syarat dan Karakteristik
Ilmu. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2020
(https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/13/haki
kat-ilmu/)
O. Kattsoff, Louis (2007). Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya.

20

Anda mungkin juga menyukai