Anda di halaman 1dari 9

Journal Of Marine Research.

Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 188-196


Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr

Struktur Komunitas Makrozoobenthos di Perairan Wilayah Morosari


Desa Bedono Kecamatan Sayung Demak
Yulia Ulfah, Widianingsih, Muhammad Zainuri *)

Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro
Kampus Tembalang, Semarang 50275 Telp/Fax. 024-7474698
email: moslem_etos@yahoo.com

Abstrak

Perairan Bedono adalah perairan yang mengalami perubahan dari daerah pertambakan menjadi
daerah yang dangkal. Perubahan tersebut terjadi akibat pasang tinggi atau rob. Kondisi tersebut
berdampak pada biota yang ada didalamnya diantaranya biota makrozoobenthos. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui struktur komunitas makrozoobenthos di Perairan Wilayah Morosari Desa
Bedono Kecamatan Sayung, Demak. Hasil penelitian telah ditemukan 25 jenis polychaeta, 7 jenis
bivalvia, 6 jenis gastropoda dan 1 jenis crustacea, dengan kelimpahan berkisar antara 36 – 1.331
ind/m2 dengan nilai indeks keanekaraagaman (H’) pada masing-masing lokasi adalah berkisar antara
2,95 (keanekaragaman famili sedang) sampai 0,83 (keanekaragaman famili rendah), serta indeks
keseragamannya (e) berkisar antara 0,46 (keseragaman famili sedang) sampai 1,00 (keseragaman
famili tinggi). Indeks dominansi (C) berkisar antara 0,15 (tidak terdapat famili yang mendominansi)
sampai 0,69 (terdapat famili yang mendominansi).

Kata kunci : Perairan Wilayah Morosari, Makrozoobenthos dan Struktur Komunitas.

Abstract

The pond area of Bedono waters become a shallow water, due to the influence of high tide
(rob). This condition affect the macrozoobenthos, one of the animals that live in the area. The
objective of this research is to look for the macrozoobenthos community structure of in the Region
Morosari Waters, Bedono District of Sayung, Demak. Twenty five polychaeta species were found in
this research, 7 species of bivalves, 6 species of gastropods and 1 species of crustacean, with
abundances ranging between 36-1331 ind/m2 with diversity index value (H ') in each research ranged
from 2.95 (moderate diversity level) to 0.83 (low diversity level), with evennes index (e) ranged from
0.46 (moderate evennes index) to 1.00 (high evennes index). Domination index (C) ranged from 0.15
(this value shows that no domination index) to 0.69 (this value shows that domination index).

Keywords: Region Morosari Waters, Macrozoobenthos and Community Structure.

*) Penulis penanggung jawab

Pendahuluan estuari dengan ekosistem hutan


Secara geografis, perairan wilayah mangrovenya.
Morosari merupakan bagian dari pantai Estuari merupakan habitat penting di
Laut Jawa. Perairan ini termasuk daerah wilayah pesisir, yaitu tempat di air tawar
perairan penting di wilayah Demak, dan air laut bertemu dan bercampur
karena merupakan tempat mata (Nybakken, 1992). Sebagian besar
pencaharian para nelayan dan salah satu estuaria didominasi oleh substrat
objek pariwisata warga Demak. Perairan berlumpur.
wilayah Morosari berada di wilayah Substrat berlumpur ini merupakan
Kabupaten Demak sebelah Barat. Di endapan yang dibawa oleh air tawar dan
perairan ini terdapat sungai Sayung, di air laut. Fungsi ekosistem estuari
mana manfaat air sungai ini adalah untuk sangatlah besar, selain sebagai sumber
keperluan pertambakan di daerah hilir. makanan bagi organisme sekitar, estuari
Muara sungai Sayung memiliki juga bermanfaat sebagai habitat (tempat
karakteristik yang khas sebagai kawasan tinggal), tempat mencari makan (feeding
ground), tempat asuhan dan pembesaran
Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 189

(nursery ground), dan tempat pemijahan dasar di Perairan Wilayah Morosari Desa
(spawning ground) bagi organisme yang Bedono, Kecamatan Sayung, Demak.
hidup karena disekitar lingkungan estuari Metode penelitian ini adalah metode
pada umumnya terdapat pohon mangrove deskriptif (Nazir, 1999) dengan
yang menjadi penghasil detritus, sumber pendekatan studi kasus (Hadi, 1979).
nutrien dan bahan organik. Di samping Lokasi penelitian ditentukan dengan 4 titik
hal-hal tersebut di atas, ekosistem estuari yang berada di muara sungai Morosari, ke
juga menjadi tempat migrasi atau sekedar arah hulu, dan ke depan muara sungai.
berkelana organisme-organisme perairan. Stasiun penelitian meliputi stasiun I, II,
Beberapa faktor inilah yang membuat III dan IV di Perairan Morosari, Desa
ekosistem estuari memiliki biodiversitas Bedono, Kecamatan Sayung, Demak yang
yang cukup tinggi, termasuk ditetapkan dengan pertimbangan bahwa
makrozoobenthos yaitu organisme dasar stasiun I, II dan III merupakan muara
perairan yang hidup diatas maupun di sungai sehingga terdapat masukan air dari
dalam sedimen dasar perairan dan relatif pertambakan serta limbah rumah tangga.
hidupnya menetap merayap, atau Stasiun IV merupakan areal bekas
menggali lubang. Makrozoobenthos pertambakan sehingga terdapat
memiliki peranan penting dalam jaring- percampuran massa air tawar dan air laut.
jaring makanan. Fase larva dari Sampel makrozoobentos yang terambil
makrozoobenthos menjadi sumber dengan alat Van Veen Grab berukuran
makanan bagi sebagian besar organisme 20x15cm, dipisahkan dari lumpur dan
yang hidup di daerah estuari. Disamping benda-benda lain menggunakan saringan
itu, makrozoobenthos juga meningkatkan bentos yang terbuat dari kawat, dengan
kadar oksigen didalam sedimen atau ukuran mata saringan 0,5 mm. Sampel
substrat dengan membuat lubang pada makrozoobentos selanjutnya diawetkan
substrat (bioturbasi). Makrozoobenthos dengan formalin 10%. Setelah sampai di
yang memiliki habitat hidup relatif laboratorium, sampel yang berupa cacing
menetap, pergerakan terbatas, hidup dipisahkan dan diawetkan dengan alkohol
didalam dan didasar perairan sangat baik 70%. Selanjutnya sampel diidentifikasi
digunakan sebagai indikator biologis suatu sampai tingkat genus. Analisis data yang
perairan. Kelimpahan dan dilakukan yaitu analisa struktur komunitas
keanekaragaman makrozoobenthos pun makrozoobenthos dengan menentukan
sangat dipengaruhi oleh perubahan nilai indeks keanekaragaman (H’), indeks
kualitas air dan substrat tempat hidupnya. keseragaman (E), dan indeks dominansi
Dengan demikian, tujuan penelitian ini (C) spesies.
adalah untuk mengetahui struktur Pengukuran parameter fisika, kimia
komunitas makrozoobenthos di Perairan perairan meliputi: suhu, salinitas, pH,
wilayah Morosari Desa Bedono Kecamatan kecerahan air, DO, kedalaman dan arus
Sayung, Demak. dilakukan secara in situ di stasiun
penelitian bersama-sama dengan
Materi dan Metode pengambilan makrozoobentos dan sampel
Penelitian ini dilakukan pada bulan substrat sedimen yang selanjutnya
April-Juni 2011 di Perairan Wilayah dilakukan analisis butir sedimen dan
Morosari. Materi penelitian meliputi hewan bahan organik secara lebih lanjut.
makrozoobenthos, sampel air dan substrat
Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 190

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian Struktur Komunitas Makrozoobenthos di Perairan Wilayah Morosari, Desa
Bedono, Kecamatan Sayung, Demak.

Selain itu juga dilakukan pengambilan (Famili Capitellidae), dan Nereis sp (Famili
sampel air untuk dianalisa nitrat dan Nereidae) menjadi sangat dominan karena
fosfatnya yang digunakan sebagai data biota-biota tersebut cenderung memiliki
habitat pada daerah berlumpur dan
pendukung.
berada pada daerah perairan dimana
Hasil dan Pembahasan terjadi percampuran massa air tawar dan
air laut.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan di perairan wilayah Morosari
Desa Bedono Kecamatan Sayung, Demak
telah teridentifikasi sebanyak 39 jenis
makrozoobenthos yang tersebar pada 4
stasiun. Ke 39 jenis makrozoobenthos ini,
terdiri dari empat kelas yaitu Polychaeta,
Bivalve, Gastropoda, dan Crustacea
(Gambar 7).
Komposisi makrozoobenthos pada
stasiun tersebut merupakan daerah areal
pertambakan, serta tempat percampuran
massa air tawar dan air laut. Jenis
Polychaeta seperti Notomastus sp. dan
Mediomastus sp. merupakan jenis paling Gambar 7. Jumlah Genus Makrozoobentos yang ditemukan di
dominan di stasiun IV, sedangkan jenis Setiap Stasiun Berdasarkan Tanggal Sampling di Perairan Wilayah
Gastropoda dan Crustace merupakan jenis Morosari, Desa Bedono Kecamatan Sayung,Demak

paling sedikit di stasiun IV.


Jenis-jenis Polychaeta, seperti
Notomastus sp. dan Mediomastus sp.
Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 191

Tabel 1. Nilai Kelimpahan (ind/m2), Indeks Keanekaragaman, Indeks Keseragaman, dan Indeks Dominasi
Makrozoobentos Selama Penelitian periode 30 April sampai 11 Juni 2011 di Perairan Wilayah Morosari,
Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Demak.
Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 192

Ergen et al (2002) dalam dengan jenis Crustacea. Hal ini di dukung


Hadiyanto (2010) menyatakan bahwa oleh Kennish (1990) dalam Hartati dan
Capitellidae lebih menyukai substrat Awwaluddin (2007) bahwa Moluska
lumpur daripada lumpur berpasir. (Bivalvia dan Gastropoda) dan Polychaeta
Pernyataan ini juga didukung oleh merupakan kelompok organisme ciri khas
Devaney et al (1987) dalam Hadiyanto dari komunitas benthik estuaria, karena
(2010) yang menyatakan bahwa lumpur kemampuan adaptasi organisme tersebut
menyediakan partikulat-partikulat organik sangat baik terhadap perairan estuaria
yang merupakan makanan bagi yang fluktuatif. Bivalve dan Gastropoda
Capitellidae. Selain itu, biota tersebut memiliki cangkang keras yang lebih
mempunyai habitat dan kebiasaan hidup memungkinkan untuk bertahan hidup
menetap serta memiliki kemampuan dibandingkan Crustacea. Sesuai dengan
beradaptasi yang baik terhadap kondisi pernyataan Tomascik et al.,(1997) yang
lingkungan yang ekstrim. Day (1967) menyatakan bahwa Bivalvia memiliki kulit
menyatakan famili Capitellidae memiliki yang keras (cangkang berupa kapur)
kemampuan adaptasi yang lebih baik berfungsi sebagai pembatas dalam
terhadap lingkungan yang ekstrim beradaptasi terhadap kekeringan (suhu
dibandingkan dengan famili-famili lain. tinggi) dengan cara menutup
Famili Capitellidae seperti Notomascus sp. cangkangnya (bivalvia). Daya adaptasi
dan Mediomastus sp. adalah jenis yang tinggi terhadap faktor fisik (substrat,
polychaeta yang memiliki tingkat adaptasi suhu dan salinitas) menyebabkan kelas
yang tinggi dan bisa hidup di berbagai Bivalvia memiliki sebaran yang luas,
jenis substrat, sedangkan Nereis sp. bahkan pada lingkungan yang ekstrem
temasuk dalam famili Nereidae, yang juga seperti di estuaria dimana Bivalvia sangat
memiliki daya adaptasi yang tinggi dominan. Dominannya kelas Bivalvia
terhadap kondisi lingkungannya. tersebut selain karena jumlah jenisnya
Pada daerah muara sungai tempat yang banyak, juga karena adaptasinya
masukan air dari pertambakan serta yang tinggi terutama terhadap suhu yang
limbah rumah tangga (satsiun I, II, dan tinggi dan kekeringan, serta ditemukan
III), jenis Bivalve seperti Tellina sp. pada semua jenis substrat dengan relung
merupakan jenis paling dominan makanan yang luas (Ruppert & Barnes,
dibandingkan dengan jenis Gastropoda 1994). Sedangkan faktor yang
seperti Cerithium sp. dan Littorina sp., mempengaruhi komposisi Crustacea
dan jenis Crustacea seperti Penaeus sp. sangat kecil dikarena pergerakan atau
merupakan jenis paling sedikit pada mobilitasnya yang tinggi, sesuai dengan
stasiun I, II, dan III (Tabel 1). pernyataan Taqwa (2010) yang
Berdasarkan tabel tersebut dapat menyebutkan bahwa sebagian besar
dilihat bahwa kelas Polychaeta, kelas anggota dari crustacea memiliki
Bivalve dan Gastropoda mempunyai pergerakan atau mobilitas yang tinggi
jumlah genus dan jumlah individu paling untuk menyembunyikan diri di dalam
banyak di setiap stasiun penelitian lubangnya.
maupun di setiap periode sampling. Berdasarkan hasil penelitian yang
Tingginya kuantitas dari kelas Polychaeta, dilakukan di perairan wilayah Morosari
kelas Bivalve dan kelas Gastropoda yang Desa Bedono Kecamatan Sayung Demak,
ditemukan di setiap stasiun adalah sesuai diperoleh kelimpahan, indeks
dengan habitatnya, yaitu perairan yang keanekaragaman, indeks keseragaman
didominasi oleh tipe substrat lumpur dan dan indeks dominansi (Gambar 2,3,4,5).
pasir (silt dan sand). Ardi (2002) Kelimpahan makrozoobenthos
mengatakan bahwa hewan benthos berkisar antara 36 – 1.331 ind/m2.
kelompok Polychaeta, Bivalve, Berdasarkan data penelitian yang
Gastropoda, Crustacea, dan diperoleh menunjukkan bahwa
Echinodermata dapat ditemukan pada kelimpahan makrozoobentos tertinggi
daerah yang memiliki substrat berlumpur selama empat kali pengamatan terdapat
dan berpasir. Polychaeta, Bivalve dan pada stasiun IV yaitu 1.331 ind/m2 pada
Gastropoda lebih mampu beradaptasi tanggal 11 Juni 2011.
pada lingkungan ekstrim dibandingkan
Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 193

Gambar 2. Nilai Kelimpahan Makrozoobentos Gambar 4. Nilai Indeks Keseragaman (E)


(ind/m2) Berdasarkan Tanggal Makrozoobenthos Berdasarkan Tanggal
Sampling di Perairan Wilayah Morosari, Sampling di Perairan Wilayah Morosari,
Desa Bedono Kecamatan Sayung, Desa Bedono Kecamatan Sayung,
Kabupaten Demak. Kabupaten Demak.

Gambar 3. Nilai Indeks Keanekaragaman (H’) Gambar 5. Nilai Indeks Dominansi (C)
Makrozoobenthos Berdasarkan Tanggal Makrozoobentos Berdasarkan Tanggal
Sampling di Perairan Wilayah Morosari, Sampling di Perairan Wilayah Morosari,
Desa Bedono Kecamatan Sayung, Desa Bedono Kecamatan Sayung,
Kabupaten Demak. Kabupaten Demak.

Sedangkan kelimpahan terendah pada stasiun III berkisar 2,95 pada


terdapat pada stasiun I dan stasiun II tanggal 30 April 2011, sedangkan indeks
yaitu 36 ind/m2 pada tanggal 28 Mei dan keanekaragaman terendah terdapat di
30 April 2011. kelimpahan jenis yang stasiun II berkisar 0,83 pada tanggal 17
paling rendah terdapat di stasiun I, Mei 2011. Nilai indeks keseragaman (E)
dimana merupakan daerah yang secara secara umum dari hasil penelitian selama
langsung menerima beban dari limbah pengamatan berkisar antara 0,46 – 1,00
rumah tangga secara langsung dan dengan indeks keseragaman (E) tertinggi
tempat wisata. Makrozoobenthos terdapat pada stasiun I dan stasiun II
merupakan organisme yang tidak mampu yaitu 1,00 pada tanggal 28 Mei 2011 dan
untuk bermigrasi ke tempat lain jika 30 April 2011. Nilai indeks dominansi (C)
kondisi perairan mengalami penurunan. secara umum dari hasil penelitian berkisar
Winarni (2002) menyebutkan bahwa antara 0,15 – 0,69 dengan nilai indeks
organisme benthos yang tahan terhadap dominansi (C) tertinggi terdapat pada
perubahan lingkungannya akan tetap stasiun I yaitu 0,69 pada tanggal 17 Mei
hidup tetapi yang tidak mampu akan 2011. Pengukuran parameter faktor fisika
mengalapi kematian. Nilai indeks dan kimia dimana faktor fisika dan faktor
keanekaragaman (H’) selama pengamatan kimia meliputi salinitas, pH, oksigen
berkisar antara 0,83 - 2,95 (Gambar 3). terlarut (DO), bahan organik (BO), Nitrat
Indeks Keanekaragaman tertinggi terdapa dan Posfat perairan Morosari (Tabel 2).
Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 194

Tabel 2. Hasil Pengukuran Parameter Lingkungan di


Perairan Wilayah Morosari kedalaman terjadi di stasiun yang sama
setiap periode sampling. Hal ini
diperkirakan oleh adanya pengaruh
pasang surut air laut, sehingga pada saat
pasang permukaan air laut akan menjadi
tinggi dan menyebabkan kedalaman air
menjadi bertambah, dan sebaliknya
apabila surut permukaan air laut akan
menjadi rendah dan menyebabkan
kedalaman air menjadi berkurang.
Menurut Odum (1996) dalam R. N.
Irmawan et al (2010) menyatakan bahwa
kedalaman perairan mempengaruhi
jumlah jenis makrobenthos. Semakin
dalam dasar suatu perairan, semakin
sedikit jumlah jenis makrobenthos karena
hanya makrobenthos tertentu yang dapat
beradaptasi dengan kondisi
lingkungannya.

Tabel 3. Hasil Analisa Tekstur Substrat Dasar


Berdasarkan Tanggal Sampling, di
Perairan Wilayah Morosari, Desa
Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten
Hasil pengukuran parameter Demak.
lingkungan selama penelitian meliputi
faktor fisika dan kimia yaitu kedalaman
dan kecerahan, suhu, kecepatan arus,
substrat, salinitas, pH, oksigen terlarut,
bahan organik, nitrat dan fosfat. APHA
(1992) menyatakan bahwa keberadaan
hewan bentos pada suatu perairan, sangat
dipengaruhi oleh berbagai faktor
lingkungan, baik biotik maupunabiotik.
Faktor biotik yang berpengaruh
diantaranya adalah produsen,
yangmerupakan salah satu sumber
makanan bagi hewan bentos. Adapun
faktor abiotik adalah fisika-kimia air yang Jenis sedimen dasar perairan di wilayah
diantaranya: suhu, arus, oksigen terlarut Morosari sangat penting untuk diketahui
(DO),kebutuhan oksigen biologi (BOD) karena dapat menjadi faktor pembatas
dan kimia (COD), serta kandungan bagi penyebaran makrozoobenthos. Wood
nitrogen(N), kedalaman air, dan substrat (1987) dalam Abdunnur (2002)
dasar. mengemukakan bahwa terdapat Secara
Kedalaman perairan yang terukur umum substrat sedimen ditiap stasiun
pada saat penelitian berkisar antara penelitian dapat diketahui tipe substratnya
didaerah penelitian bervariasi yaitu adalah berlumpur dan berpasir. Substrat
lumpur berpasir merupakan penyusun
berkisar antara 50-120 cm, dimana
utama sedimen yang terdapat hubungan
kedalaman tertinggi terdapat pada stasiun antara kandungan bahan organik dan
I pada yaitu 120 cm sedangkan ukuran partikel sedimen. Bermacam-
kedalaman terendah terdapat pada macam jenis dari substrat sangat penting
stasiun IV yaitu 50 cm. Perbedaan
Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 195

dalam perkembangan komunitas hewan dan 1 jenis dari kelas Crustacea (Filum
bentos, pasir cenderung memudahkan Arthropoda).
untuk bergeser dan bergerak ketempat
lain. Substrat berupa lumpur biasanya Kesimpulan
mengandung sedikit oksigen, oleh karena Kelimpahan makrozoobenthos
itu organisme yang hidup didalamnya berkisar antara 36 – 1.331 ind/m2. Nilai
harus dapat beradaptasi pada keadaan ini indeks keanekaraagaman (H’) pada
(Odum, 1993). masing-masing lokasi adalah berkisar
Berdasarkan atas nilai kelimpahan antara 2,95 (keanekaragaman famili
makrozoobenthos, stasiun IV memiliki sedang) sampai 0,83 (keanekaragaman
kelimpahan yang lebih tinggi famili rendah). Nilai indeks
keseragamannya (e) berkisar antara 0,46
dibandingkan dengan stasiun lainnya. Ini
(keseragaman famili sedang) sampai 1,00
terlihat dari nilai kelimpahan stasiun IV (keseragaman famili tinggi). Nilai indeks
pada minggu keempat yaitu 1.331 ind/m 2. dominansi (C) berkisar antara 0,15 (tidak
Nilai kelimpahan yang tinggi menunjukkan terdapat famili yang mendominansi)
bahwa pada lokasi tersebut mampu sampai 0,69 (terdapat famili yang
mendukung kehidupan organisme mendominansi).
didalamnya. Sedangkan kelimpahan
terendah terdapat pada stasiun I minggu Ucapan Terimakasih
Penulis menyampaikan terimakasih
ketiga dan stasiun II minggu pertama
kepada Ir. Widianingsih, M.Sc dan
yaitu 36 ind/m2. Nilai kelimpahan yang Prof.Dr.Ir. Muhammad Zainuri, DEA
rendah menunjukkan bahwa substrat sebagai dosen pembimbing yang telah
pada stasiun tersebut tidak dapat memberikan pengarahan dan petunjuk
ditempati oleh organisme dalam jumlah dalam menyelesaikan jurnal ilmiah ini
banyak. Jika dilihat dari keberadaan serta semua pihak dan instansi yang telah
memberikan bantuan dan fasilitas dalam
kedua stasiun tersebut maka rendahnya
penulisan jurnal ilmiah ini.
nilai kelimpahan disebabkan oleh substrat
pada stasiun tersebut didominasi oleh Daftar Pustaka
lumpur dan pasir halus. Tipe substrat Abdunnur. 2002. Analisis Model Brocken
berpasir halus kurang baik bagi Stick Terhadap Distribusi Kelimpahan
pertumbuhan organism perairan karena Spesies dan Ekotipologi Komunitas
Makkrozoobenthos di Perairan Pesisir
memiliki pertukaran masa air yang
Tanjung Sembilan Kalimantan Timur.
lambat, kadar oksigen yang rendah dan Jurnal Ilmiah Mahakam. Vol.1 No.2
dapat menyebabkan keadaan anosik
Ardi. 2002. Pemanfaatan
sehingga proses dekomposisi yang
makrozoobenthos sebagai Indikator
berlangsung di substrat pada keadaan Kualitas Perairan Pesisir. Program
anaerobik dapat mengakibatkan bau serta Pasa Sarjana (S3), Institut Pertanian
tercemarnya perairan (Nybakken, 1992). Bogor.
Pada perairan yang arusnya kuat banyak http://rudyct.tripod.com/sem2012/ar
ditemukan substrat kasar berupa pasir di.htm
atau kerikil karena partikel berukuran Barnes, R. S. K dan Huges, R.H. 1998. An
kecil akan terbawa arus dan gelombang. Introduction To Marine Ecology.
Sebaliknya partikel halus akan Second Edition. Oxford. London
mengendap dan menjadi substrat bila Edinburgh. Page: 351
arusnya lemah (Odum, 1971). Day, J. H. 1976. Monograph of The
Polychaeta of Southern Africa. Part 1-
Kesimpulan Errantina. Trustees of The Birtish
Museum (Natural History), London. pp
Berdasarkan hasil penelitian
827.
diperoleh data makrozoobenthos yang
ditemukan terdiri dari 25 j enis dari kelas Hadi, S., 1979. Metodology Research II.
Polychaeta (Filum Annelida), 7 jenis dari Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi.
kelas Bivalvia (Filum Mollusca), 6 jenis Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
dari kelas Gastropoda (Filum Mollusca), 75 hlm.
Journal Of Marine Research. Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 196

Hadiyanto. 2010. Biologi, Ekologi dan


Peranan Suku Capitellidae Grube 1862
(Annelida:Polychaeta). Oseana. Vol.
XXXV No. 3, 29-38. ISSN 0216-1877.
Hartati, S. T. dan Awwaludin. 2007.
Struktur Komunitas Makrozoobenthos
di Perairan Teluk Jakarta. Perikanan
Indonesia Vol. 13 (2) : 105-124.
Indarjo, A., Widianingsih., dan Abdullah,
A. B. 2005. Distribusi dan Kelimpahan
Polychaeta di Kawasan Hutan
Mangrove Klaces dan Sapuregel,
Segara Anakan, Cilacap. Jurnal Ilmu
Kelautan. Vol. 10 (1):24-29. ISSN
0853-7291.
Irmawan. R.N., et al. 2010. Struktur
Komunitas Makrozoobenthos di
Estuaria Kuala Sugihan Provinsi
Sumatera Selatan. Jurnal Ilmiah
Marine Science Research. Vol.1 No. 1.
Kenish, Michael. J. 1990. Ecology of
Estuaries. Volume II Biological
Aspects. CRC. Press: USA. 392 p.
Nazir, M, 1999. Metode Penelitian,
Jakarta; Ghalia Indonesia.
Nybakken, J.W., 1992. Biologi Laut :
Suatu Pendekatan Ekologis. P.T.
Gramedia Jakarta. 36-41 hlm
Nybakken, J.W. 1998. Biologi Laut Suatu
Pendekatan Ekologi. PT Gramedia.
Jakarta. Hal: 459.
Odum, E.P., 1993. Dasar-dasar Ekologi.
Edisi Ketiga Penerjemah Ir. Tjahjono
Samingan, MSc. Gajah Mada
Universitys. 630 hlm.
Takwa, A. 2010. Analisis Produktivitas
Primer Fitoplankton dan Struktur
Komunitas Fauna Makrozoobenthos
Berdasarkan Kerapatan Mangrove di
Kawasan Konservasi Mangrove dan
Bekantan Kota Tarakan, Kalimantan
Timur. Tesis. Program Magister
Manajemen Sumberdaya Pantai,
Universitas Diponegoro.
Tomascik, T., A.J. Mah, A. Nontji, and
M.K. Moosa. 1997. The Ecology of
Indonesian Seas, part 1. Periplus
Edition, Ltd., Singapore. 642p.
Wibisono, M. S. 2005. Pengantar Ilmu
Kelautan. Penerbit PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Wood, M.S. 1987. Subtidal Ecology
Edward Arnold Pty. Limited Australia.

Anda mungkin juga menyukai