DI KEMENTRIAN KEUANGAN
DOSEN PEBIMBING :
DISUSUN OLEH :
A4-18-1F (PERPAJAKAN)
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
dan hidayahnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tidak
lupa kami uga mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu
memberikan sumbangan materi maupun pikirannya.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memperbaiki makalah ilmiah ini
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk
maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
…………………………………………………………......................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. PERMASALAHAN.....………………………………...........................................… 14
B. PEMBAHASAN....................................................................................................14
1. Hubungan Reformasi Administrasi Publik dengan
Birokrasi.................................14
2. Sejarah dan Program Reformasi Administrasi Publik di Kementrian Keuangan 19
3
3. Penataan Organisasi di Kementerian Keuangan.................................................22
BAB IV PENUTUP
Kesimpulan.....................................................................................................................26
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Reformasi administrasi publik sebagai salah satu bidang kajian administrasi yang
selalu menarik untuk dikritisi. Secara teoritis, lahirnya gejala ini sebagai akibat
logis dari adanya kecenderungan pergeseran perkembangan ilmu administrasi
publik yang beralih dari normative science ke pendekatan behavioral–ekologis.
Secara empiris, gejala perkembangan masyarakat sebagai akibat dari adanya
globalisasi, memaksa semua pihak, terutama birokrasi pemerintah melakukan
revisi, perbaikan, dan mencari alternatif baru tentang sistem administrasi yang
lebih cocok dengan perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman.
4
Agar Indonesia tidak semakin jatuh maka birokrasi Indonesia perlu melakukan
reformasi secara menyeluruh. Reformasi itu sesungguhnya harus dilihat dalam
kerangka teoritik dan empirik yang luas, mencakup didalamnya penguatan
masyarakat sipil (civil society), supremasi hukum, strategi pembangunan
ekonomi dan pembangunan politik yang saling terkait dan mempengaruhi.
Dengan demikian, reformasi birokrasi juga merupakan bagian tak terpisahkan
dalam buruknya birokrasi saat ini.
2. Manfaat Penulisan
Memahami hasil analisis hubungan reformasi administrasi publik dengan
reformasi birokrasi
Mengetahui Sejarah reformasi yang dilakukan Kementrian Keuangan dan
mengetahui program yang direncanakan pada reformasinya
Mengetahui proses penataan organisasi di Kementrian Keuangan setelah
perubahan yang dilakukan saat reformasi birokrasi.
5
BAB II
6
Namun karena proses administrasi publik sesungguhnya juga melibatkan
banyak pihak di luar birokrasi pemerintah (seperti pekerja sosial,
LSM,ormas,dan lain-lain), maka sektor non negara yang tindakannya
mengatasnamakan kepentingan publik dan berdampak kepada
masyarakat luas, juga menjadi pusat perhatian administrasi publik.
7
Administrasi publik memiliki aspek teoritis dan praktis
8
berhubungan dengan apa menuntut jawaban eksplanatif atau diagnostik
mengenai keterkaitan antara konsep abstrak tertentu dengan konsep
abstrak lainnya.
`Teori Normatif
Teori normatif bertujuan menjelaskan situasi administrasi masa
mendatang secara prospektif. Termasuk dalam teori ini adalah pernyataan
atau penjelasan-penjelasan yang bersifat utopia yaitu suatu cita-cita yang
sangat idealistis.
Teori normatif juga dapat dikembangkan dengan merumuskan kriteria-
kriteria normatif yang lebih spesifik seperti efisiensi, efektivitas,
responsivitas, akutabilitas, demokrasi, dan sebagainya. Teori normatif
memberikan rekomendasi ke arah mana suatu realitas harus
dikembangkan atau perlu dirubah dengan menawarkan kriteria-kriteria
normatif tertentu.
Teori Asumtif
Teori asumtif menekankan pada prakondisi atau anggapan adanya suatu
realitas sosial dibalik teori atau proposisi yang hendak dibangun. Menurut
Bailey teori administrasi lemah dalam menyatakan asumsi-asumsi dasar
tentang sifat manusia dan institusi. Tanpa asumsi yang jelas membuat
teori menjadi utopis atau ahistoris karena tidak jelas dasar berpijaknya.
Teori Instrumental
9
Pertanyaan pokok yang dijawab dalam teori ini adalah ’bagaimana’ dan
’kapan’. Teori instrumental merupakan tindak lanjut dari proposisi “jika –
karena”. Misalnya : Jika sistem administrasi berlangsung secara begini
dan begitu, karena ini dan itu atau jika desentralisasi dapat meningkatkan
efektivitas birokrasi, maka strategi, tehnik, alat apa yang dikembangkan
untuk menunjangnya.
10
ketika kesenjangan tidak mungkin lagi dijembatani sehingga menimbulkan
gejolak perubahan yang dapat menjungkirbalikkan landasan berfikir yang ada,
reformasi jelas tidak memerlukan timbulnya perombakan secara menyeluruh.
Namun karena perubahan itu terjadi pada bidang-bidang yang strategis,
dampaknya juga terasa di semua bidang kehidupan, sehingga reformasi sering
dipandang sebagai sebuah revolusi.
11
3. Pengenalan dan penggalakan sistem merit, pemakaian PPBS,
pemrosesan data melalui sistem informasi yang otomatis, peningkatan
penggunaan pengetahuan ilmiah dan lain-lain.
3. BIROKASI
Arti birokrasi bisa dipahami dengan jalan memahami artinya secara kebahasaan
atau etimologi. Menurut Kamus Itilah Politik Kotemporer, secara etimologi,
birkorasi berasal dari dua kata, yakni kata “biro” atau “bureau”, dan “krasi” atau
“cracy” atau “kratie”. Biro berarti kantor atau dinas, sedangkan krasi berarti
pemerintahan.
Dari pengertian birokrasi secara etimologi ini, dapat dipahami bahwa birokrasi
adalah kantor dinas pemerintahan. Namun, arti ini dapat diperdalam lagi secara
terminology.
12
mengikat yang harus dilalui. Aturan -aturan ini membuat suatu proses dalam
kepemerintahan jadi lebih panjang dan lambat.Meski demikian, aturan -aturan ini
secara normatif dibuat untuk membuat jalannya kepemerintahan jadi lebih tertata
dan terhindar dari bentuk korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Meski
kenyataannya, birokrasi yang dijalankan saat ini masih kerap bisa diselubungi
dengan tindak KKN lantaran para birokratnya yang memberi peluang dan karena
orang -orang yang berurusan dengan birokrasi menginginkan jalan pintas yang
lebih mudah.
4. Penataan Kelembagaan
Secara konseptual, dalam menyusun dan menata pelembagaan tugas dan fungsi
organisasi pemerintah, ada dua variabel yang dapat dijadikan pertimbangan
untuk menentukan jenis kelembagaannya. Variabel pertama adalah political
significance yaitu derajat pentingnya suatu bidang atau masalah secara politik.
Suatu bidang yang memiliki signifikansi politik tinggi harus dipimpin oleh Menteri.
Sedangkan bidang dengan derajat signifikansi lebih rendah maka biasanya tidak
perlu dipimpin oleh pejabat politik. Variabel yang kedua adalah methode of
provision yaitu pola pengaturan melalui mana pemerintah menjawab masalah
masalah publik yang dianggap penting secara politik. Pola pengaturan dibedakan
menjadi dua yang bersifat hirarkis dan non hirarkis. Secara hirarkis berarti
pengaturan dilakukan oleh satu agency atau birokrasi pemerintah yang cukup
besar dengan formalisasi pengaturan yang tinggi. Sedangkan sifat non hirarkis,
pengaturan dilakukan dengan cara berkoordinasi dengan melibatkan banyak
pihak
13
BAB III
A. PERMASALAHAN
B. PEMBAHASAN
15
masyarakat, Riggs (1986 : 94), melihat reformasi atau pembaharuan dari dua
sisi, yaitu perubahan struktur dan kinerja.
16
mendukung semakin berkembangnya pola paternalistik yang telah menjiwai
sistem birokrasi pada era kerajaan (2012;14).
Apabila tujuan utama reformasi administrasi diartikan dengan baik dan secara
efektif diterjemahkan ke dalam berbagai program aksi yang memperbaiki
implementasi program dapat meningkatkan realisasi pencapaian tujuan.
Perbaikan kinerja lebih bernuansa tujuan dalam substansi program kerjanya
daripada penyempurnaan keteraturan maupun penyempurnaan metode teknis
administratif. Titik perhatiannya adalah pergeseran dari bentuk ke substansi,
pergeseran dari efisiensi keefektivitas kerja, pergeseran dari kecakapan birokrasi
kekesejahteraan masyarakat. Model administrasi seperti inilah yang sulit
dijumpai di kebanyakan negara berkembang. Dalam konteks ini maka diperlukan
hubungan yang saling mendukung dan bekerja sama agar reformasi administrasi
bisa terwujud dengan baik. Sehubungan dengan hal ini, Kilian mengemukakan
bahwa reformasi administrasi memerlukan hubungan yang saling mendukung
dan saling melengkapi antara nilai-nilai budaya dan keyakinan yang diterima
17
menginformasikan perilaku organisasi, strategi dan tindakan yang digunakan
untuk menghasilkan perubahan administrasi dalam organisasi.
Penekanan baru terhadap kinerja program hanya akan ada apabila pemerintah
negara sedan berkembang menginginkan pembangunan sosial ekonomi yang
sungguh-sungguh. Begitu keinginan seperti ini muncul maka melahirkan
pendekatan baru yang mempunyai sifat yang khas dalam reformasi administrasi.
Reformasi yang benar yang seharusnya dilakukan di negara-negara sedang
berkembang adalah yang bersifat pragramatik. Salah satu unsur penting untuk
memperbaiki administrasi dalam hubungannya dengan masyarakat adalah
mengembangkan akuntabilitas, karena masalah akuntabilitas merupakan
hakikat dari upaya pembaharuan administrasi. Reformasi birokrasi nasional
adalah penataan ulang secara bertahap dan sistematis dengan correct dan
perfect atas fungsi utama pemerintah demi kelancaran pendayagunaan
aparatur negara yang kualitasnya semakin meningkat dan kenyal, meliputi
kelembagaan atau institusi yang efisien dengan tata laksana yang jelas
(transparan), diisi SDM yang profesional, mempunyai akuntabilitas tinggi
kepada masyarakat serta menghasilkan pelayan publik yang prima (Tamin,
dalam Dharma2004, 25-26)
18
dalam proses reformasi administrasi. Karena itu, suatu pemerintahan diperlukan
karena merupakan konsekuensi logis dari adanya perbedaan etnis, agama, dan
institusi sosial berbagai kelompok masyarakat disuatu negara. Hadirnya birokrasi
disini adalah memediasi perbedaan-perbedaan yang ada karena birokrasi
sifatnya netral dalam proses pelayanan. Sebagai komponen yang netral yang
membawa keputusan atau kebijaksanaan-kebijaksanaan politik, birokrasi dituntut
lebih memiliki profesionalisme yang tinggi daripada kemampuan untuk berpolitik
(Utomo, 2012;211)
Pada tataran Kementerian Keuangan, sejak tahun 2002 – 2006 telah dilakukan
berbagai pembaharuan antara lain
19
3) pembentukan Large Tax Office sebagai bagian dari modernisasi administrasi
perpajakan tahap I.
20
yang ditindaklanjuti dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 20 Tahun 2010 tentang Road
Map Reformasi Birokrasi 2010-2014. Dengan adanya peraturan-peraturan
tersebut, Reformasi Birokrasi Kementerian Keuangan diintegrasikan dengan
Reformasi Birokrasi Nasional yang dilakukan melalui 8 Area Perubahan dan
pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi.
21
5. Penataan Sistem SDM Aparatur: pelaksanaan Analisa Beban Kerja,
penerimaan pegawai secara transparan, objektif, akuntabel dan bebas KKN,
penerapan open bidding/seleksi terbuka, dan penerapan sistem merit.
22
menandakan bahwa kedudukan, peran, tugas, dan fungsi Kementerian
Keuangan sangat penting dan strategis.
23
yang optimal, pertanggungjawaban yang transparan dan akuntabel, dan industri
pasar modal dan jasa keuangan non-bank yang stabil, tahan uji, dan likuid.
Dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Keuangan yang berat
dan kompleks tersebut, dibutuhkan organisasi dan sistem ketatalaksanaan yang
efektif, efisien, responsif, jelas, pasti, transparan, akuntabel, right sizing,
independen, one stop service, built in control, dan/atau check and balances,
adaptif, dan mampu mendukung dan mentrasformasikan tugas yang diembannya
dan memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat.
Untuk itu, dibutuhkan organisasi dan sistem ketatalaksanaan yang secara cepat
mampu mengantisipasi perubahan lingkungan agar dapat mendukung
terwujudnya tata kelola keuangan dan kekayaan negara yang efektif, efisien,
profesional, produktif, transformatif, serta sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan
masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu senantiasa dilakukan
penataan organisasi secara berkesinambungan.
24
Kegiatan Penataan Organisasi ini dimaksudkan mewujudkan organisasi
Kementerian Keuangan baik pada kantor pusat, instansi vertikal maupun unit
pelaksana teknis yang efektif, efisien, responsif, jelas, pasti, transparan,
akuntabel, right sizing, independen, one stop service, built in control, dan/atau
check and balances, sesuai dengan perkembangan kebutuhan pelaksanaan
tugas, tuntutan masyarakat, dan kemajuan teknologi.
4. Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Instansi Vertikal di Lingkungan Departemen Keuangan;
Kajian yang dilakukan oleh Biro Organisasi dan Ketatalaksanaan dalam setiap
pelaksanaan program penataan organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan
25
didasarkan pada prinsip-prinsip organisasi yang berlaku secara akademis,
universal, dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, namun demikian
penataan organisasi
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
26
perubahan fundamental dalam pengelolaan keuangan negara, melalui lahirnya
Undang-Undang Keuangan Negara dan Perbendaharaan Negara. Cita-cita agar
menjadi Kemenkeu terbaik di dunia juga menjadi dasar RB Kemenkeu
REFERENSI PUSTAKA
https://blog.ub.ac.id/zuhry/2013/06/08/dasar-dasar-dan-teori-administrasi-publik/
https://yenaset.wordpress.com/reformasi-birokrasi-pada-kementerian-keuangan/
jid.blogspot.com/2015/01/reformasi-administrasi-publik-menuju.html
https://www.kemenkeu.go.id/sites/default/files/ar-trbtkp-2012%20web_0.pdf
https://www.kemenkeu.go.id/transformasi-kelembagaan/profil-reformasi-birokrasi/
27