Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) dalam Kepmenkes RI No.1116 tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan menyebutkan bahwa surveilans adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis, interpretasi data secara sistematik dan terus menerus serta melakukan penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan . Derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari berbagai indikator, yang meliputi indikator angka harapan hidup, angka kematian, angka kesakitan, dan status gizi masyarakat sehingga banyak program-program kesehatan yang dilakukan pemerintah terutama pada penduduk usia rentan, seperti program Safe Motherhood Initiative, program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), program Maternal and Neonatal Tetanus Elimination (MNTE), dan program Pemberantasan Penyakit Menular . Pada tahun 1987 telah dikembangkan Sistem Surveilans Terpadu (SST) berbasis data, Sistem Pencatatan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP), dan Sistem Pelaporan Rumah Sakit (SPRS), yang telah mengalami beberapa kali perubahan dan perbaikan. Disamping keberadaan SST telah juga dikembangkan beberapa sistem Surveilans khusus penyakit Tuberkulosa, penyakit malaria, penyakit demam berdarah, penyakit campak, penyakit saluran pernapasan dan lain sebagainya. Sistem Surveilans tersebut perlu dikembangkan dan disesuaikan dengan ketetapan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1501/MENKES/PER/X/2010 Tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah Dan Upaya Penanggulangan, Keputusan Menteri Kesehatan N0.1116/MENKES/SK/VIII/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans Epidemiologi Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indinesia Nomo 45 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Surveilans Kesehatan serta kebutuhan informasi epidemiologi untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak menular . Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. Surveilans epidemiologi dalam penyelenggaraannya memiliki banyak indikator kerja, sehingga membutuhkan banyak kegiatan perekaman, pengumpulan, pengolahan, dan analisis data yang diperoleh dari berbagai unit sumber data. Banyaknya kegiatan perekaman, pengumpulan, pengolahan data akan memberikan beban kerja dan menganggu upaya meningkatkan kinerja surveilans. Oleh karena itu, diperlukan penyelengaraan sistem surveilans yang sesedikit mungkin indikator kerja serta sesederhana mungkin, tetapi tetap dapat mengukur kualitas penyelengaraan surveilans dalam memberikan informasi. Indikator yang paling sering digunakan adalah kelengkapan laporan, ketepatan waktu laporan, kelengkapan distribusi/desiminasi informasi, dan terbitnya buletin epidemiolog. Tujuan khusus surveilans: (1) Memonitor kecenderungan (trends) penyakit; (2) Mendeteksi perubahan mendadak insidensi penyakit, untuk mendeteksi dini ; (3) Memantau kesehatan populasi, menaksir besarnya beban penyakit pada populasi; (4) Menentukan kebutuhan kesehatan prioritas, membantu perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi program kesehatan; (5) Mengevaluasi cakupan dan efektivitas program kesehatan; (6) Mengidentifikasi kebutuhan riset
2.2 Jenis Surveilans
1. Surveilans Individu Mendeteksi dan memonitor individu-individu yang mengalami kontak dengan penyakit serius, misalnya pes, cacar, tuberkulosis, tifus, demam kuning, sifilis. 2. Surveilans Penyakit Melakukan pengawasan terus-menerus terhadap distribusi dan kecenderungan insidensi penyakit, melalui pengumpulan sistematis, konsolidasi, evaluasi terhadap laporan-laporan penyakit dan kematian, serta data relevan lainnya. Jadi fokus perhatian surveilans penyakit adalah penyakit, bukan individu. 3. Surveilans Sindromik Melakukan pengawasan terus-menerus terhadap sindroma (kumpulan gejala) penyakit, bukan masing-masing penyakit. 4. Surveilans Berbasis Laboratorium Digunakan untuk mendeteksi dan menonitor penyakit infeksi. 5. Surveilans Terpadu Menata dan memadukan semua kegiatan surveilans di suatu wilayah yurisdiksi (negara/ provinsi/ kabupaten/ kota) sebagai sebuah pelayanan publik bersama. 6. Surveilans Kesehatan Masyarakat Global Perdagangan dan perjalanan internasional di abad modern, migrasi manusia dan binatang serta organisme, memudahkan transmisi penyakit infeksi lintas negara. Konsekunsinya, masalah-masalah yang dihadapi negara-negara berkembang dan negara maju di dunia makin serupa dan bergayut.
2.3 Ruang Lingkup Penyelenggaraan Surveilans
a. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular b. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular c. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku d. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan
2.4 Kegiatan Surveilans Epidemiologi
Merekap jumlah penderita penyakit tertentu pada setiap minggu membuat gambaran distribusi penyakit pada setiap minggu dengan menggunakan histogram Membuat gambaran insiden penyakit berdasarkan jenis kelamin, kelompok usia membuat laporan Surveilans epidemiologi berupa tabulasi distribusi penyakit berdasarkan tempat kejadian serta membuat berita acara Kejadian Luar Biasa (KLB), bila dari hasil pengolahan tersebut terjadi KLB. Mekanisme Kegiatan Surveilans Epidemiologi a. Identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta informasi terkait lainnya. b. Perekaman, pelaporan dan pengolahan data c. Analisis dan intreprestasi data d. Studi epidemiologi e. Penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkannya f. Membuat rekomendasi dan alternatif tindak lanjut. g. Umpan balik. 2.5 Kegiatan Surveilans Kesehatan Kegiatan Surveilans Kesehatan meliputi: 1. Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan cara aktif dan pasif. Jenis data Surveilans Kesehatan dapat berupa data kesakitan, kematian, dan faktor risiko. Pengumpulan data dapat diperoleh dari berbagai sumber antara lain individu, Fasilitas Pelayanan Kesehatan, unit statistik dan demografi, dan sebagainya. Metode pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara, pengamatan, pengukuran, dan pemeriksaan terhadap sasaran. Dalam melaksanakan kegiatan pengumpulan data, diperlukan instrumen sebagai alat bantu. Instrumen dibuat sesuai dengan tujuan surveilans yang akan dilakukan dan memuat semua variabel data yang diperlukan. 2. Pengolahan data Sebelum data diolah dilakukan pembersihan koreksi dan cek ulang, selanjutnya data diolah dengan cara perekaman data, validasi, pengkodean, alih bentuk (transform) dan pengelompokan berdasarkan variabel tempat, waktu, dan orang. Hasil pengolahan dapat berbentuk tabel, grafik, dan peta menurut variabel golongan umur, jenis kelamin, tempat dan waktu, atau berdasarkan faktor risiko tertentu. Setiap variabel tersebut disajikan dalam bentuk ukuran epidemiologi yang tepat (rate, rasio dan proporsi). Pengolahan data yang baik akan memberikan informasi spesifik suatu penyakit dan atau masalah kesehatan. Selanjutnya adalah penyajian hasil olahan data dalam bentuk yang informatif, dan menarik. Hal ini akan membantu pengguna data untuk memahami keadaan yang disajikan. 3. Analisis data Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode epidemiologi deskriptif dan/atau analitik untuk menghasilkan informasi yang sesuai dengan tujuan surveilans yang ditetapkan. Analisis dengan metode epidemiologi deskriptif dilakukan untuk mendapat gambaran tentang distribusi penyakit atau masalah kesehatan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya menurut waktu, tempat dan orang. Sedangkan analisis dengan metode epidemiologi analitik dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variable yang dapat mempengaruhi peningkatan kejadian kesakitan atau masalah kesehatan. Untuk mempermudah melakukan analisis dengan metode epidemiologi analitik dapat menggunakan alat bantu statistik. Hasil analisis akan memberikan arah dalam menentukan besaran masalah, kecenderungan suatu keadaan, sebab akibat suatu kejadian, dan penarikan kesimpulan. Penarikan kesimpulan hasil analisis harus didukung dengan teori dan kajian ilmiah yang sudah ada. 4. Diseminasi informasi. Diseminasi informasi dapat disampaikan dalam bentuk buletin, surat edaran, laporan berkala, forum pertemuan, termasuk publikasi ilmiah. Diseminasi informasi dilakukan dengan memanfaatkan sarana teknologi informasi yang mudah diakses. Diseminasi informasi dapat juga dilakukan apabila petugas surveilans secara aktif terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan dan monitoring evaluasi program kesehatan, dengan menyampaikan hasil analisis.
2.6 Kegiatan Surveilans Khusus
Tujuan utama kegiatar surveilans khusus adalah me-monitor hal-hal yang potensial untuk menimbulkan penyakit pada manusia. Sebenarnya bergantung pada tujuan Departemen Kesehatan, kegiatan surveilans khusus dapat dilaksanakan terus-menerus atau terputus-putus selama beberapa tahun (terutama untuk memperoleh keterangan yang potensial untuk menimbulkan penyakit pada manusia) atau mungkin secara berkala dan terbatas selama suatu periode wabah yang telah diketahui atau dicurigai (untuk menilai luasnya dan perkembangan penyakit itu). Kegiatan surveilans ini merupakan tugas yang dilakukan oleh petugas Dinas Kesehatan atau mungkin memerlukan keria sama dengan orang-orang yang mengetahui masalahnya di luar Dinas Kesehatan. Untuk pembahasan, kegiatan surveilans khusus disajikan dalam 3 golongan besar. Golongan pertama terdiri darikegiatanyangdipusatkan pada populasi manusia; yang kedua kegiatan yang dipusatkan pada populasi hewan; dan yang ketiga kegiatan yang dipusatkan pada sebagian faktor lingkungan. a. Populasi Manusia Kegiatan-kegiatan yang dipusatkan pada populasi manusia dimaksudkan untuk: 1) menilai kerentanan populasi dan bagian populasi tertentu terhadap bermacam- macam penyakit, terutama penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin; dan 2) mengetahui adanya suatu inveksi, termasuk infeksi tersembunyi (penderita subklinis). Kerentanan populasi dapat dinilai dengan beberapa cara, yaitu melalui survei serelogis atau wawancara pada masyarakat dan melalui catatan hasil imunisasi pada Kementerian Kesehatan dan badan lain(sekolah dan sebagainya). Setiap cara mempunyai keuntungan dankerugian tertentu dalam hal populasi dari mana datanya diperoleh, keterbatasan dan reliabilitas data, kesulitan dan biaya untuk memperoleh data itu. Sebagai contoh, survei serelogis dan wawancara dapat dilakukan berdasarkan sampel dari keseluruhan atau sebagian populasi suatu masyarakat. Sementara itu, data yang diperoleh dari analisis catatan imunisasi pada Dinas Kesehatan atau sekolah hanya terbatas pada sebagian populasi (golongan ekonomi atau umur tertentu) yang benarbenar dilayani oleh organisasi. Kesulitan dan biaya untuk mendapatkan data terbesar adalah pada survei serelogis dan wawancara, dan terkecil untuk analisis catatan imunisasi. b. Populasi Hewan Pada Populasi hewan surveilans encephalitis dapat mencakup survei serologis pada populasi hewan tertentu (kuda, kijang dan sebagainya, bergantung pada penyebab khusus yang menjadi perhatian) dan survei untuk menentukan besarnya dan penyebaran populasi nyamuk yang bersangkutan dan prevalens virus pada populasi nyamuk tersebut. Surveilans pest dapat mencakup survei serologis pada jenis binatang pengerat tertentu dan anjing peliharaan yang tinggal di daerah yang diketahui atau tersangka terinfeksi. Surveilans dapat dan harus meliputi usaha untuk "mendapatkan" penyebab penyakit dari pinjal yang disisir dari hewan yang ditangkap dan diambil darahnya. c. Faktor Lingkungan Kegiatan surveilans lingkungan rutin paling umum dimaksudkan untuk mengetahui pencemaran air minum umum, susu, dan bahan makanan. Pada situasi khusus (misalnya letusan penyakit), surveilans dapat dilakukan pada makanan atau udara dari sumber-sumber tertentu Fokus lain dari kegiatan surveilans lingkungan adalah kondisi alam yang memungkinkan menyebarnya atau terpeliharanya populasi bermacam-macam hewan yang mungkin menjadi sumber atau vektor penyakit. Daftar Pustaka 1) Amiruddin, Ridwan. 2013. Surveilans Kesehatan Masyarakat. Bogor: IPB Press. 2) Imari,S. 2011. Surveilans Epidemiologi Prinsip,Aplikasi,Manajemen Penyelenggaraan dan Evaluasi Sistem Surveilans. FETP Kemenkes RI-WHO. Jakarta 3) Diakses melalui file:///C:/Users/windows/Downloads/permenkes_ri_no_45_tahun_2014_tentang_penyelengg araan_surveilans_kesehatan.pdf pada tanggal 10 November 2020 pukul 10.45 WIB.X 4)