Anda di halaman 1dari 11

IMPLEMENTASI PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)

DI DESA LOK BANGKAI


KECAMATAN BANJANG
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA

METODE PENELITIAN KUALITATIF

Dosen Pengarah:

Ahmad Riduan, S.sos.,M.AP.

Disusun Oleh Kelompok 4 :

Muhammad Aldi (192106982)

Muhammad Rifani (192106988)

Muhammad Alfin (192106983)

Maulidiah (192106979)

Muhammad Hendra (192106985)

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI


STIA AMUNTAI
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi allah yang telah memberikan kesehatan kepada kami,

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini guna memenuhi tugas untuk mata

kuliah Metode Penelitian Kualitatif, dengan judul “IMPLEMENTASI

PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI DESA LOK BANGKAI

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian tugas ini masih jauh dari

kata sempurna dikarenakan keterbatasannya pengalaman dan pengetahuan yang

kita miliki.Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan keritik yang

membangun dari berbagai pihak.Semoga tugas yang kami buat ini dapat

bermanfaat untuk pengetahuan kita semua.

Amuntai, 3 November 2021

Kelompok 4 (5F reguler)


DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Setiap Negara pasti memiliki masalah masing-masing.Tidak terkecuali

Negara Indonesia.Indonesia memiliki beberapa masalah, diantaranya adalah di

bidang sosial ekonomi khususnya adalah masalah kemiskinan.Masyarakat miskin

menjadi kekurangan dan tidak mampu dalam menghadapi perkembangan dijaman

globalisasi saat ini. Dengan adanya kemiskinan maka akan menghambat tujuan

dan cita-cita negara.

Sementara itu, pemerintah dalam menjalankan fungsinya melakukan

berbagai upaya dalam menanggulangi masalah kemiskinan.Masalah kemiskinan

berkaitan dengan aspek-aspek lain seperti kesehatan, pendidikan, sosial, ekonomi,

budaya dan aspek lainnya.

Pada dasarnya masyarakat miskin memiliki kelemahan dalam kemampuan

mencukupi kebutuhan hidup serta kemampuan berusaha dan terbatasnya akses

terhadap kegiatan sosial ekonomi sehingga tertinggal jauh dari masyarakat lain

yang memiliki potensi lebih tinggi.

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan

memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini,

kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk

memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi
pengeluaran. Jadi Penduduk Miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata

pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. (BPS 2020)

Kemiskinan dapat dilihat dari sulitnya penduduk miskin untuk mengakses

bidang pendidikan dan kesehatan. Padahal bidang pendidikan dan kesehatan

merupakan faktor penting dalam membangun sumber daya manusia yang

berkualitas. Biaya pendidikan yang cukup tinggi mengakibatkan masyarakat

miskin tidak dapat menjangkau dunia pendidikan, hal ini semakin memperburuk

situasi masyarakat yang kekurangan karena kurangnya pendidikan membuat

mereka tidak bisa bersaing dan tidak bisa bangkit dari keterpurukan karena tidak

memiliki keterampilan, wawasan, dan pengetahuan yang memadaai. Begitu pula

dengan kesehatan, biaya yang tinggi membuat masyarakat miskin memilih

menggunakan obat teradisional apabila mereka sakit. Selain itu, pemeliharaan

kesehatan ibu yang sedang mengadung pada keluarga sangat miskin sering tidak

memadai sehingga menyebabkan buruknya kondisi kesehatan bayi yang

dilahirkan atau menimbulkan dampak lebih besar berupa kematian bayi.

Indonesia juga menjadi salah satu Negara yang memiliki cukup banyak

masyarakat miskin, jumlah masyarakat miskin pada Persentase penduduk miskin

pada September 2020 sebesar 10,19 persen, meningkat 0,41 persen poin terhadap

Maret 2020 dan meningkat 0,97 persen poin terhadap September 2019. Dan jika

dijadikan angaka maka Jumlah penduduk miskin pada September 2020 sebesar

27,55 juta orang, meningkat 1,13 juta orang terhadap Maret 2020 dan meningkat

2,76 juta orang terhadap September 2019. (BPS 2020) Tentu jumlah itu bukan

angka yang sedikit sehingga pemerintah perlu mengeluarkan bebagai perogram

penanggulangan kemiskinan dan meningkatkan kesajahtraan masyarakat,


sebagaimana di atur dalam UU Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009

Tentang Kesejahtraan Sosial yang salah satu tujuanya untuk meningkatkan taraf

kesejahtraan, kualitas, dan kelangsungan hidup masyarakat miskin.

Namun berbagai kebijakn atau program penaggulangan kemiskinan yang

dirancang secara baik oleh pemerintah ketika diimplementasikan ternyata

pencapaianya jauh dari yang diharapkan di Indonesia, kita sering mendengar di

berbagai media baik media cetak, elektronik, atau bahkan menyaksikan secara

langsung berbagai kejadian kegagalan implementasi kebijakan, Program, dan

pembangunan yang direncanakan oleh pemerintah (baik pemerintah pusat,

provinsi, maupun daerah).

Berbagai faktor disenyalir menjadi penyebab kegagalan program-program

anti kemiskinan tersebut. Selain itu masalah koropsi, Kolosi, dan Nepotisme

(KKN) yang menjadi faktor utama kegagalan berbagai program anti kemiskinan

yang diluncurkan pemerintah pusat, variabale penjelasan yang lain, seperti :

Adanya kecendrungan untuk penyeragaman kebijakan, lemahnya pengetahuan

kelompok sasaran terhadap berbagai program yang diimplementasikan juga

merupakan kontributor terhadap kegagalan implementasi perogram-perogram anti

kemiskinan yang diluncurkan oleh pemerintah.

Salah satu program yang diluncurkan pemerintah Indonesia untuk

menekan angaka kemiskinan atau anti kemiskinan yang diharapkan tepat sasaran

ialah Program Keluarga Harapan (PKH). Bantuan Sosial Program Keluarga

Harapan atau Bansos PKH. Bansos PKH merupakan program bantuan besutan

Kementerian Sosial (Kemensos) RI dengan sasaran Keluarga Penerima Manfaat

(KPM) yang tercantum pada Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS) serta
memenuhi syarat yang berlaku. Perogram ini telah berjalan sejak 2007 dengan

memberikan bantuan tetap reguler sebesar Rp 550 ribu per keluarga per tahun.

Dan ada perubahan pada pembagian Bansos PKH pada tahun 2021 yaitu meliputi

anak usia sekolah (usia dini dan SD-SMA), ibu hamil, lanjut usia atau lansia, dan

penyandang disabilitas. Masing-masing penerima Bansos PKH sesuai kriteria

tersebut menerima nominal bantuan yang berbeda pula.

Kewajiban penerima PKH berkaitan dengan kesehatan dan pendidikan

RTSM ( rumah tangga sangat miskin ) yang sudah ditetapkan menjadi peserta

PKH dan memiliki kartu PKH diwajibkan memenuhi persyaratan kesehatan.

Seperti mengontrol kandungan ibu hamil, menimbang dan memberi vitamin pada

balita.

Adapun peserta PKH yang dikenakan persyaratan kesehatan adalah RTSM

yang memiliki ibu hamil, anak balita atau anak usia lima sampai tujuh tahun yang

belum masuk pendidikan SD. Peserta PKH wajib memenuhi persyaratan yang

berkaitan dengan pendidikan jika memiliki anak berusia tujuh samapai lima belas

tahun. Anak peserta PKH tersebut harus didaftarkan pada satuan pendidikan setara

SD dan SMP dan mengikuti kehadiran kelas minimal 85% dari hari sekolah dalam

sebulan selama setahun ajaran berlangsung. Salah satu tujuan akhir dari PKH

adalah meningkatkan partisipasi sekolah baik itu sekolah dasar maupun sekolah

menengah.

Nominal Bansos PKH telah diatur oleh Kemensos RI sesuai dengan

kebutuhan penerima manfaat mulai dari Rp 900.000 hingga Rp 3.000.000.

Berikut adalah uraian dana bantaun PKH Kemensos yang diterima setiap

kriteria penerima :
 Ibu hamil                         : Rp 3.000.000

 Anak usia dini                 : Rp 3.000.000

 Anak usia sekolah SD     : Rp 900.000

 Anak usia sekolah SMP  : Rp 1.500.000

 Anak usia sekolah SMA  : Rp 2.000.000

 Lanjut usia atau lansia    : Rp 2.400.000

 Penyandang disabilitas  : Rp 2.400.000

Syarat penerima Bansos PKH :

 Ibu hamil                         : maksimal kehamilan kedua (tidak lebih)

 Anak usia dini                : maksimal dua anak dalam satu keluarga

 Anak usia sekolah SD    : maksimal satu anak dalam satu keluarga

 Anak usia sekolah SMP  : maksimal satu anak dalam satu keluarga

 Anak usia sekolah SMA : maksimal satu anak dalam satu keluarga

 Lanjut usia atau lansia   : maksimal satu orang dalam keluarga

 Penyandang disabilitas  : maksimal satu orang dalam keluarga

Pemerintah indonesia ingin segera menyelesaikan masalah kemiskinan

dengan PKH melalui bantuan tunai bersyarat bagi keluarga miskin dan akan terus

melakukan terobosan dan perbaikan dalam program PKH. (Kemensos, PKH)

Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan di Kecamatan Banjang

Kabupaten Hulu Sungai Utara tentang Program Keluarga Harapan (PKH)

ditemukan masalah :

Pertama, data yang dipandang masih belum mencerminkan keadaan yang

sebenarnya karena data yang digunakan adalah data dari beberapa tahun yang lalu,
bukan data yang sekarang sehingga ada data masyarakat yang kurang mampu

tidak terdaftar.

Kedua, Masih banyak anak didik KPM PKH yang tidak rajin hadir setiap

bulanya ke kesekolah padahal ini adalah kewajiban KPM PKH untuk memenuhi

komitmen kehadiran dalam proses belajar minimal 85% dari efektif sekolah dalam

sebulan, selama tahun ajaran berlangsung hal ini berbeda dengan Peraturan Mentri

Sosial Nomor 1 tahun 2018

Ketiga, Permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan Program Keluarga

Harapan yaitu adanya pemotongan dana yang dilakukan oleh petugas PKH serta

keluhan masyarakat terhadap kualitas beras, berbau apek, dan berubah warna

sudah tidak berwarna putih.

Dengan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti dan

menyusunnya ke dalam bentuk penelitian yang berjudul “IMPLEMENTASI

PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI KECAMATAN BANJANG

KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA DESA LOK BANGKAI”

Agar tidak hanya menjadi dugaan belaka tentang adanya masalah pada

program keluarga harapan ini, dan untuk mengetahui kendala yang dihadapi

dalam pelaksanaan perogram keluarga haparan ini di kecamatan Banjang

Kabupaten Hulu Sungai Utara.


B. FOKUS PENELITIAN

Penelitian ini mengangkat tentang Implementasi Program Keluarga

Harapan (PKH) di Desa Lok Bangkai Kecamatan Banjang Kabupaten Hulu

Sungai Utara maka difokoskan pada 6 variabel menurut Van Matter & Carl Van

Horn (dalam Leo Agustino 2016: 133-136)

1. Ukuran dan tujuan kebijakan

2. Sumber Daya

3. Karekteristik Agen Pelaksana

4. Sikap dan Kecendrungan para pelaksana

5. Komonikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana

6. Lingkungan ekonomi,sosial, dan politik

C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dari

itu dalam penelitian ini ditemukan beberapa rumusan masalah, yaitu

1. Apakah yang dimaksud dengan Implementasi Program Keluarga

Harapan (PKH) di Kecamatan Banjang Kabupaten Hulu Sungai

Utara ?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi Impelementasi Program

Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Banjang Kabupaten Hulu

Sungai Utara ?

3. Bagaimana upaya-upaya untuk mengatasi faktor penghambat dalam

Imlementasi Kebijakan Program Keluarga Harapan (PKH) di

Kecamatan Banjang Kabupaten Hulu Sungai Utara ?


D. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan rumusan masalah diatas yang telah dikemukakan

sebelumnya, maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Unutk mengetahui Impelementasi Program Keluarga Harapan (PKH)

di Kecamatan Banjang Kabupaten Hulu Sungai Utara

2. Untuk mengatahui faktor-faktor yang mempengaruhi Impelementasi

Program Keluarga Harapan (PKH) di Kecamatan Banjang Kabupaten

Hulu Sungai Utara

3. Untuk mengatahui upaya-upaya untuk mengatasi faktor penghambat

dalam Implementasi Kebijakan Program Keluarga Harapan (PKH) di

Kecamatan Banjang Kabupaten Hulu Sungai Utara.

E. MANFAAT PENELITIAN

1. Teoritis

Manfaat teoritis dalam hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi media

untuk pengembangan berbagai teori yang sangat berguna bagi pengembangan

berbagai teori yang sangat berguna bagi pengembangan, penalaran, dan

pengelolaan pada Bidang Ilmu Administrasi Negara khususnya yang berhubungan

dengan kebijaan publik yang berkaitan dengan Impelmentasi Program Keluarga

Harapan (PKH).

2. Praktis

Manfaat praktis dalam hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai masukan pemerintah di Kecamatan Banjang pendamping

Program Keluarga Harapan (PKH).

Anda mungkin juga menyukai