Anda di halaman 1dari 9

MENJAWAB 20 TUDUHAN PALSU ATAS SYIAH

7 November, 2015 1 Comment

Akhir-akhir ini di berbagai media sosial marak beredar berbagai tuduhan


terhadap Syiah dari para hater yang pada umumnya berpijak pada karangan dan
rekaan belaka. Publik yang menerima berbagai tuduhan dan fitnahan murahan pada
umumnya juga tidak cukup punya waktu untuk melakukan cross check sendiri. Tak
jarang pula mereka memang tak punya kemampuan untuk secara langsung mengecek
ke sumber-sumber asli berbahasa asing yang seolah-olah dirujuk oleh
para hater tersebut.
Di antara ratusan tuduhan palsu atas Syiah adalah 17 Doktrin Syiah yang
dalam beberapa pekan ini kembali beredar. Jawaban atas tiap tuduhan itu telah
tersedia di banyak buku.
Apa yang tertulis di bawah ini sekadar untuk memperkaya perspektif ihwal
mazhab Syiah. Mungkin saja jawaban-jawaban di bawah tidak memuaskan
para hater, yang sejak lama berpegang pada prinsip: “Tuduhan atas Syiah benar
dengan sendirinya meski jelas terbukti salah.” Syaikh Jawad Mughniyah pernah
menyatakan: “Semua tuduhan harus berdasarkan pada bukti kecuali tuduhan orang
atas Syiah.”
Memang patut disayangkan ketidakadilan yang menimpa kaum Syiah ini,
sehingga tuduhan palsu pun terpaksa harus ditanggapi—betapapun tuduhan-tuduhan
itu sejatinya jauh dari fakta dan logika.
Sebelum menjawab masing-masing tuduhan, ada baiknya kita beberkan
pengetahuan umum berikut ini.

Pertama, apakah kita sepakat bahwa Alquran dijamin dan dijaga Allah dari segala
penambahan dan pengurangan? Dan kalau ada anggapan bahwa seseorang atau
sekelompok orang menyatakan bahwa Syiah memiliki Alquran lain, apakah anggapan
ini tidak justru menentang jaminan Allah tersebut? Bukankah Allah berkali-kali
dalam Alquran menantang siapa saja untuk mendatangkan yang dapat menyerupai
Alquran? Dan jika kita yakin dengan jaminan Allah, dan memang kita mesti dan
wajib yakin, bukankah memunculkan keragu-raguan semacam ini adalah bagian
dari waswas syaithanil khannas untuk melemahkan keyakinan kita terhadap
keterjagaan Alquran dari segala kemungkinan dikurangi atau ditambahi apalagi
disaingi sepenuhnya?
Kedua, bukankah Sunnah Nabi yang Shahih adalah rujukan dan sumber
hukum Islam setelah Alquran?! Saya tekankan sekali lagi: yang shahih! Jika memang
demikian, apakah mungkin suatu hadis, betapapun kuat matan dan sanadnya, dapat
dianggap shahih bila bertentangan dengan Alquran? Jika tidak, maka semua matan
dan sanad hadis yang menyatakan ada Alquran lain selain yang dipegang dan dibaca
oleh 1,7 milyar penduduk Muslim dunia ini wajib dianggap tidak shahih atau palsu
(maudhu’). Lantas, bila ada hadis yang dianggap shahih bertentangan dengan ayat
yang sharih, apa yang mesti dilakukan?
Ketiga, apakah ada orang yang pernah membaca atau mendengar sendiri dari
seorang Imam, ulama Syiah atau pengikut Syiah yang mengatakan bahwa seluruh
hadis dalam Ushul Al-Kafi itu semuanya shahih? Apakah ada yang pernah membaca
atau mendengar buku berjudul Shahih Al-Kafi? Jelas tidak. Bahkan, seluruh kaum
Muslim di dunia sepakat bahwa selain nash Alquran, semua dapat dikritik dan
diragukan keshahihannya. Al-Kulaini sendiri dalam pengantar Al-Kafi telah
menegaskan prinsip yang telah disebutkan di poin kedua, yakni apa saja yang
dianggap bertentangan dengan Kitab Allah haruslah dibuang dan dianggap maudhu’.
Maka itu, aneh kalau lantas dia sendiri dianggap meyakini Alquran yang dia yakini
harus dijadikan rujukan kemudian dituduh secara sewenang-wenang meyakini ada
Alquran lain. Sayangnya, sebagian orang memang membaca Al-Kafi tanpa
menghiraukan wanti-wanti Al-Kulaini di pengantar kitabnya.
Keempat, Islam adalah agama yang dimulai dengan ucapan La Ilaha
IllaLLAH Muhammad RasuluLLAH. Siapa saja yang telah mengucapkannya secara
lahiriah berhak dianggap Muslim dengan hak-hak yang sempurna dan tidak boleh
dibunuh. (Lihat Al-Jami’ Al-Shahih, Imam Muslim, cetakan edisi revisi, Dar Al-Fikr,
Beirut, Juz 1 hal. 66). Tidak ada satu ayat Alquran maupun Hadis Shahih yang
membolehkan atau memberi hak kepada siapa saja untuk menjadi hakim untuk
menilai kekafiran Muslim yang lain. Bahkan, Islam dengan jelas menyatakan bahwa
seseorang dihukumi berdasarkan lahiriahnya. Mau orang itu ber-taqiyah atau
menyembunyikan apapun di dalam hatinya, selama dia masih menyatakan keesaan
Allah dan bahwa Nabi adalah Rasul terakhir Allah, maka dia wajib dihukumi
Muslim.
Kelima, saat menyuruh kita berdakwah, Allah dengan tegas menyatakan
bahwa hanya Dialah yang paling mengetahui siapa di antara makhluk yang paling
mendapat petunjuk (QS.an-Nahl:125): Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu
dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
baik. Sesungguhnya Tuhan-mu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk. Maksudnya, pendakwah yang sudah dianggap berilmu pun tidak
berhak mengklaim dirinya paling benar, apalagi orang biasa yang tidak berilmu.
Bahkan, dalam surah Saba’ ayat 24-25 Alquran menyebutkan adab Baginda
Rasulullah dalam berdialog dengan orang musyrik: Katakanlah: “Siapakah yang
memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi?” Katakanlah: “Allah”, dan
sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik), pasti berada dalam
kebenaran atau dalam kesesatan yang nyata **Katakanlah: “Kamu tidak akan
ditanya (bertanggung jawab) tentang dosa yang kami perbuat dan kami tidak akan
ditanya (pula) tentang apa yang kamu perbuat”.
Ayat ini menegaskan bahwa seorang Nabi yang mendapat petunjuk Allah di
saat menghadapi musuh harus menunjukkan sikap menerima kemungkinan salah,
karena memang itulah tanda makhluk dan hamba di hadapan kesempurnaan Allah
yang tidak terbatas.
Keenam, pendapat yang harus diterima dari suatu mazhab adalah pendapat
jumhur, bukan satu dua ulama, apalagi seorang pengikut awam. Oleh sebab itu,
tuduhan adanya hadis-hadis yang dianggap sebagai tahrif dalam Al-Kafi telah
dijelaskan panjang lebar oleh jumhur ulama Syiah.
Ketujuh, tidak ada satu majelis ulama pun di dunia Islam atau lembaga
keilmuan Islam yang diakui, yang secara resmi menyatakan Syiah sebagai sesat.
Orang Syiah diperbolehkan haji dan negara Syiah seperti Iran masuk dalam anggota
Organisasi Konferensi Islam. Kalo sebagian orang di Indonesia merasa lebih hebat
dan lebih menguasai kitab-kitab Syiah melebihi ulama Al-Azhar, ulama Madinah,
atau ulama negara-negara Islam lain dan menyatakan bahwa Syiah merupakan
mazhab yang sesat, maka jelas sebagian orang Indonesia itu patut dianggap keluar
dari jumhur dan patut dianggap sebagai syadz. Bahkan, mereka jelas keluar dari
Ahlus Sunnah wal Jamaah yang menekankan pada jamaah dan pendapat jumhur.
Kedelapan, tidak semua pendapat ulama Syiah benar dan sahih. Malah
sebagian pendapat ulama Syiah telah disalahkan oleh ulama Syiah yang lain,
sebagaimana yang terjadi dalam semua mazhab Islam lainnya. Karena pendapat
ulama adalah ijtihad yang bisa salah dan bisa benar.
Kesembilan, mengambil suatu pernyataan di luar konteks, apalagi dengan
tujuan untuk mengaburkan pandangan utuh seseorang adalah perbuatan yang salah.
MENJAWAB TUDUHAN TENTANG “17 ALASAN ULAMA ISLAM
MENGKAFIRKAN SYIAH”
Tuduhan : Sejumlah tujuh belas doktrin Syiah yang selalu mereka sembunyikan dari
kaum Muslimin sebagai bagian dari pengamalan doktrin taqiyah (menyembunyikan
Syiah-nya).
Jawaban : Taqiyah itu adalah suatu praktik dan sikap yang dibenarkan. Rujuk
Alquran surah Ali Imran ayat 28: Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-
orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barangsiapa
berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena
memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti (tuqatan) dari mereka. Dan Allah
memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali
(mu).
Jadi, memelihara diri dari sesuatu yang ditakutkan adalah sikap yang dibenarkan oleh
Alquran. Apakah ada yang merasa dirinya lebih baik dan lebih mulia daripada sikap
orang Mukmin yang disebutkan dalam ayat di atas?
Tuduhan : Ketujuh belas doktrin ini terdapat dalam kitab suci Syiah.
Jawaban : Kitab suci Syiah hanyalah Alquran yang telah dijaga Allah selama-
lamanya.
Tuduhan : Dunia dengan seluruh isinya adalah milik para Imam Syiah. Mereka akan
memberikan dunia ini kepada siapa yang dikehendaki dan mencabutnya dari siapa
yang dikehendaki (Ushulul Kaafi, hal.259, Al-Kulaini, cet. India). Jelas doktrin
semacam ini bertentangan dengan firman Allah SWT dalam QS. al-
A’raf:128, Sesungguhnya bumi adalah milik Allah, Dia dikaruniakan kepada siapa
yang Dia kehendaki.
Kepercayaan Syiah diatas menunjukkan penyetaraan kekuasaan para Imam Syiah
dengan Allah dan doktrin ini merupakan akidah syirik.
Jawaban : Tolong berikan nomor hadis dan teksnya supaya kita bisa mengerti
konteksnya bersama-sama. Namun, jika kita memahami surat Al-A’raf ayat 128 itu,
maka di situ ditegaskan bahwa Allah berhak memberikan seluruh bumi ini kepada
siapa saja yang Dia kehendaki. Artinya, apabila Allah berkehendak demikian, maka
terjadilah apa yang Dia kehendaki.
Tuduhan : Ali bin Abi Thalib yang diklaim sebagai Imam Syiah yang pertama
dinyatakan sebagai dzat yang pertama dan terakhir, yang dhahir dan yang bathin
sebagaimana termaktub dalam surah Al-Hadid[57]: 3 (Rijalul Kashi hal. 138).
Doktrin semacam ini jelas merupakan kekafiran Syiah yang berdusta atas nama
Khalifah Ali bin Abi Thalib. Dengan doktrin semacam ini Syiah menempatkan Ali
sebagai Tuhan. Dan hal ini sudah pasti merupakan tipu daya Syiah terhadap kaum
Muslimin dan kesucian akidahnya.
Jawaban : Tolong sekali lagi berikan nomor hadis dan teksnya supaya kita bisa
mengerti konteksnya bersama-sama. Kalau ada teks Arab-nya mungkin bisa dicari di
internet. Namun demikian, wajib ditegaskan bahwa apapun yang bertentangan
dengan Alquran jelas keluar dari kebenaran. Apabila hadis itu tetap dianggap shahih
oleh ahli-ahli hadis, maka maknanya harus ditakwilkan sehingga tidak bertentangan
dengan Alquran. Alquran menyebutkan istilah takwil dalam beberapa ayat, misalnya,
Ali Imran ayat 7 dan An-Nisa ayat 59. Metode takwil bukan saja diakui oleh ulama
Syiah, tapi juga oleh ulama Sunni seperti Syaikh Ibn Taymiyah sebagaimana yang
ditulis dalam At-Tafsir Al-Kabir, juz 2, hal. 88-114 cetakan Dar Al-Kutub
Al-‘Ilmiyyah, Beirut, tahun 1988.
Tuduhan : Para Imam Syiah merupakan wajah Allah, mata Allah dan tangan-tangan
Allah yang membawa rahmat bagi para hamba Allah (Ushulul Kaafi, hal. 83).
Jawaban : Selama Allah tetap diesakan dan dianggap sebagai satu-satunya Dzat
Pencipta yang mewujudkan segala sesuatu dan memiliki dan menguasai segala
sesuatu dan meyakini bahwa apapun yang Allah kehendaki bisa terjadi, maka itu
tetap dapat dianggap sebagai beriman kepada Allah. Jadi, kalau memang hadis ini
shahih, hadis ini harus ditakwilkan agar sesuai dengan prinsip tauhid di atas.
Takwilnya sama saja dengan takwil terhadap istilah Baytullah (Rumah Allah).
Maksud Rumah Allah itu jelas beda dengan rumah makhluk, karena Allah tidak
dibatasi oleh ruang. Kalau semua Muslimin bersepakat bahwa Ka’bah adalah Rumah
Allah, apakah mereka semua menjadi kafir?! Kemudian, dalam Alquran disebutkan
soal tangan Allah. Apakah maknanya sama dengan tangan manusia? Dalam hadis
Imam Bukhari ada ungkapan bahwa yaduLLAH ma’al jama’ah; tangan Allah
bersama jamaah. Apakah makna tangan ini sama dengan tangan manusia? Atau
pertolongan? Jadi, semua kata yang dipakai di sini harus diartikan sebagai kinayah.
Makna “wajah”, “tangan”, “mata” Allah dalam hadis-hadis tersebut sama mirip
dengan yang dijelaskan Ibn Al-Atsir dalam bukunya yang berjudul Al-Nihayah fi
Gharib Al-Hadits.
Tuduhan : Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib oleh Syiah dikatakan menjadi wakil
Allah dalam menentukan surga dan neraka, memperoleh sesuatu yang tidak diperoleh
oleh manusia sebelumnya, mengetahui yang baik dan yang buruk, mengetahui segala
sesuatu secara rinci yang pernah terjadi dahulu maupun yang ghaib (Ushulul Kaafi,
hal. 84).
Jawaban : Soal membagi surga dan neraka itu sebenarnya bisa merujuk pada hadis
shahih Muslim yang menyatakan bahwa tidak mencintai Ali kecuali mukmin (masuk
surga) dan tidak membencinya kecuali munafik (masuk neraka). Lihat: Al-Jami’ Al-
Shahih, Imam Muslim, cetakan edisi revisi, Dar Al-Fikr, Beirut, Juz 1 hal. 61.
Tuduhan : Keinginan para Imam Syiah adalah keinginan Allah juga (Ushulul Kaafi,
hal. 278).
Jawaban : Hadis ini sebenarnya semakna dengan ayat dalam surah Ghafir [40] ayat
60: Dan Tuhanmu berfirman: Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku
[1327] akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.
Bukankah ayat ini menyatakan keniscayaan diterimanya doa dan permintaan kita oleh
Allah, sehingga berarti keinginan kita menjadi keinginan Allah?!
Tuduhan : Para Imam Syiah mengetahui kapan datang ajalnya dan mereka sendiri
yang menentukan saat kematiannya karena bila Imam tidak mengetahui hal-hal
semacam itu maka ia tidak berhak menjadi Imam (Ushulul Kaafi, hal. 158).
Jawaban : Jika Allah menghendaki demikian, maka pasti hal ini bisa terjadi.
Tuduhan : Para Imam Syiah mengetahui apapun yang tersembunyi dan dapat
mengetahui dan menjawab apa saja bila kita bertanya kepada mereka karena mereka
mengetahui hal ghaib sebagaimana yang Allah ketahui (Ushulul Kaafi, hal. 193).
Jawaban : Jika Allah menghendaki demikian, maka pasti hal ini bisa terjadi.
Tuduhan : Allah itu bersifat bada’ yaitu baru mengetahui sesuatu bila sudah terjadi.
Akan tetapi para Imam Syiah telah mengetahui lebih dahulu hal yang belum terjadi
(Ushulul Kaafi, hal. 40).
Menurut Al-Kulaini (ulama besar ahli hadis Syiah), Bahwa Allah tidak mengetahui
bahwa Husein bin Ali akan mati terbunuh. Menurut mereka Tuhan pada mulanya
tidak tahu karena itu Tuhan membuat ketetapan baru sesuai dengan kondisi yang ada.
Akan tetapi Imam Syiah telah mengetahui apa yang akan terjadi. Oleh sebab itu
menurut doktrin Syiah Allah bersifat bada’ (Ushulul Kaafi, hal. 232).
Jawaban : Mohon menyebutkan hadisnya secara lengkap. Karena dalam hadis itu
dijelaskan bahwa beliau mengetahuinya dari kitab Allah. Kemudian,
maksud bada’ bukan sebagaimana tuduhan di atas, melainkan bahwa sebagaimana
bunyi ayat 39 surah Ar-Ra’ad: Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan
menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab
(Lauh Mahfuzh).
Tuduhan : Para Imam Syiah merupakan gudang ilmu Allah dan juga penerjemah
ilmu Allah. Para Imam Syiah bersifat Ma’sum (bersih dari kesalahan dan tidak pernah
lupa apalagi berbuat dosa). Allah menyuruh manusia untuk mentaati Imam Syiah,
tidak boleh mengingkarinya dan mereka menjadi hujjah (Argumentasi Kebenaran)
Allah atas langit dan bumi (Ushulul Kaafi, hal. 165).
Jawaban : Jika Allah menghendaki, maka pasti semua itu dapat terjadi.
Tuduhan : Para Imam Syiah sama dengan Rasulullah Saw (-Ibid).
Jawaban : Mohon lengkapkan hadisnya supaya tidak kehilangan konteks yang
dimaksudnya. Kalau yang dimaksud bahwa ada kesamaan di antara Nabi dan para
Imam dalam soal-soal tertentu, maka itu benar, karena Allah juga sudah meminta
para nabi mengatakan demikian dalam ayat terakhir surah Al-Kahfi. Tapi kalau yang
dimaksud sama-sama menerima wahyu, maka jelas itu keliru dan tuduhan yang salah.
Tuduhan : Yang dimaksud para imam Syiah adalah Ali bin Abi Thalib, Husein bin
Ali, Ali bin Husein, Hassan bin Ali dan Muhammad bin Ali (Ushulul Kaafi, hal.
109).
Jawaban : Ini sesuai dengan hadis Kisa yang juga diterima oleh ulama Ahlus
Sunnah.
Tuduhan : Alquran yang ada sekarang telah berubah, dikurangi dan ditambah
(Ushulul Kaafi, hal. 670). Salah satu contoh ayat Alquran yang dikurangi dari aslinya
yaitu ayat Alquran pada surah An-Nisa’: 47, menurut versi Syiah berbunyi: Ya
ayyuhalladziina uutul kitaaba aaminuu bimaa nazzalnaa fie ‘Aliyyin nuuran
mubiinan. (Fashlul Khitab, hal. 180).
Jawaban : Ini tuduhan keliru dan menunjukkan si penuduh meragukan janji Allah
dalam surah Al-Hijr ayat 9: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.
Tuduhan : Menurut Syiah, Alquran yang dibawa Jibril kepada Nabi Muhammad ada
17 ribu ayat, namun yang tersisa sekarang hanya 6660 ayat (Ushulul Kaafi, hal. 671).
Jawaban : Ini tuduhan keliru dan menunjukkan si penuduh meragukan janji Allah
dalam surah Al-Hijr ayat 9: Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Alquran, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.
Lagipula, dalam kitab-kitab ulama Syiah telah dijelaskan tuntas bahwa seluruh hadis
yang menunjukkan makna-makna sebagaimana di atas harus ditakwilkan dengan cara
yang tidak bertentangan dengan akidah tentang kemustahilan Alquran dapat ditambah
atau dikurangi.
Tuduhan : Menyatakan bahwa Abu Bakar, Umar, Utsman bin Affan, Muawiyah,
Aisyah, Hafshah, Hindun, dan Ummul Hakam adalah makhluk yang paling jelek di
muka bumi, mereka ini adalah musuh-musuh Allah. Siapa yang tidak memusuhi
mereka, maka tidaklah sempurna imannya kepada Allah, Rasul-Nya dan Imam-imam
Syiah (Haqqul Yaqin, hal. 519 oleh Muhammad Baqir Al-Majlisi).
Jawaban : Ini jelas tidak benar dan bukan pandangan umumnya ulama Syiah.
Tuduhan : Menghalalkan nikah Mut’ah, bahkan menurut doktrin Syiah orang yang
melakukan kawin mut’ah 4 kali derajatnya lebih tinggi dari Nabi Muhammad saw.
(Tafsir Minhajush Shadiqin, hal. 356, oleh Mullah Fathullah Kassani).
Jawaban : Nikah mut’ah memang dihalalkan dalam Syiah dengan berbagai
persyaratannya. Namun tuduhan di atas tidaklah benar. Kalau benar Al-Kasyani
menyatakan demikian, mohon disebutkan teks Arab-nya secara lengkap.
Tuduhan : Menghalalkan saling tukar-menukar budak perempuan untuk disetubuhi
kepada sesama temannya. Kata mereka, Imam Ja’far berkata kepada temannya:
“Wahai Muhammad, kumpulilah budakku ini sesuka hatimu. Jika engkau sudah tidak
suka kembalikan lagi kepadaku.” (Al-Istibshar III, hal. 136, oleh Abu Ja’far
Muhammad Hasan At-Thusi).
Jawaban : Harus selalu diingat bahwa semua yang bertentangan dengan ayat yang
jelas wajib dibuang. Dari manapun datangnya. Tapi, untuk diskusi lebih lanjut,
mohon tunjukkan hadisnya secara lengkap, supaya tidak semata-mata menjadi bahan
fitnah. Karena kalau hadis dipotong-potong, maka jelas pemahaman akan rusak.
Tuduhan : Rasulullah dan para sahabat akan dibangkitkan sebelum hari kiamat.
Imam Mahdi sebelum hari kiamat akan datang dan dia membongkar kuburan Abu
Bakar dan Umar yang ada didekat kuburan Rasulullah. Setelah dihidupkan maka
kedua orang ini akan disalib (Haqqul Yaqin, hal. 360, oleh Mullah Muhammad Baqir
al-Majlisi).
Jawaban : Sekali lagi mohon hadis lengkapnya. Kalau pun ada pandangan seperti
ini, maka ini bukan pandangan jumhur ulama Syiah. Apalagi sekarang jelas ada fatwa
yang mengharamkan seluruh pengikut Syiah untuk menodai semua simbol yang
diagungkan oleh Muslimin.
Kesimpulan Tuduhan : Ketujuhbelas doktrin Syiah di atas, apakah bisa dianggap
sebagai akidah Islam sebagaimana dibawa oleh Rasulullah saw. dan dipegang teguh
oleh para Sahabat serta kaum Muslimin yang hidup sejak zaman Tabi’in hingga
sekarang? Adakah orang masih percaya bahwa Syiah itu bagian dari umat Islam?
Menurut Imam Malik dan Imam Ahmad, barangsiapa yang tidak MENGKAFIRKAN
akidah Syiah ini, maka dia termasuk Kafir.
Semua kitab tersebut diatas adalah kitab-kitab induk atau rujukan pokok kaum Syiah
yang posisinya seperti halnya kitab-kitab hadis Imam Bukhari, Muslim, Ahmad bin
Hambal, Nasa’i, Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah bagi kaum Muslimin. Oleh
karena itu, upaya-upaya Syiah untuk menanamkan kesan bahwa Syiah adalah bagian
dari kaum Muslimin, hanya berbeda dalam beberapa hal yang tidak prinsip, adalah
dusta dan harus ditolak tegas !!!.
Jawaban : Jelas bahasa tuduhan seperti di atas tidaklah tepat. Tidak perlu orang
memaksa orang lain untuk menyatakan bahwa keyakinannya adalah seperti yang
dituduhkan si penuduh di atas, padahal dia tidak meyakini hal-hal sebagaimana yang
dimaksudkan si penuduh. Orang tidak boleh menghukumi apa yang dalam batin dan
hati orang lain. Yang dapat dihukumi adalah apa yang dinyatakannya dengan
lisannya secara tegas.
Tunjukkan ayat atau hadis yang membolehkan orang mengkafirkan orang lain,
dengan menunjuk individu tersebut dan menyatakan: Engkau kafir. Malah
sebaliknya ada hadis-hadis yang melarang perkataan-perkataan seperti itu karena
hanya akan menimbulkan permusuhan. Dan yang suka menimbulkan permusuhan
adalah setan sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Maidah ayat
91: Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan
kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan
menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu
(dari mengerjakan pekerjaan itu).
Jika Allah telah mengingatkan kita untuk tidak menghina mereka yang jelas-jelas
menyembah selain Allah; Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang
mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan
melampaui batas tanpa pengetahuan. Demikianlah Kami jadikan setiap umat
menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan merekalah kembali
mereka, lalu Dia memberitakan kepada mereka apa yang dahulu mereka
kerjakan(QS. al-An’am: 108), apalagi menghina mereka (Syiah) yang justru jelas
menyembah Allah dan mengagungkan nama-Nya di tiap tempat.(Musa/Yudhi)

Anda mungkin juga menyukai