Anda di halaman 1dari 4

Ditinjau dari segi kuantitas atau dari segi jumlah kuantitasnya dari beberapa Ulama berbeda

pendapat tentang pembagian Hadist ini, di antara mereka ada yang mengelompokkan menjadi
tiga bagian, yakni hadist Mutawatir, Masyhur dan Ahad, dan ada juga yang membaginya
menjadi dua, yaitu Hadist Mutawatir dan Ahad, yang membagi Hadist menjadi dua ini,
memasukkan Hadist Masyhur ke dalam Hadist Ahad yang diikuti kebanyakan ulama kalam.
Menurut mereka, Hadist Masyhur bukan merupakan Hadist yang berdiri sendiri, akan tetapi
bagian dari Hadist Ahad.

Sedangkan yang menjelaskan bahwa Hadist Masyhur itu dapat berdiri sendiri adalah
pendapat dari sebagian Ulama Ushul. Dan menurut ulama Hadis juga, Hadits dari segi
kuantitas ini cukup dibagi menjadi dua saja. Yakni Mutawatir dan Ahad. Demikian juga yang
telah dikatakan oleh Syuhudi Ismail. Sehingga pada garis besarnya hadis dibagi menjadi 2
macam, yakni Mutawatir dan Ahad. Inilah pembagian yang lebih praktis karena pada
dasarnya hadis Masyhur tercakup dalam hadis Ahad.

1. Hadits Mutawatir

Hadits ditinjau kuantitasnya berjumlah 2, yaitu mutawatir dan ahad. Menurut ulama Hadist,
mutawatir mempunyai pengertian sebagai berikut:

‫ما روه تحيل العادة توطئهم على الكذب‬

Artinya : “Hadist yang diriwayatkan oleh orang banyak yang mustahil menurut adat bahwa
mereka bersepakat untuk berbuat dusta.”
Sedangkan Imam Nawawi mengemukakan definisi dari hadist mutawatir, yaitu “hadist shahih
yang sejumlah besar orang menurut akal dan adat mustahil mereka bersepakat untuk
berdusta, sejak awal sanad, tengah dan akhirnya”

Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwasanya hadist mutawatir adalah hadist
yang memiliki sanad yang pada tingkatannya terdiri atas perawi dengan jumlah yang banyak 
yang menurut hukum adat atau akal tidak mungkin bersepakat untuk melakukan kebohongan
terhadap hadist yang sudah mereka riwayatkan.
Syarat-syarat Hadits Mutawatir

Hadits dapat mencapai derajat mutawatir itu harus mempunyai syarat-syarat yang telah
ditentukan oleh ulama hadits. Di bawah ini merupakan syarat-syarat hadits dapat dikatakan
sebagai hadits mutawatir, di antaranya sebagai berikut:

1. Hadits Mutawatir harus diriwayatkan oleh sejumlah besar perawi, dan dapat diyakini
bahwa mereka tidak mungkin sepakat untuk berdusta.
2. Adanya keseimbangan antara perawi pada thabaqat pertama dan thabaqat berikutnya.
Artinya perawi pada setiap tingkatan harus sama jumlahnya.
3. Berdasarkan tanggapan pancaindra: Harus benar-benar dari hasil pendengaran atau
penglihatan sendiri. Biasanya menggunakan lafadz: “Kami telah mendengar”( ‫)سمعنا‬
“Kami telah melihat ((‫راينا‬

Macam macam Hadist Mutawatir

1. Hadits Mutawatir Lafdzi


Hadits mutawatir lafdzi adalah hadits yang dalam periwayatannya menggunakan
lafadz yang sama. Sehingga para ulama mengatakan, bahwa hadits mutawatir lafdzi
merupakan hadist yang dalam periwayatannya antara lafadz dan maknanya sama.
Artinya antara perawi satu dengan yang lainnya tidak ada perbedaan lafadz dalam
meriwayatkannya.
2. Hadits Mutawatir Maknawi
Hadits mutawatir maknawi adalah hadist yang dalam periwayatan hanya maknanya
saja yang sama. Jadi dalam hadits ini antara perawi satu dengan yang lainnya dalam
meriwayatkan hadits menggunakan lafadz yang berbeda, akan tetapi masih dalam satu
makna.

2. Hadits Ahad

Hadits ditinjau kuantitasnya berjumlah 2, yaitu mutawatir dan ahad. Hadist ahad adalah
hadist yang telah diriwayatkan oleh satu orang saja. Dan definisi hadist ahad oleh para ulama
sebagai berikut:

‫مالم تبلغ نقلته فى الكثرة مبلغ الخبر المتواتر سواء الن المخبر واحدا او إثنين أو ثالث أو أربعة أو خمسة أو الى غير ذالك‬
‫من األعداد التى ال تشعر بأن الخبر المتواتر‬
Artinya: “Khabar yang jumlah perawinya tidak sampai jumlah perawi Hadits mutawatir, baik
perawinya itu satu, dua, tiga, empat, lima dan seterusnya yang tidak memberikan pengertian
bahwa jumlah perawi tersebut tidak sampai kepada jumlah perawi Hadits mutawatir.”

Dan ada pula yang mendefinisikan bahwa hadist ahad adalah “Hadist yang tidak memenuhi
syarat mutawatir” pendapat tersebut menurut ilmu hadist.

Sedangkan Hadist Ahad secara garis besar oleh ulama-ulama hadits dibagi menjadi dua
macam, yaitu hadist masyhur dan hadist ghairu masyhur. Ghairu masyhur terbagi lagi
menjadi dua bagian, yaitu hadist aziz dan hadist gharib.

1. Hadist Mashyur
Menurut bahasa “muntasyir” yang berarti sesuatu yang sudah tersebar, dan yang sudah
popular. Sedangkan menurut ulama ahli Hadist yaitu : yang berarti sesuatu yang sudah
tersebar, sudah popular. Hadits ini dinamakan masyhur karena popularitasnya di masyarakat,
walaupun tidak mempunyai sanad sama sekali, baik berstatus shahih ataupun dikatakan
dha’if.

Ada juga di jelaskan oleh istilah ilmu hadist yaitu:

‫ما روه ثالثة فاكثر في كل طبقة يلغ حد التواتر‬

Artinya : “Hadist yang diriwayatkan oleh tiga orang perawi atau lebih, pada setiap tingkatan
sanad, selama tidak sampai kepada tingkat mutawatir.”

Definisi ini menjelaskan bahwa hadist masyhur adalah hadist yang memiliki perawi yang
sekurang-kurangnya tiga orang, dan jumlah tersebut harus terdapat pada setiap tingkatan
sanad. 

2. Hadist Ghairu Masyhur

Hadist ghairu masyhur yang dikemukakan oleh ulama ahli hadist digolongkan menjadi dua
macam, antara lain:
a) Hadits Aziz
Kata ‘Aziz berasal dari kata ‘Azza-Ya’izzu yang mempunyai arti yaitu sedikit atau
jarang adanya, dan juga bisa berasal dari kata ‘Azza-Ya’azzu yang berarti kuat.

Sedangkan menurut istilah hadist aziz adalah Hadis yang diriwayatkan oleh dua
orang, walaupun dua orang rawi tersebut terdapat pada satu thabaqah saja, kemudian
setelah itu, orang-orang pada meriwayatkannya (diriwayatkan orang banyak).

b) Hadist Gharib adalah Hadits yang di dalam sanadnya terdapat seorang yang
menyendiri dalam meriwayatkan, dimana saja penyendirian dalam sanad itu terjadi.
Hadist gharib terbagi dua yaitu gharib mutlak (fard) dan gharib nisby. Gharib mutlak
yaitu apabila penyendirian rawi dalam meriwayatkan hadist  tentang personalianya
dan harus berpangkal ditempat ashlus sanad yaitu tabi’in bukan sahabat.

Anda mungkin juga menyukai