Oleh:
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusunan KTI (Karya Tulis Ilmiah) ini dapat
terselesaikan. KTI ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam Pemilihan
Mahasiswa Berprestasi dengan judul “Faktor-Faktor yang Dapat
Menyebabkan Penyakit Tidak Menular (PTM) serta Pemanfaatan Pos
Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM di Masyarakat”.
Penulis menyadari sepenuhnya karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik
yang membangun guna perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata penulis
mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan baik yang diberikan dari semua
pihak.
Semoga karya tulis ilmiah ini memberikan informasi bagi masyarakat,
serta bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
i
DAFTAR ISI
ii
RINGKASAN
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang sering kali tidak
terdeteksi karena umumnya tidak bergejala dan tidak ada keluhan. Penyakit ini
biasanya baru terdeteksi dalam tahap lanjut, sehingga sulit diobati dan berakhir
dengan kecacatan atau kematian dini. Berbagai faktor risiko yang dapat
menimbulkan PTM di antaranya yakni faktor genetik, gaya hidup, hingga
fisiologis.
Proporsi kematian akibat Penyakit Tidak Menular di Indonesia mengalami
peningkatan yang sangat drastis. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001, dan hasil Riskesda tahun 2007 selalu
terjadi peningkatan, yakni dari 41,7% (tahun 1995); 59,5% (tahun 2001); menjadi
59,5%(tahun 2007), hal yang sama juga terjadinya peningkatan pada faktor resiko
PTM obesitas dan merokok.
Jika diteliti lebih lanjut, penyebab utama PTM adalah terletak pada
makanan, hal ini secara tidak langsung merupakan dampak dari inflasi yang terus
meningkat yang menyebabkan banyaknya makanan yang tidak layak konsumsi
atau makanan dengan berbagai macam pengawet buatan yang dapat merusak
fungsi hati sehingga menimbulkan PTM dengan cepat.
Pada umumnya penanganan yang dilakukan untuk menanggulangi PTM
pada masyarakat menengah atau miskin adalah pemberian obat seadanya di
Puskesmas terdekat dikarenakan harga obat yang relatif mahal akibat inflasi. Akan
tetapi dikhawatirkan obat yang disediakan kepada penderita merupakan obat
murahan yang hanya berfungsi sebagai pereda, sehingga ketika penyakit itu
datang kembali ia akan mengkonsumsi obat tersebut berkali-kali, yang pada
akhirnya di dalam tubuhnya mengendap banyak zat kimia dari obat-obatan yang ia
konsumsi, sehingga timbul penyakit lain yang lebih mengancam kesehatannya. Di
sisi lain, banyak orang yang memilih melakukan pengobatan tradisional, seperti
meminum ramuan tradisional, pijat urat, akupuntur, dan lain sebagainya, yang
mana pada akhirnya mereka diberi ramuan herbal untuk mempercepat proses
penyembuhan penyakit yang diderita. Akan tetapi pengobatan secara tradisional
tersebut kebanyakan hanya sebatas penyakit ringan saja, karena sangat jarang
sekali ditemukan orang yang bisa meramu ramuan untuk mengobati penyakit
keras seperti zaman dahulu.
Mayoritas masyarakat belum mengenal Pos Pembinaan Terpadu Penyakit
Tidak Menular (Posbindu PTM) yang mana dapat membantu mereka dalam
memeriksa kesehatan sejak dini, sehingga mereka belum begitu memanfaatkan
fasilitas Posbindu PTM ini, apalagi saat mereka merasa sehat. Kurangnya kader
kesehatan dalam mengelola Posbindu juga berpengaruh terhadap minat
masyarakat dalam memeriksakan kesehatan sejak dini.
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit tidak menular atau PTM, belakangan ini merupakan penyebab
utama kematian di dunia, faktanya pada tahun 2015 kematian akibat PTM
menunjukkan angka 17 juta jiwa. Menurut badan kesehatan dunia WHO
(World Health Organization), kematian akibat PTM ini diperkirakan akan
terus meningkat, terutama di negara-negara menengah dan miskin. Lebih dari
70% populasi global terancam kematian akibat PTM ini, diantaranya kanker,
stroke, penyakit jantung, dan diabetes. Diperkirakan pada tahun 2030
mendatang, epidemologi dari penyakit menular kepada penyakit menular
semakin jelas. Pasalnya kematian akibat penyakit tidak menular dan
kecelakaan semakin meningkat sedangkan penyakit menular semakin
menurun.
Berdasarkan laporan Riskesda tahun 2013, terdapat 1,2 juta penderita
sroke, 42,1 juta penderita hipertensi, dan 8,9 juta peyandang diabetes mellitus.
Akan tetapi data tersebut belum sepenuhnya lengkap, karena masih banyak
masyarakat penderita hipertensi belum terdiagnosis, pasalnya data laporan
penderita hipertensi yang sudah terdiagnosis hanya menunjukkan angka
36,8%. Begitu pula dengan diabetes, angka cakupan pemeriksaannya hanya
sebanyak 30,4%. Hal ini menunjukkan tingginya masyarakat penderita
hipertensi dan diabetes yang belum terdiagnosis, yakni sekitar 2/3 dari
seluruh penderita.
Keadaan tersebut diperparah dengan kesadaran masyarakat akan
pentingnya menjaga kesehatan yang rendah. Kebanyakan masyarakat datang
ke fasilitas pelayanan kesehatan hanya ketika memiliki keluhan saja, padahal
mereka tahu betapa pentingnya pemeriksaan dini terhadap kondisi kesehatan
dalam menghindari berbagai penyakit sebelum terjangkit, terlebih pada
penyakit tidak menular sejenis hipertensi dan diabetes yang sering kali tidak
menimbulkan gejala pada tahap awal perjalanan penyakitnya. Pada akhirnya
PTM yang terdiagnosis pada kondisi lanjut penanganannya menjadi lebih
sulit, bahkan menimbulkan kematian dini (premature death).
Dalam menanggulangi berbagai faktor resiko PTM, diperlukan peran serta
masyarakat untuk memberikan edukasi tentang seputar gaya hidup sehat,
promosi program pemerintah seperti Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)
supaya masyarakat memiliki kesadaran untuk menjaga kesehatan mereka,
terlebih mereka mau memeriksakan kesehatan secara rutin di Posbindu yang
telah disediakan pemerintah untuk mendeteksi kondisi ke depannya.
Peran yang di berikan kepada masyarakat dalam penanggulangan PTM
yakni dapat berupa kader puskesmas yang melayani para penderita penyakit
atau promosi program kesehatan Posbindu tersebut. Selain itu, terdapat
2
beberapa faktor lain yang menonjol dan sangat memengaruhi gaya hidup sehat
masyarakat, seperti inflasi. Secara signifikan, faktor ekonomi sangat
mempengaruhi kualitas kesehatan negara, mulai dari jajanan yang tidak sesuai
standar kesehatan, persediaan obat, berbagai campuran bahan kimia kepada
makanan ringan untuk memenuhi daya beli masyarakat, dan penyebab lain
seputar pengaruh ekonomi terhadap kualitas kesehatan Indonesia.
Dalam pembangunan nasional Indonesia tahun 2015-2019, terdapat cita-
cita untuk membangun kemandirian di bidang ekonomi, berdaulat di bidang
politik, dan berkepribadian di bidang budaya yang dikenal dengan istilah
Trisakti. Untuk mewujudkan Trisakti tersebut, diciptakan 9 agenda (Nawacita)
yang mana pada agenda ke-5 dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia Indonesia yang dicapai melalui program Indonesia pintar, program
Indonesia sehat, dan program Indonesia sejahtera. Di antara program
Indonesia sehat, yakni : 1) Mewujudkan paradigma sehat, 2) penguatan
pelayanan kesehatan, dan 3) Jaminan kesehatan nasional. Dengan paradigma
sehat, kesehatan termasuk ke dalam fokus pembangunan, karena dalam sendi
pembangunan bangsa dibutuhkan SDM yang sehat pula, sebab dengan
program tersebut pemerintah dapat menanggulangi pertumbuhan penyakit
yang terjadi di Indonesia dengan tujuan untuk memperkecil angka kematian
yang sangat berpengaruh terhadap kualitas kesehatan negara Indonesia.
Dalam kesempatan ini penulis akan membahas tentang beberapa faktor
resiko PTM dan cara menanggulanginya untuk memperkecil angka kematian
di Indonesia. Selan itu penulis akan membahas siapa saja yang berperan dalam
pencegahan juga penanggulangan PTM di negara berkembang ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) ?
2. Bagaimana cara mengatasi faktor risiko PTM sedangkan banyak
masyarakat yang belum memanfaatkan Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu) PTM dari pemerintah ?
C. Tujuan
Tujuan dari karya ilmiah ini adalah :
1. Untuk memberikan edukasi tentang faktor risiko PTM yang selama ini
terjadi di Indonesia.
2. Untuk memberikan masukan tentang cara penanggulangan faktor risiko
PTM, juga menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
memanfaatkan Posbindu sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan
PTM.
3
D. Manfaat
Karya tulis ini dapat memberikan pemahaman mengenai pentingnya
edukasi tentang PTM dengan memanfaatkan Posbindu PTM. Memberikan
masukan dalam rangka upaya-upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk
mengurangi angka kematian akibat PTM.
E. Metode Pelaksanaan
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumenter,
yakni salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
sosial untuk menelusuri data historis. Data yang digunakan dalam penulisan
ini adalah jurnal elektronik, yang merupakan hasil penelitian peneliti sesuai
dengan fakta lapangan yang ada.
Data dokumenter yang ada, kemudian diuraikan dan dianalisis
menggunakan analisasi dokumen. Metode penulisannya yakni dengan
menggunakan teknik yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui
usaha menemukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan
sistematis.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS
umum. Akan tetapi, penulis juga berusaha memotivasi kepada seluruh warga
untuk bersama-sama berusaha menanggulangi faktor resiko PTM yang terus
meningkat belakangan ini.
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. SIMPULAN
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang muncul tanpa
adanya gejala terlebih dahulu, sehingga menjadi momok bagi masyarakat
karena merupakan salah satu penyebab tingkat kematian tinggi. Banyak faktor
yang menjadi penyebab munculnya PTM, termasuk dari gaya hidup
masyarakat sendiri, sehingga jenis PTM pun bermacam-macam. Oleh karena
itu, diperlukan lah partisipasi masyarakat dalam mewujudkan Indonesia sehat
dengan memanfaatkan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) yang telah
disediakan oleh pemerintah. Penambahan jumlah kader kesehatan juga sangat
diperlukan, terutama untuk pelayanan kesehatan di Posbindu PTM untuk
mengurangi angka kematian akibat PTM yang tinggi.
B. REKOMENDASI
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat
akan PTM kurang sehingga perlu edukasi lebih lanjut untuk masyarakat.
Masyarakat perlu mengubah pola dan gaya hidup yang tidak sehat menjadi
pola dan gaya hidup sehat. Masyarakat dianjurkan dapat berpartisipasi dalam
mewujudkan Indonesia sehat dengan cara menyejahterakan salah satu program
pemerintah yaitu Posbindu. Pemanfaatan Posbindu PTM masih sangat rendah
karena selain masyarakat yang belum tahu akan Posbindu, jumlah kader
kesehatan juga sangat kurang, sehingga diperlukan upaya-upaya untuk
meningkatkan pemanfaatan melalui promosi dan penyuluhan tentang manfaat
Posbindu, serta penambahan jumlah kader atau petugas kesehatan yang dapat
melayani pemeriksaan di Posbindu.
12
DAFTAR PUSTAKA
Sari, Dwi Wigati Ratna dan Mieke Savitri. (2018). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Pemanfaatan Posbindu Penyakit Tidak Menular
(PTM) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Setiabudi Kota Jakarta
Selatan. Dalam Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, [Online], vol 7 (2).
Halaman 49-56. Tersedia:
https://jurnal.ugm.ac.id/jkki/article/view/36849/22491. [14 Juli 2019].