Anda di halaman 1dari 16

FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MENYEBABKAN

PENYAKIT TIDAK MENULAR (PTM) SERTA


PEMANFAATAN POS PEMBINAAN TERPADU (POSBINDU)
PTM DI MASYARAKAT

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Pemusatan


Pendidikan Kemahasiswaan

Oleh:

Khusnul Chotimah 184101043

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusunan KTI (Karya Tulis Ilmiah) ini dapat
terselesaikan. KTI ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam Pemilihan
Mahasiswa Berprestasi dengan judul “Faktor-Faktor yang Dapat
Menyebabkan Penyakit Tidak Menular (PTM) serta Pemanfaatan Pos
Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM di Masyarakat”.

Penulis menyadari sepenuhnya karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik
yang membangun guna perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata penulis
mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan baik yang diberikan dari semua
pihak.
Semoga karya tulis ilmiah ini memberikan informasi bagi masyarakat,
serta bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Tasikmalaya, 21 Agustus 2019


Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................. ii
Ringkasan ........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan .................................................................................................... 2
D. Manfaat .................................................................................................. 3
E. Metode Pelaksanaan ............................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Penyakit Tidak Menular ....................................................... 4
B. Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular .................................................. 4
C. Pengertian Pos Pembinaan Terpadu ....................................................... 5
D. Cara Penanggulangan untuk Mengatasi Faktor Risiko PTM ................. 6
E. Peran Pemerintah dan Masyarakat terhadap Masalah PTM .................. 7
BAB III ANALISIS DAN SINTESIS
A. Identifikasi Penyakit Tidak Menular ...................................................... 9
B. Faktor Suatu Daerah Tidak Memiliki Posbindu ..................................... 10
BAB IV SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan ................................................................................................ 11
B. Rekomendasi .......................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 12

ii
RINGKASAN

Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang sering kali tidak
terdeteksi karena umumnya tidak bergejala dan tidak ada keluhan. Penyakit ini
biasanya baru terdeteksi dalam tahap lanjut, sehingga sulit diobati dan berakhir
dengan kecacatan atau kematian dini. Berbagai faktor risiko yang dapat
menimbulkan PTM di antaranya yakni faktor genetik, gaya hidup, hingga
fisiologis.
Proporsi kematian akibat Penyakit Tidak Menular di Indonesia mengalami
peningkatan yang sangat drastis. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 1995 dan 2001, dan hasil Riskesda tahun 2007 selalu
terjadi peningkatan, yakni dari 41,7% (tahun 1995); 59,5% (tahun 2001); menjadi
59,5%(tahun 2007), hal yang sama juga terjadinya peningkatan pada faktor resiko
PTM obesitas dan merokok.
Jika diteliti lebih lanjut, penyebab utama PTM adalah terletak pada
makanan, hal ini secara tidak langsung merupakan dampak dari inflasi yang terus
meningkat yang menyebabkan banyaknya makanan yang tidak layak konsumsi
atau makanan dengan berbagai macam pengawet buatan yang dapat merusak
fungsi hati sehingga menimbulkan PTM dengan cepat.
Pada umumnya penanganan yang dilakukan untuk menanggulangi PTM
pada masyarakat menengah atau miskin adalah pemberian obat seadanya di
Puskesmas terdekat dikarenakan harga obat yang relatif mahal akibat inflasi. Akan
tetapi dikhawatirkan obat yang disediakan kepada penderita merupakan obat
murahan yang hanya berfungsi sebagai pereda, sehingga ketika penyakit itu
datang kembali ia akan mengkonsumsi obat tersebut berkali-kali, yang pada
akhirnya di dalam tubuhnya mengendap banyak zat kimia dari obat-obatan yang ia
konsumsi, sehingga timbul penyakit lain yang lebih mengancam kesehatannya. Di
sisi lain, banyak orang yang memilih melakukan pengobatan tradisional, seperti
meminum ramuan tradisional, pijat urat, akupuntur, dan lain sebagainya, yang
mana pada akhirnya mereka diberi ramuan herbal untuk mempercepat proses
penyembuhan penyakit yang diderita. Akan tetapi pengobatan secara tradisional
tersebut kebanyakan hanya sebatas penyakit ringan saja, karena sangat jarang
sekali ditemukan orang yang bisa meramu ramuan untuk mengobati penyakit
keras seperti zaman dahulu.
Mayoritas masyarakat belum mengenal Pos Pembinaan Terpadu Penyakit
Tidak Menular (Posbindu PTM) yang mana dapat membantu mereka dalam
memeriksa kesehatan sejak dini, sehingga mereka belum begitu memanfaatkan
fasilitas Posbindu PTM ini, apalagi saat mereka merasa sehat. Kurangnya kader
kesehatan dalam mengelola Posbindu juga berpengaruh terhadap minat
masyarakat dalam memeriksakan kesehatan sejak dini.

iii
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit tidak menular atau PTM, belakangan ini merupakan penyebab
utama kematian di dunia, faktanya pada tahun 2015 kematian akibat PTM
menunjukkan angka 17 juta jiwa. Menurut badan kesehatan dunia WHO
(World Health Organization), kematian akibat PTM ini diperkirakan akan
terus meningkat, terutama di negara-negara menengah dan miskin. Lebih dari
70% populasi global terancam kematian akibat PTM ini, diantaranya kanker,
stroke, penyakit jantung, dan diabetes. Diperkirakan pada tahun 2030
mendatang, epidemologi dari penyakit menular kepada penyakit menular
semakin jelas. Pasalnya kematian akibat penyakit tidak menular dan
kecelakaan semakin meningkat sedangkan penyakit menular semakin
menurun.
Berdasarkan laporan Riskesda tahun 2013, terdapat 1,2 juta penderita
sroke, 42,1 juta penderita hipertensi, dan 8,9 juta peyandang diabetes mellitus.
Akan tetapi data tersebut belum sepenuhnya lengkap, karena masih banyak
masyarakat penderita hipertensi belum terdiagnosis, pasalnya data laporan
penderita hipertensi yang sudah terdiagnosis hanya menunjukkan angka
36,8%. Begitu pula dengan diabetes, angka cakupan pemeriksaannya hanya
sebanyak 30,4%. Hal ini menunjukkan tingginya masyarakat penderita
hipertensi dan diabetes yang belum terdiagnosis, yakni sekitar 2/3 dari
seluruh penderita.
Keadaan tersebut diperparah dengan kesadaran masyarakat akan
pentingnya menjaga kesehatan yang rendah. Kebanyakan masyarakat datang
ke fasilitas pelayanan kesehatan hanya ketika memiliki keluhan saja, padahal
mereka tahu betapa pentingnya pemeriksaan dini terhadap kondisi kesehatan
dalam menghindari berbagai penyakit sebelum terjangkit, terlebih pada
penyakit tidak menular sejenis hipertensi dan diabetes yang sering kali tidak
menimbulkan gejala pada tahap awal perjalanan penyakitnya. Pada akhirnya
PTM yang terdiagnosis pada kondisi lanjut penanganannya menjadi lebih
sulit, bahkan menimbulkan kematian dini (premature death).
Dalam menanggulangi berbagai faktor resiko PTM, diperlukan peran serta
masyarakat untuk memberikan edukasi tentang seputar gaya hidup sehat,
promosi program pemerintah seperti Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)
supaya masyarakat memiliki kesadaran untuk menjaga kesehatan mereka,
terlebih mereka mau memeriksakan kesehatan secara rutin di Posbindu yang
telah disediakan pemerintah untuk mendeteksi kondisi ke depannya.
Peran yang di berikan kepada masyarakat dalam penanggulangan PTM
yakni dapat berupa kader puskesmas yang melayani para penderita penyakit
atau promosi program kesehatan Posbindu tersebut. Selain itu, terdapat
2

beberapa faktor lain yang menonjol dan sangat memengaruhi gaya hidup sehat
masyarakat, seperti inflasi. Secara signifikan, faktor ekonomi sangat
mempengaruhi kualitas kesehatan negara, mulai dari jajanan yang tidak sesuai
standar kesehatan, persediaan obat, berbagai campuran bahan kimia kepada
makanan ringan untuk memenuhi daya beli masyarakat, dan penyebab lain
seputar pengaruh ekonomi terhadap kualitas kesehatan Indonesia.
Dalam pembangunan nasional Indonesia tahun 2015-2019, terdapat cita-
cita untuk membangun kemandirian di bidang ekonomi, berdaulat di bidang
politik, dan berkepribadian di bidang budaya yang dikenal dengan istilah
Trisakti. Untuk mewujudkan Trisakti tersebut, diciptakan 9 agenda (Nawacita)
yang mana pada agenda ke-5 dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia Indonesia yang dicapai melalui program Indonesia pintar, program
Indonesia sehat, dan program Indonesia sejahtera. Di antara program
Indonesia sehat, yakni : 1) Mewujudkan paradigma sehat, 2) penguatan
pelayanan kesehatan, dan 3) Jaminan kesehatan nasional. Dengan paradigma
sehat, kesehatan termasuk ke dalam fokus pembangunan, karena dalam sendi
pembangunan bangsa dibutuhkan SDM yang sehat pula, sebab dengan
program tersebut pemerintah dapat menanggulangi pertumbuhan penyakit
yang terjadi di Indonesia dengan tujuan untuk memperkecil angka kematian
yang sangat berpengaruh terhadap kualitas kesehatan negara Indonesia.
Dalam kesempatan ini penulis akan membahas tentang beberapa faktor
resiko PTM dan cara menanggulanginya untuk memperkecil angka kematian
di Indonesia. Selan itu penulis akan membahas siapa saja yang berperan dalam
pencegahan juga penanggulangan PTM di negara berkembang ini.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) ?
2. Bagaimana cara mengatasi faktor risiko PTM sedangkan banyak
masyarakat yang belum memanfaatkan Pos Pembinaan Terpadu
(Posbindu) PTM dari pemerintah ?

C. Tujuan
Tujuan dari karya ilmiah ini adalah :
1. Untuk memberikan edukasi tentang faktor risiko PTM yang selama ini
terjadi di Indonesia.
2. Untuk memberikan masukan tentang cara penanggulangan faktor risiko
PTM, juga menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya
memanfaatkan Posbindu sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan
PTM.
3

D. Manfaat
Karya tulis ini dapat memberikan pemahaman mengenai pentingnya
edukasi tentang PTM dengan memanfaatkan Posbindu PTM. Memberikan
masukan dalam rangka upaya-upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk
mengurangi angka kematian akibat PTM.

E. Metode Pelaksanaan
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumenter,
yakni salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
sosial untuk menelusuri data historis. Data yang digunakan dalam penulisan
ini adalah jurnal elektronik, yang merupakan hasil penelitian peneliti sesuai
dengan fakta lapangan yang ada.
Data dokumenter yang ada, kemudian diuraikan dan dianalisis
menggunakan analisasi dokumen. Metode penulisannya yakni dengan
menggunakan teknik yang digunakan untuk menarik kesimpulan melalui
usaha menemukan karakteristik pesan dan dilakukan secara objektif dan
sistematis.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Penyakit Tidak Menular


Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang tidak memiliki
tanda klinis secara khusus sehingga menyebabkan seseorang tidak mengetahui
dan menyadari kondisi tersebut sejak permulaan perjalanan penyakit
(Kemenkes RI, 2014). Kondisi tersebut menyebabkan keterlambatan dalam
penanganan dan menimbulkan komplikasi PTM bahkan berakibat kematian.
Penyakit Tidak Menular (PTM) adalah penyebab kematian terbanyak di
Indonesia. Keadaan dimana penyakit menular masih merupakan masalah
kesehatan penting, serta dalam waktu bersamaan, morbiditas dan mortalitas
PTM semakin meningkat. Hal tersebut merupakan beban ganda dalam
pelayanan kesehatan sekaligus tantangan yang harus dihadapi dalam
pembangunan bidang kesehatan di Indonesia.
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Kesehatan, dr. Endang Rahayu
Sedyaningsih, MPH, Dr.PH saat membuka Temu Nasional Strategi Kemitraan
Pengendalian Penyakit Tidak Menular dalam Penguatan Sistem Kesehatan
pada Era Desentralisasi di Jakarta, Kamis, 18 Agustus 2011. Hasil pertemuan
ini akan menjadi bahan masukan bagi delegasi Indonesia dalam Pertemuan
Tingkat Tinggi tentang PTM di Majelis Umum PBB, New York, September,
2011.
Dalam sambutannya, Menkes menjelaskan bahwa proporsi angka
kematian akibat PTM meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi 49,9%
pada tahun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007. Penyebab kematian tertinggi
dari seluruh penyebab kematian adalah stroke (15,4%), disusul hipertensi,
diabetes, kanker, dan penyakit paru obstruktif kronis.
Data Riskesdas 2007 menunjukkan di perkotaan, kematian akibat stroke
pada kelompok usia 45-54 tahun sebesar 15,9%, sedangkan di perdesaan
sebesar 11,5%. Hal tersebut menunjukkan PTM (utamanya stroke) menyerang
usia produktif. Sementara itu prevalensi PTM lainnya cukup tinggi, yaitu:
hipertensi (31,7%), arthritis (30.3%), penyakit jantung (7.2%), dan cedera
(7,5%).
Menkes mengatakan (2011), PTM dipicu berbagai faktor risiko antara lain
merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan gaya hidup tidak
sehat. Riskesdas 2007 melaporkan, 34,7% penduduk usia 15 tahun ke atas
merokok setiap hari, 93,6% kurang konsumsi buah dan sayur, serta 48,2%
kurang aktivitas fisik.

B. Faktor Risiko Penyakit Tidak Menular


Berbagai faktor resiko yang dapat menimbulkan PTM di antaranya yakni
faktor genetik, gaya hidup, hingga fisiologis. Faktor gaya hidup yang
5

berpengaruh adalah konsumsi alkohol, merokok, konsumsi makanan tidak


sehat, kurang aktifitas fisik, berat badan lebih dan obesitas. Gaya hidup
tersebut dapat menyebabkan perubaha fisiologis tubuh seperti tekanan darah
tinggi, gula darah tinggi, dan lemak darah tinggi yang berpotensi
menimbulkan PTM.
Jika diteliti lebih lanjut, penyebab utama PTM adalah terletak pada
makanan, hal ini secara tidak langsung merupakan dampak dari inflasi yang
terus meningkat yang menyebabkan banyaknya makanan yang tidak layak
konsumsi atau makanan dengan berbagai macam pengawet buatan yang dapat
merusak fungsi hati sehingga menimbulkan PTM dengan cepat. Dampak lain
dari inflasi atau krisis ekonomi yang terjadi antara lain:
1. Menurunnya status gizi masyarakat, yang menyebabkan :
a. Terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan fisik serta
intelektual janin dan anak, terutama anak balita, yang pada
akhirnya dapat menjadikannya lost generation.
b. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat memengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan janin.
c. Kekurangan gizi pada ibu nifas dapat menghambat reproduksi ASI.
d. Kekurangan gizi pada masyarakat dapat menurunkan daya tahan
tubuh, memudahkan yang sehat menjadi sakit, serta menghambat
penyembuhan penyakit.
2. Menurunnya akses fasilitas kesehatan, yang berakibat pada
meningkatnya tarif dan jasa kesehatan, khususnya terhadap fasilitas
swasta.
3. Menurunnya perhatian terhadap lingkungan, karena fokus masyarakat
terpusat pada kegiatan untuk mempertahankan hidup.
4. Menurunnya partisipasi masyarakat dalam berbagai kegiatan yang
mendukung kesehatan.
5. Mengabaikan perilaku sehat, seperti meningkatnya perokok, kebebasan
seksual, makan tidak teratur, dan lain-lain.

C. Pengertian Pos Pembinaan Terpadu


Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu
PTM) adalah kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor resiko PTM
terintegrasi seperti penyakit jantung dan pembuluh darah, diabetes, penyakit
paru obstruktif akut dan kanker, serta gangguan akibat kecelakaan dan
tindakan kekerasan dalam rumah tangga yang dikelola oleh masyarakat
melalui pembinaan terpadu. Posbindu PTM adalah bentuk peran serta
masyarakat (kelompok masyarakat, organisasi, industri, kampus, instansi,
sekolah, dll) dalam upaya promotif dan preventif untuk mendeteksi dan
pengendalian dini keberadaan faktor resiko penyakit tidak menular secara
terpadu.
6

Posbindu PTM  merupakan  wujud peran serta masyarakat dlm kegiatan


deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut dini faktor resiko Penyakit Tidak
Menular secara mandiri dan berkesinambungan. Posbindu PTM menjadi salah
satu bentuk upaya kesehatan masyarakat (UKM) yang selanjutnya
berkembang menjadi upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM).
Kegiatan Posbindu PTM  hanya mendeteksi factor risiko penyakit tidak
menular, tidak sampai ke pengobatan, bila ditemukan hasil pemeriksaan tidak
normal diberi edukasi/konseling atau dirujuk ke fasilitas kesehatan
lain( klinik, puskesmas, rumah sakit).

D. Cara Penanggulangan untuk Mengatasi Faktor Risiko PTM


Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 71 Tahun 2015 Pasal 15-18
menerangkan pentingnya promosi kesehatan kepada masyarakat oleh kader
kesehatan yang memiliki kompetensi di bidang promosi kesehatan
penanggulangan PTM. Tujuan diadakannya promosi tersebut adalah untuk
melakukan deteksi dini untuk menemukan faktor resiko PTM dengan cara
wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan yang dilakukan di fasilitas
pelayanan kesehatan dan tempat atau fasilitas dilaksanakannya Upaya
Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM). Setelah melaksanakan deteksi
tersebut, kader kesehatan yang tersedia diharapkan bisa memberikan
perlindungan khusus kepada pengunjung yang terdiagnosis PTM, seperti
memberikan imunisasi terhadap jenis PTM, dan dapat menyediakan
penanganan khusus untuk memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan,
rehabilitasi dan paliatif. Pelayanan pengobatan yang dimaksud adalah untuk
mengurangi faktor resiko, mencegah timbulnya penyakit, mengobati penyakit,
memberikan prognosis serta meningkatkan kualitas hidup.
Salah satu indikasi dalam pelaksanaan penanggulangan PTM seperti di
atas adalah kegiatan Posbindu PTM yang merupakan pemberdayaan
masyarakat melalui peningkatan peran serta masyarakat dalam menumbuhkan
kesadaran budaya hidup sehat. Peningkatan tersebut dapat dilakukan melalui
implementasi perilaku CERDIK (C : Cek kesehatan secara berkala, E :
Enyahkan asap rokok, R : Rangsang aktifitas fisik, D : Diet sehat dan
seimbang, I : Istirahat cukup, K : Kelola stres) melalui pos PTM untuk
mencegah dan mengendalikan faktor resiko PTM di masyarakat. Aktifitas
Posbindu PTM meliputi identifikasi faktor resiko PTM, edukasi konseling,
pencatatan, pemantauan, termasuk rujukan ke fasilitas kesehatan. Tahapan
kegiatan meliputi pelayanan registrasi dan administrasi, wawancara
pengukuran antropometri (berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang,
analisis lemak tubuh), pemeriksaan faktor resiko PTM biologis (pengukuran
tekanan darah, gula darah, arus puncak ekspirasi, dan lainnya), serta
konseling.
7

Untuk dapat memanfaatkan Posbindu secara maksimal, sebelumnya


diperlukan pihak yang berperan dalam mempromosikan fasilitas kesehatan
Posbindu kepada masyarakat, memberikan edukasi seputar penyakit menular
dan tidak menular untuk menarik simpati masyarakat terhadap pentingnya
kesadaran dalam menjaga kesehatan, pemanfaatan Posbindu sebagai sarana
pencegahan dan penanggulangan berbagai masalah kesehatan, serta
pentingnya mengecek kondisi kesehatan badan secara berkala di Posbindu
sebagai bentuk deteksi dini faktor resiko PTM.
Untuk membentuk Posbindu, dibutuhkan kader yang memiliki kompetensi
juga kesediaan dalam melayani kesehatan masyarakat. Dari data penelitian
yang ada, dikatakan bahwa kader terbanyak dalam Posbindu adalah ibu rumah
tangga sebesar 70,1%.Akan tetapi banyak mahasiswa atau pelajar SMK di
bidang kesehatan yang dapat di andalkan untuk mengisi pelayanan di
Posbindu agar masyarakat merasa nyaman dan dapat terlayani dengan baik
tanpa mengantri terlalu lama.

E. Peran Pemerintah dan Masyarakat terhadap Masalah PTM


Dalam melaksanakan tujuan penanggulangan Penyakit Tidak Menular
(PTM), pemerintah dan masyarakat sama-sama memiliki peran yang sangat
penting untuk mewujudkannya, di antara peran tersebut yakni :
1. Peran Pemerintah
a. Peningkatan akses. Upaya ini dilakukan melalui pemenuhan tenaga
kesehatan, peningkatan sarana pelayana primer (Puskesmas, klinik,
dokter praktek mandiri), pemenuhan prasarana pendukung (alat
kesehatan, obat, dan bahan habis pakai), serta inovasi untuk pelayanan
di daerah terpencil.
b. Peningkatan mutu fasilitas penyelenggaraan layanan juga SDM bidang
kesehatan, diantaranya melalui penyediaan norma, standar, prosedur,
dan kriteria (NSPK), Standar Produk Operasional (SPO), peningkatan
kemampuan tenaga kemampuan tenaga kesehatan (Nakes).
c. Regionalisasi rujukan melalui penguatan sistem rujukan baik di tingkat
regional, maupaun nasional.
d. Penguatan peran dinas kesehatan kabupaten/kota dan dinas kesehatan
provinsi melalui sosialisasi advokasi dan capacity building.
e. Penguatan dukungan bagi penguat pelayanan kesehatan dari lintas
sektor, baik itu berupa regulasi, infrastruktur, maupun pendanaan.
2. Peran Masyarakat
a. Mengambil tanggung jawab atas kesehatan diri, keluarga, dan
masyarakat.
b. Mengembangkan kemampuan untuk menyehatkan diri, keluarga dan
masyarakat.
8

c. Menjadi pelaku perintis kesehatan dan pemimpin yang menggerakkan


kegiatan masyarakat di bidang kesehatan berdasarkan atas kemandirian
bersama.
d. Ikut andil dalam pemanfaatan fasilitas kesehatan seperti Posbindu atau
UKBM.
Masyarakat yang mandiri dalam pencegahan faktor resiko PTM adalah
suatu kondisi dimana masyarakat Indonesia menyadari, mau, dan mampu
mengenali, mencegah, dan menanggulangi faktor resiko PTM yang dihadapi,
sehingga dapat terhindar dari penyakit tersebut.
Dalam rangka mewujudkan visi "Masyarakat yang Mandiri dalam
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak Menular", maka misi
Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular adalah "Membuat
Masyarakat Terhindar dari Faktor Resiko Penyakit Tidak Menular".
Guna mewujudkan visi dan misi tersebut Direktorat Pengendalian
Penyakit Tidak Menular menganut dan menjunjung tinggi nilai-nilai sebagai
berikut :
1. Berpihak pada rakyat
2. Bertindak cepat, tepat, dan etis.
3. Kerjasama tim.
4. Integritas yang tinggi
5. Transparan dan akuntabilitas.
Dengan demikian maka pemerintah dapat menyelenggarakan pencegahan
dan penanggulangan faktor resiko PTM guna menurunkan angka kesakitan,
kecacatan dan kematian PTM secara terpadu, efektif dan efisien dengan
melibatkan pemerintah, civil society organization dan masyarakat.
Strategi yang dilakukan melalui kader kesehatan dalam menanggulangi
masalah tersebut yakni :
1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat dalam pencegahan
dan penanggulangan faktor resiko PTM.
2. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan deteksi dini dan
penanggulangan faktor resiko PTM yang berkualitas.
3. Mengembangkan dan memperkuat sistem surveilans epidemiologi
faktor resiko PTM, monitoring dan sistem informasi.
4. Meningkatkan pembiayaan pencegahan dan penanggulangan faktor
resiko PTM.
9

BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS

A. Identifikasi Penyakit Tidak Menular


Indonesia dalam beberapa tahun terakhir menghadapi masalah triple
burden of diseases. Di satu sisi, penyakit menular masih menjadi masalah,
ditandai dengan masih sering terjadi KLB/wabah beberapa penyakit menular
tertentu. Munculnya kembali beberapa penyakit menular lama (re-emerging
diseases), serta munculnya penyakit-penyakit menular baru (new-emerging
diseases), seperti HIV/AIDS, avian influenza, flu babi, dan penyakit nipah. Di
sisi lain PTM menunjukkan adanya kecenderungan yang semakin meningkat
dari waktu ke waktu.
Telah dijelaskan bahwa menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) 2007,
dan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 dan 2001 tampak bahwa
selama 12 tahun (1995-2007) telah terjadi transisi epidemiologi dimana
kematian akibat penyakit tidak menular semakin meningkat dan kematian
akibat penyakit menular semakin menurun.
Secara global, regional dan nasional pada tahun 2030, transisi
epidemiologi dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular semakin
jelas. Diproyeksikan jumlah kesakitan akibat penyakit tidak menular dan
kecelakaan akan meningkat dan penyakit menular akan menurun. PTM seperti
kanker, jantung, DM dan paru-paru obstruktif kronis, serta penyakit kronis
lainnya akan mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2030.
Sementara itu penyakit menular seperti TBC, HIV/AIDS, malaria, diare dan
penyakit infeksi lainnya diprediksi akan mengalami penurunan pada tahun
2030. Peningkatan kejadian PTM berhubungan dengan peningkatan faktor
resiko akibat perubahan gaya hidup seiring dengan perkembangan dunia yang
makin modern, pertumbuhan populasi, dan peningkatan usia harapan hidup.
Indikasi lain yang menjadi faktor resiko PTM adalah rendahnya stabilitas
ekonomi negara yang menyebabkan tidak meratanya kesehatan masyarakat,
karena perbedaan tingkatan daya beli terhadap obat yang berfugsi
menanggulangi PTM. Tidak jarang di televisi nasional dikabarkan ada orang
yang mengidap penyakit keras yang hanya dirawat di rumah saja dengan
alasan tidak memiliki biaya untuk berobat, sehingga dibutuhkan bantuan
pemerintah atau orang lain yang peduli untuk menanggulanginya. Pemerintah
tidak bisa selalu disalahkan karena mereka perlu dukungan dari rakyatnya
dalam rangka menaikkan kualitas hidup warga negara bersama-sama, seperti
melalui sumbangan lewat peduli kasih untuk membantu mereka yang
membutuhkan.
Jadi dalam hal Penyakit Tidak Menular ini, penulis berusaha memberikan
masukan positif terkait cara menanggulangi PTM yang disebabkan oleh
berbagai macam faktor resiko tanpa menyalahkan pihak pemerintah maupun
10

umum. Akan tetapi, penulis juga berusaha memotivasi kepada seluruh warga
untuk bersama-sama berusaha menanggulangi faktor resiko PTM yang terus
meningkat belakangan ini.

B. Faktor Suatu Daerah Tidak Memiliki Posbindu


Selama ini penanganan terhadap penyakit di beberapa daerah hanya
sebatas pemberian obat di Puskesmas terdekat terhadap penderita penyakit
ringan saja tanpa adanya edukasi mengenai gaya hidup sehat, penimbangan
berat badan, diagnosis kepada pengunjung yang datang, dan hal lain seputar
cek kesehatan berkala. Penyebab utama hal tersebut adalah kurangnya kader
yang tersedia di Puskesmas yang bersangkutan dengan jumlah pengunjung
yang datang setiap harinya melebihi 200 pengunjung, sehingga para kader
yang ada merasa kewalahan dalam melayani mereka.
Akibat tidak seimbangnya jumlah pengunjung dan kader kesehatan yang
tersedia, pelayanan kesehatan yang diberikan terkesan apa adanya tanpa
pemeriksaan yang lebih kepada pengunjung, terkadang pengunjung hanya
mengatakan sakit yang dia rasakan kepada kader lalu kader memberikan obat
sesuai diagnosis yang dikatakan pengunjung. Pemeriksaan lengkap terhadap
kesehatan pengunjung biasanya dapat dilakukan hanya pada malam hari,
karena di samping jumlah pengunjung yang sedikit, para kader yang ada
memiliki waktu untuk memeriksa kesehatan pengunjung mulai dari gula
darah, tekanan darah, dan berat badan untuk mengukur keseimbangan gizi
pengunjung.
Dari sini dapat dilihat mengapa banyak daerah yang tidak memiliki
Posbindu sebagai wadah pelayanan masyarakat dalam menanggulangi
Penyakit Tidak Menular (PTM), yang mana masalah utamanya yakni jumlah
kader yang tersedia tidak mencukupi jumlah seharusnya, serta tidak adanya
sistem yang mengatur prosedur pemeriksaan pengunjung sesuai standarnya,
seperti cek berat badan dan sebagainya.
Oleh sebab itu, peranan masyarakat untuk mencapai Indonesia sehat
sangat penting, karena penyakit yang menyerang masyarakat timbul dari diri
masyarakat sendiri. Kerjasama masyarakat dengan pemerintah dalam
membangun dan menghidupkan fasilitas kesehatan seperti Pos Pembinaan
Terpadu (Posbindu) juga penting, karena dari sana lah masyarakat dapat
mendapatkan pelayanan kesehatan dengan perhatian yang cukup.
11

BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang muncul tanpa
adanya gejala terlebih dahulu, sehingga menjadi momok bagi masyarakat
karena merupakan salah satu penyebab tingkat kematian tinggi. Banyak faktor
yang menjadi penyebab munculnya PTM, termasuk dari gaya hidup
masyarakat sendiri, sehingga jenis PTM pun bermacam-macam. Oleh karena
itu, diperlukan lah partisipasi masyarakat dalam mewujudkan Indonesia sehat
dengan memanfaatkan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) yang telah
disediakan oleh pemerintah. Penambahan jumlah kader kesehatan juga sangat
diperlukan, terutama untuk pelayanan kesehatan di Posbindu PTM untuk
mengurangi angka kematian akibat PTM yang tinggi.

B. REKOMENDASI
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat
akan PTM kurang sehingga perlu edukasi lebih lanjut untuk masyarakat.
Masyarakat perlu mengubah pola dan gaya hidup yang tidak sehat menjadi
pola dan gaya hidup sehat. Masyarakat dianjurkan dapat berpartisipasi dalam
mewujudkan Indonesia sehat dengan cara menyejahterakan salah satu program
pemerintah yaitu Posbindu. Pemanfaatan Posbindu PTM masih sangat rendah
karena selain masyarakat yang belum tahu akan Posbindu, jumlah kader
kesehatan juga sangat kurang, sehingga diperlukan upaya-upaya untuk
meningkatkan pemanfaatan melalui promosi dan penyuluhan tentang manfaat
Posbindu, serta penambahan jumlah kader atau petugas kesehatan yang dapat
melayani pemeriksaan di Posbindu.
12

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, M. Burhan. (2018). Penelitian Kualitatif, Komunikasi, Ekonomi,


Kebijakan Politik dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Departemen Kesehatan. (2011). Penyakit Tidak Menular (PTM) Penyebab


Kematian Terbanyak di Indonesia. Jakarta: Depkes RI.

Dinas Kesehatan. (2018). Kegiatan Posbindu PTM. Demak: Dinkes.

Juanita. (2002). Pengaruh Krisis Ekonomi terhadap Pelayanan Kesehatan


Masyarakat. [Online]. Tersedia: https://docplayer.info/46217798-
Pengaruh-krisis-ekonomi-terhadap-pelayanan-kesehatan-masyarakat.html.
[14 Juli 2019].

Kementrian Kesehatan. (2012). Penyakit Tidak Menular. Jakarta: Buletin Jendela


Data dan Informasi Kesehatan.

Moleong, Lexy J. (2017). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Nasruddin, Nurizka Rayhana. (2017). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular
(Posbindu PTM) di Wilayah Kerja Puskesmas Ballaparang Kota
Makassar Tahun 2017. Skripsi FKIK UIN Alauddin. UIN Alauddin
Makassar: tidak diterbitkan.

Rahmayanti, Elyda dan Arief Hargono. (2017). Implementasi Surveilans Faktor


Risiko Penyakit Tidak Menular Berbasis Posbindu Berdasarkan Atribut
Surveilans (Studi di Kota Surabaya). Dalam Jurnal Berkala Epidemiologi,
[Online], vol 5 (3). Halaman 276-285. Tersedia: https://e-
journal.unair.ac.id. [14 Juli 2019].

Rivai, Lily Banonah, Pradana Soewondo, Dewi Irawati. (2015). Pelayanan


Penyakit Tidak Menular Terpadu (PANDU) sebagai Adaptasi World
Health Organization (WHO) Package Essential of Noncommunicable
Diseases Intervention (PEN) di Fasilitas Pelayanan Primer. Dalam Jurnal
Indon Med Assoc, [Online], vol 65 (12). Halaman 593-595. Tersedia:
http://mki.idionline.org. [14 Juli 2019].

Sari, Dwi Wigati Ratna dan Mieke Savitri. (2018). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Pemanfaatan Posbindu Penyakit Tidak Menular
(PTM) di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Setiabudi Kota Jakarta
Selatan. Dalam Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, [Online], vol 7 (2).
Halaman 49-56. Tersedia:
https://jurnal.ugm.ac.id/jkki/article/view/36849/22491. [14 Juli 2019].

Anda mungkin juga menyukai