BAB I-BAB IV Converted-Merged
BAB I-BAB IV Converted-Merged
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara filosofis, pendidikan merupakan hak yang sangat mendasar bagi
manusia. Sebagai hak bagi manusia, pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan
menjamin kelangsungan hidup suatu bangsa atau negara. Dalam konteks ini,
pendidikan berfungsi untuk pembebasan (kemerdekaan) manusia dari kebodohan,
ketertinggalan dan eksploitasi. Dengan pendidikan dapat mengembangkan
kemampuan, mutu, dan martabat kehidupan suatu bangsa. Konsep inilah yang
kemudian melahirkan konsep pendidikan untuk semua.
Bangsa indonesia memiliki kekayaan alam yang melimpah, potensi sumber
daya manusia, peluang pasar yang besar dan demokrasi yang relatif stabil. Untuk
dapat mengelola sumber daya yang berlimpah di harapkan Sistem Pemerintahan
Negara Indonesia mempunyai suatu sistem birokrasi dengan SDM nya yang
berkualitas, yaitu PNS Profesional yang saat ini di kenal dengan istilah ASN
(Aparatur Sipil Negara)
Dalam UU ASN No. 5 Tahun 2014 di jelaskan bahwa Aparatur Sipil Negara
(ASN) adalah profesi bagi Pegawai Negeri Sipil dan pegawai pemerintah dengan
perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintahan. Pegawai Aparatur Sipil
Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan
pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina
kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas
negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Salah satu Aparatur Sipil Negara dengan jabatan fungsional yang memiliki
peran besar dalam mengoptimalkan program pemerintah adalah guru. Profesi guru
sebagai ASN dituntut untuk bekerja secara profesional sehingga menghasilkan
pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat (peserta didik, orang tua dan
masyarakat umum) serta bertanggung jawab dalam perkembangan aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik peserta didik agar hasil pendidikan benar-benar mencapai
sasaran. Dalam hal ini, berarti guru harus bisa membimbing peserta didiknya agar
setiap peserta didik dapat mencapai prestasi yang baik dengan akhlak yang baik pula.
Pencapaian ini tidak bisa dilakukan sepenuhnya oleh guru saja, tetapi harus kerjasama
seluruh warga sekolah baik itu guru mata pelajaran, staf tata usaha, guru bimbingan
konseling dan kepala sekolah.
Dari beberapa personel di sekolah, yang memiliki peran besar dalam
mengembangkan peserta didik dan mengoptimalkan potensi peserta didik adalah guru
bimbingan konseling atau konselor. Guru bimbingan konseling adalah bagian integral
dari pendidikan itu sendiri, yang mempunyai hak penuh untuk pengembangan mutu
pendidikan, yang mempunyai tugas yang berbeda dengan guru yang lain, namun
memiliki tujuan yang sama. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah yang
optimal tentu saja dapat memberikan kontribusi pada visi, misi dan tujuan sekolah.
Namun pada pelaksanaanya disekolah, banyak terdapat isu-isu mengenai
pelayanan bimbingan dan konseling yang belum berjalan dengan baik dan tidak
optimal. Selain itu beberapa kegiatan layanan bimbingan dan program bimbingan
konseling tidak terlaksana dengan baik. Hal tersebut dapat terlihat dari masih adanya
beberapa guru dan siswa yang belum memahami apa fungsi bimbingan dan konseling
disekolah.
SMPN 2 Gangga salah satu sekolah yang terletak di Kecamatan Gangga
Kabupaten Lombok Utara,dimana pelaksanaan Bimbingan dan Konseling SMPN 2
Gangga belum berjalan dengan optimal, hal ini dikarenakan berbagai macam kendala
yaitu rendahnya minat siswa dalam berkonsultasi dengan guru Bimbingan dan
Konseling serta terbatasnya sarana dan prasarana seperti media bimbingan dan
konseling yang merupakan salah satu penujang optimalnya pelaksanaan bimbingan
dan konseling di sekolah.
Berdasarkan buku daftar konsultasi siswa di ruang BK jumlah siswa yang
berkonsultasi sekitar 30% tergolong rendah, hal ini membuat proses pemberian
layanan Bimbingan dan Konseling tidak optimal,. hal ini tentu saja dapat menghambat
terwujudnya visi, misi dan tujuan SMPN 2 Gangga yaitu terwujudnya peserta didik
yang berprestasi baik dibidang akademik maupun non akademik.
Langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat siswa untuk
bekonsultasi dengan guru bimbingan dan konseling sekaligus mengubah pandangan
keliru tentang konseling adalah memberikan siswa informasi melalui layanan klasikal
yang dirangkai dengan beberapa kegiatan. Dalam hal ini siswa yang memiliki masalah
(sedang bermasalah) atau pun mereka yang tidak atau belum bermasalah semuanya
diberi kesempatan untuk berkonsultasi dengan guru pembimbing.
Salah satu argumentasi yang penting dikemukakan dalam kegiatan ini
adalah bahwa orang dewasa pun butuh konsultasi dengan orang lain dalam
menghadapi suatu permasalahan. Sehingga siswa yang masih remaja dan beranjak
dewasa tentu wajar bila konsultasi dengan orang lain yang lebih dewasa termasuk
kepada guru pembimbing.
Di samping itu kegiatan ini akan sedikit demi sedikit akan meningkatkan minat
siswa untuk berkonsultasi dengan guru bimbingan dan konseling, sebab semua siswa
semestinya mendapat pelayanan bimbingan dan konseling yang optimal. Yang perlu
diketahui bahwa konsultasi bukan sebagai tujuan tetapi proses bagi
terlaksananya layanan bimbingan dan konseling” agar siswa berkembang dengan
optimal.
B. TUJUAN
2. Fokus
Kegiatan aktualisasi ini merupakan implementasi dari nilai-nilai dasar ASN
yang di wujudkan dalam bentuk meningkatkan minat konsultasi siswa,dengan guru
bimbingan dan konseling. Meningkatkan minat konsultasi siswa,dengan guru
bimbingan dan konseling merupakan upaya penulis dalam meningkatkan
komitmen mutu disatuan kerja.
Ruang lingkup kegiatan aktualisasi adalah meningkatkan minat konsultasi
siswa,dengan guru bimbingan dan konseling melalui layanan kelasikal,. Layanan
klasikal yang dimaksud adalah program yang dirancang menuntut guru bimbingan
dan konseling untuk melakukan kontak langsung dengan siswa di kelas secara
terjadwal dengan tahapan, melakukan konsultasi dengan kepala sekolah,
perencanaan kegiatan,pengorganisasian,pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut.
BAB II
DESKRIPSI ORGANISASI
A. NAMA ORGANISASI : SMP NEGERI 2 GANGGA
KEPALA SEKOLAH
ACHMAD SUHARIJANTO HL, S.Pd
KETUA KOMITE
SAHARDI
BENDAHARA RUTIN
GURU PAI GURU MTK GURU IPA GURU IPS
ASTRIANA ,S.Pd
PUAS,S.Ag AGIM,S.Pd SAHARTU,S.Pd ARLIN A., S.Pd Gr.
BENDAHARA BOS
GURU PAI GURU MTK GURU IPA GURU PENJASORKES
NURMAN,S.Ag. EDDIE DJUPRIN, S.Pd ANDY AMRULLAH M., S.Pd NUZULUL RAHMAN,
ASTRIANA ,S.Pd
M.Pd S.Pd
Gr.
BENDAHARA BARANG
GURU PPKn GURU B. GURU IPA GURU PENJASORKES
AHMAD AHYAR IDRUS SALIM,S.Pd SITI MAE SARAH,S.Pd ZUBAER,S.Pd ARIS SUSANTO
R.,S.Pd
PUSTAKAWAN
HAERUDIN
b. Fungsi Penulis
1). Fungsi Secara Umum (Guru)
Akuntabilitas adalah kata yang seringkali kita dengar, tetapi tidak mudah untuk
dipahami. Ketika seseorang mendengar kata akuntabilitas, yang terlintas adalah
sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara mencapainya.
Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau
tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang
berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan
akuntabilitas adalah kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai. Akuntabilitas
merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi
tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Amanah seorang PNS adalah menjamin
terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik tersebut antara lain adalah:
a. Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik
kepentingan, antara kepentingan publik dengan kepentingan sektor, kelompok,
dan pribadi;
b. Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah
keterlibatan PNS dalam politik praktis;
c. Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan publik;
d. Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai
penyelenggara pemerintahan.
Program bimbingan dan konseling merupakan alat yang digunakan oleh guru
BK dalam pelayanan kebutuhan pengembangan individu pada peserta didik. Oleh
karena itu, penyusunan program bimbingan dan konseling ini dibuat sebagai rasa
tanggung jawab sebagai seorang guru BK untuk memaksimalkan pelayanan agar
peserta didik dapat berkembang secara optimal.
2. Nasionalisme
3. Etika Publik
Ricocur (1990) mendefinisikan etika sebagai tujuan hidup yang baik bersama
dan untuk orang lain di dalam institusi yang adil. Dengan demikian etika lebih
dipahami sebagai refleksi atas baik/ buruk, benar/salah yang harus dilakukan atau
bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral mengacu pada
kewajiban untuk melakukan yang baik atau apa yang seharusnya dilakukan. Dalam
kaitannya dengan pelayanan publik, etika publik adalah refleksi tentang
standar/norma yang menentukan baik/buruk, benar/salah perilaku, tindakan dan
keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung
jawab pelayanan publik. Integritas publik menuntut para pemimpin dan pejabat publik
untuk memiliki komitmen moral dengan mempertimbangkan keseimbangan antara
penilaian kelembagaan, dimensi-dimensi pribadi, dan kebijaksanaan di dalam
pelayanan publik (Haryatmoko, 2001).
Pembuatan program bimbingan dan konseling ini disusun untuk
mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja guru BK sebagai seorang
ASN yang profesional dan berintegritas tinggi dalam melayani peserta didik, orang
tua dan sesama guru.
4. Komitmen Mutu
Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk mengukur
capaian hasil kerja. Mutu dapat dijadikan sebagai alat pembeda atau pembanding
dengan produk/jasa sejenis lainnya yang dihasilkan/dilakukan oleh lembaga lain
sebagai pesaing. Manajemen mutu harus dilaksanakan secara terintegrasi, dengan
melibatkan seluruh komponen organisasi, untuk senantiasa melakukan perbaikan
mutu agar dapat memuaskan pelanggan/ masyarakat. Ada beberapa nilai yang harus
ada pada komitmen mutu, seperti: efektif, efisien, inovatif dan berorientasi pada mutu.
Kegiatan pembuatan program BK ini disusun dengan mempertimbangkan
penerapan teknologi informasi, penggunaan yang mudah, simpel dan disampaikan
dengan komunikasi secara efektif dan inovatif serta berupaya untuk mengemas
program layanan yang mudah dipahami dan menyenangkan bagi siswa.
5. Anti Korupsi
Anti korupsi adalah tindakan atau gerakan yang dilakukan untuk memberantas
segala tingkah laku atau tindakan yang melawan norma- norma dengan tujuan
memperoleh keuntungan pribadi, merugikan Negara atau masyarakat baik secara
langsung maupun tidak langsung. KPK bersama dengan para pakar telah melakukan
identifikasi nilai-nilai dasar anti korupsi, dan dihasilkan sebanyak sembilan nilai anti
korupsi yaitu: jujur, peduli, mandiri, disiplin, tanggung jawab, kerja keras, sederhana,
berani dan adil
Dalam kegiatan layanan bimbingan dan konseling, semua peserta didik
menerima layanan dengan perlakuan yang sama, ini sesuai dengan nilai dasar yaitu,
adil.
B. Peran dan Kedudukan PNS
Untuk menciptakan Pegawai Negeri Sipil yang baik, maka diundangkan
UndangUndang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian yang
telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara. ASN memegang peranan besar dalam kelaancaran pemerintahan dan
pembangunan, maka ASN memiliki peran dan kedudukan yang sangat penting dalam
berjalannya sistem pemerintahan serta pelayanan lembaga negara kepada masyarakat.
Kedudukan ASN dalam NKRI yaitu:
1) Pegawai ASN berkedudukan sebagai Aparatur Negara.
2) Pegawai ASN melaksanakan kebijakan yg ditetapkan oleh Pimpinan Instansi
Pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan Intervensi semua Golongan
dan Parpol.
3) Pegawai ASN dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik.
4) Kedudukan ASN berada di Pusat, Daerah dan Luar Negeri, namun demikian
Pegawai ASN merupakan satu kesatuan.
a. Manajemen ASN
Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN
yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik,
bersih dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme. Manajemen ASN meliputi
Manajemen ASN dan Manajemen PPPK. ASN diangkat oleh pejabat pembina
kepegawaian untuk menduduki suatu jabatan pemerintahan dan memilili nomor
induk pegawai nasional. Sementara itu, PPPK diangkat oleh pejabat pembina
kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan instansi
pemerintah untuk jangka waktu tertentu. Manajemen ASN diselenggarakan
berdasarkan Sistem Merit. Manajemen ASN meliputi penyusunan dan penetapan
kebutuhan; pengadaan; pangkat dan jabatan; pengembangan karier; pola karier;
promosi; mutasi; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan; penghargaan;
disiplin; pemberhentian; jaminan pensiun dan jaminan hari tua; dan perlindungan
(LAN, Manajemen Aparatur Sipil Negara, 2014).
Pelaksanaan layanan dilakukan secara sistematis dan menyenangkan bagi
peserta didik, terutama penggunaan fasilitas ruang konseling dan kotak curhat
untuk membantu peserta didik lebih terbuka.
b. Whole of Goverment
Whole of Goverment (WoG) merupakan suatu pendekatan penyelenggaraan
pemerintah yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintahan dari
keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai
tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program, dan pelayanan publik.
Oleh karena itu, WoG dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan
dengan menunjuk sejumlah kelembagaan yang terkait urusan-urusan yang relevan
(Suwarno & Sejati, 2016). Pendekatan WoG dapat dirumuskan dalam prinsip-
prinsip kolaborasi, kebersamaan, kesatuan, tujuan bersama, dan mencakup
keseluruhan aktor dari seluruh sektor dalam pemerintahan.
Alasan penerapan WoG dalam sistem aparatur sipil Indonesia adalah:
a) Adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan publik dalam mewujudkan
integrasi kebijakan, program pembangunan dan pelayanan agar tercipta
penyelenggaraan pemerintahan lebih baik, selain itu perkembangan teknologi
informasi, situasi dan dinamika kebijakan yang lebih kompleks juga
mendorong pentingnya WoG.
b) Faktor-faktor internal dengan adanya fenomena ketimpangan kapasitas
sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi antar sektor dalam
pembangunan.
c) Keberagaman latar belakang nilai, budaya, adat istiadat, serta bentuk latar
belakang lainnya mendorong adanya potensi disintegritas bangsa.
Terdapat beberapa cara pendekatan WoG yang dapat diterapkan, baik dari
sisi penataan institusi formal maupun informal, yaitu:
a. Penguatan koordinasi antar lembaga
b. Membentuk lembaga koordinasi khusus
Kegiatan layanan bimbingan dan konseling merupakan kerjasama antara guru
BK dengan peserta didik. Guru juga dapat berkolaborasi dengan wali kelas, guru
mata pelajaran serta instansi terkait dalam melakukan kegiatan, Sehingga terjalin
hubungan yang harmonis antara perangkat sekolah dan instansi luar sekolah.
c. Pelayanan Publik
LAN (1998), mengartikan pelayanan publik sebagai segala bentuk kegiatan
pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan di Pusat dan
Daerah, dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan /atau jasa,
baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dalam UU No. 25 tahun 2009
tentang Pelayanan Publik dijelaskan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau
rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas
barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara
pelayanan publik.
Dalam rangka mencapai tujuan nasional sebagaimana tercantum dalam
Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, diperlukan ASN
yang memiliki pola pikir sebagai pelayanan publik profesional, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat. Ruang lingkup pelayanan
publik sebagaimana diatur dalam UU no. 25 tahun 2009 pasal 5 ayat 2 meliputi:
pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal, komunikasi dan
informasi, lingkungan hidup, kesehatan, jaminan sosial, energi, perbankan,
perhubungan, sumber daya alam, pariwisata, dan sektor strategis lainnya.
Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan pelayanan
prima adalah: partisipatif, transparan, responsif, non diskriminatif, mudah dan
murah, efektif dan efisien, aksesibel, akuntabel, dan berkeadilan. Fundamen
Pelayanan Publik yaitu:
a) Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai amanat konstitusi.
b) Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak warga negara.
c) Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai hal-hal
strategis untuk memajukan bangsa di masa yang akan datang.
d) Pelayanan publik tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan warga
negara tetapi juga untuk proteksi.
Keterangan :
5 : Sangat Tinggi
4 : Tinggi
3 : Sedang
2 : Rendah
1 : Sangat Rendah
Pembelajaran yang dimaksud dalam Isu di atas adalah rendahnhnya minat siswa
berkonsultasi dengan guru bimbingan dan konseling kelas VII di SMP Negri 2 Gangga
disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya:
1. Kurangnya pemahaman siswa terhadap bimbingan dan konseling kelas VII di SMP
Negri 2 Gangga
2. Rendahnya pemahaman siswa kelas tentang Peran Guru Bimbingan dan Konseling
kelas VII di SMP Negri 2 Gangga
3. Kurangnya media untuk menujang keberhasilan pemberian layanan informasi
mengenai bimbingan dan konseling kelas VII di SMP Negri 2 Gangga
Selanjutnya untuk memperkuat penapisan isu melalui instrumen APKL, penulis juga
membandingkan penentuan masalah pokok dan isu prioritas menggunakan metode USG
(Urgency, Seriousness, Growth ) dengan skala penilaian 1 sampai 5.
Keterangan :
5 : Sangat Tinggi
4 : Tinggi
3 : Sedang
2 : Rendah
1 : Sangat Rendah
Berdasarkan analisis APKL dan USG tersebut, faktor penyebab dominan dari
terjadinya masalah tersebut adalah : “Rendahnya pemahaman siswa kelas VII Tentang Peran
Guru Bimbingan dan Konseling di SMPN 2 Gangga”
B. GAGASAN PEMECAHAN ISU
Berdasarkan penapisan menggunakan instrumen APKL dan USG serta sesuai dengan
tugas pokok dan fungsi penulis sebagai Guru Bimbingan dan Konseling, maka gagasan
untuk memecahkan isu adalah: “Meningkatkan minat siswa Kelas VII untuk berkonsultasi
dengan guru bimbingan dan konseling di SMPN 2 Gangga melalui layanan klasikal”
C. DAMPAK JIKA ISU TIDAK SEGERA DIATASI
Adapun dampak yang diakibatkan apabila isu ini tidak segera di tindak lanjuti yaitu,
1. siswa tetap merasa takut untuk berkonsultasi dengan guru Bimbingan dan
Konseling, hal ini dapat menyebabkan tidak bisa terselsaikannya maslah-masalah
siswa dengan optimal.
2. Tidak terwujudnya visi, misi dan tujuan SMPN 2 Gangga yaitu terwujudnya peserta
didik yang berprestasi baik dibidang akademik maupun non akademik.
3. Terhambatnya pemberian bantuan
D. RENCANA KEGIATAN DAN TAHAPAN
3. Isu yang Dipilih : Rendahnya minat siswa Kelas VII untuk berkonsultasi
dengan guru bimbingan dan konseling di SMPN 2
Gangga.
4. Keterkaitan isu dengan : sebagai guru Bimbingan dan Konseling kelas VII SMP
Peran dan Kedudukan PNS Negri 2 Gangga penulis memiliki otoritas
dalam NKRI mendayagunakan peran dan kedudukannya sebagai ASN
untuk memberikan pelayanan publik yang bermutu
dalam bidang mengajar dengan pola koordinasi,
konsultasi dan kolaborasi (whole of government) antar
guru dan tim pengajar lain agar terbangun dynamic
governance.