Anda di halaman 1dari 10

Dosen : Bapak Bakran Suni

Oleh : Farassekar Ragasiwi

Nim : A1012211018

Kelas A Sore/Hukum

KONSEP MASJID & FUNGSI MASJID KAMPUS DALAM MEMBANGUN


BUDAYA ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masjid bukan sekedar tempat sujud sebagaimana makna harfiahnya, tetapi


memiliki beragam fungsi. Menurut pakar kebudayaan Islam asal Palestina itu,
sejak zaman Nabi Muhammad Saw. masjid tidak hanya berfungsi hanya sebagai
tempat ritual murni (ibadah mahdah seperti shalat dan itikaf. Masjid Nabawi juga
berfungsi sebagai pusat pemerintahan, sentra pendidikan, markas militer dan
bahkan lahan sekitar masjid pernah dijadikan sebagai pusat perdagangan.
Rasulullah menjadikan masjid sebagai sentra utama seluruh aktivitas
keummatan. Baik untuk kegiatan pendidikan yakni tempat pembinaan dan
pembentukan karakter sahabat maupun aspek-aspek lainnya termasuk politik,
strategi perang hingga pada bidang ekonomi, hukum, sosial dan budaya. Pendek
kata, masjid difungsikan selain sebagai pusat kegiatan ibadah rilual juga dijadikan
tempat untuk melaksanakan ibadah muamalah yang bersifat sosial.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian masjid


Dilihat dari segi harfiyah mesjid adalah tempat sembah-Yang. Perkataan
mesjid berasal dari bahasa arab. Kata pokoknya Sujudan, Fiil Madinya sajada (ia
sudah sujud). Fi’il madinya sajada diberi awalan Ma, sehingga terjadilah isim
makan. Isim makan ini menyebabkan berubahan bentuk sajada menjadi masjidu,
masjid dari ejaan aslinyanya adalah Masjid (dengan a) pengambilan alih kata
Masjid oleh bahasa Indonesia umumnya membawa proses perubahan bunyi a
menjadi e sehingga terjadilah bunyi Mesjid. Perubahan bunyi ma menjadi me,
disebabkan tanggapan awalan me dalam bahasa Indonesia. Bahwa hal ini salah,
sudah tentu kesalahan umum seperti ini dalam Indonesianisasi kata-kata asing
sudah biasa. Dalam ilmu bahasasudah menjadi kaidah, kalau suatu penyimpangan
atau kesalahan dilakukan secara umum, ia dianggap benar. Menjadilah ia
kekecualian
Setiap muslim boleh melakukan shalat di wilayah manapun di bumi ini
terkecuali dia atas kuburan, di tempat yang bernajis, dan di tempat-tempat yang
menurut ukuran syariat Islam tidak sesuai untuk dijadikan tempat shalat.
Rasullullah bersabda :
‫)دججسسمم ا مهللكك كضسرم سلما‬
‫(ملسم هاور د‬

“Setiap bagian dari bumi Allah adalah tempat sujud (masjid).” (HR
Muslim) Pada hadist yang lain Rasulullah besabda pula :
‫(ملسم هاور) رارسوكهمطمو رادججسسمم كضسرم سلما ا منلم ستلمجعكج‬

“ telah dijadikan bagi kita bumi ini sebagai tempat sujud dan keadaan
nya bersih.” (HR Muslim)

Sedangkan secara umum Mesjid adalah tempat suci umat islam yang
berfungsi sebagai tempat ibadah, pusat kegiatan keagamaan, dan kemasyarakatan
yang harus dibina, dipelihara dan dikembangkan secara teratur dan terencana.
untuk menyemarakan siar islam, meningkatkan semarak keagamaan dan
menyemarakan kualitas umat islam dalam mengabdi kepada allah, sehingga
partisipasi dan tanggung jawab umat islam terhadap pembangunan bangsa akan
lebih besar. Singkatnya Mesjid adalah tempat dimana diajarkan, dibentuk,
ditumbuhkan dan dikembangkan dunia pikiran dan dunia rasa islam.
m sjid tidak bisa dilepaskan dari masalah shalat. Berdasarkan sabda Nabi SAW.
Diatas, setiap orang bisa melakukan Shalat dimana saja-di rumah, di kebun, di
jalan, di kendaraan dan di tempat lainnya. Selain itu, masjid merupakan tempat
orang berkumpul dan melakukan shalat secara berjamaah, dengan tujuan
meningkatkan solidaritas dan silahturrahmi di kalangan kaum muslimin. Di
masjid pulalah tempat terbaik untuk melangsungkan shalat jum’at.
Dimasa Nabi SAW. Ataupun dimasa sesudahnya, masjid menjadi pusat
atau sentral kegiatan kaum muslimin. Kegiatan di bidang pemerintahan pun
mencakup, ideology, politik, ekonomi, social, peradilan , dan kemiliteran dibahas
dan di pecahkan di lembaga Masjid. Masjid juga berfungsi sebagai pusat
pengembangan kebudayaan Islam terutama saat gedung-gedung khusus untuk itu
belum didirikan. Masjid juga merupakan ajang halaqah atau diskusi, tempat
mengaji, dan memperdalam ilmu-ilmu pengetahuan agama ataupun umum.
Pertumbuhan remaja masjid dewasa ini juga termasuk upaya memaksimalkan
fungsi kebudayaan yang diemban masjid.
Kalau saja tidak ada kewajiban Shalat, tentu tidak ada yang namanya
Masjid di dalam Islam. Memang, shalat sudah di syariatkan pada awal kelahiran
islam sebanyak empat rakaat, dua di pagi hari dan dua di sore hari. Penetapan
Shalat menjadi lima waktu seperti sekarang ini baru disyariatkan menjelang Nabi
Hijrah ke Madinah. Sampai saat itu, ibadah shalat dilakukan dirumah-rumah.
Tiadanya usaha mendirikan masjid karena lemahnya kedudukan umat Islam yang
sangat lemah, sedangkan tantangan dari penduduk Makkah begitu ganasnya.
Penduduk Makkah tampak belum siap menerima ajaran Nabi SAW. Walau telah
13 tahun dakwah dilancarkan

2.2. Kebudayaan dalam islam

Islam tidak bisa dianggap kebudayaan karena Islam bukan hasil dari
pemikiran dan ciptaan manusia. Agama Islam adalah sesuatu yang diwahyukan
oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW yang mengandung peraturan-peraturan
untuk jadi panduan hidup manusia agar selamat di dunia dan akhirat. Tetapi
agama-agama (yang telah banyak mengalami perubahan) selain Islam memang
kebudayaan, sebab agama-agama tersebut adalah hasil ciptaan dan daya pemikiran
manusia. Walaupun bukan kebudayaan tetapi agama islam sangat mendorong,
bahkan turut mengatur penganutnya untuk berkebudayaan. Agama Islam
mendorong umatnya berkebudayaan dalam semua aspek kehidupan termasuk
dalam bidang ibadah.
Contohnya dalam ibadah sembahyang, dalam Al-Qur'an ada perintah

Terjemahnya : Dirikanlah sembahyang (Al-Baqarah: 43)

Perintah itu bukan kebudayaan karena ia adalah wahyu daripada Allah SWT.
Tetapi apabila kita hendak melaksanakan perintah "dirikanlah sembahyang" maka
timbullah daya pemikiran kita, bagaimana hendak bersembahyang, dimana tempat
untuk melaksanakannya dan lain-lain. Dan dari pemikiran tersebut terwujudlah
usaha atau tindakan yang akhirnya menghasilkan sebuah kebudayaan.
Seperti keterangan sebelumnya yang mengatakan bahwa kebudayaan bisa
melahirkan kemajuan, maka jika kita bisa melaksanakan arahan/perintah lain
dalam agama Islam ini, niscaya lahirlah kebudayaan dan kemajuan dalam
kehidupan kita. Kemajuan yang dicetuskan karena dorongan agama Islam itulah
yang dikatakan kebudayaan dalam Islam. Dan suatu budaya yang dicetuskan suatu
bangsa tanpa meniru bangsa lain itulah yang dinamakan kebuadayaan bangsa itu.
Berbeda, jika suatu bangsa meniru kebudayaan bangsa lain, maka bangsa tersebut
dikatakan bangsa yang yang berkebudayaan bangsa lain. Sama halnya jika orang
Islam melakukan atau meniru kebudayaan di luar kebudayaan Islam, maka dia
dikatakan orang Islam yang berkebudayaan bangsa lain.
Perbuatan seperti ini terjadi juga dalam urusan membuat masjid.
Contohnya dapat dilihat pada mesjid Cordova Spanyol yang tempat
sembahyangnya dibuat dengan tidak mengikut cara Islam karena disalut dengan
emas. Ini tidak dibenarkan sama sekali oleh ajaran Islam. Maka ini bukan
kebudayaan Islam tetapi kebudayaan orang Islam.
Jadi apa sebenarnya kebudayaan Islam? Umumnya suatu yang dicetuskan
itu bersih dengan ajaran Islam baik dalam bentuk pemikiran ataupun sudah berupa
bentuk, sikap atau perbuatan, dan ia didorong oleh perintah wahyu. Itulah yang
benar-benar dinamakan kebudayaan (tamadun) Islam. Jika ajaran agama Islam ini
diamalkan seungguh-sungguh, umat Islam akan jadi maju. Dan dengan kemajuan
yang dihasilkan itu, lahirlah kebudayaan atau tamadun. Semakin banyak umat
Islam mengamalkan hukum Islam, semakin banyak kemajuan dihasilkan dan
semakin banyak pula kebudayaan atau tamadun Islam yang lahir.

2.3 Peran masjid kampus bagi mahasiswa

Pada zaman sekarang, masjid kampus memang hanya sebuah bagian kecil
dari sebuah kampus. Meskipun begitu, peran masjid kampus dalam membentuk
mahasiswa berintegritas sangat besar. Masjid kampus tidak saja menjadi tempat
shalat, saat ini masjid menjelma menjadi pusat kegiatan mahasiswa yang memiliki
segudang lembaga dan kegiatan. Lembaga-lembaga dan kegiatan yang berada di
bawah naungan masjid akan lebih maksimal jika dioptimalkan untuk membentuk
mahasiswa yang berintegritas. Dalam perannya membentuk mahasiswa
berintegritas, masjid kampus sekurang-kurangnya bisa memanfaatkan dua hal
yaitu fungsi spiritual masjid dan lembaga-lembaga yang berada di dalamnya.
Secara spiritual, fungsi utama masjid adalah sebagai tempat bersujud. Bersujud
dalam arti melaksanakan penghambaan kepada Allah. Didalamnya orang-orang
muslim melaksanakan shalat dan ibadah-ibadah lainnya. Oleh sebab itu masjid
kampus tidak pernah sepi. Mahasiswa yang datang ke masjid adalah mereka yang
berupaya untuk menjaga integritas terhadap agamanya. Salah- satunya untuk
melaksanakan shalat (baik shalat berjamaah maupun munfarid). Orang yang
senantiasa menjaga shalatnya berarti ia menjaga integritas terhadap Tuhannya.
Shalat adalah tiang agama. Barang siapa mendirikan shalat berarti mendirikan
agamanya, barang siapa meninggalkan shalat berarti meruntuhkan agamanya.
Demikian sabda Sang Nabi Saw. Shalat juga menjadi parameter bagi amal
seseorang. Jika shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya, dan sebaliknya.
Dapat dikatakan bahwa peran utama masjid dalam membentuk mahasiswa adalah
melalui aktivitas ibadah, terutama shalat.
2.4 Lembaga dalam kepengurusan masjid kampus

Masjid kampus memiliki banyak lembaga yang bergerak di bidang sosial


dan keagamaan. Masjid Kampus UNS misalnya, Masjid Nurul Huda UNS
(disingkat:NH) memiliki lembaga dakwah kampus dan beberapa lembaga sosial
seperti lembaga Amil zakat Infak dan Shadaqah (LAZIS), dan Perpustakaan
Masjid Nurul Huda. Lemabaga-lembaga inilah yang berperan dalam pembentukan
mahasiswa yang berintegritas
Lembaga dakwah kampus (LDK) merupakan salah-satu pilar paling
penting dalam membentuk mahasiswa yang berintegritas. Sebagai lembaga
dakwah yang berbasis di masjid, LDK bisa memanfaatkan posisi strategis masjid
sebagai tempat berkumpulnya mahasiswa. LDK bisa menawarkan kajian-kajian,
halaqah-halaqah, atau kegiatan kegiatan lain yang bisa meningkatkan integritas
dan spiritualitas mahasiswa. Model halaqah (forum berbentuk lingkaran) adalah
model kajian/diskusi yang cukup popular dikalangan aktivis islam kampus. Model
ini sudah terkenal sejak masa kejayaan Islam. Saat itu halaqah merupakan model
kajian yang begitu trekenal dan efektif di masjid-masjid di seluruh duania Islam
Peran LDK dalam membentuk mahasiswa berintergritas selanjutnya
melalui organasasinya. Biasanya, sebagian besar mahasiswa yang bergabung
dengan LDK bertujuan untuk memperbaiki diri dan spiritualitas mereka. Maka
lingkungan LDK yang berisi komunitas orang-orang yang konsisten menjaga
spiritualitasnya harus mampu memberikan jawaban dari permasalahan-
permasalahan mereka, dan pada akhirnya mampu mencetak mahasiswa-
mahasiswa yang berintegritas.
Lazis juga memiliki potensi strategis dalam membentuk mahasiswa yang
berintegritas. Lazis yang merupakan penghimpun, pengelola, dan penyalur dana
umat Islam memiliki sejumlah program yang berperan dalam pembentukan
mahasiswa berintergritas. Misalnya melalui beasiswa pendidikan yang diberikan
kepada mahasiswa yang membutuhkan. Dengan program itu Lazis bisa
melakukan pengkadearan terhadap mahasiswa-mahasiwa penerima dengan
berbagai kegiatan yang bisa meningkatkan hardskill, softskill dan integritas
mereka. Demikian pula melalui program beasiswa adik asuh Lazis bisa melakukan
pembimbingan-pembimbingan terhadap para adik asuh, sehingga ketika mereka
tumbuh menjadi dewasa dan menjadi mahasiswa mereka akan menjadi mahasiswa
yang berkepribadian luhur dan berintegritas.

2.5 Masjid sebagai pembinaan

Perpustakaan merupakan salas satu bagian penting dari sebuah masjid


kampus. Koleksi-koleksi seperti buku, majalah, maupun koleksi lainya akan
berpengaruh terhadap karakter pembaca. Ada pepatah yang mengatakan “You are
what you read”, kamu adalah apa yang kamu baca. Koleksi-koleksi keagamaan
akan berpengaruh terhadap spiritualitas pembaca. Dengan demikian perlu adanya
penambahan koleksi-koleksi keagamaan yang relevan dengan mahasiswa.
Sosialisasi yang gencar, pelayanan yang ramah, dan penataan ruangan yang
nyaman juga akan menambah angka kunjungan ke perpustakaan, yang pada
akhirnya semakin banyak mahasiswa yang bisa memetik manfaat dari
perpustakaan masjid itu.
“Masjid sebagai pusat pembinaan potensi umat” adalah warisan tak
ternilai yang diterima umat Islam dari Rasulullah SAW. Masjid bukan semata-
mata tempat shalat. Masjid adalah untuk menegakkan ibadah dan menyusun umat.
Islam tidak dapat tegak tanpa jamaah.
Ajaran-ajaran Islam adalah jalinan ibadah dan muamalah. Yang satu
“mu’amalah dengan Khaliq (hablum min Allah)”, yang lainnya “mu’amalah
dengan makhluk (hablum min an-naas)”. Ini kaji, yang sudah terang perintah
wajibnya. Masyarakat Islam memikul kewajiban membina masyarakat (jamaah)
karena beban langsung dari agamanya.
Masjid warisan Risalah Islam berfungsi sebagai pangkalan Umat tempat membina
jamaah, menambah pengertian dan wawasan, mempertinggi kecerdasan,
menanamkan akhlaq, memelihara budi pekerti, mendinamika jiwa, memberikan
pegangan hidup bagi para anggota masyarakat (jamaahnya), guna menghadapi
masalah pokok dalam persoalan hidup.
Masjid dan Langgar (surau) yang hidup dan dinamis, berperan sebagai
pusat bimbingan untuk menaikkan jiwa umat (mendinamisirnya) untuk mencapai
taraf kemakmuran hidup lebih baik.Masjid yang hidup sebagai pusat pembinaan
umat, akan meng- hidupkan jiwa jamaahnya supaya terpelihara “Izzah”,
kepribadian umat yang sedang berkecimpung dalam masyarakat ramai dari
berbagai corak,, ibarat ikan ditengah air laut yang hidup, tetap dapat memelihara
dagingnya tetap segar dan tawar walaupun terus menerus berendam dalam air
asin.
Jamaah umat Islam dapat saling berlomba dengan masyarakat lainnya
dalam menegakkan kebenaran dan keadilan secara bersama-sama guna
menyuburkan kebajikan untuk masyarakat umum. Begitulah fungsi Masjid secara
hakiki.
Kewajiban Umat “Membina Jamaah melalui Masjid” ini tidak boleh dilalaikan
(di kucawaikan) dalam keadaan bagaimanapun. Hidupkan Masjid kembali. Dari
masjid yang hidup akan terpancar jiwa yang memancarkan cahaya hidup kepada
umat disekelilingnya. Inilah program umatisasi.
Masjid adalah sumber kekuatan umat Islam masa lalu, sekarang dan di masa
depan. Alangkah meruginya Umat Islam, bila mereka tidak kunjung mengenal dan
mempergunakan modal kekayaan tak ternilai jumlahnya yang dapat dijadikan
sumber kekuatannya ini.
Kepada Umat Muhammad SAW, di amanatkan, Masjid yang hidup
berfungsi untuk “mencetak” manusia yang hidup yang tidak kenal gentar selain
hanya kepada Allah.. Apakah kita sudah lupa bahwa, hanya yang akan
memakmurkan masjid-masjid Allah :
“ orang-orang yang beriman kepada Allah, “ dan kepada hari kemudian,“ serta
menegakkan shalat dan mengeluarkan zakat, “ dan tidak takut melainkan (hanya)
kepada Allah,“ maka mudah-mudahan, mereka termasuk orang yang terpimpin”
(QS..9,at- Taubah:18). Ini tuntutan yang mesti di terima Umat Islam dari Syariat
Islam yang tidak dapat disangkal wajib berlakunya atas pemeluknya di negeri ini.
Kembali ke Masjid.

2.6 Strategi dalam pembinaan generasi muda

Menurut Larry Poston, Nabi tidak pernah bersikeras untuk menentukan


satu strategi khusus dalam melaksanakan dakwahnya. Nabi melakukan berbagai
macam strategi dakwah yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi para
mad’unya. Ketika dakwah pertama kali diturunkan kepada Nabi, Beliau
melakukan strategi dakwah secara sembunyi-sembunyi. Selanjutnya, pada saat
dakwah Nabi Muhammad mendapatkan tekanan dan ancaman dari kaum Quraisy,
Nabi menerapkan strategi hijrah ke Madinah. Bahkan, Nabi juga melakukan
strategi melalui jalur pernikahan untuk mendapatkan dukungan dan pengikut.
Intinya, strategi dakwah Nabi Muhammad disesuaikan dengan kemampuan, situasi
dan kondisi mad’u.
Dengan tidak ditetapkan satu strategi yang khusus oleh Nabi dalam
melakukan dakwah, maka pengikutnya dapat berkreasi untuk menciptakan dan
menerapkan berbagai strategi yang sesuai dengan mad’u. Pertimbangan dasar yang
perlu diperhatikan dalam menentukan dan menerapkan strategi dakwah, yaitu:
tujuan dakwah, kemampuan dan keahlian da’i atau pelaksana dakwah, kondisi dan
situasi dakwah dan mad’u, sarana dan prasarana pendukung. Dengan
memperhatikan pertimbangan dasar tersebut tentunya strategi dakwah untuk anak-
anak akan berbeda dengan strategi yang digunakan kepada para pemuda. Begitu
juga, strategi yang diterapkan kepada pemuda berbeda dengan strategi yang
diterapkan kepada orang dewasa.
Secara umum ada dua strategi besar yang dapat diterapkan dalam
pembinaan kepada pemuda yaitu: strategi internal-personal dan strategi external-
institutional.
1. Strategi internal-personal berorientasi pada upaya peningkatkan
pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran Islam yang bersumber dari
dalam diri pemuda itu sendiri. Sedangkan strategi external-institutional diarahkan
pada penguatan organisasi yang dimiliki oleh pemuda.
Dalam mengaplikasikan strategi internal-personal, pengurus masjid tidak
hanya memberikan tempat dan pendanaan untuk berkembangnya organisasi
pemuda masjid. Pengurus masjid hendaknya memberikan bimbingan, arahan dan
kontrol terhadap pelaksanaan ajaran Islam pada generasi muda. Apakah dalam
kegiatan- kegiatan yang mereka lakukan tidak menyimpang dari ajaran Islam,
bagaimana shalat berjama’ah mereka, tadarus al-Qur’an mereka dan bagaimana
kepeduliaan serta keterlibatan pemuda dengan persoalan kemasyarakatan. Semua
itu tentunya dilakukan dengan cara-cara yang bijak dan demokratis. Tidak bisa
pengurus masjid memaksakan paham, ideologi dan kepentingan masjid kepada
pemuda. Intinya, penerapan strategi ini lebih pada pembinaan kepribadian pemuda
tersebut atau dalam bahasa sekarang dikenal dengan pembangunan karakter
(character building) pemuda. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh
Zakiah Daradjat “Pembinaan kehidupan beragama tidak dapat dilepaskan dari
pembinaan kepribadian secara keseluruhan. Karena kehidupan beragama adalah
bahagian dari kehidupan itu sendiri”.
Sedangkan aplikasi strategi external-institutional, pengurus masjid harus
memberikan kesempatan kepada pemuda untuk mengembangkan diri dalam
organisasi remaja (pemuda) masjid dan setiap masjid harus mengupayakan
terbentuknya organisasi pemuda masjid.
Dalam praktek di lapangan, kedua strategi besar di atas jangan dipisahkan
atau dipertentangkan. Kita tidak bisa hanya mengandalkan strategi internal-
personal saja atau sebaliknya hanya menerapkan strategi external-institutional
saja. Hindari juga anggapan yang menyatakan bahwa membina mental remaja
hanya menjadi tugas dari orang tua saja, sedangkan masyarakat hanya berpangku
tangan atau sebaliknya. Organisasi dapat melakukan pembinaan mental
sekaligus dapat melatih mereka dalam berorganisasi. Demikian juga, orang
tua melatih mental remaja sekaligus mendukung remaja untuk aktif di organisasi.
BAB III
Kesimpulan

Dari sekian banyak uraian yang kami kemukakan, maka kami dapat
menyimpulkan bahwa:
a. Masjid mempunyai dua arti, yaitu arti umum dan arti khusus. Dalam arti
umum, masjid adalah semua tempat yang digunakan untuk sujud, sedangkan dalam
arti khusus masjid adalah tempat yang dibangun khusus untuk menjalankan ibadah,
terutama shalat berjamaah;
b. Masjid mempunyai banyak fungsi diantaranya yaitu sebagai tempat
menjalankan ibadah shalat, sebagai tempat musyawarah, dan sebagai tempat
pengaduan masyarakat dalam menuntut keadilan.
DAFTAR PUSTAKA

Fauzan, Abdur Rahman Ibrahim. 2003. al-Arabiya Baina Yadaik 2. Riyadh:


Yayasan Wakaf Islam Arab Saudi.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Software
Yunus, Mahmud. TT. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Mahmud Yunus
Waddurriyah.
H.r.i, Peran Masjid dalam Peradaban Islam: http://www.republika.co.id/.
Diakses pada:08-11-2015.
Yuliani, Sri. 2015. Arti Penting Integritas: http://sriyuliani.staff.fisip.uns.ac.id/.
Diakses pada:08-11-2015
Zuhairini, 2008. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:
Kencana
Ramayulis, 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia
Beni Ahmad Saebani dan Hendra Akhdiyat, 2009. Ilmu Pendidikan Islam 1.
Bandung: Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai