Anda di halaman 1dari 6

PENGAUDITAN II

UJIAN TENGAH SEMESTER


Dosen : AA Putu Gede Arie Susandya, SE., M.Si., Ak., CA

OLEH :

Nama : NI MADE ANIK MARSINI


Nim : 1702622010280
No. Absen : 27
Kelas : Akuntansi C Malam

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2019
JAWABAN

1. Cara auditor dalam mendeteksi adanya kemungkinan pegawai fiktif yang


terdapat dalam daftar gaji pergawai pada siklus personalia adalah sebagai
berikut, yaitu :
a. Auditor perlu melakukan rekonsiliasi jumlah jam dibayar sesuai dengan
catatan gaji dan upah, dengan catatan independen jam kerja dalam
pengendalian produksi.
b. Pemisahan fungsi/tugas, pemisahan tugas ini sangat dalam mengurangi
risiko terjadinya pembayaran pada pegawai-pegawai fiktif atau
pembayaran yang melebihi jumlah seharusnya karena tarif upah atau
jumlah jam kerja dihitung dengan jumlah yang lebih besar.
c. Auditor dapat meng-cross check absen dengan catatan lainnya pegawai
untuk menguji tanda tangan yang diotorisasi dan kelayakan endorsment.
Auditor juga memeriksa endorsment atau endorsment kedua
untuk melihat adanya jumlah yang tidak biasa atau kemungkinan
penyalahgunaan check. Untuk menguji karyawan yang tidak ada, auditor
dapat menguji transaksi jurnal penggajian ke catatan pada bagian SDM
untuk menguji apakah karyawan tersebut benar benar ada pada periode
penggajian.
Untuk mengetahui bahwa karyawan yang telah berhenti ditangani
dengan layak adalah memilih beberapa file karyawan tersebut pada tahun
berjalan dari bagian personalia untuk menentukan apakah karyawan
tersebut telah diberikan pesangon secara tepat. Jika karyawan telah
berhenti namun masih digaji terus, maka dapat di cek dengan memeriksa
catatan penggajian periode periode selanjutnya. Namun metode ini tidak
efektif bila bagian SDM tidak diberitahu jika karyawan tersebut telah
berhenti.

Dalam beberapa kasus, auditor akan meminta untuk dilakukan pembayaran


gaji kejutan. Ini adalah pengujian dimana semua karyawan harus mengambil cek
gaji dan menandatangani di depan penyelia dan auditor. Setiap cek yang tidak
diambil dan ditandatangani harus diinvestigasi untuk menentukan apakah itu
adalah kecurangan atau penipuan. Prosedur ini sangat mahal namun mungkin
merupakan satu satunya cara membuktikan penggelapan uang.

2. Tindakan saya sebagai menyikapi hal tersebut adalah harus tetap adanya
pemisahan tugas, dimana pembebanan tanggung jawab ke orang yang berbeda
untuk memberikan otorisasi transaksi pembelian, pencatatan transaksi
pembelian, menyelenggarakan penyimpanan aktiva yang dibeli. Fungsi
pemisahan tugas berdampak pada banyaknya pegawai yang harus dipekerjakan,
hal ini tidak semata-mata dapat mengurangi tingkat efisiensi LPD sebab fungsi
pemisahan tugas dimaksudkan untuk mengurangi kemungkinan atau kesempatan
orang untuk berbuat curang.
Auditor harus memahami struktur organisasi klien yang berkaitan dengan
aktivitas siklus pengeluaran ini, sebagai contoh : semua proses pembelian
barang-barang dibawah kendali direktur operasi, pencatatan dibawah kendali
kontroler (pencatatan dokumen seperti nota pembelian ATK harus sesuai dengan
cek fisik barang), sedangkan proses pengeluaran kas dibawah kendali direktur
keuangan, pengaturan pembelian aktiva tetap (capital expendictures) dan
kebijaksanaan investasi strategis lainnya akan dipertimbangkan sebagaimana
pelaksanaanya.
Auditor harus memahami bagaimana kecenderungan kelima kategori
prosedur pengendalian dalam operasi transaksi siklus pengeluaran ini. Kelima
kategori tersebut antara lain :
a) Adanya otorisasi yang memadai
b) Adanya pemisahan tugas
c) Adanya dokumen dan catatan akuntansi
d) Adanya akses ke arah pengendalian
e) Pengecekan yang di lakukan oleh personel yang independen
Auditor harus melakukan evaluasi apakah prosedur pengendalian dalam
perusahaan benar-benar telah berjalan dengan baik. Prosedur pengendalian yang
tidak memenuhi kelima kriteria tersebut mempunyai kecenderungan risiko audit
yang tinggi.
Dari contoh kasus LPD Sanur, dapat disimpulkan bahwa menurut saya
sistem pengendalian intern dalam LPD tersebut tidak baik dikarenakan dapat
menyebabkan kemungkinan atau kesempatan orang untuk berbuat curang.
Kecurangan tersebut bisa dilihat dari Nota pembelian ATK yang tidak sesuai
dengan cek fisik barang. Hal ini dikarenakan pihak dari LPD tidak melakukan
pemisahan tugas dalam melakukan tahapan-tahapan pemeriksaan dalam
transaksi pembelian barang. Sebaiknya setiap kegiatan pada perusahaan harus
dipisahkan sesuai dengan tugas dari masing - masing individu/pegawai, dimana
hal ini sangat penting untuk pengendalian internal yang efektif karena
mengurangi risiko kesalahan dan tindakan tidak pantas (kecurangan).

3. Pemahaman struktur pengendalian internal pada siklus pendapatan dikaitkan


dengan program audit yang akan ditempuh oleh auditor saat memeriksa laporan
keuangan klien adalah auditor mengembangkan strategi audit berdasarkan risiko
salah saji yang material. Langkah pertama dalam menilai risiko tersebut adalah
memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri klien karena hal tersebut
dapat membantu auditor dalam:
a) Mengembangkan ekspetasi tentang total pendapatan dengan memahami
kapasitas klien, pasar, dan pelanggan klien.
b) Mengembangkan ekspetasi tentang margin kotor dengan memahami
pangsa pasar dengan keunggulan kompetitif klien pasar.
c) Mengembangkan ekspetasi tentang piutang bersih berdasarkan periode
penagihan rata-rata untuk klien dan industri.
Di lingkungan perusahaan, pengendalian intern didefinisikan sebagai suatu
proses yang diberlakukan oleh pimpinan (dewan direksi) dan management
secara keseluruhan, dirancang untuk memberi suatu keyakinan akan tercapainya
tujuan perusahaan, salah satunya pelaporan keuangan yang handal.
Pemahaman tentang bisnis dan industri klien mempengaruhi keputusan tentang
materialitas dan risiko inheren
1. Materialitas. Pendapatan merupakan volume aktivitas sebenarnya bagi
setiap perusahaan biasanya, melibatkan volume transaksi yang tinggi, dan
total pendapatan sangat penting bagi laporan keuangan yang sering
digunakan sebagai ukuran ringkas materialitas, kelompok transaksi dan
saldo akun menyertai siklus pendapatan biasanya mempunyai pengaruh
yang material terhadap laporan keuangan.
2. Risiko inheren. Dalam menilai risiko inheren, auditor harus
mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat mendorong manajemen
untuk mensalahsajikan asersi siklus pendapatan seperti: memaksakan
untuk menyatakan terlalu tinggi pendapatan dalam rangka melaporkan
pencapaian target pendapatan, dan memaksakan untuk menyatakan terlalu
tinggi kas dan piutang kotor.
Tujuan audit siklus pendapatan adalah untuk memperoleh bukti mengenai
masing-masing asersi signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo
siklus pendapatan. Tujuan audit ditentukan berdasarkan atas kelima kategori
asersi laporan keuangan yang dinyatakan oleh manajemen yaitu; asersi
keberadaan atau keterjadian, asersi kelengkapan, asersi penilaian dan
pengalokasian, asersi pelaporan dan pengungkapan, dan asersi hak dan
kewajiban.
Jadi, pentingnya pemahaman auditor tentang struktur pengendalian intern
yang berkaitan dengan suatu asersi adalah untuk digunakan dalam menyusun
rencana kegiatan audit, mungkin atau tidaknya audit dilaksanakan, strategi audit
yang akan digunakan, salah saji material yang potensial dapat terjadi, resiko
deteksi dan perancangan pengujian subtantif. Selain itu ada beberapa unsur
pengendalian intern seperti lingkungan pengendalian, penafsiran resiko,
Informasi dan Komunikasi (Sistem akuntansi) dan pemantauan.

4. Cara auditor untuk memeriksa atau mengecek kebenaran item Akun Aset Tetap
yang digunakan sebagai jaminan untuk memperoleh kredit di bank adalah
dengan memeriksa notulen rapat, penjanjian kredit, dan jawaban konfirmasi dari
bank untuk menelusuri apakah ada atau tidak aset tetap yang dijadikan sebagai
jaminan.
Prosedur audit pemeriksaan asset tetap yang dapat dilakukan sebagai berikut,
yaitu :
1) Pelajari dan evaluasi internal control asset tetap dengan menyimpan bukti-
bukti kepemilikan asset tetap, asset tetap diasuransikan oleh perusahaan
dengan jumlah/nilai pertanggungan (insurance coverage) yang wajar.
2) Minta kepada klien top schedule dan supporting schedule asset tetap,
sehingga dapat dilihat berapa saldo awalnya, berapa
penambahan/pengurangan dan berapa saldo akhir dari asset tetap tersebut.
3) Periksa footing dan cross footing serta cocokkan totalnya dengan general
ledger atau sub ledger, saldo awal dengan working paper tahun lalu.
4) Apakah setiap penambahan dan pengurangan dari aset tetap dilengkapi
dengan supporting document, termasuk otorisasinya.
5) Lakukan pemeriksaan fisik terhadap aset tetap tersebut untuk melihat
kondisinya apakah masih layak dan penilaiannya wajar.
6) Periksa apakah capitalization policy sudah benar dan depreciation policy
dijalankan secara konsisten dengan tahun sebelumnya.
7) Analisis tentang perkiraan Repair and Maintenance, sehingga dapat
diketahui apakah ada pengeluaran yang seharusnya masuk capital
expenditure, dicatat sebagai revenue expenditure.
8) Periksa apakah aset tetap sudah diasuransikan dengan nilai pertanggungan
yang cukup.
9) Periksa notulen rapat, perjanjian kredit, konfirmasi bank, untuk
mengetahui apakah ada aset tetap yang dijadikan sebagai jaminan.
10) Periksa apakah ada komitmen-komitmen yang dibuat perusahaan untuk
membeli/menjual aset tetap.
11) Jika ada contsruction in process, periksa ketepatan nilai pertambahan yang
ditransfer ke aset tetap.
12) Jika ada aset tetap yang diperoleh melalui leasing, periksa lease
agreement-nya dan apakah pencatatannya sudah sesuai dengan SAK.
13) Periksa apakah penyajiannya sudah sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum, misal: ketentuan penyajian baik di neraca, laba-rugi
maupun catatan atas laporan keuangan.

Anda mungkin juga menyukai