Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BANK DAN KELEMBAGAAN BANK CENTRAL


JUMLAH UANG BEREDAR

Disusun Oleh:
Muna Uktufia (1810101084)
Maulida Fatmawati (1810101090)
Novira Aisyah P. (1810101094)
Desy Lailatul S. (1810101099)
Nafla Salsabila (1810101102)

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TIDAR
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
limpahan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyusun makalah ini tepat pada
waktunya.
Uang adalah alat ukur untuk memenuhi kebutuhan manusia. Uang memiliki peran
strategis dalam perekonomian terutama karena fungsi utamanya sebagai media untuk
bertransaksi, sehingga pada awalnya sering diartikan bahwa uang adalah sesuatu yang dapat
diterima umum sebagai alat pembayaran. Namun sejalan dengan perkembangan perekonomian,
fungsi uang yang semula hanya sebagai alat pembayaran berkembang menjadi alat satuan hitung
dan sebagai alat penyimpan kekayaan.
Pentingnya peranan uang menyebabkan perlunya mempelajari perkembangan uang serta
perilakunya dalam suatu perekonomian. Jumlah uang beredar yang terlalu banyak dapat
mendorong kenaikan harga barang-barang secara umum (inflasi). Sebaliknya, apabila jumlah
uang beredar terlali sedikit maka kegiatan ekonomi akan menjadi seret. Oleh karena itu jumlah
uang beredar perlu diatur agar sesuai kapasitas ekonomi.
Penulisan makalah ini guna untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Bank dan Kelembagaan
Bank Sentral Prodi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Tidar. Penulisan
Makalah ini juga dibuat guna meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap Sejarah uang,
bagaimana peredaran uang di Indonesia. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua aamiin.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1 1.1.Latar Belakang
1 1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan
BAB II. PEMBAHASAN
3 2.1.Pengertian Jumlah Uang Beredar (JUB)
2.2.Pengendalian Jumlah Uang Beredar (JUB)
3 2.3.Mekanisme Jumlah Uang Beredar (JUB)
4 2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar
2.5.Bebagai Kebijakan Pemerintah daam mempengaruhi Jumlah Uang Beredar (JUB)
2.6.Peredaran Jumlah Uang Dua Tahun Belakang
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Uang adalah alat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Uang memiliki peranan strategis
dalam perekonomian terutama karena fungsi utamanya sebagai media untuk bertransaksi,
sehingga pada awalnya sering diartikan bahwa uang adalah sesuatu yang dapat diterima umum
sebagai alat pembayaran. Namun sejalan dengan perkembangan perekonomian, fungsi uang yang
semula hanya sebagai alat pembayaran berkembang menjadi alat satuan hitung dan sebagai alat
penyimpan kekayaan. Pada umumnya analisis ekonomi suatu negara ditentukan oleh analisis atas
ukuran uang yang beredar. Samuelson mengatakan bahwa banyak ekonom percaya bahwa
perubahan jumlah uang beredar dalam jangka panjang terutama akan menghasilkan tingkat
harga, sedangkan dampaknya terhadapa output real, adalah sedikit atau bahkan tidak ada.
Pentingnya peranan uang menyebabkan perlunya mempelajari perkembangan serta
perilakunya dalam suatu perekonomian. Jumlah uang beredar yang terlalu banyak dapat
mendorong kenaikan harga barang-barang secara umum (inflasi). Sebaliknya, apabila jumlah
uang beredar terlalu sedikit maka kegiatan ekonomi akan menjadi seret. Oleh karena itu, jumlah
uang beredar perlu diatur agar sesuai kapasitas ekonomi. Dari uraian diatas, maka penting untuk
mempelajari factor-faktor yang mempengaruhi Jumlah uang beredarr dan Pengaruh Jumlah Uang
Beredar terhadap Perekonomian.
1.2 Rumusan Masalah
2 Apakah pengertian dari Jumlah Uang Beredar (JUB) ?
3 Bagaimana Pengendalian Jumlah Uang Beredar (JUB) ?
4 Bagaimana Mekanisme Jumlah Uang Beredar (JUB) ?
5 Faktor-Faktor Apa yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar (JUB) ?
6 Bagaimana Kebijakan Pemerintah dalam Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar (JUB) ?
1.3. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Jumlah Uang Beredar (JUB)
2. Untuk Mengetahui Cara Pengendalian Jumlah Uang Beredar (JUB)
3. Untuk Mengetahui Mekanisme Jumlah Uang Beredar (JUB)
4. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar (JUB)
5. Untuk Mengetahui Kebijakan Pemerintah dalam Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar
(JUB)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Jumlah Uang Beredar (JUB)
Jumlah uang beredar (money supply) adalah jumlah uang yang beredar dalam sebuah
perekonomian. Secara sempit uang beredar terdiri dari uang kartal dan deposito yang dapat
digunakan sebagai alat tukar. Jumlah uang beredar dalam artian sempit ini disebut dengan M1.
Pengertian uang beredar secara luas dinamakan M2 dan M3 adalah M1 ditambah tabungan dan
simpanan berjangka lain yang jangkanya lebih pendek termasuk rekening pasar uang dari
pinjaman semalam antar bank (bank overweight). Sedangkan yang dimaksud dengan M3 adalah
M2 ditambah komponenkomponen lainnya terutama sertifitikat deposito. Uang beredar dalam
artian luas disebut juga dengan uang kuasi (quasy money).
Di dalam konteks perekonomian negara maju seperti USA, China, dll definisi jumlah
uang yang beredar memiliki perbedaan dengan definisi dalam konteks perekonomian negara
yang sedang berkembang seperti Indonesia. Namun setidak-tidaknya ada dua definisi jumlah
beredar yang banyak dipakai, baik di negara maju maupun Negara Sedang Berkembang.
2.2. Pengendalian Jumlah Uang Beredar (JUB)
Pengendalian terhadap JUB, merupakan kebijakan yang sangat esensial berkaitan dengan
perekonomian suatu negara. Pemerintah, dalam hal ini Bank Indonesia (BI) dan Departemen
Keuangan, merupakan ‘aktor’ utama yang bertanggung jawab terhadap JUB di Indonesia.
Namun demikian, kebijakan pemerintah dalam mengendalikan JUB ini tidak terlepas dari
pelakupelaku lain dalam proses penciptaan uang beredar, yaitu: (Boediono, 1993, hal: 85) a.
bank-bank umum (atau sektor perbankan), dan b. masyarakat umum Jumlah uang beredar,
baik dalam arti sempit maupun dalam arti luas, senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke
waktu. Ia bisa membesar (ekspansif) atau mengecil (kontraktif), hal ini tergantung dari
kebutuhan perekonomian.
Tujuan pengendalian uang beredar ini tidak lain adalah untuk tercapainya pertumbuhan
ekonomi nasional yang sifatnya stabil dan tidak terlampau tinggi. JUB yang terlalu besar, seperti
pernah terjadi pada tahun 80-an, yaitu ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan deregulasi
perbankan 1983 dan ditambah dengan kebijakan deregulasi 1988 (Pakto 1988), dampaknya juga
tidak baik terhadap perekonomian jangka panjang. Kebijakan uang longgar (easy money) ketika
itu, telah mengakibatkan aktivitas konomi yang terlampau tinggi (overheated), yang cenderung
mendorong laju inflasi. Untuk mengurangi JUB ketika itu, pemerintah mengeluarkan kebijakan
yang dikenal dengan "gebrakan Sumarlin". Dalam rangka absorpsi rupiah tersebut oleh Bank
Indonesia, pemerintah menaikkan tingkat suku bunga deposito sampai 24% per tahun. Dan hal
ini memang terbukti ampuh dalam mengurangi JUB.

2.3. Mekanisme Jumlah Uang Beredar (JUB)


Bank Sentral Menurut UU No.3 tahun 2004, Bank Sentral adalah lembaga Negara yang
mempunyai wewenang untuk memgeluarkan alat pembayaran yang sah dari suatu Negara,
merumuskan dan malaksanakan kebijakan moneter, mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran, mengatur dan mengawasi perbankan serta menjalankan fungsi sebagai lender of the
last resort. Bank Sentral yang dimaksud adalah Bank Indonesia. Bank Indonesia sdalah lembaga
Negara yang independent dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur
tangan pemerintah atau pihak lain, yang tujuannya adalah untuk mencpai dan memelihara
kestabilan nilai rupiah.
Tugas Bank Indonesia:
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter
2. Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran
3. Mengatur dan mengawasi bank
Bank Umum Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran. Bank umum mempunyai banyak kegiatan. Adapun kegiatan-
kegiatan bank umum yang utama antara lain :
1. Menghimpin dana dar masyarakat dalam bentuk giro, deposito, sertifikat deposito, dan
tabungan
2. Memberikan kredit
3. Menerbitkan surat pengakuan utang
4. Memindahkan uang, baik untuk kepentingan nasabah maupun untuk kepentingan bank itu
sendiri
5. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan atau
dengan pihak ketiga
6. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga, dan
7. Melakukan penempatan dana dari nasabah ke nasabah lainnya dalam bentuk surat
berharga yang tidak tercatat di bursa efek.
Bank Perkreditan Rakyat (BPR) BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensiaonal atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.
Kegiatan-kegiatan yang tidak boleh dilakukan oleh BPR, yaitu :
1. Menerima simpanan berupa giro
2. Mengikuti kliring
3. Melakukan kegiatan valuta asing
4. Melakukan kegiatan perasuransian
Adapun bentuk kegiatan yang boleh dilakukan oleh BPR, yaitu :
1. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan tabungan dan simpanan deposito
2. Memberikan pinjaman kepada masyarakat
3. Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip syariah

Dalam istilah moneter, uang dikenal dalam beberapa istilah yakni :


1. Uang Kartal, biasanya disimbolkan dengan huruf C, yakni uang kertas dan logam yang
dikeluarkan oleh bank sentral
2. Uang Giral, biasanya disimbolkan dengan huruf D, adalah simpanan sector swasta
domestic pada Bank Pencipta Uang Giral (BPUG) yang setiap saat dapat ditarik dan
dapat ditukarkan dengan uang kartal sebesar nominalnya.
3. Uang Kuasi, yang disimbolkan dengan huruf T, yakni simpanan milik swasta domestic
pada BPUG yang dapat berfungsi sebagai uang, tapi untuk sementara waktu kehilangan
fungsinya sebagai alat tukar menukar. Yang termasuk uang ini adalah deposito berjangka
rupiah dan valuta asing, simpanan lainnya dalam bentuk valuta asing.
Dalam sisi penawaran, yang mempengaruhi jumlah penawaran uang adalah
1. Uang Primer, yang secara umum dapat dikendalika oleh bank sentral.
2. Angka pengganda uang (money multiplier), yang dalam kurun waktu tertentuakan stabil
dan dapat diperkirakan berdasarkan data empiris. Dengan kedua kondisi seperti itu, maka
jumlah uang yang beredar atau ditawarkan dapat diatur oleh bank sentral melalui
pengaturan uang primernya.
Yang dimaksud dengan Uang Primer adalah :
1. Uang Kartal (C)
2. Simpanan giro milik swasta domestik
3. Alat-alat likuid yang dimiliki BPUG, berupa kas BPUG dan simpanan giro BPUG pada
bank sentral (R= reserve) Uang Primer merupakan variable moneter yang cukup penting
karena fungsinya sebagai indicator bagi kebijakan moneter terhadap perekonomian.
Alasnnya adalah :
a. Adanya teori moneter yang memasukkan uang primer sebagai salah satu mata rantai yang
memiliki dampak bagi besarnya pendapatan, output produksi, dan harga
b. Uang primer merupakan variable yang relative dapat dikendalikan oleh bank sentral.

2.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar (JUB)


Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa dasar terciptanya uang beredar adalah karena
adanya uang inti atau uang primer. Dengan demikian, besarnya uang beredar ini sangat
dipengaruhi oleh besarnya uang inti yang tersedia. Sedangkan besarnya uang inti ini dipengaruhi
oleh empat faktor, yaitu: (Boediono, 1993, hal: 97)
1. Keadaan neraca pembayaran (surplus atau defisit)
Apabila neraca pembayaran mengalami surplus, berarti ada devisa yang masuk ke dalam
negara, hal ini berarti ada penambahan jumlah uang beredar. Demikian pula sebaliknya, jika
neraca pembayaran mengalami defisit, berarti ada pengurangan terhadap devisa negara. Hal ini
berari ada pengurangan terhadap jumlah uang beredar.
2. Keadaan APBN (surplus atau defisit)
Apabila pemerintah mengalami defisit dalam APBN, maka pemerintah dapat mencetak
uang baru. Hal ini berarti ada penambahan dalam jumlah uang beredar. Demikian sebaliknya,
jika APBN negara mengalami surplus, maka sebagian uang beredar masuk ke dalam kas negara.
Sehingga jumlah uang beredar semakin kecil.
3. Perubahan kredit langsung Bank Indonesia
Sebagai penguasa moneter, Bank Indonesia tidak saja dapat memberikan kredit kepada
bank-bank umum, tetapi BI juga dapat memberikan kredit langsung kepada lembaga-lembaga
pemerintah yang lain seperti Pertamina, dan badan usaha milik negara (BUMN) lainnya.
Perubahan besarnya kredit langsung ini akan berpengaruh terhadap besar kecilnya jumlah uang
beredar.
4. Perubahan kredit likuiditas Bank Indonesia
Sebagai banker’s bank, BI dapat memberikan kredit likuiditas kepada bankbank umum.
Sebagai contoh, ketika terjadi krisis ekonomi sejak tahun 1997 lalu, BI memberikan kredit
likuiditas dalam rangka mengatasi krisis likuiditas bank-bank umum, yang jumlahnya mencapai
ratusan trilyun rupiah. Hal ini berdampak pada melonjaknya jumlah uang beredar. Di samping
itu, adanya pinjaman luar negeri, kebijakan tarif pajak, juga dapat mempengaruhi besar kecilnya
jumlah uang beredar.

2.5. Berbagai Kebijakan Pemerintah dalam Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar (JUB)
Secara garis besar terdapat dua jenis kebijakan yang dilakukan pemerintah (Bank
Indonesia dan Departemen Keuangan) dalam mengendalikan jumlah uang beredar, yaitu
kebijakan moneter dan kebijakan fiscal.
a. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, yang
dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Kebijakan moneter kuantitatif , yang meliputi:
a. Poltik Pasar Terbuka
BI mengendalikan jumlah uang beredar dengan cara jual beli surat-surat berharga. BI
mempunyai instrumen yaitu Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Apabila jumlah uang beredar dalam
masyarakat terlalu besar, maka BI dapat menjual SBI kepada masyarakat (bank-bank umum).
Apabila bank umum membeli SBI artinya ada uang yang tersedot ke pemerintah (BI), yang
berarti jumlah uang beredar berkurang.
b. Politk Diskonto dan bunga pinjaman.
BI dapat membeli surat-surat berharga bankbank umum yang tingkat likuiditasnya tinggi,
dengan tingkat diskonto yang telah ditetapkan oleh BI. BI juga bisa memberikan pinjaman
kepada bank-bank umum, yang artinya terjadi penambahan jumlah uang beredar. BI dapat
juga menaikkan bunga pinjaman kepada bankbank umum, maka bank umum akan
mengurangi jumlah pinjamannya dari bank Indonesia.
c. Politik merubah cadangan minimal bank-bank umum pada BI
Setiap bank umum wajib mempunyai cadangan di BI dan jumlahnya ditetapkan oleh BI.
Istilahnya adalah reserve requirement. Apabila Bank Indonesia menaikkan tingkat cadangan
minimal bank-bank umum, katakanlah dari 10% menjadi 15%, maka hal ini akan mengurangi
jumlah uang beredar, karena semakin besarnya modal bank-bank umum yang harus disimpan
di BI.
2. Kebijakan moneter kualitatif, yang meliputi:
a. Pengawasan pinjaman secara selektif. Bank sentral mengawasi pinjaman dan
investasi yang dilakukan oleh bank-bank umum, agar bank-bank umum
selektif dalam memberikan kredit kepada debitur.
b. Pembujukan moral. Bank sentral mengadakan pertemuan langsung dengan
pimpinan bank-bank umum untuk meminta langkah-langkah tertentu dalam
rangka membantu kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diambil oleh
pemerintah. Melalui pembujukan moral ini, bak\nk sentral dapat meminta
bank-bank umum untuk menambah atau mengurangi pinjaman di semua
sektor atau hanya di sektor-sektor tertentu saja. Ataupun membuat perubahan-
perubahan tingkat bunga yang mereka tetapkan.
b. Kebijakan Fiskal. ·
Kebijakan Fiskal (Pajak) Kebijakan ini juga dapat mempengaruhi jumlah uang beredar,
yaitu melalui pajak. Apabila pemerintah, dalam hal ini Departemen Keuangan, memperluas
objek pajak, berarti akan lebih banyak uang yang tersedot ke pemerintah. Dalam hal ini berarti
jumlah uang beredar menjadi berkurang. Demikian pula misalnya ketika pemerintah menaikkan
pajak kendaraan bermotor pada tahun 1999 sebesar kurang lebih 100%, hal ini berarti terjadi
penyerapan (absorbsi) uang yang beredar.
2.6.Peredaran Jumlah Uang Dua Tahun Belakang

2017 2018

MI 1390807 1457150

UANG KARTAL 586576 625370

UANG GIRAL 804231 831779

UANG KUASI 4009996 4282364

SURAT BERHARGA SELAIN SAHAM 18362 20533


Uang Beredar

UANG KUASI; 4282364

2018
2017
UANG KUASI; 4009996

MI; 1457150

UANG GIRAL; 831779


MI; 1390807
UANG KARTAL; 625370
UANG GIRAL; 804231
UANG KARTAL; 586576

SURAT BERHARGA SELAIN SAHAM; 20533

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Jadi jumlah uang berdar jumlah uang beredar (money supply) adalah jumlah uang yang
beredar dalam sebuah perekonomian. Secara sempit uang beredar terdiri dari uang kartal dan
deposito yang dapat digunakan sebagai alat tukar. Kemudian jumlah uang beredar itu di mulai
dari bank sentral dalam hai ini Bank Indonesia kemudian di sebarkan ke Bank umum dan Bank
perkreditan rakyat (BPR) lalu kemudian di sebarkan ke masyarakat yang sesuai dengan
mekanisme pengedaran jumlah uang. Dalam proses peredaran jumlah uang disinii membutukan
peran penting dari pemerintah untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar agar tidak terjadi
inflasi dan lain sebagainya.

3.2. Saran
Pemerintah harus selalu mengawasi perputaran uang sehingga jumah uang yang berdar
tidak berlebihan untuk mencega terjadinya inflasi, kemudin untuk Bank-Bank yang ada di
Indonesia harus selalu menjalin komunikasi dengan pemerintah dalam hal ini memberikan
informasi mengenai jumlah uang yang beredar saat ini.

Anda mungkin juga menyukai